Anda di halaman 1dari 32

CV.

TRI MITRA JAYA KONSULTAN

LAPORAN PENDAHULUAN

NAMA PEKERJAAN :

BELANJA MODAL KONSULTANSI

TEMPAT PELELANGAN IKAN

NOMOR/ TANGGAL SPK :

523/200.4/IV.08/MSJ/20192, 23 OKTOBER 2019

LOKASI :

Desa sidang muara jaya

Kecamatan rawa jitu utara

TAHUN ANGGARAN :

2019

LAPORAN PENDAHULUAN # 1 #
CV. TRI MITRA JAYA KONSULTAN

KATA PENGANTAR

Laporan awal digunakan sebagai pedoman dasar dalam kegiatan Belanja Modal Konsultansi
Tempat Pelelangan Ikan (TPI),Kabupaten Mesuji. Laporan awal ini akan memaparkan mengenai
tentang rencana kerja dalam Penyusunan Perencanaan Tempat Pelelangan Ikan (TPI), yang terdiri dari
maksud dan tujuan, batasan studi, gambaran umum wilayah studi, metodologi dan pendekatan yang
akan dilaksanakan, rencana kerja dan jadwal pelaksanaan pekerjaan, struktur organisasi pelaksanaan
pekerjaan, komposisi dan jumlah tenaga ahli yang dipakai, rencana penugasan dan rencana kunjungan
tenaga ahli kelapangan.
Besar harapan, laporan ini dapat bermanfaat dalam menunjang keberhasilan pembangunan di
kabupaten ini. kami berterima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan laporan
ini

Bandar Lampung, 31 Oktober 2019

CV. TRI MITRA JAYA KONSULTAN

ABDULLAH KASIM, ST
Team Leader

LAPORAN PENDAHULUAN # 2 #
CV. TRI MITRA JAYA KONSULTAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perikanan mempunyai peranan yang penting dan strategis dalampembangunan
perekonomian nasional, terutama dalam meningkatkan perluasan kesempatan kerja,
pemerataan pendapatan, dan peningkatan taraf hidup masyarakat pada umumnya,
dengan tetap memelihara lingkungan, kelestarian dan ketersediaan sumberdaya ikan.

Pemerintahan Republik Indonesia telah fokus untuk meningkatkan pengelolaan


sumberdaya perikanan yang berteknologi tinggi dan berkelanjutan. Pengembangan
perekonomian di konsentrasikan ke wilayah yang memiliki potensi sumberdaya
perikanan. Dalam rangka optimalisasi peran tersebut, telah ditetapkan Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, yang antara lain mengamanatkan bahwa,
Pemerintah menyelenggarakan dan membina pelabuhan perikanan. Undang-Undang
tersebut kemudian disempurnakan oleh Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan.

Pelabuhan perikanan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan disekitarnya
dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan sistem
bisnis perikanan yang dipergunakan sebagai tempat kapal perikanan bersandar,
berlabuh dan atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan
pelayaran dan kegiatan penunjang perikanan.

Provinsi Lampung memiliki beberapa Pelabuhan Perikanan yang tersebar


dikabupaten/kota. Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Di Desa Sidang Muara Jaya Kecamatan
Rawa Jitu Utara merupakan TPI yang pertama yang akan dibangun di Kabupaten Mesuji.

Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, keberadaan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) ini
diharapkan dapat mengambil bagian dalam peningkatan pelayanan dibidang perikanan
tangkap mulai dari pra produksi, produksi sampai pasca produksi dengan sasaran akhir
yang ingin dicapai adalah meningkatnya pendapatan dan taraf hidup masyarakat
perikanan serta terkendalinya sumberdaya kelautan dan perikanan.

Sebagai pelaksana tugas teknis daerah Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten
Mesuji, Tempat Pelelangan Perikanan dituntut melaksanakan revitalisasi peran dan
fungsinya dalam rangka perwujudan Pelabuhan Perikanan sebagai pusat
pengembangan sistem bisnis perikanan berbasis perikanan tangkap.

LAPORAN PENDAHULUAN # 3 #
CV. TRI MITRA JAYA KONSULTAN
Tempat Pelelangan Ikan (TPI) ini merupakan TPI pertama yang akan di bangun di
kabupaten Mesuji yang di danai dari Dana Alokasi Khusus (DAK) pisik bidang perikanan
dan APBD kabupaten Mesuji

Pembentukkan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) ini dan pembangunanya ditujukan untuk
kepentingan pelayanan masyarakat nelayan serta pengembangan kawasan perikanan
terpadu yang mengedepankan ketertiban, kebersihan dan keamanan, sehingga
diharapkan para pelaku usaha (stakeholder) maupun mitra usaha yang berinvestasi
dapat mengembangkan usahanya dengan perasaan amandan nyaman.

Produksi hasil laut yang didaratkan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) ini meliputi jenis ikan
pelagis dan demersal diantaranya: Tongkol (Auxisthazard), Layang
(Decapterusmacrosoma), Kakap Merah (Luttjanusaltiffronchanus),Tenggiri
(Scomberomoruscommersoni), Selar Kuning (Selaroidesleptolepis), Belanak
(Valamuginspelgleri), Kembung (Restrelligerbrachysoma), IkanSebelah
(Psettodeserumei), Bawal Hitam Formeoniger), Bawal Putih (Pampusargenteus),
Peperek (Leiognatussplendens), Kerapu (Epinephelustaufina), Tigawaja
(Johniusdussumieri), Manyung (Ariusthalassinus), Sembilang (Plotosuscanius),
PariKepala (Trygonsephen), Remang (Conggresoxtalabon), Bloso (Ssauridatumbil), serta
cumi-cumi, sontong.

Memperhatikan potensi dan pemanfaatan fasilitas serta permasalahan dilapangan, maka


diperlukan suatu perencanaan strategi yang berkesinambungan yang dapat
mengakomodir kepentingan nelayan, pengusaha dan stakeholder lainnya serta mampu
mengatasi permasalahan dilapangan, sehingga pada gilirannya akan menunjang
pengembangan dan pembangunan subsektor perikanan dan pertumbuhan ekonomi
wilayah.

Potensi Pengelolaan dan Pengembangan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) ini dilengkapi
sarana yang terdiri atas:

a) Tanah milik Pemerintah Kabupaten Mesuji yang berasal dari Hibah Masyarakat Desa
Sidang Muara Jaya Kecamatan Rawa Jitu Utara
b) Lahan tersebut kedepan dalam pengelolaanya dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan : industri perikanan, coldstorage, perbengkelan, perkantoran,
perbankan, pertokoan dan pondokwisata dalam kawasan pelabuhan yang tertutup
dan didukung oleh berbagai fasilitas dan keamanan.
Tempat Pelelangan Ikan (TPI) ini terletak pada lokasi yang strategis sehingga merupakan
persinggahan yang banyak disukai oleh kapal-kapal perikanan dari berbagai daerah yang
melakukan penangkapan diperairan selat sunda dan laut Jawa.Selain nelayan setempat,
kapal-kapal perikanan yang singgah juga berasal dari wilayah luar Lampung.Dalam

LAPORAN PENDAHULUAN # 4 #
CV. TRI MITRA JAYA KONSULTAN
perencanaan pembangunan kedepan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) ini dapat didesain
sebagai kawasan industry perikanan terpadu yang letaknya sangat strategis, mudah
dijangkau dan memiliki akses distribusi yang cukup luas keberbagai wilayah dan kota-
kota besar diseluruh Pulau Sumatera dan Jawa.

Perencanaan Pengembangan fasilitas pelabuhan perikanan memerlukan perencanaan


yang mampu mengakomodasi perubahan kondisidimasa mendatang.Perencanaan
pelabuhan perikanan idealnya dirancang sebagai suatu sistem terpadu yang berada
pada satu kesatuan manajemen dalam bentuk Masterplan yang terpadu.Fasilitas
pelabuhan yang direncanakan hendaknya mampu mengakomodasi seluruh kepentingan
dan kegiatan pelabuhan perikanan.Padaprinsipnya perencanaan pelabuhan sangat
berkaitan dengan tingkat produktivitas, jumlah fasilitas yang diperlukan, sertatingkat
pelayanan jasa yang disediakan.

Sehubungan dengan hal itu maka Tempat Pelelangan Ikan (TPI) diarahkan pada
pencapaian tujuan dan sasaran pengembangan subsector perikanan dan khususnya
diarahkan pada pengembangan suatu komunitas perikanan (Fisheries Community
Development) secara terpadu. Dalam perencanaan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) ini
akan meliputi perencanaan masterplan dan perencanaan detail desain fasilitas yang
sesuai dengan anggaran yang ada .

Pengelolaan sumberdaya perikanan (SDI) berbasis kawasan dan pembentukanan


Daerah Perlindungan Laut (DPL) merupakan salah satu model untuk mengoptimalkan
pengelolaan dengan mempertimbangkan keseimbangan berbagaia speksepertiekologi,
ekonomi dan sosial.Model pengelolaan ini didasari bahwa setiap wilayah perairan laut
memiliki karakteristikekologi, ekonomi dan sosial yang berbeda, oleh karena itu
penanganannya juga memerlukan pendekatan yang berbeda.

B. Pendekatan Masalah
Perikanan sebagai salah satu sumberdaya alam milik umum (common-property) yang
mudah diambil oleh siapa saja (open-access) sehingga pemanfaatannya sulit untuk
dikontrol.Siapa saja boleh menggunakannya tanpa terkecuali.Produksi perikanan
tangkap Provinsi Lampung mencapai 157.969 ton di tahun 2014 (BPS, 2016). Potensi
perikanan tangkap yang dimiliki oleh Provinsi Lampung merupakan peluang sekaligus
tantangan untuk bisa memberikan sumbangan bagi pendapatan daerah. Kondisi ini
tentunya memerlukan perencanaan dalam peningkatan produksinya.

Perencanaan pengembangan potensi perikanan tangkap merupakan studi yang memiliki


cakupan yang luas, tidak hanya pengembangan alat tangkap atau system pengelolaan
alat tangkap dan produktifitas.Mengingat pengembangan teknologi perikanan tangkap
memerlukan keterkaitan dengan berbagai disiplin ilmu yang berbeda, sedangkan dengan

LAPORAN PENDAHULUAN # 5 #
CV. TRI MITRA JAYA KONSULTAN
adanya beberapa keterbatasan dan kendala teknis, maka perencanaan ini dibagi dalam
dua tahapan, yaitu Perencanaan dan Masterplen/DED.

C. Maksud dan Tujuan

Maksud dari kegiatan ini adalah:


1. Menentukan peruntukkan lahan yang telah ada untuk Masterplan Tempat Pelelangan
Ikan (TPI);
2. Masukan rencana dan program pembangunan fisik berupa DED bagi pemerintah
dalam pembangunan Tempat Pelelangan Ikan (TPI);
3. Masukan teknis bagi pemerintah dalam bentuk rincian teknis perwujudan bangunan
dan lingkungan pada kawasan pelabuhan dengan kriteria teknis.

Sedangkan tujuannya adalah:


1. Mewujudkan penyelenggaraan pelabuhan perikanan pantai yang baik dan terpadu;
2. Mewujudkan pembangunan pelabuhan perikanan pantai yang sesuai dengan kriteria
teknis;
3. Tersedianya dokumen perencanaan teknis pelabuhan perikanan pantai sebagai
dasar pembangunan prasarana dan sarana pelabuhan sesuai dengan kebutuhan
dan tidak merugikan pihak manapun.

D. Dasar Hukum

Kegiatan Perencanaan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) (Masterplan/DED) ini didasarkan


pada:

1. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara


Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4433) sebagaimana telah diubah dengan Undang Undang Nomor
45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5073);

2. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan


Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 84,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4739);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5070);

4. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 17 Tahun


2008 tentang Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;

LAPORAN PENDAHULUAN # 6 #
CV. TRI MITRA JAYA KONSULTAN
5. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Per.08/MEN/2012 tanggal 20
April 2012 tentang Pelabuhan Perikanan;

6. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor


Kep.69/Men/2011 tentang Pedoman Pelaksanaan, Monitoring dan Evaluasi tentang
Prosedur Operasional Standar Dilingkungan Kementrian Kelautan dan Perikanan;

7. Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten


Mesuji Tahun Anggaran 2018

E. Ruang Lingkup

Ruang lingkup pekerjaan Perencanaan Tempat Pelelangan Ikan (TPI), Provinsi


Lampungterdiri dari ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup subtansi:

1. Lingkup Wilayah
Wilayah perencanaan kegiatan Perencanaan Tempat Pelelangan Ikan (TPI),
Kabupaten Mesuji adalah di lokasi Desa Sidang Muara Jaya Kecamatan Rawa Jitu
Utara.

2. Lingkup Subtansi

Kegiatan ini adalah melakukan Perencanaan Tempat Pelelangan Ikan (TPI), antara
lain:
a) Pengumpulan data-data yang meliputi, studi literatur dan standar perencanaan
teknis Tempat Pelelangan Ikan (TPI) ;
b) Identifikasi permasalan dan kriteria desain Tempat Pelelangan Ikan (TPI) ,
perumusan gagasan dan konsep desain;
c) Menghitung kebutuhan sarana prasarana Tempat Pelelangan Ikan (TPI) saat ini
dan kebutuhan pengembangan kedepan;
d) Pengembangan desain (design development) dengan berbagai aspek disiplin
ilmu, yang meliputi gambar kerja dan pembiayaan pembangunan (RAB).

F. Keluaran

Keluaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah Masterplan Tempat Pelelangan Ikan
(TPI) yang berisi peruntukan lahan (Land Use)dengan melihat potensi potensi yang ada
untuk dikembangkan dan tata letak fasilitas Pelabuhan Perikanan.

LAPORAN PENDAHULUAN # 7 #
CV. TRI MITRA JAYA KONSULTAN

BAB II
GAMBARAN UMUM WILAYAH

A. Potensi Perikanan Lampung


Provinsi Lampung memiliki wilayah pesisir yang luas dengan garis pantai lebih kurang
1.105 km dan 69 pulau-pulau kecil dengan beragam jenis habitat yang
berbeda,termasuk lingkungan yang dibuat manusia,seperti tambak udang dan
perkotaan.Luas wilayah pesisir sekitar 440.010 ha dan luas perairan laut dalam batas
2
12 mil adalah 24.820,0 km yang merupakan bagian wilayah Samudera Hindia (pantai
barat Lampung),Selat Sunda(Teluk Lampung dan Teluk Semangka),dan Laut Jawa
(pantai timur Lampung). Dengan wilayah pesisir dan laut yang cukup luas,sector
perikanan merupakan salah satu unggulan di Provinsi Lampung. Dengan jumlah
wilayah kelautan yang luas dan lahan perairan yang banyak,potensi perikanandi
Provinsi Lampung juga merupakan salah satu potensi unggulan bagi peningkatan
ekonomi Provinsi Lampung.

Secara umum produksi perikanan di Lampung dihasilkan berdasarkan dua jenis,yaitu:


perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Produksi perikanan tangkap Provinsi
Lampung 2014 mencapai 164.155,59 ton yang terdiri dari 157.969 ton produksi perairan
laut dan 6.186,57 ton perairan umum.

Provinsi Lampung merupakan daerah yang memiliki potensi yang cukup besar bagi
kegiatan perikanan serta prospek yang baik bagi perkembangan dimasa yang akan
datang.Salah satu kegiatan perikanan tangkap di Provinsi Lampung terletak di daerah
Mesuji,TPI Sidang Muara Jaya merupakan salah satu tempat pendaratan ikan yang
berada di Provinsi Lampung.

Terdapat berbagai macam komoditas ikan laut segar yang ditangkap di wilayah perairan
Lampung yang kemudian diedarkan kebeberapa pasar tradisional,khususnya di wilayah
Lampung. Saat ini terdapat sekitar 42 jenisikan laut yang ditangkap dan dipasarkan di
beberapa wilayah Lampung.Untuk mengetahui produksi ikan lau tmenurut jenisnya di
Kabupaten Mesuji Tahun 2016 dapat dilihat padaTabel 1.

LAPORAN PENDAHULUAN # 8 #
CV. TRI MITRA JAYA KONSULTAN

Tabel 1. ProduksiIkan Laut menurut Jenisnya di Kab. Mesuji ahun 2016

Jenis Ikan Produksi (Kg) Jenis Ikan Produksi (Kg)


1. Simba 432,22 22. Remang -
2. Bentong 37,46 23. Manyung -
3. Kembung 1.255,05 24. Layur 626,12
4. EkorKuning - 25. Kiter -
5. Selar 731,82 26. Talang 2,61
6. Cucut 638,6 27. Bakre -
7. Tongkol 1.218,49 28. Pisang-pisang -
8. Pari 1.993,18 29. Kurisi 1.557,19
9. Kakap 1.351,90 30. Taji-taji -
10. Kuniran 184,16 31. Jolot -
11. Sebelah 85,26 32. Teri 246,64
12. Kacangan - 33. Petek 561,12
13. Tenggiri - 34. Belebaran -
14. Wailul - 35. Tanjan -
15. Semadar - 36. Lemuru 649,21
16. Lemadang 854,64 37. Bawal 210,70
17. Bandeng - 38. Layang 225,88
18. Waliran - 39. Cumi-cumi -
19. Salem - 40. Kampakan -
20. Layaran - 41. Raja Ganteng -
21. Belida - 42. Kerapu 1.351,90

Sumber:Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi lampung (2017)


Keterangan (-)=tidak dilakukan pendataan

Tugas Pokok dan Fungsi Tempat Pelelangan Perikanan yaitu mempunyai tugas
pengembangan, pembangunan, pengelolaan pelabuhan perikanan, pengawasan
penangkapan ikan dan pelayanan teknis kapal perikanan dan juga berfungsi :

1. Perencanaan dan Pengendalian pelaksanaan pembangunan, pengembangan


dan pemeliharaan serta pengelolaan sarana pelabuhan perikanan
2. Pelayanan teknis kapal perikanan dan kesyahbandaran pelabuhan
3. Pengawasan penangkapan ikan
4. Pengkoordinasian pelaksanaan urusan keamanaan, ketertiban dan kebersihan
5. Pengkoordinasian pengawasan mutu hasil perikanan
6. Pelaksanaan urusan ketatausahaan

Kondisi Eksisting TPI dari atas dapat dilihat pada Gambar berikut :

LAPORAN PENDAHULUAN # 9 #
CV. TRI MITRA JAYA KONSULTAN

LOKASI TPI

Gambar 1. Peta Lokasi Rencana Tempat Pelelangan Ikan (TPI)

AREAL LOKASI TPI

Gambar 2. Lokasi Rencana Tempat Pelelangan Ikan (TPI)

LAPORAN PENDAHULUAN # 10 #
CV. TRI MITRA JAYA KONSULTAN

Gambar 3. Kondisi Awal Lokasi TPI

LAPORAN PENDAHULUAN # 11 #
CV. TRI MITRA JAYA KONSULTAN

GEDUNG SARANA
PRASARANA AIR BERSIH
DI BANGUN TAHUN 2018

GEDUNG PELELANGAN IKAN


DI BANGUN TAHUN 2018

BAB III
LAPORAN PENDAHULUAN # 12 #
CV. TRI MITRA JAYA KONSULTAN

METODE PELAKSANAAN

3.1 Metodologi Pendekatan

Dalam kegiatan Perencanaan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) (Masterplan/DED)


digunakan beberapa metode pendekatan, yaitu sebagai berikut:

1. Metode Normatif.
Pelaksanaan kegiatan Perencanaan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) ini dilakukan
dengan mengacu pada strategi dan kebutuhan perencanaan pembangunan
(development plan) dan dokumen perencanaan penataan ruang (spatial plan) yang
telah terdapat di Kabupaten Mesuji, ataupun ketentuan peraturan dan perundangan
terkait dengan substansi Perencanaan Pengembangan Tempat Pelelangan Ikan
(TPI) .

2. Metode Partisipatif.
Proses penyusunan dilakukan dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan
yang terkait denganPerencanaan Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Hal ini dimaksudkan
agar hasil penyusunan dapat dirasakan dan dimiliki oleh seluruh pemangku
kepentingan terkait.

3. Metode Akademis.
Pendekatan akademis adalah pendekatan yang dilakukan dengan menggunakan
metode yang dapat dipertanggung jawabkan secara akademis, baik dalam pembagian
tahapan pekerjaan maupun teknik-teknik identifikasi, analisa, penyusunan strategi
maupun proses pelaksanaan penyepakatan. Dalam pendekatan ini, proses
penyusunan Perencanaan Pengembangan Tempat Pelelangan Ikan (TPI)
menggunakan beberapa metode dan teknik studi yang baku yang sebelumnya telah
disepakati bersama oleh tim kerja dan pemberi kerja. Adapun dalam penerapannya
pendekatan teknis akademis ini umumnya dicirikan dengan beberapa karakteristik,
sebagai berikut :

1. Cara berpikirnya didasarkan pada cara berpikir yang eksploratif;


2. Melihat suatu kondisi atau situasi dari berbagai sudut pandang yang terkait
(komprehensif);
3. Penyelesaian terhadap suatu persoalan tidak dilihat dalam jangka pendek
melainkan dilihat sebagai suatu solusi jangka panjang yang berdasar pada
pembangunan keberlanjutan.

3.2 Medologi Pengumpulan Data


LAPORAN PENDAHULUAN # 13 #
CV. TRI MITRA JAYA KONSULTAN
Metode atau cara mendapatkan data sangat menentukan keakuratan data yang
dihasilkan. Hal ini berguna untuk mencegah ketimpangan antara kondisi yang terjadi di
lapangan dengan produk rencana yang dihasilkan. Dalam menentukan cara
pengumpulan data sangat bergantung pada data yang dibutuhkan.

1. Kegiatan Pengumpulan Data.


Berdasarkan jenis datanya maka kegiatan pengumpulan data melalui survey dilakukan
melalui 2 (dua) metode pengumpulan data, yaitu:

a. Survey Data Instansional, yaitu kegiatan survey yang ditujukan untuk


mendapatkan data sekunder. Kegiatan survey ini dilakukan pada beberapa
instansi/lembaga baik pemerintah maupun swasta melalui permohonan data
tertulis (baik dokumen maupun peta);
b. Survey Lapangan, yaitu kegiatan survey yang ditujukan untuk mendapatkan data
primer yang dilakukan melalui pengamatan dan pengukuran kondisi lapangan.

Kedua kegiatan survey tersebut diatas dilakukan secara bersama-sama oleh


konsultan pelaksana, untuk mendapatkan data yang valid dan dapat dipercaya serta
dapat menghasilkan produk yang berkualitas dan sesuai dengan kondisi lapangan.

2. Kebutuhan Data.
Kegiatan pengumpulan data dan informasi dibagi ke dalam dua bagian yaitu
pengumpulan data sekunder dan data primer. Data sekunder yang dikumpulkan
adalah data dalam bentuk dokumen kebijaksan serta data-data tertulis lainnya
sedangkan data primer adalah data-data yang dikumpulkan di lapangan yang
dilakukan melalui pengamatan langsung ke wilayah perencanaan (on site-visit) serta
survey.

a. Data Primer.
Data primer yang akan dikumpulkan antara lain adalah: kondisi bangunan yang
ada, jenis dan jumlah kapal, jenis dan produksi ikan, kondisi sarana dan prasarana
penunjang.
b. Data Sekunder.
Data sekunder yang akan dikumpulkan antara lain adalah:
 Dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Lampung, mencakup:
 Rencana struktur ruang wilayah;
 Rencana sistem pusat pelayanan;
 Rencana pengembangan kawasan perikanan;
 Rencana sistem prasarana dan sarana kawasan perikanan.
 Dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Mesuji, mencakup:
 Rencana struktur ruang wilayah;
LAPORAN PENDAHULUAN # 14 #
CV. TRI MITRA JAYA KONSULTAN
 Rencana sistem pusat pelayanan;
 Rencana sistem kawasan perkotaan;
 Rencana pengembangan kawasan perikanan;
 Rencana sistem prasarana dan sarana kawasan perikanan.
 Tinjauan Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Perikanan dan Kelautan Kab.
Mesuji
 Dan dokumen lain yang terkait.

Metodologi yang dimaksud adalah suatu pendekatan penyelesaian pekerjaan yang


didasarkan pada kenyataan, bahwa tiap item pekerjaan mempunyai keterkaitan dengan item
pekerjaan lain dan menjadi variabel masukan pada pekerjaan lain. Oleh karena proses
penyelesaian seluruh item pekerjaan disesuaikan dengan keperluan pekerjaan studi. Dari
hasil pengumpulan data, Orientasi Lapangan dan Survey awal, maka dapat disusun suatu
rencana kegiatan selanjutnya yang akan dilaksanakan.

Berikut ini akan diuraikan metodologi Pekerjaan ini. Dalam sub bab ini akan diuraikan
rencana operasi dalam melaksanakan pekerjaan ini. Penyusunan rencana pelaksanaan akan
menggunakan diagram alir pelaksanaan pekerjaan sehingga akan memperjelas uraian dalam
pelaksanaan pekerjaan ini kegiatan pekerjaan akan dikelompokkan sesuai jenisnya
sehingga saling keterkaitannya menjadi jelas. Secara garis besar rangkaian kegiatan dari
pekerjaan ini dalam tahapan sebagai berikut :

Kegiatan Persiapan
• Persiapan Administrasi, Personil dan Peralatan
• Pengumpulan Data Sekunder dan desk Study
• Survai Pendahuluan
• Penyusunan Laporan Pendahuluan

Kegiatan Survey, Identifikasi dan Investigasi Lapangan


• Identifikasi Permasalahan
• Survai Topografi
• Survai Hidrologi/Hidrometeri

Kegiatan Analisis Data Lapangan


• Analisis Kondisi Permasalahan
• Analisis Topografi
• Analisis Debit banjir
• Penyusunan System Planning
Kegiatan Pelaporan
• Konsep Laporan Pendahuluan
• Draft Laporan Akhir + Final

Kegiatan Pelaporan
• Diskusi Laporan Pendahuluan
• Diskusi Laporan Akhir
Adapun bagan alir metodologi pelaksanaan dapat dilihat pada Gambar 3.1 dibawah ini.

LAPORAN PENDAHULUAN # 15 #
CV. TRI MITRA JAYA KONSULTAN

SPMK DITERIMA /
MULAI

Persiapan

Personil termobilisasi Alat dan Bahan termobilisasi

Tidak
Cek
Ya

Survei Pendahuluan Pengumpulan data sekunder dan Peta

Laporan
Batas dan titik lokasi, permasalahan teridentifikasi; gambaran umumStudi terdahulu, Rencana Umum Tata Ruang dll
& foto

Tidak Tidak
Cek Cek
Ya Ya

Penyusunan Draft Laporan Pendahuluan

Draft laporan Pendahuluan ;


Bahan Persentasi

Tidak
Penyusunan Laporan Bulanan Diskusi
Ya

Laporan Bulan

Ya
2
Cek

LAPORAN PENDAHULUAN # 16 #
CV. TRI MITRA JAYA KONSULTAN
2

Persiapan Survey Topografi Persiapan Survey Hidrologi

Personil,
Personil, Alat dan Bahan telah sesuai spesifikasi dan foto Alat dan Bahan telah sesuai spesifikasi dan foto

Tidak
Tidak Cek
Cek
Ya
Ya

Inventarisasi data / informasi banjir dan data hidrologi


Pengukuran Situasi & pengukuran profil sungai

Data ukur & foto Data & foto

Tidak Tidak
Cek
Cek
Ya
Ya
Penggambaran
Analisa hidrologi
Gambar Peta sesuai skala yang ditentukan
Debit Banjir

Tidak
Cek Tidak
Cek

Ya
Penyusunan Lap. Pengukuran
Penyusunan Laporan Hidrologi

Lap. Pengukuran/Buku Ukur + Hitungan


Laporan Hidrologi

Tidak
Cek Cek Tidak

Ya
Ya
3
3

LAPORAN PENDAHULUAN # 17 #
CV. TRI MITRA JAYA KONSULTAN
5

Penggandaan dan Penyerahan Laporan

Berita Acara Serah Terima

Tidak
Cek

SELESAI

Gambar 3.1 Bagan Alir Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

3.3 Pentahapan Pekerjaan

Pada Tahap Pendahuluan akan dilaksanakan berbagai kegiatan awal mencakup


pengumpulan data awal, mengkaji laporan terdahulu maupun referensi-referensi lain.
Melakukan koordinasi dalam memantapkan program kerja yang akan dilaksanakan pada
tahap-tahap selanjutnya. Tahap ini terdiri dari kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

A. Persiapan Administrasi

Persiapan administrasi merupakan kegiatan paling awal dari Konsultan setelah menerima
Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK)/Kontrak dari Pemberi Kerja, Persiapan Administrasi
tersebut mencakup pembuatan dokumen kontrak, pengurusan surat ijin ke Instansi terkait,
pembuatan surat tugas personil yang akan terlibat dalam penanganan proyek, surat
permohonan data dan sebagainya.

Persiapan administrasi tersebut diusahakan dapat diselesaikan sesegera mungkin sehingga


tidak menghambat pelaksanaan pekerjaan berikutnya. Pekerjaan persiapan ini akan
dilaksanakan oleh seorang administrasi teknik yang telah cukup berpengalaman dalam
menangani pekerjaan sejenis, sehingga diharapkan dapat dilaksanakan sesuai dengan
waktu yang disediakan. Untuk itu segala sesuatu yang terkait dengan masalah administrasi
tersebut akan selalu di bawah pengawasan Team Leader yang bertanggung jawab atas
penyelesaian seluruh pekerjaan.

LAPORAN PENDAHULUAN # 18 #
CV. TRI MITRA JAYA KONSULTAN
B. Mobilisasi dan Koordinasi Team Pelaksana

Setelah persiapan administrasi dapat diselesaikan, selanjutnya seluruh Tenaga Ahli yang
dibutuhkan untuk pelaksanaan pekerjaan akan dimobilisasi sesuai dengan jadwal penugasan
yang telah disusun. Dengan telah dimobilisasinya Tenaga Ahli tersebut, maka kegiatan
penanganan proyek dengan skala penuh telah berjalan. Tingkat keberhasilan suatu proyek
tidak hanya tergantung atas kemampuan dari para Tenaga Ahli yang menangani, akan tetapi
faktor koordinasi akan memegang peranan kunci yang akan menentukan kelancaran dan
kesempurnaan hasil yang akan dicapai. Dengan koordinasi diharapkan tidak ada kerancuan
dan tumpang tindih pelaksanaan kegiatan dari masing-masing Tenaga Ahli, sehingga
dukungan dari masing-masing personil akan memberikan hasil yang optimal.

Mengingat pentingnya koordinasi ini, Team Leader akan memimpin langsung untuk
membicarakan dan mendiskusikan masalah-masalah yang berkaitan dengan hal-hal sebagai
berikut :

1. Jadwal pelaksanaan pekerjaan


2. Jadwal penugasan masing-masing personil
3. Uraian tugas dari masing-masing personil dan hubungan kerja antar personil
4. Peralatan yang akan dibutuhkan
5. Dukungan pendanaan, dll.

Disamping koordinasi antar Team Konsultan, koordinasi akan dilakukan pula dengan
Pemberi Kerja, khususnya dengan Direksi Pekerjaan. Hal ini terkait dengan usaha
menyamakan persepsi yang sangat dibutuhkan sebagaimana dipersyaratkan dalam
Kerangka Acuan Kerja.

C. Pengumpulan Data Sekunder

Sebagaimana diminta dalam Kerangka Acuan Kerja, dalam melakukan pengumpulan data
sekunder menyangkut berbagai hal yang berkaitan dengan pekerjaan “Perencanaan
Tempat Pelelangan Ikan (TPI) ”.

Adapun data sekunder yang dikumpulkan untuk keperluan perencanaan Perkuatan tebing
sungai utama adalah sebagai berikut :

1. Data hasil studi terdahulu.


2. Peta – peta yang ada.
3. Data – data lain yang akan menunjang dalam pelaksanaan desain.

Sebelum digunakan untuk analisis, data-data tersebut akan dikaji keandalan dengan
melakukan cek terhadap stasiun pencatat data. Data hujan dipilih dari stasiun pencatat data
LAPORAN PENDAHULUAN # 19 #
CV. TRI MITRA JAYA KONSULTAN
yang mewakili kondisi daerah studi. Data-data tersebut akan dihimpun dan diinventarisir
untuk dilakukan pengelompokan-pengelompokan agar memudahkan nantinya dalam
pengolahan dan analisisnya.

Mengingat waktu yang disediakan untuk melaksanakan pekerjaan cukup terbatas, maka
dalam pengumpulan data-data tersebut Konsultan akan mengerahkan semua personil yang
terlibat dalam menangani kegiatan.

Dengan aktivitas pengumpulan data yang paralel tersebut diharapkan data-data yang
diperlukan dapat terkumpul tepat waktu. Sebagai sumber perolehan data-data tersebut di
antaranya :

1. PPK untuk mengetahui studi terdahulu.


2. Pemerintah Daerah Provinsi Banten terutama Bappeda untuk mengetahui tata ruang
wilayah.
3. BPN, untuk memperoleh data tata guna lahan
4. Bakosurtanal, guna mendapatkan peta-peta hasil studi terdahulu yang berhubungan
dengan proyek ini.
5. Badan meteorologi dan Geofisika. Guna mendapatkan data – data curah hujan dan
klimatologi.

D. Survey Pendahuluan dan Review Hasil Identifikasi

Survey pendahuluan ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran tentang kondisi daerah
studi dengan benar sehingga dapat melaksanakan rencana kerja yang telah disusun secara
seksama. Di dalam survey pendahuluan ini juga akan dilakukan sosialisasi awal terhadap
masyarakat sekitar daerah kegiatan. Di dalam survey pendahuluan tim konsultan akan
mengadakan wawancara langsung dengan penduduk mengenai permasalahan yang ada
serta latar belakang permasalahan yang terjadi, hal ini dilakukan untuk melengkapi data yang
telah diperoleh dari studi terdahulu. Dari hasil survey pendahuluan Kami akan melakukan
review dari laporan yang ada dan dikombinasikan dengan data – data lainnya yang
dikumpulkan, untuk menyusun dan menentukan strategi awal dalam pelaksanaan pekerjaan.

E. Penyusunan Laporan Pendahuluan

Draft Laporan Pendahuluan akan disusun oleh konsultan dengan memasukkan semua materi
yang telah diuraikan dalam pekerjaan pendahuluan menyangkut pendekatan metodologi,
analisis pekerjaan, program kerja, jadwal pelaksanaan pekerjaan, jadwal penugasan
personil, pengumpulan data inventarisasi data awal, studi meja dan literatur maupun hasil
kunjungan lapangan.

LAPORAN PENDAHULUAN # 20 #
CV. TRI MITRA JAYA KONSULTAN
Berikutnya Draft Laporan Pendahuluan akan didiskusikan dengan Pemberi Kerja untuk
memperoleh masukan tambahan untuk penyempurnaan pembuatan Laporan Pendahuluan.

3.3 KEGIATAN SURVEI DAN ANALISA

3.3.1 Pengukuran Topografi

A. Lingkup Pekerjaan Pengukuran

Lingkup pekerjaan survey topografi sesuai dengan ketentuan dalan Kerangka Acuan Kerja
(KAK) pada kegiatan ini adalah sebagai berikut :

1. Survey Pemetaan Situasi


2. Pengukuran topografi
3. Inventarisasi BM yang ada dan penambahan BM
4. Pengukuran dan penggambaran potongan memanjang dan melintang
5. Pengukuran dan pemetaan situasi detail 1 : 500

B. Prosedur Pengukuran Topografi

Agar pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan dengan lancar diperlukan suatu metodologi yang
terencana dan tersusun baik. Berikut dibawah ini akan diuraikan prosedur dari pekerjaan
pemetaan yang akan dilakukan.

1. Persiapan

Hal-hal penting yang perlu dipahami dan diperhatikan dalam pekerjaan pemetaan adalah:
bahwa pelaksanaannya selalu melibatkan personil yang relatif banyak, dilakukan di medan
yang berat, dengan memakai alat yang memiliki kepekaan fisik dan kepekaan konstruksi
yang sangat tinggi, sedangkan besaran-besaran yang diukur merupakan besaran-besaran
yang dicatat sampai keangka satuan yang terkecil, yaitu milimeter dan detik. Untuk
mencapai pelaksanaan pemetaan yang efisien dan efektif dalam arti waktu, biaya, tenaga,
serta ketelitian hasil, maka sebelum kegiatan pengumpulan data ukur dimulai terlebih dahulu
dilakukan persiapan-persiapan yang lengkap dan menyeluruh, mencakup persiapan teknik,
administrasi serta manajerial.

2. Persiapan Teknik

Persiapan teknik antara lain :

a. Penyediaan peta kerja,


LAPORAN PENDAHULUAN # 21 #
CV. TRI MITRA JAYA KONSULTAN
b. Penyediaan deskripsi titik ikat planimetris dan ketinggian yang telah ada di lokasi atau di
sekitar lokasi pemetaan,
c. Orientasi lapangan,
d. Pemeriksaan kondisi fisik serta pemeriksaan kebenaran koordinat planimetris dan
ketinggian titik ikat yang akan digunakan,
e. Penetapan titik ikat planimetris dan ketinggian yang akan digunakan,
f. Penentuan letak base camp,
g. Perencanaan jalur pengukuran,
h. Perencanaan letak pemasangan patok tetap,
i. Penyediaan patok tetap utama dan patok tetap bantu,
j. Penyediaan patok sementara,
k. Perencanaan sistem pemberian nomor patok sementara dan nomor patok tetap,
l. Penyediaan alat ukur yang sesuai dengan ketelitian yang telah ditetapkan,
m. Kalibrasi alat ukur,
n. Penyediaaan alat hitung,
o. Penyediaan formulir data ukur dan formulir data hitungan,
p. Penyediaan tabel deklinasi untuk tahun pelaksanaan pengamatan matahari,
q. Persiapan lain yang diperlukan.

3. Persiapan Administrasi

Persiapan administrasi antara lain:

a. Surat bukti keabsahan personil dalam mewakili institusi pelaksana.


b. Surat izin survei.
c. Lain-lain yang diperlukan

4. Pembacaan dan Pencatatan Data Ukur

Pengumpulan data ukur pada hakekatnya adalah proses membaca alat ukur yang diarahkan
pada obyek yang diukur, yaitu dimulai dari tahap pemasangan patok sampai pencatatan data
ukur.

5. Titik Referensi

Titik awal pengukuran dan referensi ditetapkan oleh direksi pekerjaan. Posisi koordinat (X
dan Y) dari titik referensi tersebut dapat diketahui seketika dengan menggunakan alat GPS
(Global Positioning System). Hal ini dilakukan apabila pada daerah studi tidak ditemukan
patok tetap utama hasil studi terdahulu atau patok tetap utama yang ada jaraknya sangat

LAPORAN PENDAHULUAN # 22 #
CV. TRI MITRA JAYA KONSULTAN
jauh dari lokasi yang akan diukur, sehingga jika harus mengikatkannya ke patok tersebut
memerlukan waktu yang lama dan biaya yang cukup besar.

Teori mendapatkan data koordinat dengan menggunakan alat GPS itu adalah sebagi berikut :

a. Usahakan agar jumlah satelit yang terekam atau memberikan informasi minimum
sebanyak 5 buah.
b. Pembacaan data diambil minimal 2 kali pada setiap titiknya.
c. Karena data yang didapatkan dari alat GPS itu adalah data lintang dan bujur, maka
kita harus mentransfernya lagi kedalam format koordinat UTM yakni dengan melakukan
perhitungan yang mengacu pada Tabel-tabel atau program yang telah disediakan atau
diikutkan dalam alat GPS tersebut.

Sedangkan untuk data elevasinya (Z) dilakukan dengan melakukan pengikatan pada patok
tetap atau bangunan eksisting terdekat yang kondisi fisiknya dinilai masih baik.

6. Pemasangan Patok

Patok yang dipasang di lapangan berupa patok sementara dan patok tetap.

a. Patok sementara:

1) Semua patok sementara yang dipakai sebaiknya dibuat dari kayu kasau ukuran 5/7.
2) Tiap patok sementara dipasang dengan masing-masing letak dan jarak yang
diperhitungkan terhadap kebutuhan kerangka horisontal, kerangka vertikal, penampang
melintang, serta rinci sungai.
3) Jarak antar patok sementara dipasang dengan jarak 50 m untuk kondisi trase sungai
yang lurus. Sedangkan untuk trase sungai di daerah tikungan dapat dipasang dengan
jarak yang lebih rapat lagi sehingga datanya dapat terambil secara lebih detail.
4) Semua patok sementara yang dipasang dicat dengan warna merah, diberi paku di
atasnya, serta diberi nomor urut, jelas dan sistematis.
5) Data pemasangan patok sementara ini dicatat dan digambar sketsanya pada lembar
formulir “Daftar Jarak”.

b. Patok tetap:

1) Patok tetap utama:

a) Patok tetap utama dipasang pada awal dan akhir dari jalur pengukuran.
b) Pemasangan patok tetap utama dilakukan di sepanjang tepi kiri dan tepi Kiri sungai,
dengan jarak tiap 2 km.Letak patok tetap dipilih di tempat yang aman serta pada kondisi
tanah yang stabil.

LAPORAN PENDAHULUAN # 23 #
CV. TRI MITRA JAYA KONSULTAN
c) Semua patok tetap utama tersebut harus diberi nama, nomor dan bulan serta tahun
pemasangannya, yang dipasang supaya urut, jelas, serta sistematis dan ditulis dengan
warna biru pada marmer putih.Pemberian nomor yang terkecil dimulai dari bagian hilir
terus ke arah hulu.
d) Tiap patok tetap utama dipasang dengan memunggung sungai, artinya bahwa nama,
nomor serta bulan dan tahun pemasangan berada dalam posisi membelakangi sungai.
Tiap-tiap patok tetap utama yang telah dipasang harus dibuat diskripsinya secara
representatif, serta menampilkan pula nama desa, kecamatan, kabupaten, arah utara,
arah aliran sungai, dan dilengkapi pula dengan skesta serta foto patok tetap utama yang
bersangkutan.
e) Foto dari masing-masing patok tetap utama harus berwarna dan foto tersebut harus
menampakkan nama dan nomor patok tetap utama.
f) Dimensi patok tetap utama dibuat berukuran 20 x 20 x 100 cm, terbuat dari beton
campuran 1 : 2 : 3 dengan memakai tulangan besi 10 mm dan notasinya terbuat dari
marmer berukuran 12 x 12 cm yang digrafir.

2) Patok tetap pembantu.

a) Pada setiap patok tetap utama harus dipasang dengan sebuah patok tetap pembantu
terbuat dari pipa paralon diameter 4” yang dicor beton campuran 1 : 2 : 3 dengan
memakai tulangan besi  10 mm sebagai kontrol arah azimuth. Jarak pemasangannya
kurang lebih 100 meter dari patok tetap utama serta dapat terlihat langsung dari patok
tetap utama.
b) Pemasangan patok tetap pembantu dilakukan di sepanjang tepi kiri dan tepi Kiri
sungai.Letak patok tetap dipilih di tempat yang aman serta pada kondisi tanah yang
stabil.
c) Semua patok tetap pembantu tersebut harus diberi nama, nomor dan bulan serta tahun
pemasangannya, yang dipasang supaya urut, jelas, serta sistematis dan ditulis dengan
warna biru pada marmer putih.Pemberian nomor yang terkecil dimulai dari bagian hilir
terus ke arah hulu.
d) Tiap patok tetap pembantu dipasang dengan memunggung sungai, artinya bahwa nama,
nomor serta bulan dan tahun pemasangan berada dalam posisi membelakangi sungai.
e) Tiap-tiap patok tetap pembantu yang telah dipasang harus dibuat diskripsinya secara
representatif, serta menampilkan pula nama desa, kecamatan, kabupaten, arah utara,
arah aliran sungai, dan dilengkapi pula dengan skesta serta foto patok tetap pembantu
yang bersangkutan.
f) Foto dari masing-masing patok tetap pembantu harus berwarna dan foto tersebut harus
menampakan nama dan nomor patok tetap pembantu.

LAPORAN PENDAHULUAN # 24 #
CV. TRI MITRA JAYA KONSULTAN
c. Penentuan Azimuth

Penentuan azimuth awal dan akhir pengukuran akan dilakukan dengan metode tinggi
matahari yang diikatkan pada patok tetap utama referensi. Sebenarnya ada cara yang lebih
sederhana dalam menentukan nilai azimuth tersebut yakni cukup dengan menyetel jarum
bousole pada alat ukur T-0 lalu mengikatkannya pada patok tetap utama referensi, tetapi
cara ini dianggap kurang teliti.

Formulir pengamatan matahari dan hitungan azimuth matahari dengan metode tinggi
matahari dapat dilihat pada lampiran.

d. Pengukuran Kerangka Horisontal Peta

Secara keseluruhan ada beberapa metode pengukuran kerangka horisontal peta dan pada
pedoman ini dipakai metode pengukuran poligon, karena metode pengukuran poligon mudah
menyesuaikan dengan kondisisungai. Berdasarkan fungsi dan ketelitiannya pengukuran
poligon dibagi menjadi pengukuran poligon utama dan pengukuran poligon cabang.
Pengukuran poligon utama berfungsi sebagai kontrol dalam mencegah rambatan kesalahan,
sedangkan pengukuran cabang berfungsi untuk mengikat letak penampang melintang dan
rinci sungai yang diukur.

1) Pengukuran poligon utama.

a) Jalur pengukuran poligon utama hanya melalui patok tetap utama.


b) Bentuk jalur pengukuran poligon utama tersebut harus tertutup (kring) terhadap patok
tetap utama yang berada di seberang sungai (berseberangan).
c) Tiap sudut poligon utama diukur dengan universal theodolit yang memiliki ketelitian dua
detik dengan cara reiterasi, yaitu minimal sebanyak empat seri untuk masing-masing
sudut.
d) Setiap akan memulai pengukuran terlebih dahulu dilakukan pengecekan theodolit.
e) Kesalahan penutup sudut pengukuran poligon utama tidak boleh lebih 10”n, dimana n
adalah banyaknya titik poligon.
f) Semua sisi poligon utama diukur dengan teliti.
g) Masing-masing sisi poligon utama tersebut minimal diukur sebanyak empat kali, yaitu
dilakukan dengan cara pergi pulang.
h) Semua data pembacaan dicatat dan ditambahkan gambar sketsa jalur pengukuran
dalam lembar formulir “Pengukuran Poligon”.
i) Kesalahan linier pengukuran poligon utama tidak boleh lebih dari 1/10.000.
j) Sudut arah poligon memakai azimuth astronomi yang dalam hal ini dilakukan dengan
pengamatan matahari.
k) Pelaksanaan pengamatan matahari perlu dilengkapi dengan prisma roulop.

LAPORAN PENDAHULUAN # 25 #
CV. TRI MITRA JAYA KONSULTAN
l) Jarak maksimum untuk dua kontrol azimuth 5 km.
m) Koreksi sudut antara dua kontrol azimuth maksimum 8” untuk tiap titik poligon.

2) Pengukuran Poligon Cabang

a) Jalur pengukuran poligon cabang harus dimulai dari jalur pengukuran poligon utama
kemudian diakhiri pada jalur pengukuran poligon utama pula. Jalur pengukuran poligon
cabang ini harus melewati semua patok tetap utama, patok tetap pembantu serta patok
sementara
b) Tiap sudut poligon cabang diukur dengan universal theodolit yang memiliki ketelitian
sepuluh detik dengan cara reiterasi, yaitu minimal sebanyak dua seri untuk masing-
masing sudut.
c) Setiap akan memulai pengukuran terlebih dahulu dilakukan pengecekan theodolit.
d) Kesalahan penutup sudut pengukuran poligon cabang tidak boleh lebih 20”n, dimana n
adalah banyaknya titik poligon.
e) Semua sisi poligon utama diukur dengan teliti.
f) Masing-masing sisi poligon cabang tersebut minimal diukur sebanyak dua kali, yaitu
dilakukan dengan cara pergi pulang.
g) Kesalahan linier pengukuran poligon cabang tidak boleh lebih dari 1/5.0000.

e. Pengukuran Kerangka Vertikal Peta

Untuk mendapatkan ketinggian titik-titik tetap (Bench Mark) dari kerangka dasar horisontal
(baik kring polygon utama dan cabang) dilakukan pengukuran waterpass secara tertutup,
dengan mengambil satu titik referensi tinggi (sebagai titik nol lokal/titik awal tinggi), dimana
titik tersebut mempunyai ketinggian terhadap permukaan air laut rata-rata.

Kerangka vertikal peta diukur dengan metode waterpasing dan dibawah ini akan diuraikan
beberapa hal penting yang perlu diperhatikan.

1) Referensi ketinggian sesuai dengan referensi kerangka horisontal yang telah disebutkan
diatas atau sesuai dengan petunjuk Direksi.
2) Jalur pengukuran waterpasing harus melalui semua patok poligon.
3) Jalur pengukuran waterpasing tersebut harus membentuk loop (kring), terhadap patok
tetap utama yang berseberangan (seberang sungai).
4) Alat ukur waterpas yang dipakai memiliki jangkauan pembacaan sampai 120 m dengan
level orde 2 (Wild NAK 2, Sokkisha B2 atau yang sederajat).
5) Setiap akan memulai pengukuran terlebih dahulu dilakukan pengecekan alat ukur
waterpas.
6) Rambu yang akan dipakai harus mempunyai interval skala yang benar.

LAPORAN PENDAHULUAN # 26 #
CV. TRI MITRA JAYA KONSULTAN
7) Pada pengukuran tiap slag usahakan agar alat waterpasing selalu berdiri ditengah-
tengah kedua rambu.
8) Setiap pembacaan rambu ukur harus dilakukan pada ketiga benang, yaitu benang atas,
benang tengah, dan benang bawah.
9) Semua data pembacaan dicatat dan ditambahkan gambar sketsa jalur pengukuran
dalam lembar formulir “Pengukuran Waterpass”
10) Selisih antara jumlah beda tinggi hasil ukuran pergi terhadap jumlah beda tinggi hasil
ukuran pulang dalam setiap seksi tidak boleh lebih dari 8mmD, dimana D adalah
panjang seksii dalam Km.
11) Sebelum pengukuran, alat ukur diatur dengan mengusahakan agar garis bidik teropong
sejajar dengan arah garis nivo, arah garis nivo tegak lurus sumbu I, dan benang
mendatar diafragma tegak lurus sumbu I.
12) Sistem pembacaan rambu adalah muka-belakang-belakang-muka.
13) Jumlah slag pada tiap seksi dibuat genap, pemasangan rambu bergantian artinya rambu
belakang pada slag pertama menjadi rambu muka pada slag kedua.
14) Pemasangan rambu diusahakan tegak lurus dengan bantuan unting-unting (nivo).
15) Pelaksanaan pengukuran waterpasing harus dilakukan secara pergi-pulang pada setiap
seksi dengan panjang seksi antara 1 km – 2 km, apabila terjadi beda tinggi yang melebihi
batas toleransi, maka pengukuran segera dilanjutkan pada keesokan harinya.

Adapun kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi dalam pengukuran waterpass antara lain
disebabkan :

1) Kesalahan karena surveyor; kesalahan ini merupakan kesalahan secara kebetulan yang
disebabkan kurang telitinya penafsiran pembacaan rambu ukur.
2) Kesalahan karena alat yang digunakan seperti tidak sejajarnya garis bidik dengan arah
garis nivo, posisi rambu yang tidak lurus/miring.
3) Kesalahan karena keadaan alam seperti pengaruh kelengkungan bumi, pengaruh
reflaksi.

C. Pengolahan Data Ukur

1. Koordinasi Data

a. Semua data ukur maupun data lain supaya selalu diklasifikasikan, menurut jenisnya,
disusun dengan rapi, efisien, serta sistematis.
b. Semua data ukur dan hasil perhitungannya yang telah diterima dan disetujui, supaya
ditandai keabsahannya yaitu diberi paraf.

2. Perhitungan Data Ukur


LAPORAN PENDAHULUAN # 27 #
CV. TRI MITRA JAYA KONSULTAN
Sebelum dilakukan perhitungan data, maka terlebih dahulu disepakati mengenai bidang
referensi horisontal dan ketinggian yang akan dipakai, titik referensi horisontal dan ketinggian
yang dipakai, tahap-tahap perhitungan yang akan dilakukan, redukdi-reduksi yang akan
diberikan, rumus-rumus yang akan digunakan, sistem proyeksi peta yang dipakai, metode
ilmu hitung perataan yang digunakan, bentuk format dari formulir hitungan yang akan dipakai.

a. Hitungan Poligon
Secara umum hitungan poligon terdiri dari dua tahap, untuk tahap pertama adalah hitungan
koordinat sementara dan tahap yang kedua merupakan hitungan koordinat definitif.

1) Hitungan koordinat sementara


a) Jarak hasil ukuran
b) Azimuth
c) Hitungan koordinat
2) Hitungan koordinat definitif

b. Hitungan Waterpasing
Dalam melakukan perhitungan ketinggian/elevasi, konsultan telah menyiapkan lembar
formulir “Perhitungan Waterpass” (terlampir).Secara umum hitungan waterpasing terdiri dari
dua tahap, untuk tahap pertama adalah hitungan ketinggian sementara dan tahap kedua
hitungan ketinggian definitif.

1) Hitungan ketinggian sementara


a) Pemeriksaan hasil pengukuran dengan menghitung jumlah bacaan rambu
ke belakang, jumlah bacaan rambu muka, jumlah perbedaan tinggi untuk tiap seksi
pengukuran.
b) Menghitung beda tinggi antara patok tetap utama, serta pada tiap loop.
c) Menghitung ketinggian tiap-tiap patok.
Setelah hasil ukuran diteliti kebenarannya dimana 2Bt = Ba + Bb maka dilakukan
perhitungan, adapun rumus yang digunakan adalah:
Hn= Hn-1 +  Hn-1.n + C
Dimana:
Hn = Titik yang akan dihitung
Hn-1 = Titik yang diketahui tingginya
 Hn-1.n = Beda tinggi antara titik n-1 ke titik n
C = Koreksi
2) Hitungan ketinggian definitif
Hitungan tinggi definitif dilakukan dengan metode Least Square (kwadrat terkecil).

3) Hitungan Rinci Sungai


Jarak tiap rinci terhadap patok merupakan jarak tidak langsung (jarak optis) yang dihitung
berdasarkan funsi geometri sudut vertikal dan hasil bacaan rambu ukur.
Beda tinggi tiap rinci terhadap patok dihitung dengan rumus tachymetri.
Sedangkan ketinggian tinggi tiap rinci dihitung terhadap ketinggian yang telah definitif.

Adapun rumus yang digunakan adalah:


Dm = 100. (ba – bb). cos m

LAPORAN PENDAHULUAN # 28 #
CV. TRI MITRA JAYA KONSULTAN
Dd = 100. (ba – bb). cos² m
HAB = 100. (ba – bb). cos m . sin m
= ½. 100. (ba – bb). sin 2m
HAB = 100. (ba – bb). ½. sin 2m
TB = TA + HAB – Bt + Ta
Dimana:
HAB = Beda tinggi titik A dan B
Dd = Jarak datar
Ta = Tinggi alat
TA = Tinggi patok A yang diketahui tingginya
TB = Tinggi patok B yang akan dihitung tingginya

Hitungan Rinci Penampang Melintang Jarak tiap rinci terhadap kerangka merupakan jarak
tidak langsung (jarak optis) yang dihitung berdasarkan fungsi geometri sudut vertikal dan
hasil bacaan rambu ukur.Beda tinggi tiap rinci terhadap patok juga dihitung dengan rumus
tachymetri.

Sedangkan ketinggian tiap rinci pada penampang dihitung terhadap ketinggian yang telah
definitif.

D. Penyajian Hasil

1. Penggambaran

Kegiatan pelaksanaan penggambaran topografi mengacu pada “Standar Perencanaan


Teknis Perkuatan Tebing, Persyaratan Teknis bagian Pengukuran Topografi (PT-02)” dan
“Standar Perencanaan Teknis Perkuatan Tebing, Kriteria Perencanaan bagian Standar
Penggambaran (KP–07)”.

a. Peta

Sebelum dilakukan penggambaran pada kertas kalkir terlebih dahulu dibuat draft di lapangan
pada kertas milimeter dengan skala 1 : 2.000.

Atas pertimbangan beberapa hal seperti : 1. Daerah yang dipetakan relatif luas dan tidak
mungkin digambar dalam 1 (satu) lembar kertas ukuran A1; 2. Luas meja gambar yang
terbatas; 3. Faktor ketelitian karena mengkerut atau mengembangnya kertas; 4. Efisiensi
dalam pekerjaan perencanaan; 5. mudah dibawa-bawa, maka daerah yang akan dipetakan
dibagi-bagi dalam lembaran-lembaran peta (blad), dimana 1 (satu) lembar peta mempunyai
batas :

1) panjang (x) =50 cm (50 cm x 2.000 cm = 1.000 m)


2) lebar (y) =50 cm (50 cm x 2.000 cm = 1.000 m)
3) jumlah kotak grid =25 kotak

Di mana sistem grid yang dipakai adalah sebagai berikut:

LAPORAN PENDAHULUAN # 29 #
CV. TRI MITRA JAYA KONSULTAN
Y

10 cm

X
10 cm
Berdasarkan daerah pengukuran yang akan dipetakan, maka lembar-lembar (blad) peta
diberi nomor hanya daerah yang tercakup / tergambar pada lembar bersangkutan.
Sebagai ilustrasi :

4 5 6 7

1 2 3

1) Gambar Draft
a) Jenis Kertas
Penggambaran draft dilakukan dengan menggunakan kertas millimeter untuk diperiksa
oleh Direksi dan mendapatkan persetujuan sebelum dilanjutkan ke tahap penggambaran
CAD menggunakan komputer.
b) Skala Peta
Pada dasarnya semakin besar skala peta maka peta tersebut semakin teliti dan semakin
mendekati keadaan sebenarnya, demikian pula sebaliknya semakin kecil skala peta
tersebut makin tidak teliti karena unsur-unsur di dalam peta banyak mengalami
penyederhanaan.Sebagai contoh suatu sungai memiliki lebar 10 m, sungai tersebut
digambar dengan skala 1 : 5000, ini berarti 1 cm di peta sama dengan 50 m di sungai,
dan ini berarti bahwa lebar sungai tersebut tergambar pada peta sebesar 2
milimeter.Akan tetapi sebagai pendekatan maka skala peta dapat dibuat yang
disesuaikan dengan peruntukan:

 studi kelayakan 1 : 5000; 1 : 2000; 1 : 1000


 pra desain 1 : 2000; 1 : 1000; 1 : 500
 desain rinci 1 : 2000; 1 : 1000; 1 : 500; 1 : 200
LAPORAN PENDAHULUAN # 30 #
CV. TRI MITRA JAYA KONSULTAN
Dan untuk produk pekerjaan kali ini, peta Embungasi sungai akan dibuat dengan skala
1 : 2000 dengan kerapatan garis kontur dibuat dengan interval 0.5 m untuk kemiringan
medan yang landai dan 1 m untuk kemiringan medan yang curam, dengan alasan bahwa
jika nantinya pihak pemilik pekerjaan akan melanjutkan ketahapan berikutnya baik studi
kelayakan atau pra desain maupun desain rinci, maka gambar skala tersebut sudah
cukup untuk dijadikan referensi.

BAB IV
RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN

4.1 Rencana Kerja

Rencana kerja dalam hal ini disusun dengan menyusun jadwal pelaksanaan pekerjaan yang
item-item yang telah diuraikan dalam bagan alir dan metode pelaksanaan, dalam bentuk
distribusi grafik balok (bar chart) dan bobot dan kurva-S. Jadwal pelaksanaan ini akan
menjadi acuan untuk memantau kemajuan tahapan pelaksanaan pekerjaan. Semua kegiatan
yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan akan ditampilkan dalam jadwal, kapan harus
dimulai dan kapan harus diselesaikan. Dengan demikian pemantauan kemajuan pekerjaan
dapat dilaksanakan secara real time. Adapun rincian dari item kegiatan dalam jadwal
kegiatan pekerjaan dapat diuraikan sebagai berikut:
A. Kegiatan Pendahuluan
1. Administrasi
2. Laporan Bulanan
3. Pengumpulan Data Skunder dan Peta
4. Survey Pendahuluan dan Kajian Awal

LAPORAN PENDAHULUAN # 31 #
CV. TRI MITRA JAYA KONSULTAN
5. Laporan Pendahuluan
B. Kegiatan Survey
1. Survey Topografi, Perhitungan dan Penggambaran
2. Survey Bathimetri
3. Survey Pasang Surut
C. Kegiatan Analisa Data
1. Analisis Topografi
2. Analisa Bathimetri
4. Sistem Planing

D. Kegiatan Diskusi dan Pelaporan


1. Diskusi Laporan Pendahuluan
2. Diskusi Laporan Akhir

4.2 Organisasi Pelaksana

Organisasi pelaksana proyek dirancang oleh Konsultan sedemikian rupa yang mencerminkan
hal-hal sebagai berikut (dalam pengaturannya, konsultan menyediakan
semuakeperluanlogistik dan administrasi, termasuk transport, perhubungan/ komunikasi,
termasuk fasilitas e-mail dan kantor) :
a. Konsultan mempunyai Team Leader dari perorangan dengan kualifikasi yang tinggi dan
kemampuan untuk melaksanakan proyek.

b. Team Leader akan dibantu oleh Supporting Staff yang akan membantu dalam hal-hal
yang bersifat administrasi dan non teknis lainnya.

Keseluruhan tanggung jawab koordinasi, manajemen, penganggaran dan monitoring akan


berada di bawah koordinasi Team Leader. Struktur Organisasi Konsultan yang terlibat dalam
penugasan ini ditampilkan dalam halaman berikut.

Tenaga ahli yang dibutuhkanantara lain:

1. Team Leader/Ahli Teknik Sipil Sumber Daya Air, minimal lulusan S1 Jurusan
Teknik Sipil dengan pengalaman minimal 2 (tiga) tahun memiliki pengalaman pada
pekerjaan yang berkaitan dengan bidang Sumber Daya Air, memiliki Sertifikat
Keahlian (SKA).

2. Tenaga pendukung, terdiri dari :


a. Operator Komputer : 1 (satu) orang, minimal Lulusan SMU sederajat
b. Surveyor : 2 (dua) orang, minimal Lulusan SMK/STM
c. Drafter (Operator CAD) : 2 (dua) orang, minimal lulusan SMK/STM

LAPORAN PENDAHULUAN # 32 #

Anda mungkin juga menyukai