kesejahteraan manusia. Sumber daya kelautan meliputi hutan mangrove, terumbu karang, padang
lamun dan rumput laut, dan perikanan laut.
A. Hutan Mangrove
Hutan mangrove merupakan ekosistem pendukung kehidupan yang penting di wilayah
pesisir dan lautan. Secara ekologis, hutan mangrove berfungsi sebagai penyedia nutrien
bagi biota perairan, tempat pemijahan dan asuhan bagi berbagai macam biota, penahan
abrasi, amukan angin taufan dan tsunami, penyerap limbah, pencegah intrusi air laut dan
lain sebagainya (NONTJI, 1987). Secara ekonomis, hutan mangrove menghasilkan kayu,
daundaunan sebagai bahan baku obat dan lain sebagainya
B. Terumbu Karang
Ekosistem terumbu karang mempunyai produktivitas organik yang tinggi, demikian pula
keanekaragaman hayatinya. Terumbu karang berfungsi ekologis sebagai penyedia nutrien
bagi biota perairan, pelindung fisik pantai, tempat pemijahan, tempat asuhan dan mencari
pakan bagi berbagai biota. Terumbu karang juga mempunyai produk yang bernilai
ekonomis penting seperti berbagai jenis ikan karang, udang karang, alga, teripang, dan
berbagai jenis keong dan kerang. Di beberapa tempat di Indonesia, karang batu (hard
coral) dipergunakan untuk berbagai kepentingan seperti konstruksi jalan dan bangunan,
bahan baku industri, dan perhiasan. Dalam industri pembuatan kapur, karang batu sering
ditambang sangat intensif seperti terjadi di pantai-pantai Bali hingga mengancam
kelestarian pantai.
C. Padang Lamun
Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga (Spermatophyta) yang sudah sepenuhnya
menyesuaikan diri untuk hidup di bawah permukaan air laut. Keberadaan padang lamun
dapat menstabilkan dasar laut. Padang lamun berfungsi sebagai perangkap sedimen dan
distabilkan. Padang lamun merupakan daerah penggembalaan (grazing ground) bagi
hewanhewan laut seperti "duyung" (mamalia), penyu laut, bulu babi dan beberapa jenis
ikan. Padang lamun juga merupakan daerah asuhan (nursery ground) bagi larva-larva
berbagai jenis ikan. Tumbuhan lamun dapat digunakan sebagai bahan makanan dan
pupuk. Misalnya samo-samo (Enhalus acaroides) oleh penduduk Kepulauan Seribu
dimanfaatkan bijinya sebagai bahan makanan.
D. Rumput Laut
Secara tradisional rumput laut dimanfaatkan oleh masyarakat pesisir terutama sebagai
bahan pangan, seperti untuk lalapan, sayur, acar, manisan, kue, selain juga dimanfaatkan
sebagai obat. Pemanfaatan untuk industri dan sebagai komoditas ekspor berkembang
pesat pada beberapa dasawarsa terakhir ini. Pemanfaatan rumput laut untuk industri
terutama oleh kandungan senyawa kimia didalamnya, khususnya karagenan, agar, dan
algin. Dengan melihat besarnya potensi pemanfaatan alga, terutama untuk ekspor, maka
saat ini usaha budidayanya mulai semarak dilakukan masyarakat pesisir. Usaha budidaya
rumput laut ini berkembang di Kepulauan Seribu (Jakarta), Bali, Pulau Samaringa
(Sulawesi Tengah), Pulau Telang (Riau), dan Teluk Lampung. Jenis rumput laut yang
dibudidayakan yaitu Kappaphychus alvarezii, yang sebelumnya dikenal sebagai Echeuma
alvarezii.
E. Perikanan Laut
Selain potensi perikanan tangkap di laut, potensi perikanan lainnya yang belum
dimanfaatkan secara optimal adalah budidaya perikanan baik budidaya pantai maupun
budidaya laut. Potensi budidaya pantai (tambak) sekitar 830.200 ha yang tersebar
diseluruh wilayah perairan Indonesia dan yang baru dimanfaatkan untuk budidaya ikan
bandeng, kakap, udang windu dan jenis-jenis lainnya hanya sekitar 356.308 ha. Dengan
demikian peluang pengembangan usaha budidaya masih terbuka luas. Usaha budidaya
mempunyai prospek yang baik dimasa yang akan datang dalam memajukan taraf hidup
para nelayan disekitar pesisir laut. Beberapa komoditas perikanan saat ini sudah mulai
dikembangkan untuk di budidayakan dan mempunyai prospek baik yaitu berbagai jenis
ikan kerapu, kakap putih, kakap merah, bandeng, lola, batu laga, kerang mutiara, dan
teripang.
Perlu dilakukan pengusahaan yang tepat yang berorientasi pada potensi lestari sumber kekayaan
laut guna mencegah eksploitasi dan eksplorasi yang berlebihan. Potensi sumber daya kelautan
dan perikanan di pulau-pulau kecil dan/atau kawasan perbatasan sangat berpeluang
didayagunakan untuk kepentingan keberlanjutan sumber daya kelautan dan perikanan serta usaha
untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dalam konsep SKPT di pulau- pulau kecil dan/atau
kawasan perbatasan akan dikembangkan sebuah sistem dan pola yang memanfaatkan sumber
daya kelautan dan perikanan serta sumber daya manusia sebagai basis pengembangan sentra
kelautan dan perikanan terpadu, yang akan menjadi episentrum pengelolaan sumber daya laut
khususnya pada bidang penangkapan, budidaya, dan technopark. Untuk menunjang
berkembangnya bidang-bidang usaha tersebut khususnya dalam menjaga ketersediaan sumber
daya ikan dan kelestarian lingkungan, maka upaya konservasi menjadi bagian integral dari
pengembangan sentra kelautan dan perikanan rakyat di pulau-pulau kecil dan/atau kawasan
perbatasan.