Anda di halaman 1dari 3

Nama : Sastia Dwi Cahya

Npm : 1914201033

PS : Sumberdaya Akuatik

Ujian 1 Manajemen Wilayah Pesisir dan Laut

Potensi dan Tantangan Wilayah Peisisir dan Laut Indonesia

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulaunya


mencapai 17.504 pulau dimana tiga perempat wilayahnya adalah laut dengan luas sebesar
5,9 juta km2 dan dengan panjang garis pantai 95.161 km terpanjang kedua setelah Kanada.
Berdasarkan UNCLOS 1982, total luas wilayah laut Indonesia menjadi 5,9 juta km2 yang
terdiri atas 3,2 juta km2 perairan teritorial dan 2,7 km2 perairan Zona Ekonomi Eksklusif,
luas perairan ini belum termasuk landas kontinen. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai
negara kepulauan terbesar di dunia. Dilihat dari posisi geografisnya, kepulauan Indonesia
sengatlah strategis karena menjadi pusat lalu lintas maritim antar benua. Wilayah pesisir
merupakan agregasi dari berbagai komponen ekologi dan fisik yang saling terkait dan
saling berinteraksi. Pembangunan dengan memanfaatkan sumberdaya pantai tanpa
memperhatikan prinsip-prinsip ekologis akan dapat merusak fungsi ekosistem pantai. Oleh
karena itu, pengembangan wilayah pesisir harus memperhatikan prinsip-prinsip ekologi
agar tidak merusak fungsi dari ekosistem pantai.

Indonesia sebagai negara tropis, memiliki kekayaan akan sumberdaya hayati yang sangant
tinggi. Dari 7000 spesies ikan di dunia, 2000 jenis diantaranya terdapat di Indonesia.
Potensi lestari sumberdaya perikanan laut Indonesia kurang lebih 6,4 juta ton per tahun,
terdiri dari, ikan pelagis besar (1,16 juta ton), pelagis kecil (3,6 juta ton), demersal (1,36
juta ton), udang penaeid (0,094 juta ton), lobster (0,004 juta ton) , cumi-cumi (0,028 juta
ton), dan ikan-ikan karang konsumsi (0,14 juta ton). Dari potensi tersebut jumlah tangkapan
yangdibolehkan (JTB) sebanyak 5,12 juta ton per tahun, atau sekitar 80% dari potensi
lestari. Potensi sumberdaya ikan ini tersebar di 9 (sembilan) wilayah Pengelolaan Perikanan
Indonesia. Bila dikelompokkan secara spesifik, maka Indonesia memiliki empat sumber
daya kelautan yang dapat
menjadi modal besar dalam mensejahterakan rakyatnya, antara lain:

1. Sumberdaya alam terbarukan (reneable resources), meliputi sumberdaya


perikanan, h utan mangrove, terumbu karang, rumput laut, padang lamun dan
senyawa-senyawa bioaktif sebagai bahan baku industry farmasi, kosmetik makanan
dan minuman, dan industry lainnya.
2. Sumberdaya alam tak terbarukan (non reneable resources), meliputi minyak
bumi,gas bumi timah, bauksit, bijih besi, fosfor, mangan, bahan tambang serta
energy mineral lainnya. Sekitar 70% produksi minyak dan gas bumi Indonesia
berasal dari kawasan pesisir dan laut.
3. Energi kelautan atau energi non konvensional, meliputi energi gelombang, pasang
surut, arus laut, dan OTEC (Ocean Thermal Energy Conversion)
4. Jasa-jasa lingkungan kelautan, meliputi media transportasi dan komunikasi,
keindahan alam untuk rekresi dan pariwisata, penelitian dan pendidikan, pertahanan
dan keamanan, pengatur iklim (climate relugulator), dan system penunjang
kehidupan (life-supporting systems)

Tantangan bagi pemerintah daerah di Indonesia dalam pengembangan wilayah pesisir dan
laut yaitu bagaimana suatu daerah mempersiapkan perencanaan pengelolaan wilayah pesisir
(master plan). Mulai dari wilayah yang terdiri dari pulau-pulau, berada dikawasan
perbatasan negara sampai dengan besarnya potensi pencemaran dan perusakan lingkungan
laut yang nantinya akan berdampak kepada wilayah pesisir sebagai satu kesatuan ekosistem
wilayah laut. Perencanaan merupakan suatu hal krusial dalam proses pembangunan
kelautan karena apabila perencanaan pengelolaan kelautan tidak terencana dengan baik
maka akan berdampak dikemudian hari dimana masyarakat terutama masyarakat pesisir
dan nelayan akan merasakan dampak yang besar. Selain itu, mempersiapkan sumberdaya
manusia juga perlu dilakukan. Hal ini karena pengelolaan wilayah pesisir dan laut tidak
hanya dilalkukan oleh pemerintah tetapi juga dengan masyarakat setempat. Pelaksakan
program PEMP (Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir) harus dilakukan agar
masyarakat yang pasif didorong dan dibantu melalui program ini. Dengan demikian,
masyarakat akan mendapat pengarahan, bantuan modal serta program– program yang
konkrit seperti bantuan bbm subsidi bagi masyarakat nelayan, kedai-kedai masyarakat
pesisir,sampai dengan mendirikan koperasi bagi para nelayan.

Minimnya ilmu pengetahuan mayarakat pesisir dan teknologi mengakibatkan wilayah


pesisir dan laut sulit untuk berkembang menjadi lebih baik. Bagaimana mungkin
masyarakat pesisir terutama para nelayan mampu meningkatkan daya tangkap perikanan
serta ekosistem laut lainnya seperti mangrove, budidaya terumbu karang, sampai dengan
budidaya tumbuhan laut lainnya seperti budidaya rumput laut. Semua itu memerlukan
keahlian dan teknologi dalam proses pelaksanaannya. Selain itu masyarakat juga harus
cerdas dan tahu akan potensi pencemaran dan perusakan lingkungan pesisir, terutama bagi
kawasan-kawasan pesisir yang telah tercemar dan rusak semua memerlukan teknologi
dalam upaya pemulihan. Oleh karena itu, diperlukan bantuan dari kalangan akademisi, para
terpelajar dan lembaga sosial masyarakat untuk membantu terkait dengan ilmu serta
teknologi yang tepat dalam pengelolaan wilayah pesisir dan laut. Tantangan terakhir yang
sering dialami dalam pengembangan wilayah pesisir adalah modal. Modal menjadi alasan
utama bagi masyarakat pesisir terutama nelayan tradisional untuk bisa berkembang dalam
menggunakan teknologi sehingga bisa bersaing dengan nelayan-nelayan di luar negeri.
SUMBER

Lestari. 2013. Potensi dan Tantangan Pengelolaan Sumber Daya Kelautan Dalam
Penciptaan Masyarakat Pesisir yang Siap Menjawab Perkembangan Zaman. Jurnal
Selat Vol.1 N0.1

Arianto. 2020. Potensi Wilayah Pesisir di Negara Indonesia. Jurnal Geografi. Geografi
dan Pengajarannya. Volume XX Nomor XX 2020

Anda mungkin juga menyukai