Anda di halaman 1dari 4

1.

ILLEGAL FISHING
Maraknya aktivitas illegal fishing di Indonesia disebabkan oleh beberapa hal
yaitu: (1) rentang kendali dan luasnya wilayah pengawasan tidak sebanding
dengan kemampuan pengawasan yang ada saat ini; (2) terbatasnya kemampuan
sarana dan armada pengawasan di laut; (3) lemahnya kemampuan SDM nelayan
Indonesia dan banyaknya kalangan pengusaha bermental pemburu rente ekonomi
atau broker; (4) masih lemahnya penegakan hukum; dan (5) lemahnya koordinasi
dan komitmen antar aparat penegak hukum berbagai kegiatan yang termasuk
kategori illegal fishing secara langsung merupakan ancaman bagi upaya
pengelolaan sumber daya ikan yang bertanggung jawab dan menghambat
kemajuan pencapaian perikanan tangkap yang berkelanjutan
2. Destructive Fishing
Penggunaan teknologi penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan hampir
terjadi di semua daerah di Indonesia. Teknologi penangkapan yang digunakan
pada umumnya menyebabkan kerusakan dan kehancuran sumber daya perikanan.
Teknologi tersebut misalnya, penggunaan alat tangkap trawl, potasium sianida,
dan penggunaan bom ikan.

3. Fenomena over-exploitation sumber daya ikan sudah terjadi di semua daerah.


Kendati demikian, terdapat daerah yang sudah melakukan aktivitas yang
mengarah pada pemulihan sumber daya tersebut. misalnya adanya Fish Sanctuary
di Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur. Namun, secara dominan upaya pemulihan
sumber daya ikan (restocking, sea ranching, fisheries sanctuary) belum
berkembang secara signifikan di semua daerah. Di Riau misalnya, pengelolaan
perikanan dilakukan dengan menggunakan alat tangkap kelong. Ikan yang
tertangkap dengan alat tersebut sedang mengalami proses kematangan gonad.
Dengan perkataan lain, jika kondisi semacam ini terus dibiarkan, tidak tertutup
kemungkinan sumber daya ikan di daerah ini akan mengalami penurunan potensi
secara signifikan.

SOLUSI

1. Restocking Perikanan adalah salah satu upaya penambahan stok ikan


tangkapan untuk ditebarkan di perairan umum, pada perairan yang dianggap
telah mengalami krisis akibat padat tangkap atau tingkat pemanfaatannya
berlebihan. Tujuan restocking selain menambah stok ikan agar dapat dipanen
sebagai ikan konsumsi , juga bertujuan mengembalikan fungsi dan peran
perairan umum sebagai ekosistem akuatik yang seimbang.
2. Sea Ranching adalah pemeliharaan ikan dalam suatu kawasan perairan dan
kawasan tesebut memiliki isolasi alamiah sehingga ikan yang ditebar
(restocking) biasa dipastikan tidak bisa berpindah tempat dan dapat ditangkap
kembali (recapture)
3. Daerah Perlindungan Laut (DPL) atau Marine Sanctuary adalah suatu kawasan
laut yang terdiri atas berbagai habitat, seperti terumbu karang, lamun, dan
hutan bakau, dan lainnya baik sebagian atau seluruhnya, yang dikelola dan
dilindungi secara hukum yang bertujuan untuk melindungi keunikan,
keindahan, dan produktivitas atau rehabilitasi suatu kawasan atau kedua-
duanya. Kawasan ini dilindungi secara tetap/permanen dari berbagai kegiatan
pemanfaatan, kecuali kegiatan penelitian, pendidikan, dan wisata terbatas
(snorkle dan menyelam). Daerah Perlindungan Laut merupakan kawasan laut
yang ditetapkan dan diatur sebagai daerah “larang ambil”, secara permanen
tertutup bagi berbagai aktivitas pemanfaatan yang bersifat ekstraktif.

Potensi

Perlu di ketahui bahwa Indonesia itu punya wilayah kepulauan terbesar dan garis pantai
terpanjang kedua di dunia setelah kanada. Indonesia merupakan Negara maritime dengan
potensi dan kontribusi perikanan yang signifikan bagi dunia, bahkan 10% pemasok
komoditas perikanan dunia itu dari kita. Dengan komoditas utama yaitu Tuna, Rumput Laut,
Udang, dan Kepiting.

Pemerintah membangun sentra bisnis kelautan dan perikanan terpadu di kawasan perbatasan.
Selain untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kawasan ini diharapkan dapat
memperbaiki kesejahteraa masyarakat pesisir. Karena 8 juta penduduk miskin di Negara kita
itu bergantung dari laut.

MATERI DISKUSI FGD

Pengelolaan Berbasis Masyarakat atau biasa disebut Community Based Fisheries


Management (CBFM) merupakan salah satu pendekatan pengelolaan sumberdaya alam,
misalnya Perikanan, yang meletakkan pengetahuan dan kesadaran lingkungan masyarakat
lokal sebagai dasar pengelolaannya. Pengelolaan Perikanan Berbasis Masyarakat (CBFM)
adalah sebagai suatu strategi untuk mencapai pembangunan yang berpusat pada manusia, di
mana pusat pengambilan kebijakan mengenai pemanfaatan sumberdaya alam secara
berkelanjutan di suatu daerah terletak/ berada di tangan masyarakat di daerah tersebut. Dalam
sistem pengelolaan ini, masyarakat diberikan kesempatan dan tanggung jawab dalam
melakukan pengelolaan terhadap sumberdaya yang dimilikinya.

pemanfaatan yang sangat tinggi tersebut tidak diikuti dengan upaya menjaga kelestarian
ekosistem laut dengan baik. Hal tersebut kemudian memicu banyaknya permasalahan yang
mengakibatkan kerusakan ekosistem laut.

Adanya degradasi lingkungan di pesisir Laut Jawa, salah satunya diakibatkan oleh
pembangunan yang dilakukan manusia. Pada prosesnya, dampak buruk dan limbah dari
pembangunan kemudian dibuang ke laut dan memicu pencemaran laut.
Beberapa tahun terakhir, perairan Laut Jawa yang masuk dalam wilayah pengelolaan
perikanan Negara Republik Indonesia (WPP-NRI) 712 mendapatkan perhatian sangat besar
dari para pemangku kebijakan sektor kelautan dan perikanan. Penyebabnya, karena over-
exploitasi sehingga perairan Laut Jawa disebut-sebut sudah ‘kehabisan nafas’, dan diprediksi
isinya akan habis tak bersisa.

Selain sumber daya ikan (SDI) yang semakin sulit ditangkap oleh para nelayan, dalam
beberapa tahun terakhir daya dukung lingkungan juga terus mengalami penurunan. Hal
tersebut terjadi, karena pembangunan di sepanjang pantai terus bertambah banyak dari waktu
ke waktu. Kondisi tersebut juga diperparah dengan tidak dijalankannya program konservasi
untuk wilayah pesisir.

Terkait tambak udang di karimunjawa

Pembangunan tambak di kawasan pesisir tanpa pendekatan ekologi turut mempercepat


penurunan data dukungnya.

Untuk mendorong optimalisasi sektor perikanan di Jawa Tengah, diperlukan pembentukan


badan usaha milik daerah (BUMD) yang khusus mengatur tentang pengelolaan perikanannya.
Kehadiran BUMD sangat diperlukan terlebih apabila tidak ada pihak lain yang terlibat dalam
pengembangan usaha bidang tertentu yang dibutuhkan oleh masyarakat di kawasan tersebut.
BUMD harus hadir sebagai solusi untuk mendorong peningkatan nilai ekonomi di kawasan.
Selain itu diperlukan pembentukan kemitraan yang terukur antara BUMD dengan BUMN
untuk mengembangkan sektor perikanan di Jawa Tengah. Titik kritisnya adalah pada
kemampuan pengelolaan BUMD itu sendiri. Dukungan sumber daya manusia (SDM) yang
berkualitas di BUMD merupakan kata kuncinya. Tanpa dukungan SDM yang handal di
bidang perikanan, akan sulit bagi BUMD untuk menghasilkan manfaat bagi pengembangan
sektor perikanan.

Hal yang kemudian menjadi perhatian adalah tentang kesehatan laut yang dinlai cukup rentan
terhadap berbagai kemungkinan pencemaran dan kerusakan. Selain terjadi di wilayah sendiri,
pencemaran juga dapat berupa hasil kiriman dari Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.
Bahkan tak sedikit limbah-limbah yang dihasilkan oleh Kapal penumpang maupun kapal
pengangkut barang terbuang diwilayah perairan di Jawa Tengah. Hal ini tentu menyebabkan
kesehatan terhadap laut semakin berkurang dan memerlukan perhatian lebih dari para
pemangku kebijakan beserta jajarannya.

Bagaimana dan seperti apa upaya yang dapat dilakukan untuk mewujudkan Suistainable
Development Goals (SDGs14) khususnya terkait perlindungan lingkungan laut di Jawa
Tengah.
Pemerintah Indonesia melalui Peraturan Menteri Nomor 75 tahun 2016 telah mengatur
bahwa tidak diperbolehkan membangun tambak baru pada lahan mangrove dan zona inti
kawasan konservasi.

Namun kenyataannya, saat ini hutan mangrove banyak tergusur untuk dialih fungsi lahannya
menjadi tambak udang dan lahan pertanian. Hilangnya hutan mangrove berarti hilangnya
fungsi daya dukung ekologi yang juga dapat menganggu keberlanjutan budidaya kedepannya.
Bagaimana meningkatkan kesadaran masyarakat terkait pentingnya keberadaan hutan
mangrove. Mangrove sudah jelas menukung keberlanjutan tambak udang, dan berlaku
sebaliknya tambak udang harus mendukung keberlanjutan hutan mangrove.

Anda mungkin juga menyukai