Ringkasan Eksekutif Grand Design Lumbung Ikan Nasional Tahun 2021 – 2040 merupakan
dokumen perencanaan yang memuat pandangan Pemerintah Provinsi Maluku, sebagai salah
satu pijakan untuk penyusunan rencana induk pengelolaan Lumbung Ikan Nasional oleh
Pemerintah Pusat, sebagaimana termuat dalam Rancangan Peraturan Presiden tentang
Lumbung Ikan Nasional. Dokumen ini merupakan tindak lanjut dari surat Menteri Kelautan
dan Perikanan Republik Indonesia Nomor : B-289/MEN-KP/V/2020 Tanggal 26 Mei 2020
tentang Maluku Sebagai Lumbung Ikan Nasional, serta beberapa pertemuan sebelumnya
secara virtual yang diselenggarakan oleh Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi
Republik Indonesia.
Melalui dokumen ini diharapkan adanya dukungan para pemangku kepentingan lain selain
kelautan perikanan, baik di tingkat nasional dan di tingkat daerah seperti kementerian
lembaga, OPD, swasta nasional asing, serta lembaga swadaya masyarakat. Dengan demikian
nantinya program Lumbung Ikan Nasional bukan hanya semata merupakan program
kelautan perikanan, melainkan program nasional yang melibatkan semua pihak dengan
kelautan perikanan adalah domain didalamnya.
i
Maluku - Lumbung Ikan Nasional
Diharapkan agar Ringkasan Eksekutif Grand Desain Lumbung Ikan Nasional ini dapat
diterima oleh berbagai pihak, dan dapat digunakan sebagai dasar penyusunan Rencana
Induk Lumbung Ikan Nasional, sehingga terjaminnya ketersedian stok ikan secara
berkelanjutan, optimalnya produksi perikanan, terjaminnya ketahanan pangan nasional
serta meningkatnya kesejahteraan masyarakat dapat kita wujudkan bersama.
ii
Maluku - Lumbung Ikan Nasional
DAFTAR ISI
iii
Maluku - Lumbung Ikan Nasional
DAFTAR TABEL
iv
Maluku - Lumbung Ikan Nasional
DAFTAR GAMBAR
v
Maluku - Lumbung Ikan Nasional
RASIONALITAS 1
1.1. Latar Belakang
Gambar 1.
5 Negara Penghasil Ikan Terbesar di Dunia Tahun 2018
12,68
7,15 6,71
dalam jutaan
4,84 4,72
Indonesia memegang peranan sangat penting dalam perikanan global, dengan potensi
perikanan lebih dari 12 juta ton per tahun yang tersebar di 11 WPP (wilayah pengelolaan
perikanan), kontribusi produk perikanan Indonesia menjadi sangat signifikan. Indonesia
1
Maluku - Lumbung Ikan Nasional
berkontribusi sebesar 7,95 % (6,71 juta ton) dari total produksi perikanan tangkap dunia
(84,41 juta ton) pada tahun 2018, dan menempati urutan ke-3 negara dengan produksi
perikanan tangkap terbesar di dunia. Namun, kenyataan saat ini banyak sumberdaya
perikanan di Indonesia mengalami pengeksploitasian yang berlebihan. Dengan keterlibatan
kurang lebih 12 juta orang dalam industri perikanan, pengelolaan perikanan yang
berkeberlanjutan menjadi tantangan besar.
Provinsi Maluku yang dikenal dengan sebutan Daerah Seribu Pulau dengan luas wilayah
administratif 712.479,65 km2 memiliki laut dengan luasan mencapai 658.294,69 Km2 (92,4 %)
dibandingkan dengan daratannya yang luasnya hanya 54.185 km2 (7,6 %). Perairan dan laut
Maluku memiliki keunikan dan keuntungann yang membuatnya kaya akan sumberdaya
ikan. Terletak pada pusat sabuk segitiga emas terumbu karang dunia (centre of coral triangle),
Laut Banda merupakan feeding dan spawning ground jenis-jenis tuna tertentu, terjadinya
fenomena upwelling yang memungkinkan laut tersebut semakin subur, serta perairan
Maluku dilalui oleh Arlindo yang merupakan pergerakan massa air dari Samudera Pasific ke
Samudera Hindia dan memegang peranan penting dalam siklus iklim dunia.
Arlindo merupakan pergerakan atau transpor massa air dari Samudera Pasifik menuju
Samudera Hindia yang memainkan peranan penting dalam siklus iklim global. Selain itu
pada Perairan Laut Banda, secara gradual terjadi pengangkatan massa air (upwelling) yang
berkontribusi pada peningkatan produktivitas perairan ini. Uniknya, lapisan dimana
terjadinya proses upwelling ini bahkan hingga mencapai kedalaman 1000 meter. Kondisi ini
berkorelasi positif dengan kekayaan potensi SDI di perairan ini.
Selanjutnya, keberadaan Maluku sebagai Provinsi Seribu Pulau dengan luas laut yang lebih
besar dari luat daratnya menjadikan Maluku sebagai miniatur Indonesia. Harapan
menjadikan Indonesia sebagai “Poros Maritim Dunia” dapat dimulai dari Maluku.
Membangun Maluku sebagai Lumbung Ikan Nasional berarti menjadikan daerah tersebut
sebagai produsen perikanan terbesar di Indonesia, yang mampu mensuplai kebutuhan
konsumsi masyarakat dan industri nasional dan menjadi eksportir utama komoditas
perikanan Indonesia.
2
Maluku - Lumbung Ikan Nasional
1.2. Kelembagaan, Konvensi dan Rencana Aksi Perikanan Regional
Gambar 2.
Distribusi Lembaga-Lembaga Regional, Konvensi dan Rencana Aksi Pengelolaan
Perikanan di Dunia
3
Maluku - Lumbung Ikan Nasional
1.3. Segitiga Terumbu Karang Dunia dan Prioritas Kawasan Konservasi
Gambar 3.
Segitiga Terumbu Karang Dunia
The Coral Triangle Initiative (CTI) diluncurkan sebagai upaya untuk mendukung pengelolaan
sumber daya perikanan pada ekosistem terumbu karang secara berkelanjutan. Inisiatif
Segitiga Terumbu Karang meliputi perairan di sekitar enam negara antara lain: Filipina,
Brunei, Malaysia, Indonesia, Papua New Guinea dan Negara bagian di perairan Pasifik.
Inisiatif ini merupakan kemitraan pemerintah yang didedikasikan untuk mempromosikan
laut yang sehat dengan membantu masyarakat dalam mengelola sumber daya laut melalui
penciptaan dan penguatan Kawasan Perlindungan Laut (MPAs), mempromosikan
menajemen bentang laut pada skala besar, meningkatkan perikanan, beradaptasi terhadap
perubahan iklim dan memulihkan spesies terancam.
Segitiga Terumbu Karang memiliki ekosistem laut yang paling beragam di dunia, dengan
lebih dari 500 spesies karang, setidaknya 3.000 spesies ikan dan hutan mangrove terbesar
4
Maluku - Lumbung Ikan Nasional
yang tersisa di bumi. Segitiga Terumbu Karang ini merupakan pusat global keanekaragaman
hayati laut, dan penting untuk menjaga ekosistem dan perikanan yang sehat bagi kesehatan
dan kesejateraan penduduk di seluruh dunia.
Inisiatif Segitiga Terumbu Karang merupakan model untuk melindungi ekosistem yang
mendukung dan berkelanjutan. Indonesia terletak pada pusat Coral Triangle (Segitiga
Karang Dunia) yang adalah kawasan dengan biodiversitas laut tertinggi di dunia. Perairan
Indonesia terkenal sangat kaya dengan keberagaman/diversitas yang tinggi pada ekosistem
pesisir dan lautnya. 18% karang dunia ada di perairan Indonesia, antara lain terkandung
lebih dari 70 genera dan 500 spesies karang, 2.500 spesies ikan, 2.500 spesies moluska, 1.500
spesies krustasea dan berbagai biota laut lainnya. Kekayaan yang menjadikan kawasan
Nusantara unggul dari kawasan-kawasan lain di dunia ini harus dijaga dan dilestarikan
sehingga tetap berada pada kondisi alami dan memungkinkan dinikmati bukan cuma pada
generasi sekarang tetapi juga pada generasi yang akan datang.
Salah satu pendekatan yang telah ditempuh dan berkembang pesat untuk melindungi
biodiversitas pada tingkatan kawasan, spesies sampai genetik yaitu konservasi. Sebagai
konsekuensi, pengembangan konservasi tak dapat dilepaspisahkan dari pengelolaan
perikanan dan lingkungan secara menyeluruh, termasuk di dalamnya pengelolaan
Lumbung Ikan Nasional (LIN). Keberadaan LIN memberikan konsekuensi bukan hanya
menjadi supplier kebutuhan konsumsi ikan Nasional tetapi juga mengedepankan fungsi-
fungsi perlindungan, pemanfaatan dan pelestarian ikan. Agar fungsi sebagai lumbung ikan
bagi kebutuhan konsumsi Nasional tetap terjaga maka pendekatan konservasi harus tetap
berjalan beriringan sehingga keberlanjutan fungsi LIN tetap terjaga kualitas dan
kuantitasnya.
Perairan Provinsi Maluku termasuk dalam tiga ekoregion yaitu Ekoregion Laut Banda,
Lesser Sunda dan Laut Arafura. Hasil pemberian ranking yang dilakukan oleh para ahli
terhadap prioritas konservasi laut di Indonesia dalam prioritas Konservasi Laut di
Indonesia, menunjukkan Ekoregion Laut Banda berada pada urutan ke 2, Ekoregion Lesser
Sunda berada pada urutan ke 3 sementara Ekoregion Laut Arafura menempati urutan ke 10.
5
Maluku - Lumbung Ikan Nasional
Gambar 4.
Peta Prioritas Konservasi Laut di Indonesia
Pola perwilayahan di Provinsi Maluku sesuai kondisi fisik daerahnya yang mencirikan
wilayah kepulauan, menggunakan pendekatan konsep Gugus Pulau (GP), Laut Pulau dan
Pintu Jamak. Konsep Gugus Pulau mengakomodasi dinamika pembangunan wilayah di
dalam Provinsi dan konektivitas antar wilayah kabupaten/kota. Konsep Laut Pulau
mengakomodasi konektivitas Provinsi Maluku dengan wilayah lain di sekitar, wilayah lain
di Indonesia dan orientasi regional dan global, dengan dukungan pintu-pintu keluar sebagai
manifestasi konsep Pintu Jamak. Orientasi konsep Laut Pulau dan Pintu Jamak adalah
ekspor dengan daya saing yang tinggi.
6
Maluku - Lumbung Ikan Nasional
Provinsi Maluku telah menetapkan 12 Gugus Pulau (GP) sebagai bagian integral dalam
perumusan kebijakan pembangunan wilayah. Setiap gugus pulau memiliki wilayah
pelayanannya masing-masing, sesuai dengan daya jangkau pusat-pusat gugus dan pulau-
pulau di sekitarnya, dan sesuai kriteria penetapan Gugus Pulau tersebut di atas.
Tabel 1.
Wilayah Pengembangan Gugus Pulau
Gambar 5.
Peta 12 Gugus Pulau
7
Maluku - Lumbung Ikan Nasional
1.5. Potensi Kelautan dan Perikanan
Provinsi Maluku memiliki potensi kelautan dan perikanan yang cukup besar. Dengan
memiliki 1.340 pulau dan panjang garis pantai sepanjang 10.630 km, menyimpan kekayaan
yang cukup beragam, dari sumberdaya ikan, hutan mangrove, padang lamun hingga
terumbu karang.
Gambar 5.
Potensi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku
Pulau Pulau
Perikanan Lamun Kecil
Budidaya
Perikanan
Terumbu Garis
Tangkap Mangrove
Potensi Sebagai
Karang Pantai
Ukuran Kunci
Ekosistem Ekosistem
1.336 Pulau kecil
mangrove seluas Lamun yang
Ekosistem dan 4 pulau Panjang Garis
Potensi lahan 132.290,7 ha membentuk
Potensi 4,67 Juta terumbu karang besar Pantai 10.630,10
budidaya laut berfungsi padang lamun
Ton pertahun seluas sangat potensial km
183.046,40 Ha, sebagai seluas 393,07 2
dengan Tingkat 2 1.323,44 Km untuk memungkinkan
budidaya air pelindung pantai Km merupakan
Produksi Tahun kaya akan pengembangan berlangsungnya
tawar 36.251 ha, Nursery Ground tudung
2018 mencapai sumber daya ekowisata bahari berbagai
budidaya air dan Feeding pelindung dan
534.484,9 ton ikan dan biota dan jasa-jasa aktivitas di
payau 191.150 Ground, serta habitat bagi
laut lainnya lingkungan kawasan pesisir
Ha habitat berbagai berbagai biota
lainnya
biota laut laut
Luasan hutan mangrove di Maluku merupakan salah yang terbesar di Indonesia. Dengan
luas yang cukup signifikan (132.290,7 ha), keberadaan hutan mangrove di Maluku
memainkan peranan penting baik secara ekologis, ekonomis maupun sosial dalam
mendukung pembangunan wilayah pesisir. Kelestarian dan keberlanjutan hutan mangrove
akan sangat mempengaruhi masa depan pengembangan sektor kelautan dan perikanan
karena fungsinya yang vital sebagai habitat, tempat pemijahan (spawning ground), breeding
maupun nursery ground bagi berbagai jenis biota laut. Begitu halnya, dengan 1.340 pulau
dimana hanya 4 pulau yang diketegorikan sebagai pulau besar (Seram, Buru, Tanimbar dan
Wetar), potensi pengembangan wisata bahari/ekowisata dan jasa-jasa lingkungan lainnya
memiliki prospek yang besar.
8
Maluku - Lumbung Ikan Nasional
1.5.1. Perikanan Tangkap
Potensi perikanan tangkap pada wilayah di sekitar Lumbung Ikan Nasional Provinsi
Maluku terdistribusi pada Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia
(WPPNRI) 714, 715, dan 718. Sesuai keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor :
KEP.50/KEPMEN-KP/2017 tentang Estimasi Potensi (MSY), Jumlah Tangkapan Yang
Diperbolehkan (JTB), dan Tingkat Pemanfaatan SDI di WPP-NRI, ketiga WPP-RI ini
memiliki total potensi sumberdaya ikan sebesar 4.669.030 ton/tahun, yang terdiri dari: WPP-
NRI 714 sebesar 788.939 ton/tahun, WPP-NRI 715 sebesar 1.242.527 ton/tahun dan WPP-
NRI 718 sebesar 2.637.564 ton/tahun. Potensi SDI yang melimpah di 3 WPP-NRI tersebut
memberi kontribusi sebesar 37 % terhadap potensi SDI secara Nasional.
Tabel 2.
Estimasi Potensi Sumber Daya Ikan di 3 WPP
Potensi (ton)
Jenis Ikan
WPP 714 WPP 715 WPP 718
Ikan Pelagis Kecil 165.944 555.982 836.973
Ikan Pelagis Besar 304.293 31.659 818.870
Ikan Demersal 98.010 325.080 876.722
Ikan Karang 145.530 310.866 29.485
Udang Panaeid 3.180 6.436 62.842
Lobster 724 846 1.187
Kepiting 1.145 891 1.498
Rajungan 1.669 495 775
Cumi-cumi 68.444 10.272 9.212
Sub Total 788.939 1.242.527 2.637.564
Total 4.669.030
Total Nasional 12.541.437
Sejak periode 2015 – 2018 produksi perikanan tangkap Provinsi Maluku masih sangat
rendah dibandingkan dengan potensi yang dimiliki. Jumlah produksi di tahun 2015 sebesar
617.985,20 ton, menurun menjadi 543.443,30 ton pada tahun 2018, dengan rata-rata tingkat
pemanfataan selama periode tersebut sebesar 12,55%.
Terdapat 3 kabupaten yang memiliki kontribusi terbesar untuk produksi perikanan tangkap
Maluku pada tahun 2018, yakni Kabupaten Kepulauan Aru sebesar 28,57%
(155.242,24 ton), diikuti oleh Maluku Tengah sebesar 21,69% (117.866,58 ton) dan Kabupaten
Maluku Tenggara sebesar 15,60% (84.759,08 ton).
9
Maluku - Lumbung Ikan Nasional
Gambar 6.
Produksi Perikanan Tangkap Menuru Kabupaten Tahun 2018
Buru
160.000,00
Tual140.000,00 9.018,95 Buru Selatan
120.000,00
21.711,03 5.722,18
100.000,00
Ambon
80.000,00 155.242,24 Kepulauan Aru
18.733,83
60.000,00
40.000,00
20.000,00
-
Seram Bagian Timur 48.134,16 60.042,80 Maluku Barat Daya
12.032,75
117.866,58
Seram Bagian Barat Maluku Tengah
10.143,67
84.759,08
Gambar 7.
Sebaran Pelabuhan Perikanan di Maluku
10
Maluku - Lumbung Ikan Nasional
1.5.2. Perikanan Budidaya
Tabel 3.
Potensi Lahan Budidaya (sesuai RZWP3K) dan Pemanfaatan
Capaian realisasi produksi perikanan budidaya tahun 2019 adalah sebanyak 620.841,69 ton
atau 52,43% dari target yang ditetapkan sebesar 1.184.104 ton. Produksi perikanan budidaya
terdiri dari 99,62% produksi rumput laut (618.482,19 ton) dan sisanya sebesar 0,38% berasal
dari produksi ikan (2.359,5 ton).
Selama periode 2015 s.d 2019 capaian produksi perikanan budidaya menurun rata-rata per
tahun sebesar 3,6% dari 725.278,01 ton di tahun 2015 ke 620.841,69 ton di tahun 2019.
Capaian indikator volume produksi perikanan budidaya disumbang oleh produksi dari
budidaya laut sebesar 99%, air payau dan air tawar 0,1%. Rumput laut memiliki kontribusi
terbesar yakni 99,8%, ikan kerapu 0,08%, teripang 0,06%, sisanya 0,04% merupakan jenis
ikan lainnya. Kota Tual dan Kabupaten Maluku Tenggara merupakan kabupaten
penyumbang produksi perikanan budidaya tertinggi pada komoditas rumput laut. Kedua
daerah ini rata-rata menyumbang 40% produksi perikanan budidaya Maluku.
Tabel 4.
11
Maluku - Lumbung Ikan Nasional
Produksi Perikanan Budidaya Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2019
Gambar 8.
Sebaran Sentra Budidaya Rumput Laut
Dukungan pengolahan dan pemasaran hasil perikanan berbasis potensi Unit Pengolahan
Ikan (UPI) di Provinsi Maluku sebanyak 59 unit. Sebaran UPI terbanyak berada di Kota
Ambon, Kepulauan Aru dan Kabupaten Maluku Tengah. Dalam rangka peningkatan
produksi olahan maka perlu ditingkatkan promosi dan adanya kebijakan yang
12
Maluku - Lumbung Ikan Nasional
mempermudah investasi sehingga kedepan akan ada banyak UPI yang dibangun di
kabupaten/kota lainnya.
Gambar 9.
Sebaran Sarana dan Prasarana Pendukung Pengolahan
Saat ini jumlah cold storage yang ada di Provinsi Maluku sebanyak 105 unit, dimana 87 unit
milik swasta dan 18 unit milik pemerintah daerah. Dalam rangka mempertahankan mutu
ikan maka diperlukan es sehingga perlu adanya mesin pembuat es yang tersedia. Saat ini Ice
Flake Machine milik pemerintah yang tersedia di Maluku sebanyak 14 unit dengan total
kapasitas 29,5 ton.
Volume ekspor hasil perikanan tertinggi terjadi pada Tahun 2015, dimana 81,5% komoditas
yang dieskpor adalah jenis ikan campur hasil tangkapan kapal–kapal asing. Sejak adanya
moratorium terhadap kapal-kapal penangkap ikan ex asing maka volume ekspor Maluku
semakin menurun. Namun di tahun 2020 sampai dengan bulan Mei volume ekspor hasil
perikanan telah melampaui volume ekspor sejak tahun 2016 sampai dengan tahun 2019.
Untuk nilai ekspor hasil perikanan capaian tertinggi terjadi pada tahun 2019, jika
dibandingkan dengan volume ekspor maka terlihat bahwa pada tahun 2015 walaupun
volume ekspor tinggi namun nilai ekspornya rendah hal ini karena komoditas yang diekspor
lebih banyak ikan beku yang nilai jualnya kecil.
Sedangkan sejak tahun 2016 komoditas yang lebih banyak diekspor adalah ikan tuna olahan
(loin), tuna segar, kepiting hidup, ikan layang dan udang yang memiliki nilai jual tinggi.
Negara-negara tujuan ekspor produk perikanan Maluku, yakni Amerika Serikat, Jepang,
Vietnam dan Thailand (tuna), Cina (udang), Malasya dan Singapura (kepiting) dan Srilanka
13
Maluku - Lumbung Ikan Nasional
(ikan laying). Peluang peningkatan volume ekspor maupun nilai ekspor perikanan masih
sangat besar jika produksi penangkapan ikan maupun budidaya ikan semakin ditingkatkan
dan dilakukan pengolahan sehingga memiliki nilai tambah.
Gambar 10.
Negara - Negara Tujuan Eksport Produk Perikanan Maluku
Secara umum tujuan dari perencanaan ruang laut adalah untuk mengelola dan melindungi
ekosistem laut pesisir secara berkelanjutan. Terkait program Lumbung Ikan Nasional
kegiatan pengelolaan ruang laut diarahkan untuk menjamin kesesuaiaan peruntukan ruang
laut berdasarkan Rencana Zonasi Wilayah Pulau Pulau kecil yang telah ditetapkan dalam
PERDA 01 Tahun 2018, yang didukung potensi pesisir dan pulau-pulau kecil.
Ekosistem penting di wilayah pesisir dan di Provinsi Maluku, mangrove, lamun, dan
terumbu karang, memiliki luasan yang signifikan untuk mendukung keberadaan dan
keberlanjutan potensi kelautan dan perikanan lainnya, terutama sumber daya ikan.
Ekosistem mangrove yang ada di Provinsi Maluku diperkirakan seluas 1.322.907 km 2,
ekosistem terumbu karang seluas 1.323,44 km 2, dan lamun seluas 393,07 km2. Selain itu
ribuan pulau besar kecil di provinsi ini menghadirkan pantai yang indah dengan
panjangnya garis pantai mencapai sekitar 10.630,10 km atau 13 % dari total panjang garis
pantai di Indonesia. Panjang garis pantai ini berpotensi untuk mengembangan kegiatan
ekowisata pesisir dalam lingkup LIN.
14
Maluku - Lumbung Ikan Nasional
PERSPEKTIF KEBIJAKAN 2
Menjadikan Maluku Sebagai Lumbung Ikan Nasional (M-LIN) bukan hanya suatu kebijakan
nasional yang diungkapkan secara lisan (Tahun 2010), namun telah mendapat pengakuan
melalui payung hukum dan kebijakan (Regulatory Law). Pentingnya Lumbung Ikan Nasional
sebagai suatu kebijakan pengembangan sektor kelautan dan perikanan tidak titujukan
untuk kepentingan Maluku semata tapi juga untuk Indonesia secara keseluruhan.
Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Kepulauan Maluku
merupakan Rencana Rinci Kepulauan Maluku sebagai penjabaran dan perangkat
operasional Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN).
15
Maluku - Lumbung Ikan Nasional
Mempertimbangkan karakateristik wilayah dan potensi yang dimiliki, sehingga
mewujudkan Maluku sebagai Lumbung Ikan Nasional sebagai tujuan pertama dari penataan
ruang Kepulauan Maluku (Pasal 5 point “a” ).
Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional Tahun 2020 – 2024 merupakan dokumen perencanaan pembangunan jangka
menengah nasional yang “memuat strategi pembangunan nasional, kebijakan umum,
Proyek Prioritas Strategis, program Kementerian/Lembaga dan lintas
Kementerian/Lembaga, arah pembangunan kewilayahan dan lintas kewilayahan, Prioritas
Pembangunan, serta kerangka ekonomi makro…” (Pasal 2 ayat 2). RPJMN ini juga berfungsi
sebagai “a. pedoman bagi Kementerian/Lembaga dalam menyusun Rencana Strategis
Kementerian/Lembaga…”(Pasal 2 ayat 3 point “a”), dimana “Kementerian/Lembaga dan
Pemerintah Daerah melaksanakan program dalam RPJM Nasional yang dijabarkan dalam
Rencana Strategis Kementerian/ Lembaga dan RPJM Daerah…” (Pasal 3 ayat 1).
Arah kebijakan dan strategi Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun 2020 – 2024:
16
Maluku - Lumbung Ikan Nasional
1. Memperbaiki komunikasi dengan nelayan, penyederhanaan perizinan,
pengembangan pelabuhan perikanan, pengaturan penangkapan ikan sampai ZEE
dan laut lepas, serta perlindungan dan pemberdayaan nelayan untuk peningkatan
pendapatan nelayan;
2. Perikanan budidaya dioptimalkan dan diperkuat untuk penyerapan lapangan kerja
dan penyediaan sumber protein hewani untuk konsumsi masyarakat;
3. Membangkitkan industri kelautan dan perikanan melalui pemenuhan kebutuhan
bahan baku industri, peningkatan kualitas mutu produk dan nilai tambah, untuk
peningkatan investasi dan ekspor hasil perikanan.
4. Pengelolaan wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil serta penguatan pengawasan
sumber daya kelautan dan perikanan dan karantina ikan melalui koordinasi dengan
instansi terkait.
5. Penguatan SDM dan inovasi riset kelautan dan perikanan.
Paradigma yang ditetapkan dalam Pengelolaan Sumber Daya Ikan berbasis WPPNRI adalah:
”Pengelolaan hulu-hilir secara terintegrasi dan berbasis kewilayahan (spasial) yang melibatkan
multisteholders dan multisektor untuk mewujudkan keseluruhan aspek dari pembangunan perikanan
dengan akelerasi yang lebih cepat”.
Dengan paradigma ini, Kebijakan yang tertuang dalam Perpres 77 Tahun 2014 tentang
Rencana Tata Ruang Kepulauan Maluku dan Perpres 18 Tahun 2020 tentang RPJMN Tahun
2020-2024 arahan kebijakan Maluku sebagai Lumbung Ikan Nasional akan sinergis.
17
Maluku - Lumbung Ikan Nasional
ISU STRATEGIS 3
Gambar 11.
Pengelolaan Perikanan sebagai “System”
Ekosistem Khusus
Fishing Ground
Fishing Ground
Feeding Ground
Breeding Ground
Habitat
Nursery Ground
Fishing Ground
Masyarakat Pengguna
Teknologi
Kelompok
yang
Nelayan
digunakan
Masyarakat
P = Pengolahan
Pengolahan D = Distribusi
1 = Konflik antar pengguna
4
Pemasaran M = Pasar
2 = Konflik Teknologi
3 = Interaksi sosial ekonomi masyarakat Rumahtangga W = Grosir
18
Maluku - Lumbung Ikan Nasional
3.1. Sistem Ekosistem Alami
Beberapa isu terkait dengan ekosistem baik ekosistem tertentu (habitat) maupun
ekosistem yang digunakan sebagai daerah penangkapan seperti:
Kebutuhan akan tata kelola yang efektif sangatlah penting guna memberikan input
untuk meningkatkan kapasitas sistem ekosistem alami maupun system sosial
ekonomi untuk mencapai pengelolaan perikanan yang berkelanjutan. Namun,
hingga saat berbagai permasalahan yang timbul dalam pengelolaan perikanan
19
Maluku - Lumbung Ikan Nasional
disebabkan belum efektifnya tata kelola yang ada, sehingga menimbulkan berbagai
permasalahan dari tangkap lebih (overfishing), gagalnya pengelolaan kawasan
konservasi, masih banyaknya nelayan yang hidup dibawah garis kemisikinan,
hingga konflik atas pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan. Beberapa
isu yang terkait dengan tata kelola seperti:
20
Maluku - Lumbung Ikan Nasional
KONSEPSI LUMBUNG IKAN NASIONAL 4
21
Maluku - Lumbung Ikan Nasional
Dalam upaya merealisasikan Maluku sebagai Lumbung Ikan Nasional, KKP telah
menetapkan tiga kebijakan utama (KU-LIN) sebagai arahan strategis. Pertama,
pengembangan pusat pertumbuhan
kelautan primer (PKKP). Kebijakan
ini ditempuh melalui tiga langkah:
peningkatkan kualitas jaringan
infrastruktur antar dan intra wilayah
(INF-P), mendorong investasi asing
pada kegiatan ekonomi tersier
berbasis sumber daya kelautan dan
perikanan (INV), dan menyiapkan
sumber daya manusia yang trampil
dan terdidik untuk mendukung pertumbuhan kegiatan ekonomi tersier (SDM).
Kebijakan Maluku sebagai Lumbung Ikan Nasional memberikan dampak yang sangat kuat,
terutama pada arah pembangunan provinsi Maluku berbasis kepulauan. Maluku sebagai
kawasan dengan potensi perikanan yang hampir mencapai 37% dari potensi perikanan
Nasional, seharusnya mampu untuk mewujudkan kedaulatan pangan, yang dalam konteks
ini adalah kedaulatan pangan laut, secara lokal, lintas Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP)
maupun mensuplai kebutuhan konsumsi Nasional. Walaupun demikian, dalam
implementasinya harus dipertimbangan ketersediaan potensi sumber daya ikan, sumber
22
Maluku - Lumbung Ikan Nasional
daya manusia dan potensi pendukung lainnya. Di samping itu, permasalahan yang selama
ini dihadapi, terkait dengan pembangunan kelautan dan perikanan serta sektor lain yang
mendukungnya juga mesti teridentifikasi dengan baik.
23
Maluku - Lumbung Ikan Nasional
KEBIJAKAN DAN STRATEGI 5
Prasyarat keberhasilan Lumbung Ikan Nasional harus menjadi hal urgen bagi seluruh proses
pelaksanaan LIN secara utuh dan menyeluruh. Keberhasilan LIN setidaknya harus ditopang
oleh: (1) peran pemerintah, swasta dan masyarakat yang optimal; (2) dukungan kebijakan
anggaran yang berkelanjutan; (3) revolusi mental berbasis kapasitas diri pada tingkat
pengelola dan pelaku usaha; serta (4) penciptaan konektivitas antar bidang, sektor dan antar
wilayah serta konektivitas secara nasional dan global.
Pertama, pemerintah berperan dalam memberikan kesempatan yang sama dan adil
untuk aktivitas dunia usaha, dukungan birokrasi yang melayani kebutuhan dunia
usaha dibidang kelautan dan perikanan. Keseluruhan aktivitas di sektor kelautan dan
perikanan dalam mendukung LIN harus bermuara pada konsep bussiness process.
Ketiga, revolusi mental berbasis kapasitas diri pada tingkat pengelola dan pelaku usaha
di Sektor Kelautan dan Perikanan, mengakomodasi seluruh stakeholders yang terlibat
dalam proses untuk mendukung terselenggaranya LIN melalui busines process yang
dinamis dan berkelanjutan.
Keempat, penciptaan konektivitas antar bidang, sektor dan antar wilayah serta
konektivitas secara nasional dan global. Provinsi Maluku harus menjadi motor
penggerak penciptaan konektivitas dan menginisiasi proses dalam bentuk: (a)
merealisasikan sistim yang terintegrasi, b) penguatan konektivitas antar bidang, sektor
dan antar aktivitas kelautan dan perikanan pada setiap gugus pulau dan laut pulau c)
peningkatan jaringan komunikasi dan teknologi informasi untuk memfasilitasi seluruh
aktivitas ekonomi masyarakat kelautan dan perikanan, aktivitas instansi kelautan dan
perikanan serta sektor swasta.
Sesuai kriteria Lumbung Ikan Nasional, Wilayah Maluku yang berada di WPP-NRI 714
(Laut Banda), WPP-NRI 715 (Laut Seram dan Teluk Tomini), dan WPP-NRI 718 (Laut
Arafura dan Laut Timor), ditetapkan sebagai Lumbung Ikan Nasional. Penetapan Lumbung
Ikan Nasional WPP-NRI yang ditetapkan, didukung dengan Peta Lumbung Ikan Nasional
WPP-NRI.
Gambar 12.
Tahapan Rencana Lumbung Ikan Nasional
1 2 3
Grand Rencana Induk Rencana Pengelolaan Rencana Aksi
Design Lumbung Ikan Lumbung Ikan Lumbung Ikan
LIN Nasional Nasional Nasional
Lumbung Ikan Nasional (LIN) merupakan rencana besar berjangka waktu panjang selama
40 tahun bagi pembangunan Kelautan dan Perikanan Maluku khususnya, dan Indonesia
pada umumnya. Oleh karenanya, implementasi yang bertahap namun berkesinambungan
adalah kunci keberhasilan. Implementasi LIN MALUKU ini direncanakan untuk
dilaksanakan di dalam 5 (lima) tahapan mulai dari tahun 2015 hingga tahun 2040.
Tahap 2 (2021-2024), Tinggal Landas dan Percepatan akan difokuskan untuk meningkatkan
kapasitas sumberdaya manusia, pengembangan kelembagaan, penguatan kelembagaan dan
sarana litbang serta pelaksanaan riset, diikuti dengan akselerasi pembangunan infrastruktur
pendukung LIN Maluku. Penyiapan sumberdaya manusia difokuskan pada kompetensi
yang dapat mendukung kegiatan ekonomi utama.
Tahap 5 (2035-2040), Eksistensi dan Keberlanjutan diarahkan untuk pemantapan daya saing
industri dalam rangka memenangkan persaingan global serta penerapan teknologi tinggi
untuk pembangunan berkelanjutan.
Gambar 13.
Fokus Kegiatan pada Setiap Tahapan Pelaksanaan Pengelolaan LIN Maluku
Dalam rangka pelaksanaan Rencana Induk Pengelolaan Lumbung Ikan Nasional, dibentuk
Tim Kerja Pengelolaan Lumbung Ikan Nasional yang didukung model integrasi
kelembagaan (Gambar 6) dan akan ditetapkan dengan Keputusan Presiden. Operasionalisasi
pelaksanaan rencana induk pengelolaan Lumbung Ikan Nasional didukung oleh
kementerian/lembaga melalui penyiapan:
Gambar 13.
Model Integrasi Kelembagaan Pengelola LIN
WILAYAH LIN
KEM PUPR BKPM
TNI POLRI
Beberapa pengaturan terkait monitoring dan evaluasi pengelolaan Lumbung Ikan nasional,
meliputi:
1. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi kebijakan Lumbung Ikan Nasional
dilakukan oleh Tim Kerja;
2. Hasil monitoring dan evaluasi akan dilaporkan kepada Menteri yang
mengkoordinasikan bidang Kemaritiman setiap 6 (enam) bulan; dan
3. Hasil monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan
sebagai masukan dalam pengambilan kebijakan Lumbung Ikan Nasional Provinsi
Maluku.
1. Pentingnya pemahaman dan pengetahuan tentang dampak dari kebijakan LIN terhadap
pembangunan kelautan dan perikanan di Indonesia, Provinsi Maluku, dan seluruh
wilayah Kabupaten/Kota di Maluku;
2. Pentingnya pemahaman dan pengetahuan para pemangku kepentingan terhadap
kemajuan yang telah dicapai melalui implementasi kebijakan LIN
5.2. S t r a t e g i
Pengelolaan perikanan tangkap dalam konteks Lumbung Ikan Nasional mengacu pada
Fokus Utama pembangunan perikanan tangkap 2020-2024, meliputi: (1) memperbaiki
komunikasi dengan nelayan, (2) penyederhanaan perizinan, (3) pengembangan pelabuhan
perikanan, (4) pengaturan penangkapan ikan sampai ZEE dan laut lepas, (5) perlindungan
dan pemberdayaan nelayan untuk peningkatan pendapatan nelayan, dengan prioritas
pembangunan diarahkan kepada pembangunan sumberdaya manusia, peningkatan
infrastruktur dan sarana prasarana. Penataan regulasi dan birokrasi, transformasi
peningkatan nilai ekonomi juga menjadi fokus utama pembangunan perikanan tangkap.
Pada Tahun 2018 rata-rata tingkat pemanfaatan terhadap potensi yang dimilki setiap 11
WPP yang ada di Indonesia sebesar 62,02%. Namun, ada beberapa WPP yang tingkat
pemanfaatannya sudah melebihi persentasi jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB)
seperti WPP 571 (103,2%), WPP 711 (89,3%), WPP 712 (91,0%), dan WPP 714 (96,8%).
Sementara, pemerintah pusat memiliki tingkat pemanfaatan ≤ 80%pada tahun 2024, dan jika
target di terapkan disetiap WPP, maka WPP 715 dan 718 memiliki potensi pengembangan
yang cukup karena tingkat pemanfaatan relatif masih kecil (lihat Gambar 14) .
Pengelolaan perikanan berbasis produksi menunjukkan target produksi pada tahun 2021
dengan intervensi Program Lumbung Ikan Nasional mencapai 662.837,59 ton di tahun 2021
sampai dengan 800.257,15 ton pada tahun 2024 (Tabel 5). Target produksi ini jauh dari
target produksi perikanan tangkap yang sudah ditetapkan oleh Pemerintah Provinsi Maluku
seperti yang terdapat pada RPJMD Provinsi Maluku Tahun 2019-2024 dan Renstra Dinas
Kelautan dan Perikanan Maluku Tahun 2019-2024 (Gambar 15).
Produksi (ton)
WPPNRI
2021 2022 2023 2024
Gambar 15.
Target Produksi Perikanan Tangkap Sesuai RPJMD dan Intervensi LIN
Menurut kuota kapasitas penangkapan ikan untuk Provinsi Maluku menunjukkan target
intervensi armada penangkapan ikan pada tahun 2021 - 2024 melalui kebijakan Lumbung
Ikan Nasional per di WPPNRI di Provinsi Maluku, meliputi: (1) KM 5 – 10 GT setara 161.301
GT; (2) KM 10 – 20 GT setara 85.627 GT; dan (3) KM 20 – 30 GT setara 29.417 GT. Skenario
perikanan tangkap dengan alokasi produksi dari setiap jenis armada penangkapan, Kapal
Motor 20 – 30 GT menyumbang 10,65 %, Kapal Motor 5-10 GT 58,37 %, dan Kapal Motor 10-
20 GT 30,99 % (Tabel 4).
WPPNRI GT 5 - 10 GT 10 - 20 GT 20 – 30
Intervensi ini harus menjadi prioritas dalam pencapaian Maluku sebagai Lumbung Ikan
Nasional. Untuk mendukung optimalisasi pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap
dalam mendorong perkembangan industri pengolahan dan ekspor pengolah makan
diperlukan revitalisasi sarana dan prasarana pada pelabuhan perikanan.
Provinsi Maluku memiliki 13 pelabuhan perikanan yang tersebar pada 9 kabupaten kota
masing-masing :
1. Pelabuhan Perikanan Nusantara Ambon- Kota Ambon
2. Pelabuhan Perikanan Nusantara Tual – Dumar Kota Tual
3. Pangkalan Pendaratan Ikan Eri – Kota Ambon
4. Pangkalan Pendaratan Ikan Piru – Seram Bagian Barat
5. Pangkalan Pendaratan Ikan Amahai – Maluku Tengah
6. Pangkalan Pendaratan Ikan Kelfik Taar – Kota Tual
7. Pangkalan Pendaratan Ikan kayeli – Masarete Buru
8. Pangkalan Pendaratan Ikan Ukurlarang – Maluku Tenggara Barat
9. Pangkalan Pendaratan Ikan Tamher Timur – Seram Timur
10. Pangkalan Pendaratan Ikan Klishattu – Wetar Maluku Barat Daya
11. Pelabuhan Perikanan Pantai Banda – Banda Maluku Tengah
12. Pelabuhan Perikanan Pantai Dobo – Dobo Kepulauan Aru
13. Pangkalan Pendaratan Ikan Kalar-Kalar – Dobo Kepulauan Aru.
Menjadikan Maluku sebagai Lumbung Ikan Nasional tidak hanya tergantung dari
kemampuan meningkatkan produksi perikanan baik tangkap maupun budidaya, ataupun
dengan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan kelautan dan perikanan primer, sekunder
maupun tersier, namum sinergitas antar komponen-komponen tersebut menjadi faktor yang
sangat menentukan.
Perairan Maluku selain memiliki potensi sumber daya ikan yang cukup besar, juga memiliki
potensi pengembangan budidaya yang besar yakni sebesar 183.046, 40 ha. Namun hingga
tahun 2019 persentasi pemanfaatannya baru mencapai 4,12% (7.544,30 ha). Pengembangan
perikanan budidaya di Provinsi Maluku memiliki prospek yang besar dengan adanya
Lumbung Ikan Nasional. Kebijakan Lumbung Ikan Nasional akan membuka peluang yang
lebih lebar bagi pengembangan perikanan budidaya di Maluku melalui berbagai intervensi
bukan hanya dari pemerintah daerah, tapi juga dari pemerintah pusat secara khusus.
Gambar 15.
Prospek Pengembangan Perikanan Budidaya
POTENSI LAHAN
Potensi lahan budidaya 183.046,40 hektar dan
potensi pengembangan yang besar dan tingkat
pemanfaatan baru mencapai 4,12%.
KOMODITAS UNGGULAN
PENINGKTAN PERMINTAAN PASAR
Komoditas unggulan budidaya bernilai ekonomis
Peningkatan permintaan ikan/rumput laut di
dan berdaya saing tinggi, seperti rumput laut,
pasar global dan domestik, yang sebagian besar
dipenuhi dari hasil perikananbudidaya kerapu, kakap putih, kekerangan, ikan hias laut
dan udang
Digitalisasi tata niaga marikultur untuk Melimpahnya tenaga kerja usia produktif
mengefisiensikan mata rantai pasok industri dan memunculkan wirausahawan baru yang
peningkatan keuntungan pembudidaya memberikan terobosan baru pada usaha
marikultur
Maluku memiliki beberapa komoditas perikanan budidaya yang bernilai ekonomis tinggi,
seperti rumput laut, ikan kerapu, kakap putih, kekerangan, udang maupun ikan hias laut
dengan permintaan pasar domestic, regional maupun internasional yang semakin
meningkat. Semuanya ini akan memberikan dampak yang signifikan jika intervensi
kebijakan Lumbung Ikan Nasional dapat meningkatkan pertumbuhan perikanan budidaya
di Maluku, yang secara langsung akan membuka lapangan kerja.
Pemerintah daerah sudah menargetkan produksi perikanan budidaya pada tahun 2024
dalam RPJMD Provinsi Maluku Tahun 2019-2024 sebesar 684.419 ton yang terdiri dari
rumput laut sebesasr 665.356 ton dan ikan sebesar 19.063 ton (Tabel 7).
Tabel 7.
Target Produksi Perikanan Budidaya Tahun 2020-2024 sesuai RPJMD Provinsi Maluku
Tahun 2019-2024
PRODUKSI (ton)
Komoditas
2020 2021 2022 2023 2024
Jika intervensi dilakukan melalui kebijakan Lumbung Ikan Nasional, produksi perikanan
budidaya diproyeksi akan meningkat 115,73% (1.476.528 ton) dari total produksi yang
menjadi target daerah seperti yang tertuang pada Renstra Dinas Kelautan dan Perikanan
maupun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Maluku.
Tabel 8.
Target Produksi Perikanan Budidaya Tahun 2020-2024 melalui Intervensi LIN
PRODUKSI (ton)
Komoditas
2020 2021 2022 2023 2024
• Penggunaan teknologi
Teknologi yang relative masih tradisional dan relative sederhana turut mempengaruhi
produktifitas. Penggunaan teknologi yang lebih maju, efisien dan tepat guna akan
menjadi pilihan dalam upaya meningkatkan produksi perikanan budidaya.
Peran sarana dan prasarana pendukung perikanan budidaya akan menjadi faktor penunjang
berkembangnya usaha perikanan budidaya. Oleh karena itu peningkatan kapasitas sarana
dan prasarana merupakan salah satu strategi dalam meningkatkan produksi perikanan
budidaya.
Secara umum tujuan dari perencanaan ruang laut adalah untuk mengelola dan melindungi
ekosistem laut pesisir secara berkelanjutan. Terkait program Lumbung Ikan Nasional
kegiatan perencanaan ruang laut lebih ditujukan untuk menjamin kesesuaiaan peruntukan
ruang laut berdasarkan Rencana Zonasi Wilayah Pulau Pulau kecil yang telah ditetapkan
dalam Perda Nomor 1 Tahun 2018. Jaminan tersebut antara lain meliputi jaminan terkait
perlindungan ekosistem perikanan dan kelautan serta jaminan pelaksanaan kegiatan
investasi dibidang kelautan perikanan pada ketiga WPP yang ada di Maluku.
Gambar 18.
Target Luasan Kawasan Konservasi Nasional dan Maluku Tahun 2020-2024
Kesatuan masyarakat hukum adat di wilayah pesisir Maluku sudah seharusnya diakui hak-
haknya dalam pengelolaan kelautan dan perikanan. Pemanfaatan laut sebagai ruang sosial,
ekonomi hingga ketahanan wilayah merupakan pertimbangan pemerintah untuk terus
berupaya dengan memberikan pengakuan dan perlindungan kepada MHA. Hingga saat ini,
beberapa kesatuan Masyarakat Hukum Adat telah diakui di 6 (enam) kabupaten/kota, yakni
; Kaimer dan Manggur (Kota Tual), Negeri Haruku (Maluku Tengah), Negeri Hukurila (Kota
Ambon), Negeri Kataloka (Seram Bagian Timur), Tanimbar Kei (Maluku Tenggara) dan
Adaut (Kepulauan Tanimbar).
Untuk menjamin kebijakan Lumbung Ikan Nasional, bidang penataan ruang laut melakukan
intervensi dengan beberapa strategi antara lain :
Penyusunan dokumen rencana rinci dan rencana aksi sebagai turunan RZWP3K Maluku
dalam program Lumbung Ikan Nasional ini akan difokuskan pada Pulau Ambon, Maluku
Tengah, Maluku Tenggara dan Kepulauan Tanimbar. Keempat lokasi tersebut berada dalam
Wilayah Pengelolaan Perikanan 714, yang dimaksudkan untuk mendukungnya sebagai
percontohan pengelolaan WPP di Indonesia.
• Zonasi Daerah
Penyusunan Dokumen Rencana Zonasi Rinci Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil di
Provinsi Maluku
Keberadaan Masyarakat Hukum Adat (MHA) di Maluku sudah sejak lama melibatkan diri
dalam pengelolaan ruang laut, terutama di kawasan perairan pesisir dan pulau-pulau kecil.
Keberadaan mereka sangatlah strategis dan nyata adanya sehingga perlu menjadi arus
utama sekaligus pelaku dalam pembangunan kelautan dan perikanan nasional. Di Maluku,
paraktik sasi adalah contoh bagaimana pemerintah dapat menempatkan posisinya untuk
Dalam melakukan pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan, beberapa komunitas
MHA di Maluku sudah mendapat dukungan dari pemerintah. Pengakuan mereka serta
mendapat perlindungan sesuai amanat UU No. 1 Tahun 2014 j.o UU No. 27 Tahun 2007, UU
No. 32 tahun 2014, Permendagri No. 31 tahun 2014, dan Permen KP No. 8 Tahun 2018.
Tabel 9.
Sebaran Peraturan Bupati/Walikota untuk Penetapan MHA di WP3K
Tabel 10.
Target Kegiatan MHA di Maluku Tahun 2021 - 2024
Semua potensi wisata bahari ini tersebar dalam kawasan pemanfaatan umum dan kawasan
konservasi, dimana akan diarahkan untuk mendukung wisata bahari yang berkelanjutan.
Beberapa kegiatan untuk mendukung wisata bahari berkelanjutan dalam program Lumbung
Ikan Nasional ini antara lain seperti studi daya dukung untuk setiap jenis wisata
bahari,sosialisasi praktek berwisata yang ramah lingkungan, pendampingan pada
pelaksanaan kegiatan wisata.
Potensi keanekaragaman terumbu karang, ikan karang, mamalia laut, kebun kima, kapal
tenggelam serta marine scapping yang ada pada semua wilayah pengelolaan perikanan
adalah potensi yang sangat mendukung bagi jenis wisata bahari menyelam. Beberapa spot
wisata selam yang sudah cukup terkenal dan terkait erat dengan sektor perikanan antara
lain spot selam di Kepulauan Banda baik dalam kawasan konservasi maupun diluar
kawasan. Daya tarik wisata selam pada kepulauaan ini terutama pada, keanekaragaman
jenis karang dan ikan karang serta spesies langka seperti hiu martil, dan beberapa jenis paus
terutama paus biru dan sperm. Spot lainnya yang menjadi incaran para penyelam tersebar
dalam Wilayah Pengelolaan Perikanan 714 di sekitar Kepulauan Lease, Koon, Kei Kecil
Barat, Matakus, dan Dawelor Dawera. Sedangkan spot menyelam dalam perairan Wilayah
Pengelolaan Perikanan 715 lebih banyak terpusat di sekitar Pulau Tujuh, dan perairan utara
Seram Bagian Timur.
Kawasan konservasi juga menjadi variabel dalam perhitungan jumlah tangkapan yang
diperbolehkan. Akan tetapi, isu strategis yang dihadapi adalah belum optimalnya
pengelolaan kawasan konservasi perairan melalui pengembangan berbasis gugus pulau
karena kondisi wilayah yang memerlukan perhatian khusus. Pembangunan prasarana
kawasan konservasi perairan pesisir dan pulau-pulau kecil menjadi sangat diperlukan guna
mendukung prioritas pembangunan daerah dalam optimalisasi pengelolaan sumberdaya
secara berkelanjutan.
Sumberdaya ikan merupakan salah satu komoditi pangan penting bukan hanya untuk
Maluku tetapi juga untuk masyarakat Indonesia dan dunia. Kebutuhan akan ikan semakin
hari semakin meningkat, karena meningkatnya jumlah penduduk dan pendapatan
masyarakat dan menjadi pilihan karena trend beralihnya tingkat konsumsi daging ke ikan.
Penguatan daya saing produk kelautan dan perikanan akan menjadi bagian yang tak
terpisahkan dari Kebijakan Lumbung Ikan Nasional di Maluku. Untuk mendukung dan
mengisi kebijakan Lumbung Ikan Nasional tersebut, ada beberapa strategi dari bidang
penguatan daya saing, antara lain:
Kondisi eksport produk perikanan Maluku masih sangat rendah dibandingkan dengan
potensi yang dimilikinya. Beberapa komoditi unggulan seperti tuna, kerapu, kakap, udang,
kekerangan dan rumput laut sudah menjadi komoditi eksport produk perikanan Maluku.
Terdapat 9 negara yang sudah menjadi tujuan ekspor produk perikanan Maluku untuk
produk-produk yang disebutkan diatas. Oleh karena itu, untuk meningkatkan volume dan
nilai eksport Maluku, beberpa langkah perlu dilakukan, yakni;
Provinsi Maluku merupakan provinsi dengan angka konsumsi ikan tertinggi di Indonesia.
Angka konsumsi ikan Maluku sebesar 66,67 kg/kapita/tahun lebih tinggi dari rata-rata
angka konsumsi ikan nasional (54,69 kg/kapita/tahun). Namun, kenyataan bahwa terdapat
beberapa kabupaten di Maluku yang memiliki angka stunting cukup tinggi, hal ini
merupakan tantangan tersendiri. Beberapa langkah strategis untuk meningkatkan angka
konsumsi ikan bukan hanya untuk Maluku tapi juga Indonesia secara umum dan untuk
mengatasi gizi buruk (stunting), adalah:
Sektor kelautan dan perikanan Maluku masih menghadapi berbagai tantangan diantaranya
penyebaran wilayah produksi dan konsumsi yang sangat luas, kegiatan IUU fishing, armada
perikanan masih didominasi oleh kapal/perahu berukuran kecil, sarana dan prasarana
belum memadai dan sistem produksi hulu-hilir belum terintegrasi. Karakteristik komoditas
ikan yang mudah rusak membawa dampak atau resiko kehilangan atau kerusakan
(losses/wasted) yang cukup tinggi pula. Hal ini akan berdampak pada ketersediaan,
kesinambungan dan stabilitas pasokan atau produksi, yang berdampak langsung pada
harga jual dan kualitas dari ikan itu sendiri. Hal ini akan memberikan dampak ganda, yakni
bukan hanya berdampak pada pembeli (konsumen), tetapi juga mempengaruhi pendapatan
nelayan.
Oleh karena itu, untuk mendukung Kebijakan Lumbung Ikan Nasional di Maluku, beberapa
langkah strategis untuk penguatan sistem logistic ikan, yaitu;
Seperti telah disebutkan diatas bahwa komoditi ikan merupakan komoditi yang sangat
mudah untuk rusak, untuk menghindari dan mengurangi resiko penurunan kualitas ikan
bahkan kerusakan, perlu dibangun sarana dan prasarana pendukung sistem rantai dingin
untuk menunjang Kebijakan Lumbung Ikan Nasional di Maluku. Strategi yang digunakan
adalah:
Tabel 11.
Jumlah dan Sebaran Cold Storage di Provinsi Maluku
Sebagian produk kelautan dan perikanan dipasarkan dalam bentuk produk mentah.
Keragaman produk olahan yang ada masih sangat rendah. Produk olahan yang variatif akan
meningkatkan nilai tambah (value added) dari produk perikanan. Strategi yang akan dipakai
untuk meningkatkan diversifikasi produk olahan kelautan dan perikanan, antara lain:
Tabel 12.
Jumlah dan Sebaran Unit Pengolahan Ikan (UPI) di Provinsi Maluku
Provinsi Maluku dengan wilayah pesisir yang luas memiliki potensi yang unik dengan nilai
ekonomi tinggi, namun dihadapkan pada ancaman yang tinggi pula karena diperlukan
pengelolaan khusus agar wilayah ini dapat dikelola secara berkelanjutan. Namun dibalik itu
semua, sesungguhnya tantangan besar juga membentang di depan mata. Bentangan pulau
yang terhampar dengan kekayaan alam yang ada, laut, ikan dan segenap isinya adalah aset
yang harus dijaga dan dikelola demi kesejahteraan rakyat. Bukan tugas yang mudah
tentunya, selain karena wilayah yang begitu luas bahkan mencapai 2/3 dari luas wilayah
teritorial, sumber daya Manusia dan teknologi yang kita miliki juga masih cukup terbatas.
Oleh sebab itu pengawasan dibidang kelautan dan perikanan menghadapi tantangan yang
cukup besar. Keterbatasan jumlah personil pengawas perikanan, keterbatasan sarana
pengawasan sering kali berbanding terbalik dengan jumlah pelanggar dan pelaku
perikanan illegal dan destructive baik dari luar ataupun dalam negeri.
Pengawasan merupakan mata rantai penting dalam perang melawan illegal, unreported,
unregulated (IUU Fishing). Tanpa pengawasan dan pengendalian di lapangan, praktek IUU
Fishing akan semakin liar dan buas. Berhasilnya pengawasan sangat bergantung pada dua
hal utama, yaitu peralatan pengawasan dan manusia pengawas. Kedua hal inilah yang
membentuk suatu sistem pengawasan perikanan (Nikijuluw, 2008).
Pengelolaan SDKP yang tidak tepat serta kurangnya pengawasan menyebabkan potensi
kelautan menjadi arena ekonomi periferal, pintu masuk bagi praktek ekonomi hitam melalui
IUU di perairan Maluku. Praktek ini berdampak pada kerusakan SDKP, menurunnya
pendapatan rumahtangga nelayan, ketimpangan ekonomi antar pelaku usaha besar dan
kecil.
Lumbung Ikan Nasional (LIN) merupakan suatu kawasan penghasil produksi perikanan
secara berkelanjutan dan merupakan pusat pertumbuhan ekonomi perikanan nasional.
Lumbung Ikan Nasional berarti menjadikan daerah tersebut sebagai produsen perikanan
terbesar, minimal menyediakan stok untuk kebutuhan di daerah tersebut.
Arahan Kebijakan Lumbung Ikan Nasional yaitu meningkatkan kapasitas dan kapabilitas
pengawasan SDKP guna menegakkan peraturan perundang-undangan bidang kelautan dan
Monitoring dan Evaluasi Lumbung Ikan Nasional, Pengelolaan perikanan dalam konteks
keberlanjutan pembangunan harus mengakomodir seluruh komponen sistem perikanan
berkelanjutan yang meliputi sistem alam (lingkungan dan sumberdaya ikan), sistem
manusia (sosial, ekonomi dan budaya), serta sistem tata kelola. Sementara dari aspek
perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi (monev), mesti ditinjau kembali
apakah mengakomodir seluruh komponen sistem perikanan berkelanjutan.
2 KKP / Dinas KP
Operasional LPP WPP 3 WPP
5 KKP / Dinas KP
Pengelolaan KPBP Tuna 3 WPP
6 KKP / Dinas KP
Bantuan Kapal Perikanan >30GT 5 Kab/ Kota
7 KKP / Dinas KP
Bantuan Kapal Perikanan 10-20 GT 5 Kab/ Kota
8 KKP / Dinas KP
Bantuan Kapal Perikanan <5GT 5 Kab/ Kota
9
Bantuan Sarana Prasarana Penangkapan Ikan
KKP / Dinas KP
- Bagan 11 Kab/ Kota
KKP / Dinas KP
- Rumpon 11 Kab/ Kota
10 KKP / Dinas KP
Bantuan Alat Penangkapan Ikan 11 Kab/ Kota
11 KKP / Dinas KP
Sertifikasi Awak Kapal Perikanan 11 Kab/ Kota
12 KKP / Dinas KP
Monitoring Operasional Kapal Bantuan Pemerintah 11 Kab/ Kota
13 KKP / Dinas KP
Perjanjian Kerja Laut 11 Kab/ Kota
14 KKP / Dinas KP
Pendaftaran Kapal Perikanan 6 Kab/ Kota
15 KKP / Dinas KP
Pelatihan Dasar bagi Nelayan 11 Kab/Kota
16 KKP / Dinas KP
Pelatihan Pendaftaran dan Penandaan Kapal Perikanan 11 Kab/ Kota
17 Pelatihan Cara Penanganan Ikan yang Baik ( CPIB) di atas KKP / Dinas KP
11 Kab/ Kota
kapal
PPP Dobo, PPP
18 KKP / Dinas KP
Kesyahbandaran di Pelabuhan Perikanan Banda, PPI Eri dan
PPI Amahai
Pelabuhan
20 Perikanan KKP / Dinas KP
Rehabilitasi Pelabuhan Perikanan
Kewenangan
Provinsi
Pelabuhan
21 Perikanan KKP / Dinas KP
Peningkatan Operasional Pelabuhan Perikanan
Kewenangan
Provinsi
Pelabuhan
22 Perikanan KKP / Dinas KP
Pengembangan SPBUN Sentra Nelayan
Kewenangan
Provinsi
23 KKP / Dinas KP
Bantuan Premi Asuransi Nelayan 11 Kab./Kota
24 KKP / Dinas KP
Fasilitasi Kredit Perikanan Tangkap 11 Kab./Kota
25 KKP / Dinas KP
Fasilitasi SEHAT Nelayan 5 Kab./ Kota
26 KKP / Dinas KP
Pelatihan Simkada Online bagai Petugas Gugus Pulau Provinsi Maluku
27 KKP / Dinas KP
Fasilitasi Penataan Sentra/Kampung Nelayan 5 Kab./ Kota
Tabel 15. Rincian Kegiatan Penguatan Daya Saing Kelautan dan Perikanan
12 Gugus KKP/BNPB /
13 Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim
Pulau Dinas KP
Tabel 17. Rincian Kegiatan Penguatan Daya Saing Kelautan dan Perikanan
Tabel 18. Rincian Kegiatan Riset dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Provinsi
9 TOT Pengelolaan Pesisir, Laut dan PPK KKP / Dinas KP
Maluku
Provinsi
11 Diklat Pengawas Perikanan KKP / Dinas KP
Maluku
Provinsi
12 Bimtek Simwaskan KKP / Dinas KP
Maluku
Provinsi
13 Pembinaan POKMASWAS KKP / Dinas KP
Maluku
Provinsi
14 Pelatihan Pengolahan Hasil Perikanan KKP / Dinas KP
Maluku
Provinsi
16 Pelatihan Budidaya Ikan KKP / Dinas KP
Maluku
Provinsi
18 Penguatan Kelembagaan UMKM Perikanan KKP / Dinas KP
Maluku
Provinsi
19 Pelatihan Pengelolaan Ruang Laut KKP / Dinas KP
Maluku
MARVES / KKP /
1 Koordinasi Pengelolaan Ruang Laut dan Pesisir 3 WPP
Dinas KP
MARVES / KKP /
2 Koordinasi Pengelolaan Perikanan Tangkap 3 WPP
Dinas KP
MARVES / KKP /
3 Koordinasi Pengembangan Perikanan Budidaya 3 WPP
Dinas KP
MARVES / KKP /
4 Koordinasi Peningkatan Daya Saing 3 WPP
Dinas KP
Koordinasi Hilirisasi Sumber Daya Kelautan dan MARVES / KKP /
5 3 WPP
Perikanan Dinas KP
MARVES / PUPR
6 Koordinasi Infrastruktur Pengembangan Wilayah 3 WPP
/ Dinas PUPR
MARVES /
7 Koordinasi Infrastruktur Konektivitas 3 WPP KEMHUB /
Dishub
MARVES /
8 Koordinasi Industri Maritim dan Transportasi 3 WPP PERIN/
Disperindag
MARVES / KLHK
9 Koordinasi Pengelolaan Sampah dan Limbah 3 WPP
/ Dinas LH
MARVES / KKP /
10 Koordinasi Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan 3 WPP
Dinas KP
MARVES /
Koordinasi Akses Permodalan Pariwisata dan
11 3 WPP PAREKRAF /
Ekonomi Kreatif
Dispar
MARVES /
Koordinasi Sumber Daya Manusia Pariwisata dan
12 3 WPP PAREKRAF /
Ekonomi Kreatif
Dispar
Koordinasi Strategi dan Kebijakan Percepatan MARVES / KKP /
13 3 WPP
Investasi Dinas PMPTSP
Dukungan Regulasi, Lahan, Infrastruktur Dasar serta KEMENDAGRI /
14 3 WPP
Sinergi Kegiatan Kelautan dan Perikanan Pemprov
KEM. PPN –
Dukungan Perencanaan Pembangunan di Bidang
15 3 WPP BAPPENAS /
Kelautan dan Perikanan
Bappeda
KEM. PPN –
Dukungan Perencanaan Perencanaan di Bidang
16 3 WPP BAPPENAS /
Kelautan dan Perikanan
Bappeda
Pemerintah Provinsi Maluku melalui Dinas Kelautan dan Perikanan telah melakukan
koordinasi dengan Kementerian dan Lembaga di tingkat pusat terkait Kebijakan Lumbung
Ikan. Koordinasi ini telah mensepakati berbagai substansi terkait kebijakan ini. Sesuai
dengan kesepakatan-kesepakatan yang dibangun, pemerintah Provinsi Maluku ditugaskan
untuk menyusun Dokumen Grand Design Lumbung Ikan Nasional di Provinsi Maluku.
Dokumen ini diselesaikan pada tahap awal melalui dokumen Ringkasan Eksekutif Grand
Design Lumbung Ikan Nasional di Provinsi Maluku. Dokumen ini menjadi dasar
pengembangan diskusi lebih lanjut terkait langkah-langkah strategis membangun Kebijakan
Lumbung Ikan Nasional.
Dokumen ini dibuat dengan merumuskan tujuh komponen utama meliputi: (1) Rasionalitas,
(2) Perspektif Kebijakan, (3) Konsepsi Lumbung Ikan Nasional, (4) Permasalahan dan Isu
Strategis, (5) Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Lumbung Ikan Nasional, (6) Strategi
Intervensi Pengelolaan Lumbung Ikan Nasional, Serta (7) Program dan Kegiatan.
Pendekatan-pendekatan strategis didukung dengan pendekatan filosofis pengelolaan
Lumbung Ikan Nasional.