SKRIPSI
Disusun Oleh:
129114131
FAKULTAS PSIKOLOGI
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Selesainya karya ini adalah tanda nyata Bapak dan Ibu selalu mempercayakan
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
Penelitian ini memiliki tujuan untuk memahami dinamika relasi menantu dengan mertua
yang tinggal bersama. Menantu dan mertua merupakan relasi keluarga yang menunjukkan
ambivalensi. Relasi kekeluargaan menantu dan mertua tinggal serumah juga menunjukkan
ketegangan, sehingga hubungan mereka renggang. Ketegangan yang terjadi menyebabkan hubungan
mereka tidak harmonis dan menantu menilai tidak dekat dengan ibu mertua. Hal ini berkaitan
dengan konsep dua nilai budaya Jawa yaitu nilai rukun dan hormat yang mengarahkan dan
menggerakkan keluarga Jawa mewujudkan keharmonisan sebagai harapan budaya itu sendiri. Kedua
hal ini saling berlawanan dan bagaimana titik temu untuk menyelaraskan sesuai cerminan keluarga
Jawa. Informan penelitian ini adalah menantu perempuan yang tinggal bersama mertua dengan
jumlah empat menantu perempuan. Pengambilan data dilakukan dengan metode wawancara semi-
terstruktur. Analisis penelitian kualitatif ini menggunakan analisis fenomenologi interpretatif.
Penelitian ini mendapati dinamika relasi menantu dengan mertua berorientasi pada relasi keluarga
yang harmonis. Menantu menunjukkan dengan sikap mengalah sebagai cara menghormati mertua
dan penerimaan keadaan yang mengarah pada relasi kekeluargaan. Peran budaya Jawa mengarahkan
dan menyelaraskan tindak tanduk menantu mencerminkan norma budaya itu sendiri. Relasi menantu
terhadap mertua juga didasarkan pada keuntungan cinta yang didapat menantu selama tinggal
bersama. Menantu merasa bergantung pada bantuan mertua sehingga menantu memprioritaskan
kebersamaan dan keutuhan keluarga.
Kata kunci : relasi menantu dengan mertua, keluarga, keharmonisan, budaya Jawa.
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan kepada Yesus Kristus atas rahmat dan kasih-
Nya yang berlimpah menyertai anak-Nya dalam proses penulisan skripsi dengan
lancar. Perjalanan selama penulisan skripsi ini mengalami kesulitan, namun selalu
tepat. Banyak pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh
1. Ibu Dr. Titik Kristiyani, M.Psi., Psi., selaku Dekan Fakultas Psikologi
3. Ibu Ratri Sunar Astuti, S.Psi., M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik
tengah keraguan. Banyak hal dalam hidup yang Bapak ajarkan dan kenalkan
melalui proses penyelesaian skripsi ini. Hidup bukan sekedar berproses dan
dijalani namun menemukan dan menggali makna dari setiap kejadian hidup
dan memahami diri lebih jauh dari sebelumnya. Terima kasih kesempatan
yang diberikan.
8. Bapak dan Ibu tercinta: Sudarmin dan Wirati sangat memberikan energi
positif dan cinta kasih yang selalu mengalir. Terima kasih memberikan
anakmu, doa-doa dan cinta kasih yang selalu terucap. Terima kasih air mata
yang harus mengalir untuk anakmu, mohon maaf menyakiti Bapak Ibu
sebagai orang tua yang sepenuh hati menyayangi penulis. Maaf kebaikan
memberikan cinta kasih kepada penulis. Teruntuk Mas Nunung, Mbak Atik,
Mas Andi, Mbak Becha, dan keponakan Lia, Dhafin, Via, Falisha yang
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
selanjutnya.
diri kita kuat dan menjadi sosok kita yang hebat memahami kehidupan.
Terima kasih energi positif yang ditularkan. Pertemuan kita adalah awal kita
Karina, Maria, Fani, Reka, Anti, Priska, KaGue, Rini, Nia, Maureen, Oci,
Ogek, Gege, Sekar, Jeje, dan teman-teman lain yang selalu menularkan
senyum mereka.
Terima kasih kalian berproses bersama dan selalu menularkan energi positif
Edo, Ananta, Mas AP, Vincent, Kenang dan teman-teman angkatan 2011,
2013, 2014.
12. Teman-teman Klaten penulis yang memberikan energi positif dan harapan
akan ada hal baik. Terima kasih berbagi pengalaman suka duka kehidupan
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Giffari, Ayu, Titis, Tiara, Salindri, Alphin, Yeyen dan teman-teman lain
13. Devi Putri Sari yang telah kuat bertahan melawan diri. Terima kasih
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ............................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii
HALAMAN MOTTO ................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... v
C. Hubungan ....................................................................................... 16
D. Kaidah Dasar Masyarakat Jawa ...................................................... 18
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
e. Informan 5 (S)..................................................................... 49
f. Informan 6 (Hm) ................................................................. 51
C. Hasil Penelitian .............................................................................. 52
1. Informan N (31) ........................................................................ 52
2. Informan Wf (30) ...................................................................... 54
3. Informan Sr (27) ....................................................................... 57
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
E. Pembahasan .................................................................................... 89
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Skema Relasi Menantu dengan Mertua Yang Tinggal Bersama .... 26
xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
(Geertz, 1983). Salah satu pelebaran hubungan yang dimaksud adalah proses
terjadi, menantu tinggal bersama mertua dan telah menjadi keluarga, yang disebut
keluarga batih. Keluarga batih adalah keluarga yang dari keluarga inti (ayah, ibu,
dan anak) dan adanya posisi anggota keluarga lain di dalamnya (Lee, 1982 dalam
dianggap seperti anak sendiri, sama halnya dengan mertua. Sebagai keluarga yang
tinggal seatap, mereka saling berinteraksi setiap harinya. Menantu dan mertua
memiliki perbedaan dalam hal menilai satu sama lain. Perbedaan tersebut memicu
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Seperti penelitian di Asia ditemukan, sebanyak 55% menantu Vietnam dan 42%
menantu di Taiwan tinggal bersama ibu mertua (Li-Ching & Yi-Fang, 2015).
juga menyampaikan masih adanya pasangan suami istri setelah menikah tinggal
Pada dasarnya mereka memiliki hubungan yang memengaruhi satu sama lain
(Kelley et al. dalam Sears, Freedman, & Peplau, 1985). Hal tersebut terjadi pada
Shuey, & Elder, 2003). Hubungan ambigu tersebut menimbulkan konflik yang
hubungan dalam keluarga yang dekat seperti ibu dan anak namun secara
bersamaan terjadi situasi seperti orang asing. Keambiguan interaksi nampak pada
(Fingerman, Gilligan, VanderDrift, & Pitzer, 2012). Dengan kata lain, kualitas
tetapi secara bersamaan terhadap situasi seperti orang asing di antara keduanya.
melihat seorang menantu yang telah menikah dan ikut tinggal bersama suami
dan ibu mertuanya (Wu et al., 2010). Konflik tersebut terjadi akibat ibu mertua
penghambat menantu menjadi istri yang baik. Dengan kata lain, keluarga baru
yang dibangun menantu menentukan masa depan bagaimana relasi antara menantu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dengan mertua dan relasi dua keluarga besar. Hal tersebut juga memunculkan
harapan akan terwujudnya suasana keluarga yang nyaman dan tenang sehingga
Menantu sebagai wanita yang memiliki keterlibatan lebih dengan mertua memiliki
kuasa untuk mengendalikan semua hal terkait keluarga barunya. Menantu yang
ikut suami tinggal bersama mertua membentuk interaksi intens dengan mertua
atau orang tua suami meskipun merasa asing menjadi bagian keluarga baru.
keluarga suami (Fingerman et al., 2012; Prentice, 2008). Menurut Mulder (1992),
dampak positif dan negatif terhadap relasi menantu dan mertua yang tinggal
bagaimana membangun rumah tangga yang baik. Akan tetapi, dukungan dan
Fischer (1983) menjelaskan bahwa ibu mertua dan menantu yang tinggal
bersama memiliki batasan interpersonal menantu yang kurang jelas. Ibu mertua
untuk menekan menantu perempuan. Campur tangan mertua yang berkuasa dalam
hubungan mereka apabila mertua bergantung finansial pada anak laki-laki (suami)
(Turner, Young, & Black, 2006). Konsekuensi yang diterima menantu perempuan
tidak memiliki ikatan yang sama sehingga ketegangan terjadi (Allendorf, 2015).
Ketegangan berkaitan interaksi yang tidak akrab (Santi, 2015) dan adanya
interaksi yang formal antara menantu terhadap mertua (Fischer, 1983). Hal
tersebut berbeda dengan hubungan keluarga yang ideal. Anggota keluarga saling
Budaya memiliki pengaruh dan peran penting dalam hubungan menantu dan
mertua (Min-Jung & Yun-Jeong, 2015; Nganase & Basson, 2017). Peneliti
khususnya Jawa. Budaya Jawa memiliki sistem nilai yang mengatur pola interaksi
sosial di keluarga Jawa. Nilai tersebut terangkum dalam nilai rukun dan hormat.
modern (Datta, Ype, & Alfons, 2003; Nganase & Basson, 2017). Interaksi
masyarakat pedesaan memiliki hubungan sosial yang tinggi (Landis, 1948, dalam
Setyawan, 2015) daripada masyarakat perkotaan. Oleh karena itu, penelitian ini
prinsip kehidupan (Mulder, 1992). Sistem ini dianggap sebagai pelengkap dalam
diri orang Jawa. Sistem tersebut mencakup tradisi Jawa dari berbagai aspek
kehidupan orang Jawa yang berpengaruh pada gaya hidup dan etnik di lingkup
sosial. Dengan kata lain, sistem prinsip kehidupan menjadi pengajaran orang Jawa
yang meyakini sebagai sumber kebijakan dan kebenaran untuk refleksi diri.
ketenangan, pengendalian diri, dan berpikir secara rasional. Individu Jawa juga
diarahkan untuk mengendalikan diri dari nafsu dan egoisme. Arahan tersebut
dengan tuntutan keselarasan sosial. Pengajaran Jawa memuat nilai budaya Jawa
menjadi pusat pemahaman. Nilai hormat merupakan salah satu nilai yang secara
konkretnya berupa tata krama. Tata krama berkaitan dengan kewajiban individu
seyogyanya dilakukan dalam setiap situasi sosial. Tata krama tidak mengenal
waktu dan tempat. Nilai budaya Jawa lainnya adalah terpeliharanya keharmonisan
sosial dalam nilai rukun. Gambaran hubungan sosial yang ideal di lingkungan
Jawa diukur melalui nilai rukun. Peran nilai rukun untuk mencegah ungkapan
bertata krama yang baik dalam konteks sosial apapun. Adanya petunjuk normatif
tenang dan mantap dalam segala hubungan. Hal tersebut menjadi kekuatan atau
strategi mereka membangun hubungan yang kuat dengan orang lain. Nilai budaya
Jawa menyatu dan tertanam dalam diri individu sebagai pusat pengertian dirinya
membangun hubungan keluarga yang saling menerima dan memberi satu sama
terbuka dalam keluarga. Hal tersebut seharusnya dapat dicegah dengan proses
sebagai media menantu dan mertua menunjukkan aksi kerja samanya. Bagi orang
tindak tanduk sebagai cara untuk menaati norma demi keserasian dan
keharmonisan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
perbedaan yang nampak pada relasi keluarga mereka menampilkan relasi tegang
dan berkonflik. Menantu memandang ibu mertua sebagai orang tidak dekat
dengan dirinya (Santos & Levitt, 2007), juga mendapatkan pemahaman hubungan
terwujudkan. Penelitian ini melihat perbedaan dua hal yang saling berlawanan
arah dan tidak menemukan satu titik temu yang baik untuk mengubah arah relasi
masuk ke dalam relasi keluarga terutama dengan mertua. Pada sisi lain, menantu
konflik itu dicegah. Dengan kata lain, menantu mengalami kesulitan menemukan
bersama. Oleh karena itu, situasi menuntut menantu berperan untuk meleburkan
hubungan mereka.
Peran menantu mengupayakan relasi dengan mertua yang penuh selisih dengan
10
itu, peneliti tertarik melihat dinamika seorang menantu perempuan dengan ibu
B. Pertanyaan Penelitian
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
terutama ibu mertua dan menantu perempuan mengenai pola relasi berlandaskan
nilai budaya Jawa. Selain itu, untuk mempelajari dan memahami keunikan ikatan
relasi menantu pada mertuanya sebagai masyarakat Jawa yang menjunjung nilai
keharmonisan.
2. Manfaat Praktis
dengan relasi masyarakat Jawa, terutama ibu mertua dan menantu perempuan.
11
diri terhadap segala perubahan, serta sebagai strategi berkeluarga yang produktif.
Bagi praktisi maupun konselor terkait topik ini, diharapkan dapat membantu
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Keluarga
sudut, Murdock (dalam Lestari, 2012) mengartikan keluarga tidak hanya sebatas
kelompok sosial, namun memiliki empat fungsi utama yakni seksual, reproduksi,
pendidikan, dan ekonomi. Menurut Reis (dalam Lestari 2012), keluarga sebagai suatu
keluarga, yakni keluarga inti dan keluarga batih. Keluarga inti terdiri dari anggota
keluarga ayah, ibu, dan anak. Suseno (1985) menambahkan dalam masyarakat Jawa,
menurut Lestari terdiri dari anggota keluarga lain yang tinggal dalam satu rumah.
Perspektif dari keluarga Jawa mengonsepkan keluarga tidak hanya terbatas pada
keluarga inti melainkan menyebar secara sosial maupun geografis, dengan syarat
memiliki ikatan hubungan yang kuat (Geertz, 1983). Pertalian keluarga juga
12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
mendukung yaitu kebutuhan pribadi, ekonomi, sosial, dan psikologis setiap individu
mertua. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) mendefiniskan menantu “istri atau
suami dari anak kita”; sedangkan mertua didefinisikan “orang tua dari istri (suami)”.
Senada dengan Purnomo (1994) mengartikan mertua adalah orang tua pasangannya
yang sekarang menjadi orang tuanya juga. Dalam masyarakat Jawa memiliki istilah
sebagai anak dan parent-in-law untuk maratuwa sebagai orang tua menantu (Geertz,
1983).
menantu perempuan dan ibu mertua. Penelitian menguraikan banyak faktor yang
memengaruhi hubungan menantu dan mertua seperti, edukasi (Li-Ching & Yi-Fang,
2015), kedekatan (Fingerman et al., 2012; Li-Ching & Yi-Fang, 2015; Rittenour &
Soliz, 2009; Santos & Levitt, 2007), ekonomi (Li-Ching & Yi-Fang, 2015; Min-Jung
& Yun-Jeong, 2015; Turner et al., 2006), pengasuhan (Fischer, 1983), dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Fokus penelitian adalah relasi menantu yang tinggal bersama ibu mertua. Li-
42% menantu perempuan di Taiwan dan 55% menantu perempuan di Vietnam tinggal
serumah dengan ibu mertua. Menantu mengalami dampak positif dan negatif selama
tinggal bersama ibu mertua. Menantu mendapat dukungan dan dampingan seperti
hubungan persahabatan oleh ibu mertua (Li-Ching, 2015; Li-Ching & Yi-Fang, 2015;
Min-Jung & Yun-Jeong, 2015; Santos & Levitt, 2007). Pada sisi lain, fokus topik
penelitian ini adalah dampak negatif dukungan yang berlebih. Ibu mertua yang
(Char, Saavala, & Kulmala, 2010; Fingerman et al., 2012; Fischer, 1983; Li-Ching &
Yi-Fang, 2015; Min-Jung & Yun-Jeong, 2015; Prentice, 2008; Rittenour & Soliz,
sebab menimbulkan perasaan tidak nyaman (Prentice, 2008; Fingerman et al., 2012).
Menurut Fischer (1983), tinggal bersama justru menimbulkan konflik lebih sering.
Hal ini mengindikasikan adanya kualitas hubungan negatif antara menantu dan
mertua (Fingerman et al., 2012). Turner et al. (2006) menjelaskan bahwa menantu
mertua. Konflik seringkali terjadi setelah pernikahan, yang disebabkan menantu tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
dapat menerima komentar maupun kritikan dari ibu mertua. Faktor lain dalam
rendah (Li-Ching & Yi-Fang, 2015; Turner et al., 2006). Keterlibatan ekonomi
berkaitan faktor ekonomi yang terbatas dengan perilaku ibu mertua yang mengejek
dan mengkritik keluarga menantu perempuan, sehingga muncul perasaan terhina dan
direndahkan (Min-Jung & Yun-Jeong, 2015). Menurut Fischer (1983), konflik relasi
keluarganya (Rittenour & Soliz, 2009). Santos dan Levitt (2007) menjelaskan bahwa
relasinya dengan ibu mertua. Dalam penelitian Turner et al. (2006) menemukan
menantu memandang negatif terhadap ibu mertua. Oleh karena itu, menantu
Budaya juga memiliki peran dalam relasi menantu dan mertua (Datta et al.,
2003; Nganase & Basson, 2017). Menantu menganggap budaya berpengaruh negatif
dan positif terhadap perkembangan hubungan dengan mertua (Nganase & Basson,
16
yang berkaitan dengan rumah tangga merupakan kontruksi budaya. Hal ini
menimbulkan anggapan budaya telah bergeser dan berubah. Menurut Geertz (1983),
dalam masyarakat Jawa perilaku menantu perempuan diatur dalam norma budaya.
keluarga yang harmonis terutama dengan ibu mertua (Andriyani & Widyayanti,
2015). Semakin positif persepsi menantu semakin positif juga kualitas relasinya.
C. Hubungan
Kelly et al. (1983 dalam Sears et al., 1985) mendefinisikan hubungan adalah
sesuatu yang terjadi bila dua orang saling memengaruhi dan bergantung satu sama
lain. Menurut kacamata psikologi sosial meninjau berbagai bentuk hubungan yang
17
Levinger & Snoek (1972 dalam Sears et al., 1985) melalui beberapa tahapan. Berikut
pertama disebut zero contact. Proses diawali dengan tidak ada kesadaran terhadap
kehadiran individu lain dalam situasi atau tempat. Tahap kedua adalah menyadari dan
adanya kepekaan dengan memperhatikan individu lain. Perhatian terhadap orang lain
membentuk kesan dalam diri melalui penampilan atau perilaku. Kesan yang baik
Interaksi awal terjadi percakapan atau surat menyurat. Pada tahap ini interaksi
berlangsung singkat dari topik pembicaraan, dampak interaksi awal dan peran sosial
yang terbatas. Tahap keempat atau tahap terakhir yang bersifat kontinuum adalah
Menurut Kelly et al. (1983 dalam Sears et al., 1985), adanya karakteristik yang
disebut hubungan. Pertama, faktor frekuensi interaksi yang terjadi dalam waktu yang
panjang. Kedua, terlibat dalam berbagai macam kegiatan atau peristiwa yang terjadi
dua orang. Dalam hal ini, ketergantungan emosi dengan orang lain.
Salah satu teori yang membahas persoalan hubungan adalah teori pertukaran
sosial. Seseorang akan memperhitungkan ganjaran dan kerugian yang diterima dan
diberi dalam hubungan dengan orang lain (Sears et al., 1985). Foa dan Foa (1974
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
dalam Sears et al., 1985) mendefiniskan ganjaran sebagai hal yang diterima dan
diberikan dalam hubungan. Terdapat enam bentuk ganjaran sebagai acuan seseorang
menilai hasil hubungannya. Enam ganjaran tersebut meliputi cinta, uang, status,
informasi, barang, dan jasa. Salah satu ganjaran bergantung pada pemberi adalah
cinta sebagai ganjaran utama dalam hubungan dengan dan oleh orang lain, status, dan
jasa. Menurut teori pertukaran sosial, selain enam ganjaran terdapat ganjaran dalam
hubungan yang dapat dilihat, dicium, dan diraba. Ganjaran lain yang diterima dan
seperti membutuhkan tenaga dan waktu. Apabila hubungan terkendala interaksi dan
tidak disetujui oleh salah satu pihak maka memungkinkan terjadi pertentangan.
dalam hubungan.
itu terletak pada hubungan selaras antara orang dalam masyarakat mereka sendiri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
ada dalam dua nilai Kejawen. Nilai pertama menuntut orang Jawa bersikap bentuk
tata krama yang sesuai yaitu nilai hormat. Nilai kedua mengenai perilaku memelihara
sosial yang harmonis sehingga tidak menimbulkan konflik yaitu nilai rukun (Geertz,
1983). Kedua nilai dasar tersebut merupakan cerminan pola sosial masyarakat Jawa
(Suseno, 1985).
1. Nilai Hormat
mengutamakan tata krama, salah satunya hormat. Hormat merupakan prinsip yang
bersifat mengekang diri sendiri secara halus untuk menunjukkan hormat pada orang
lain (Handayani & Novianto, 2004). Menurut Suseno (1985), prinsip hormat
mengatur diri selaras dengan membawa diri mengikuti aturan tata krama sosial.
diri, dan bahasa (Geertz, 1983). Komunikasi orang Jawa diatur dalam tataran bahasa
yaitu krama inggil, krama, ngoko madya, dan ngoko. Masing-masing tataran bahasa
Dasar moral orang Jawa dipelajari dan didapat dari lingkungan (Mulder, 1973).
pendidikan dasar sejak bayi (Geertz, 1983). Keluarga tidak membentuk anak menjadi
20
bersosial yang dimiliki anak dapat mencapai kedewasaan dengan diukur tiga perasaan
Geertz (1983) mengartikan perasaan wedi sebagai perasaan takut secara jasmani
maupun sosial. Keluarga mengajarkan anak takut terhadap orang tua yang membuat
Langkah awal anak menuju pendewasaan memiliki perasaan isin. Arti kata isin
yaitu malu atau diartikan merasa bersalah (Geertz, 1983). Pada dasarnya, anak dididik
untuk malu ketika bertemu dengan orang lain. Suseno (1985) mengungkapkan
perasan isin dan hormat saling berkaitan dan kesatuan. Orang merasa isin diartikan
menaruh hormat terhadap orang yang pantas dihormati. Bagi orang Jawa, perasaan
(Suseno, 1985).
Ciri khas nilai hormat masyarakat Jawa adalah perasaan sungkan. Menurut
Geertz (1983), anak memiliki isin sekaligus mempelajari perasaan sungkan. Hal yang
membedakan sungkan dan isin adalah perasaan basa-basi menunjukkan hormat pada
21
Ketiga perasaan wedi, isin, dan sungkan saling berkaitan sebagai fungsi sosial
memiliki pribadi yang matang (Suseno, 1985), inilah konsep dewasa menurut
2. Nilai Rukun
sosial yang dianggap sebagai keadaan normal. Rukun juga diartikan menghindari
konflik terjadi. Tuntutan rukun merupakan menjaga dan mengatur keselarasan dalam
Suasana terbuka dalam keluarga inti memudahkan setiap anggota keluarga berlaku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
ramah, spontan, simpati, dan saling percaya. Situasi hubungan keluarga itu berbeda
dengan keluarga ipar yang menjaga jarak dan adanya suasana hati-hati dan dingin
mengendalikan diri dan membawa diri sebagai orang dewasa secara tenang dan rukun
masyarakat.
Dua nilai dasar Jawa saling berkesinambungan satu sama lain untuk
mengarahkan interaksi masyarakat Jawa. Nilai rukun mengatur segala bentuk proses
keputusan itu diambil. Nilai hormat menentukan kerangka bermacam interaksi. Nilai
ditentukan. Hal ini disebutkan sebagai syarat interaksi teratur, artinya saling
mengakui satu dengan yang lain dan memahami sikap menjalin relasi yang
Keselarasan sebagai prinsip yang menuntut individu menjamin kepentingan dan hak
23
bukan dari kehendak sendiri. Prinsip keselarasan dianggap sebagai patokan kerangka
atau batasan bagi individu bertindak dan menemukan batasnya (Suseno, 1985).
Nilai hormat dan rukun secara utuh tidak menuntut individu terhadap sikap
masyarakat. Masyarakat Jawa menjunjung keselarasan dalam segala bentuk apa pun.
Akan tetapi, keselarasan dan tanggung jawab moral berlawanan dapat memunculkan
konflik. Artinya, sikap selaras dalam diri individu baik sejalan dengan tuntutan
Topik relasi merupakan fokus utama dari penelitian ini. Relasi merupakan salah
satu aspek psikologi yang berkaitan dengan proses kehidupan informan. Secara lebih
rinci, aspek psikologi menguraikan persoalan dalam diri informan atau personal dan
sosial dimana saling memengaruhi satu sama lain. Keterkaitan dunia personal dan
mertua yang tinggal bersama berdasarkan pengalaman menantu. Selain melihat faktor
memiliki pengaruh pada dinamika relasi mereka. Hal internal dan eksternal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
menyangkut dan berkaitan pada harapan relasi menantu perempuan. Oleh karena itu,
kombinasi topik penelitian dengan metode yang tepat akan menentukan perolehan
Strategi mendapat data yang sesuai dan mendalam, peneliti menggunakan IPA
Menurut Smith (2013), IPA merupakan metode yang efektif digunakan untuk
Inilah kekuatan IPA menggali informasi masuk lebih dalam pada ranah kognitif,
bahasa, afeksi, dan fisik dari pengalaman personal informan (Smith, 2008). Oleh
rasionalitas dari sudut pandang mental dan emosional informan (Smith, 2008).
psikologis terkait dengan objek masalah penelitian yang diangkat. Peneliti mendapat
bagaimana relasi menantu tinggal bersama ibu mertua terkait hal yang dialami dan
informasi sebagai data penelitian didapat tepat sasaran dan mendalam. Hasil tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
didapat menggunakan pendekatan IPA yang sesuai dengan tujuan dan pertanyaan dari
penelitian ini.
Menantu menjadi bagian keluarga mertua masih ada yang tinggal serumah, inilah
gambaran keluarga batih. Keluarga batih adalah keluarga yang terdiri keluarga inti
dan anggota keluarga lain yang tinggal bersama (Lestari, 2012). Budaya Jawa
pribadi, ekonomi, sosial, dan psikologis serta nilai yang disepakati bersama (Geertz,
1983).
mendapat dukungan dan dampingan oleh ibu mertua strategi membangun rumah
tangga yang baik. Menantu juga merasakan ketidaknyamanan karena mertua yang
ketidaknyamanannya menantu.
Berkaitan dengan budaya Jawa, menurut Geertz (1983) keluarga Jawa memiliki
dua nilai yang mutlak sebagai pedoman tingkah laku mereka di dalam lingkungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
sosial. Dua nilai tersebut dicerminkan pada nilai hormat dan rukun. Tindak tanduk
sebagai harapan budaya Jawa mewujudkan kerukunan dan suasana keluarga yang
dengan mertua dan harapan budaya Jawa. Menantu diharapkan dapat mencerminkan
tindak tanduk selaras dengan norma dalam nilai Jawa. Harapan budaya berorientasi
keharmonisan kolektif sebagai petunjuk arah relasi menantu dengan mertua. Oleh
relasi menantu dengan mertua yang tinggal bersama, serta untuk mewujudkan
interaksi harmonis.
Nilai budaya
Jawa
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
strategi untuk mempelajari makna dari pengalaman pribadi informan terkait masalah
faktor lingkungan atau setting penelitian, agar terfokus pada informan dan interaksi
mengutamakan proses analisis data yang bersifat induktif artinya pengolahan data
berupa pola, kategori, dan tema dilakukan secara berulang-ulang hingga menemukan
28
sebagai metode tepat digunakan untuk penelitian berkaitan dengan psikologi. IPA
menganalisis dan berfokus pada sisi kognisi psikologi dalam interaksi peneliti dan
informan. Proses mental dalam kognisi psikologi dan kognisi sosial merupakan
bagian dalam psikologi sosial dan klinis. Dengan demikian, IPA bekerja untuk
hal yang menarik dengan memahami melalui proses identifikasi atau penekanan.
informan. Peneliti IPA bertugas untuk mengeksplorasi masa lalu dan masa depan
proses pengambilan data. Masalah penelitian dalam penelitian ini adalah relasi
informan supaya mereka lebih leluasa mengutarakan pandangannya. Oleh karena itu,
29
terbuka kepada peneliti. Kemudian, data dianalisis melalui proses interpretasi untuk
menemukan dan memahami dinamika menantu berelasi dengan ibu mertua yang
B. Fokus Penelitian
mertua. Relasi yang dimaksudkan tinggal berdekatan atau dalam satu rumah.
Penelitian ini mengeksplorasi relasi dari sudut pandang menantu perempuan sebagai
data utama dan ibu mertua sebagai data pendukung. Sudut pandang mertua digunakan
Dinamika relasi informan dikaitkan dengan peran budaya Jawa untuk menyelaraskan
sikap dan perilakunya dengan norma. Budaya mengharuskan sebuah interaksi dapat
C. Prosedur Penelitian
1. Informan Penelitian
Informan penelitian ini adalah menantu perempuan dan ibu mertua. Jumlah
informan sebanyak empat menantu perempuan dan dua ibu mertua. Karakteristik
informan yaitu menantu perempuan dan ibu mertua yang tinggal dalam satu rumah.
Peneliti tidak membatasi lamanya waktu informan tinggal bersama dan tinggal di
rumah menantu atau ibu mertua. Peneliti mengharapkan mendapat informasi lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
informasi psikologis.
ditentukan sebelumnya. Pada awalnya, peneliti mencari menantu perempuan dan ibu
mertua yang tinggal bersama di lingkungan sekitar rumah peneliti. Peneliti juga
memilih informan pendukung yaitu ibu mertua. Informan ibu mertua penelitian ini
mertua. Hal tersebut merupakan langkah awal yang penting agar informan merasa
nyaman dengan peneliti sebelum mengungkapkan pikiran dan perasaan pada orang
wawancara.
pengalamannya ketika tidak ada kehadiran ibu mertua. Sedangkan, salah satu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
informan ibu mertua meminta untuk melaksanakan wawancara di luar rumahnya atau
sebab faktor kedekatan budaya peneliti dan informan merasa tidak asing satu sama
lain. Hal ini juga mempermudah peneliti memahami berbagai hal rinci terkait fokus
informan dan lokasi dengan penuh kepercayaan untuk membantu peneliti memahami
masalah (Creswell, 2012). Informan dan lokasi pengambilan data dipilih secara
informan. Salah satu informan menantu perempuan dan ibu mertua meminta proses
wawancara digunakan untuk mendapatkan data yang detail mencakup cerita, pikiran,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
melibatkan diri dalam interaksi aktif secara langsung dengan informan. Dengan
demikian, peneliti dapat mengendalikan alur tanya jawab supaya terarah dan langsung
merupakan serangkaian pertanyaan yang disusun bersifat terbuka dan meluas untuk
memunculkan pandangan dan penjelasan secara luas dari informan. Pertanyaan dalam
mertua dan pandangan tentang nilai budaya Jawa. Panduan wawancara digunakan
melakukan pendekatan atau rapport terhadap informan. Suasana dan interaksi yang
dekat membantu informan dan peneliti tidak merasa terinvestigasi dari pertanyaan-
Informasi yang menarik dan perlu penjelasan, peneliti probing atau menggali
menarik dari data untuk digali dalam aspek psikologis dan sosialnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
jawaban informan saat peneliti mengajukan pertanyaan. Oleh karena itu, peneliti
Jawaban informan yang terekam merupakan data penelitian berupa audio. Data audio
tersebut ditranskripkan melalui proses verbatim dan dianalisis pada tahap selanjutnya.
Peneliti menemukan fokus analisis penelitian melalui baca data. Tugas peneliti
wawancara.
Pada tahap ini, peneliti membuat catatan pada tranksrip data. Hal ini
keterkaitan kata dan bahasa pada transkrip untuk menemukan pola pikir informan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
kedetailan catatan dan komentar pada data. Analisis memfokuskan pada deskripsi hal
penting dan makna dalam diri mereka (fokus penelitian seperti relasi, proses, tempat,
3. Mengembangkan tema
Pada tahap ini, peneliti mengubah catatan ke dalam bentuk tema. Hal tersebut
bertujuan untuk menghasilkan tema yang singkat dan jelas sesuai pernyataan penting
pada komentar transkrip. Catatan yang dikembangkan dalam bentuk tema untuk
juga memetakan dan menyambungkan pola-pola dalam data transkrip yang bertujuan
mengeksplorasi catatan.
aspek dari informan. Pada tahap ini memetakan keterkaitan tema-tema menjadi pola
atau bagan. Keterhubungan tema digunakan untuk proses analisis interpretasi tema-
tema.
memproses data informan lainnya. Peneliti akan menjumpai tema-tema yang muncul
pada informan satu dan kembali muncul di informan lainnya. Pada sisi lain, peneliti
35
Pada tahap ini, peneliti mencari pola dari keseluruhan kasus informan. Peneliti
E. Kredibilitas Penelitian
penelitian yang baik, terpercaya, dan berguna. Lucy Yardley (Smith, 2008)
1. Sensitivity to context
satunya penggunaan teori yang relevan dan pustaka secara empiris sebagai dasar
penjelasan makna dan konsep fokus penelitian. Sensitivitas pada teori yang
digunakan dapat relevan dengan ilmu di konteks lain yang berbeda. Penelitian
mertua. Peneliti menyesuaikan fokus topik penelitian dengan teori maupun pustaka
yang relevan, agar menjadi dasar yang kuat dalam penjelasannya. Teori hubungan
36
dibatasi.
mertua.
Pada tahap analisis, peneliti menganalisis data dengan melihat makna yang
pertimbangan alasan mengapa keterangan boleh dan tidak boleh diekspresikan dan
37
yang tepat diterapkan dalam memilih informan penelitian, sebab kurang tepatnya
pemilihan informan dengan metode dan teori menunjukkan konsistensi yang jelas
mencapai tujuan penelitian. Peneliti memilih menantu perempuan yang sesuai dengan
mempertimbangkan menantu yang tinggal dalam satu rumah dengan mertua dan tidak
membatasi berapa lama menantu tinggal bersama. Oleh karena itu, peneliti
analisis data memperhitungkan konsistensi metode dan teori yang relevan saling
mendukung. Oleh karena itu, analisis transparansi menyajikan cukup data berupa
kutipan, kutipan teks, dan merangkum tema, untuk menunjukkan kepada pembaca
38
bagaimana pembaca dapat memahami apa yang telah diteliti dan mengapa hal
tersebut diteliti.
Dalam penelitian ini, peneliti menyampaikan alasan dan hal-hal yang perlu
diketahui oleh pembaca secara jelas. Peneliti memberikan alasan pada setiap bagian
digunakan penelitian ini untuk mengolah data sesuai tujuan penelitian yang
pada kehidupan manusia. Penelitian ini memberikan pandangan baru pada pembaca
untuk memahami pandangan menantu perempuan mengenai relasi dengan ibu mertua.
Peneliti memberikan masukan untuk menantu dan mertua, serta konselor atau
praktisi. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan dampak positif dan memberikan
pandangan baru mengenai relasi menantu perempuan dan ibu mertua di Jawa terkait
39
menjelaskan guna triangulasi dalam penelitian sebagai cara menguatkan data dari
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi teori sebagai cara yang sesuai
untuk memperluas deskripsi aspek psikologis yang berkaitan dengan fokus penelitian
F. Refleksivitas Peneliti
perempuan dengan ibu mertua yang tinggal bersama. Saya, Devi Putri Sari, tinggal
dalam keluarga batih, bersama ayah dan ibu sebagai mertua dan keluarga kakak
dalam satu rumah. Selama tinggal bersama, saya mengamati interaksi menantu dan
mertua dimulai dari perubahan situasi keluarga dan relasi antar anggota keluarga.
Pengalaman tersebut menarik perhatian saya menjadi topik penelitian ini. Saya
Saya membangun interaksi intim dengan ibu mertua dan menantu perempuan.
Mereka menyampaikan keluh kesahnya terhadap satu sama lain pada saya. Oleh
karena itu, saya mendapat kesempatan dan tidak merasa canggung lagi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
keinginan dan ketertarikan saya untuk memahami dinamika mereka lebih mendalam.
Selama menyusun penelitian ini, saya belum menikah membentuk persepsi atau
menantu perempuan. Hal ini dikarenakan, saya sebagai calon menantu mencerminkan
dalam keluarga. Hal ini mengurangi objektivitas dan kevalidan hasil penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
1. Persiapan Penelitian
menantu dengan mertua tinggal bersama. Tujuan peneliti ini mengeksplorasi lebih
metode pengambilan data untuk mendapat data yang lebih terperinci. Proses
verbatim.
sebagai bagian penting dalam penelitian ini. Peneliti juga membangun rapport
dengan menanyakan kabar dan menjelaskan secara singkat maksud penelitian ini,
agar informan merasa nyaman dan jelas bercerita dari awal hingga akhir. Selama
41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
2. Pelaksanaan Penelitian
masing informan.
43
B. Informan Penelitian
bersama mertua.
a. Informan 1 (N)
N adalah perempuan berasal dari kota Sragen yang menikah dan tinggal
Pengalaman N tinggal bersama mertua sudah 9 tahun lamanya. Saat ini N dan
yang berjarak jauh dari rumah mertua. Selama tinggal mengontrak, N mengurus
44
suami harus menitipkan anaknya pada mertua pada pagi dan N menjemput pada
mertua setiap hari. Hal tersebut dikarenakan anak N lebih senang tinggal di rumah
mertua.
kebebasan melakukan hal sesuka hati tinggal jauh dari mertua. Berbeda ketika di
rumah mertua, N membatasi ruang geraknya untuk melakukan hal yang harus
dipikirkan terlebih dahulu. N merasa pakewuh atau tidak enak hati melakukan hal
dan meminta bantuan mertua. Oleh karena itu, N menyadari untuk menjaga sikap
perkataan mertua yang membuatnya mudah sakit hati dibandingkan dengan orang
tua sendiri. Perkataan atau perasaan dibatin mertua menjadi masalah sendiri dalam
diri N yang membuatnya tidak nyaman. N merasa kesal karena perkataan mertua
untuk menyabuni wajah anak, namun N hanya membatin bahwa wajah anak perlu
sabun khusus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
membicarakannya. N merasa sakit hati dan menangis bahwa apa yang dibicarakan
N juga mengalah pada mertua untuk menjaga relasi agar tidak merenggang hanya
N terhadap mertua disebabkan sikap keras kepala yang meyakini hal salah
menjadi benar. Akan tetapi, N memandang mertua sebagai sosok orang tua yang
dan akrab.
46
b. Informan 2 (Wf)
bersama mertua sudah 8 tahun lamanya. Sejak awal menikah Wf dan suami sudah
langsung tinggal bersama mertua. Salah satu cara penyesuaian diri N adalah
memaksa dirinya untuk ikut kegiatan gereja. Wf menilai apa yang dikatakan
sebagai menantu perlu menjaga sikap maupun perkataan yang dapat menyinggung
Menurut Wf, menantu dan mertua yang berbeda hubungan darah harus lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
etika budaya Jawa. Wf sebagai menantu penting menjunjung sopan santun dan
keluarga.
c. Informan 3 (Sr)
terlebih dulu. Suami Sr adalah anak tunggal yang menjadi harapan ibunya.
khawatir dan sungkan tidak dapat melakukan hal sebebas ketika tinggal mandiri.
Sr memahami hubungan menantu dan mertua tidak selalu baik, salah satu masalah
yang sering muncul yaitu perbedaan pendapat. Perbedaan pendapat dapat terjadi
48
perbedaan pemahaman.
bersahr dan nrimo keadaan buruk. Pemahaman dan pengetahuan bertindak tanduk
bahwa ia menerima mertua. Bagi Sr, mertua adalah sosok yang berjasa dalam
d. Informan 4 (Fs)
barunya. Fs dalam kondisi hamil memutuskan keluar dari pekerjaan dan tinggal
bersama mertua. Setelah dua tahun menikah Fs dan suami dikaruniai anak,
mendorong Fs tinggal mandiri jauh dari rumah mertua. Suatu masalah membuat
49
dihindarkan diantara mereka. Fs merasa kecewa terhadap sikap suami yang mudah
diharapkan dapat menemukan cara mendekati dan merubah mertua menjadi lebih
Meskipun sulit menerima mertua karena hal kecil yang dibesarkan, Fs memahami
harus menjaga sikap dan perkataannya untuk menjaga relasi rukun. Menurut Fs,
menunjukkan sisi keluarga yang saling melengkapi dan menerapkan tata krama
suaminya yang sakit. Ia memiliki dua anak dan saat ini tinggal bersama anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
sendiri.
dan menjaga perasaan satu sama lain. Masalah pun terjadi ketika anak yang
ditinggal kerja oleh menantunya, sebagai mertua harus menjaga cucunya. Akan
tenteram dan damai. Pada sisi lain, S memandang hal utama menyatukan satu
royong. Hal ini tidak hanya berlaku dalam hubungan keluarga, namun juga
dengan tetangga sehingga dapat saling srawung satu sama lain. S menyakini
dalam bermasyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
awal yang baik membuka harapan terhadap menantu untuk merawat dirinya di
masa tua.
rumah tangga, bahkan semakin jarang mengikuti kegiatan gereja. Hal ini
padanya.
ketika memberikan nasihat pada menantunya. Hal ini berdampak pada relasi
52
tanduk yang selaras. Ia juga mengharapkan menantu dapat bertindak tanduk sesuai
pemahaman dasar nilai budaya Jawa agar menunjukkan kesopanan dan menjalin
C. Hasil Penelitian
pendapat terhadap dirinya mengurangi interaksi relasi. Perasaan sakit hati dan
kekesalan akibat dari masalah hanya dipendam sebab takut dinilai buruk ibu
mertua. Hal ini dapat menambah ketegangan relasi mereka semakin rumit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
mertua yang ditujukan padanya yang mengakibatkan dirinya merasa tidak aman.
Akan tetapi, Informan N takut apabila ia mendapat penilaian buruk dari ibu
diperlakukan demikian.
kesabaran setiap masalah datang. Mertua yang menerima dirinya dan keluarga
tinggal menumpang adalah pengingat bahwa ia berhutang budi. Oleh karena itu,
dengan pemahaman etika dalam nilai budaya Jawa. Salah satunya ia tunjukkan
juga meyakini sebagai orang Jawa seharusnya menampilkan diri menjaga relasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
antar individu lain terjalin rukun. Pentingnya bersikap tidak melupakan pedoman
dasar budaya.
dengan dua nilai Jawa. Informan N mengartikan rukun sebagai karakter yang
melekat dalam pribadi orang Jawa. Penjagaan hati dari pertengkaran supaya tidak
menyakiti dan tersakiti. Nilai lain yang menjadi fokus karakter orang Jawa adalah
hormat. Bagi Informan N menghormati juga berlaku patuh dan menghargai orang
lain seperti dalam situasi perbedaan pendapat. Penyelarasan terhadap dua nilai
tersebut, membuka matanya bahwa ada tanggung jawab sebagai menantu untuk
menjaga nama baik keluarga di hadapan masyarakat. Kendali diri akan sikap dan
menjalin interaksi intim dengan mertua. Dengan kata lain, membuka diri
pendapatan dan pekerjaan suami saat itu belum mencukupi tinggal mandiri. Oleh
karena itu, Informan Wf dan suami tinggal bersama mertua untuk tempat tinggal
55
mandiri. Tinggal berbeda atap dari ibu mertua agar keluarga kecilnya belajar
pendapat antara Informan Wf dan mertua. Apa yang diinginkan mertua tidak
sebagai ibu rumah tangga dan cara pengasuhan anak. Hal ini mengakibatkan
seringnya Informan Wf mendapat teguran dan komentar negatif dari ibu mertua.
tidak berdampak lama, sehingga dengan sabar dan diam menjadi efektif saat
terjadi konflik. Diam menampilkan diri Informan Wf yang tidak nyaman terlibat
56
kaitannya dengan tata krama seperti sopan dalam berbicara atau tidak
cara terbaik untuk dilakukan sebagai wujud menghormati mertua. Hal ini supaya
tidak menimbulkan masalah lain yang bisa dicegah sehingga relasi dapat
mencapai kerukunan.
mertua. Hal tersebut juga didorong keikhlasan hati dan mensyukuri setiap keadaan
dan mendapat kasih sayang dari orang terkasihnya. Selain itu, keutuhan keluarga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
menjadi prioritas Informan Wf menjaga relasi dan interaksi intim dengan ibu
mertua. Salah satu alasannya adalah perbedaan pendapat yang selalu terjadi
diantara mereka. Persoalan pengasuhan anak dan urusan rumah tangga sering
mengajak mertua tinggal bersama, sebab suami adalah anak tunggalnya. Adanya
ketakutan akan koreksi ibu mertua yang menilai salah sehingga memaksakan
terpengaruh oleh suasana hati. Apabila suasana hati buruk memunculkan perilaku
menjawab perkataan ibu mertua. Pada sisi lain Informan Sr menyadari harapan
penampilan perilaku anak yang seharusnya ditunjukkan pada orang tua, bahwa
tidak etis menantu menjawab perkataan ibu mertua. Oleh karena itu, Informan Sr
58
berbagai hal dalam kehidupan. Tuntutan ini juga berkaitan dengan pengutamaan
Jawa. Kekhasan orang Jawa terletak pada kesopanan, kesederhanaan, dan nrimo.
tata krama pada orang lain yang saling menghormati. Informan Sr juga menyadari
sebagai masyarakat Jawa menjalin hubungan harmonis dan rukun juga diartikan
membalas kebaikan ibu mertua. Hubungan harus terjaga silahturahmi dan saling
menerima keadaan orang lain agar terhindar dari hal yang tidak mengenakan hati.
dengan ibu mertua. Selama tinggal bersama memberikan dampak positif bagi
diajarkan ibu mertua. Penyesuaian diri akan kehadiran ibu mertua yang tinggal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
ekonomi dan alasan suami adalah anak tunggal. Ia mengalami perbedaan pendapat
sejak awal pernikahan dengan ibu mertuanya. Adanya ketakutan ibu mertua
pengasuhan anak oleh ibu mertua yang tidak sesuai harapannya. Informan Fs
suaminya.
kejadian ini, tidak mudah bagi Informan Fs kembali mempercayai ibu mertuanya.
tidak akan selesai jika saling menunjukkan keegoisan masing-masing. Setiap kali
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
seperti pengajian dan mencari tausiah menenangkan dirinya untuk lebih baik
juga mengutamakan nilai budaya Jawa sebagai arah sikap dan perilakunya.
Informan Fs sebagai orang Jawa tata krama merupakan poin utama dalam
menyeimbangkan dengan berlaku sesuai tata krama budaya Jawa, yakni hormat.
Informan Fs memaknai kedua nilai Jawa sebagai pedoman memperbaiki diri demi
adalah dengan menjaga hati dan sikap supaya tidak menimbulkan masalah lain.
sebagai orang tua sendiri. Dengan kata lain, perdebatan pendapat dapat ditengahi
61
sehingga bertambah pula bebannya sebagai ibu mertua. Di sisi lain, Informan S
menantu.
orang tua wajib membantu anak-anaknya dalam kesulitan. Oleh karena itu,
Informan S yang menjaga sikapnya dan menahan dirinya sebagai bentuk toleransi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
pada menantu. Di samping itu, kekompakkan dapat diwujudkan dari mertua dan
bersama-sama.
menggambarkan keluarga Jawa erat kaitannya dengan gotong royong. Hal ini
dibangun dengan sikap hormat dan rukun dalam keluarga. Hormat diartikan
Saling pengertian satu sama lain juga membawa suasana harmonis dalam
keluarga. Pemahaman dasar ini membuka komunikasi pada dua keluarga sehingga
bergotong-royong menjaga rumah tangga. Selain itu, sebagai orang tua juga
63
sebagai orang tua yang tidak diperhatikan dan disepelekan. Informan Hm merasa
terdekatnya.
rumah tangga tidak menunjukkan kedewasaan bahkan dinilai seperti anak kecil.
mengenai sikap malas menantu yang tidak mengerjakan pekerjaan rumah tangga.
demikian dirinya tetap memperlakukan menantu dengan baik seperti anak sendiri.
memposisikan diri sebagai anak dan menganggap Informan Hm seperti orang tua
sendiri. Dengan kata lain, tidak ada jarak dalam hubungan mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Jawa yang ditunjukkan dalam bertutur kata. Penampilan ini menunjukkan sikap
menantu agar selalu menjunjung kehormatan pada orang tua. Sikap menghormati
suasana tegang pun dapat kembali rukun. Hal ini dapat mewujudkan
Informan Hm seperti orang tua sendiri. Selain itu, dapat mengubah perilakunya
65
D. Analisis Data
mertua yang tinggal bersama. Melalui tahapan ini, peneliti mendapati uraian lebih
sosok mertua. Pertama, faktor ekonomi dipandang sebagai faktor utama pasangan
mencukupi. Hal ini terjadi dalam pengalaman menantu N, Wf, dan Fs yang
66
“...saya disini kan gak kerja karena hamil kan kemarin kan
pendapatan hanya dari suami saya sedangkan suami saya
dulu kerja di rumah sakit aja magang kan gajinya kecil
mbak otomatis dia gak bisa memenuhi kebutuhan uangnya
dari mana dia kalo buat kontrakan buat makan kalo bisa
memenuhi kebutuhan saya juga tau kalo suami saya itu kalo
kita hidup sendiri mandiri dia belum bisa, kebutuhan sendiri
belum bisa lha dia kan masih honorer kalo kemarin kan saya
kerja jadi kita saling menopang saling membantu suami istri
bahkan gaji saya lebih besar dari suami saya kemarin
kemarin itu lho jadi kita bisa ekonominya bisa cukup kayak
gitu lho mbak bisa nabung tapi kalo kalo kerja sendiri pada
saat ini kalo buat rumah ngontrak itu ya bisa jadi ya mau
gimana lagi ya terpaksa ikut mertua..” (Wf, 395-409 &411-
412)
mereka tinggal bersama ibu mertua. adapun efek negatif dan negatif yang diterima
persoalan urusan rumah tangga. pada sisi lain, tidak mendapat ruang privasi untuk
“pas itu masak kan masih sama sama sama mertua lha itu
saya tu pengennya tu masak sendiri jadi apa ya pengennya
di sekat gitu lho. Disekat antara ini sama ini gimana ya
butuh saya cuma kamar tidur tempat masak yaudah itu aja
kalo itu kamar masih sama jadi kan ada waktu buat
keluarga bertiga itu. setelah itu saya pulang saya motor
sendiri numpak sendiri ee apa ya udah beberapa bulan
berjalan biasa gitu lah “ (Fs, 97-104)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
“Gini lho kalo sama ibu sendiri kan biasa ngoko gitu lho
kan gak papa kan kalo sama mertua kan lha harus
bicaranya halus seperti itu karna ya soalnya beda. Kalo ibu
sendiri bicara blak-blakan gini-gini gak akan marah
soalnya udah tau anaknya sifatnya kayak gini kalo mertua
belum tentu.” (WF, 39-44)
yang kerepotan mengurus rumah tangga. Peran baru sebagai ibu sekaligus istri
yang bekerja menyulitkan menantu membagi waktu. Oleh karena itu, harapan
demikian, menantu merasa pakewuh dan tidak leluasa. Seperti menantu N berikut
ini.
68
“ya ada baiknya sih kalo sama mertua orang tua tu ada
baiknya pas kita mau apa gimana ya pergi kemana dia
bilang tu ada yang jaga jadi ya itulah baiknya ada masih
ada” (FS, 161-164)
2. Ketegangan pendapat
soal pengasuhan anak perkataan ibu mertua yang cenderung menyakiti. Seperti
69
Ada upaya keterlibatan ibu mertua dalam rumah tangga menantu yang
dianggap sebagai tekanan. Ibu mertua dianggap sebagai figur pengendali rumah
“...saya gak suka ya mbak kalo PA itu saya gak suka saya
pengene mertua itu diam kalo gak mau mengerjakan
yaudah gak usah dikerjakan udah suruh diem aja jadi
suasana tenang gak usah ngeloke kayak gini kayak gini
saya itu” (Wf, 829-833)
“Pakewuh ya ada yang mengawasi seperti itu ya seperti
itu gak bisa santai ya bisa kalo kita itu udah kalo kita udah
selesai pekerjaan kalo belum kan ada rasa pakewuh ada
rasa tanggung jawab untuk menyelesaikan seperti itu”
(Wf, 1348-1352)
adalah perasaan yang menggambarkan menantu saat masalah terjadi. Hal tersebut
70
berdekatan. Interaksi mereka bergerak dan menjauhkan satu sama lain. Krisis
Informan yang menjawab menjawab perkataan ketika mereka tersudutkan. Hal ini
71
Menantu merasa terganggu akibat perkataan ibu mertua. Pada sisi lain, secara
lebih tegas dan jelas menunjukkan ketidakcocokan pada ibu mertua. Hal ini
buruk dari mertua terkait perilakunya yang tidak etis dan salah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Menantu merespon lain perselisihan dengan diam. Menantu Wf, Sr, dan Fs
dengan ibu mertua yang terjadi. menurut menantu bersikap diam merupakan hal
“Yang penting itu gak tau nanti apa yang pasti sekarang
kadang udah di gak usah dipikirkan kesana lagi gitu ya
cuma gitu aja biar, cuma diam aja gitu usah kayak di
omongkan atau dipikirkan yaudah biar aja” (Fs, 139-143)
“Gak mungkin kita kalo anak kecil sama orang yang lebih
tua kayaknya kan gak bebas ya paling diam aja gitu aja,
menyikapinya diem aja” (Fs, 276-278)
Pengendalian diri dilakukan dengan diam dan sabar. Tujuannya adalah kepedulian
dan menjaga perasaan mertua serta menjaga interaksi keluarga. Menantu tidak
73
“ya pasti ada sesuatu satu dua kali tapi kan kita sebagai
anak ya sebagai anak harus pinter pinter menyikapi. Kalo
kita buat dipikir ya kita sendiri yang rugi makanya kita
harus sabar ikhlas” (Sr, 49-53)
emosi tanpa mendominasi. Ibu mertua telah menjadi orang tua bagi menantu,
sudah seharusnya menantu menjadi anak yang patuh dan ikut menjaga
keharmonisan relasi keluarga. Hal ini menjadi awal yang baik bagi menantu
74
relasi mereka.
5. Introspeksi diri
Menantu menyadari batasan bersikap dan perilaku terhadap mertua. Hal ini
rumah mertua, terutama bagi Menantu N dan Wf. Idealnya, mertua dihormati
75
melakukan renungan atau intropeksi diri terhadap sikap dan perilakunya pada ibu
mertua.
76
Konflik dan etika dalam hubungan menantu dan mertua perlu dipahami
“nek mikir lagi tadi wah aku neng kene nunut kok, wes
paling ngalah wae kan dititipi anak nek nyambut gawe
paling kayak gitu terus ngalah sabar wae” (N, 592-595)
memperbaiki diri demi menjaga kedamaian dalam hubungan rumah tangga dan
mertuanya.
77
berkonflik tinggi sehingga menantu perlu langkah awal untuk membuka diri di
Salah satu bentuk prinsip hidup orang Jawa dapat tergambar dari dinamika
keluarga dengan penyesuaian etika di hadapan masyarakat. Dengan kata lain, dua
nilai budaya Jawa dianggap sebagai pemahaman etika menantu bertindak tanduk
sebagai orang Jawa. Karakter khas pribadi orang Jawa digambarkan kental akan
tata krama yakni hormat dan rukun. Dua nilai tersebut merupakan cerminan
78
a. Kerukunan
Orang Jawa erat kaitan akan relasi yang rukun dipahami tidak terjadi
79
“Rukun kalo rukun itu gak saling iri. Rukun itu gak saling
iri gak saling meri misalnya mertua saya membelikan kan
saya kan cucunya kan 4 sana satu sini satu yang masnya
dua yang maksudnya kan memang beda sana anaknya dua
mungkin dikasih dua ratus ribu sana seratus anak saya
seratus yaudah kita gak usaah meri gak usah iri terus habis
itu kalo di rumah sini kalo rukun gak saling mengadu
domba lha itu namanya rukun kadang ada mbak sesama
menatu tu saling mengadu domba sama mertua misalnya
saya dijelek-jelekan dengan kakak ipar saya kayak gitu
misalnya dijelek-jelekan pas saya gak ada kan senengnya
adu domba terus saya itu ya itu tidak iri tidak meri dan
tidak mengadu domba itu namanya dalam keluarga” (Wf,
953-966)
Menantu Sr, tinggal bersama mertua harus bersedia mengingatkan dalam bertata
krama hubungan terjalin rukun dan suasana nampak harmonis. Sama halnya
80
b. Kehormatan
sikap dan perilaku. Nilai kedua adalah hormat yang berkaitan dengan tata krama
budaya Jawa. Tata berbicara yang sopan sesuai norma menunjukkan sikap
81
mendorong menantu agar mampu menyelaraskan diri dengan nilai. Hal ini
merupakan bentuk keberhasilan yang dapat diukur sebagai pribadi yang dewasa.
dalam diri menantu sehingga tercerminkan melalui sikap dan perilaku. Hal
82
bertindak tanduk terhadap mertua. Ketegangan dapat dihadapi dengan tenang dan
pemahaman etika anak menantu terhadap mertua sebagai orang tua. Sikap
situasi perselisihan dapat disikapi sesuai norma budaya Jawa. Dengan kata lain,
dengan mertua.
83
Ujung dari sikap mengalah mengacu pada nilai rukun. Pemahaman menantu
mengenai nilai rukun mengutamakan inti kekeluargaan yang damai, bahagia, dan
84
8. Penerimaan keadaan
menyesuaikan sesuatu yang baru. Keluarga baru yang tinggal bersama mendapat
“Ya udah klop maksude udah kayak orang tua saya sendiri,
ibu juga nganggep saya kayak anak sendiri apa yo curhat-
curhat yo curhat-curhat sering malah jarang curhat ke anak
kandungnya cerita-cerita apa kan sama-sama cewek gitu
lho terus masalah ee keuangan kadang nganu sama saya
daripada anak kandungnya sendiri.” (N, 575-580)
“Tetep baik tidak ada perbedaan yang signifikan
maksudnya yo komentare ora bedo ben klop terus ora
gawe ora dadi padu jadi..pertengkaran ya ketoke
harmonis” (N, 449-451)
kebersamaan keluarga. Keluarga baru bersama mertua telah menjadi satu kesatuan
aktivitas rumah tangga bersama ibu mertua. Meskipun terjadi ketegangan relasi,
85
Perjuangan membuka diri terhadap segala perubahan untuk lebih ikhlas dan
bersyukur. Keegoisan dileburkan dari ketegangan yang selalu datang dan pergi.
mertua. Relasi dapat digambarkan seperti hubungan pertemanan yang tidak kaku
Pada sisi lain, mertua yang tinggal bersama menantu mengeluhkan sisi
86
keluarga.
media orang berlaku hormat pada yang lain. Komunikasi yang menghormati
melalui tutur kata yang baik dan menyenangkan mendasari keharmonisan itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
terwujud. Dalam penyelesaian masalah atau situasi ketegangan tutur kata yang
kewajiban sebagai orang tua untuk peduli dan membantu meringankan beban
rumah tangga menantunya. Bagi Informan S masalah atau ketegangan yang terjadi
88
yang dapat berdampak positif pada suasana keluarga. Mertua juga sebagai orang
tua memposisikan diri untuk menengahi dua keluarga. Dalam segala situasi
89
E. Pembahasan
Berdasarkan uraian pada hasil penelitian dan analisis data ditemukan tema
besar yakni sikap mengalah untuk menghormati dan penerimaan keadaan. Pola
dan rukun. Kedua nilai tersebut berperan sebagai petunjuk moral untuk
dan anak. Ketiga menantu (N, Wf, dan Sr) mengungkapkan ekonomi membuat
menjadi tantangan terbesar hubungan menantu dan mertua (Li-Ching & Yi-Fang,
2015; Nganase & Basson, 2017). Faktor ekonomi berkaitan dengan relasi mereka,
90
menantu untuk menitipkan anak pada mertua. Menurut Santos dan Levitt (2007),
kendali atas pengelolaan rumah tangga, dan perkataan ibu mertua yang
& Yi-Fang, 2015; Min-Jung & Yun-Jeong, 2015; Rittenour & Soliz, 2009) dan
dan mertua terjadi interaksi lebih intim daripada menantu dan mertua yang tinggal
memunculkan banyak konflik dengan mertua dari pada ibu sendiri. Hal ini dapat
terjadi karena kualitas komunikasi yang buruk antara mereka seperti kritikan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
perkataan yang kejam, dan hal yang dapat menyakitkan hati menantu (Allendorf,
2015). Beberapa hal tersebut melemahkan kualitas hubungan menantu dan mertua.
dirinya yang dinilai salah oleh mertua. Akan tetapi, dalam pandangan budaya
diam dan introspeksi diri. Seperti menantu Wf, Sr, dan Fs memilih diam dengan
Selain nilai Jawa yang mendasari norma perilaku dan sikap, menantu Fs
92
Nilai budaya Jawa yakni rukun dan hormat sebagai pemahaman dasar
menantu bertindak tanduk. Hal ini menjadi dasar sehingga menantu untuk
budaya Jawa. Menantu memilih bersikap mengalah sebagai wujud tata krama
untuk menyadari dan memahami etika seorang anak menantu kepada mertua.
Menantu menyelaraskan emosi dan batinnya dengan norma dalam nilai Jawa
dan Novianto (2004), menahan diri dalam situasi perselisihan dianggap baik
sebagai pengendali diri dengan tidak melakukan apa-apa dan bersikap biasa.
Dengan kata lain, mengalah sebagai strategi yang tepat dalam menghadapi
konflik muncul atau semakin besar, dengan cara mengatur semua bentuk interaksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
di luar lingkungan keluarga dan sosial. Penyesuaian tindak tanduk dengan peran
budaya Jawa sebagai pengikat menantu memelihara sikapnya agar sesuai dengan
norma budaya itu sendiri. Hormat merupakan salah satu nilai Jawa yang
strategi dirinya sebagai anak menantu untuk menghormati ibu mertua. Cara
mereka untuk menunjukkan tindak tanduk yang sopan dan patuh terhadap mertua
yang juga sebagai orang tuanya. Geertz (1983) mengungkapkan sudah sewajarnya
seorang anak menunjukkan toleransi hormat pada orang tua yang bertujuan untuk
sikap mengalah merupakan suatu nilai tinggi yang seharusnya bukan karena
orang yang mengalah telah mampu bertindak secara matang dan bijaksana
dengan menyelaraskan sikap dan perilaku sesuai cerminan harapan budaya Jawa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Suseno (1985) menilai kematangan diri orang Jawa diukur dari tindak tanduknya
cerminan nilai hormat. Melalui pendidikan sejak kecil dalam keluarga hormat
wedi, isin, dan sungkan (Geertz, 1983). Pengendalian perasaan demikian sebagai
demi kerukunan bersama. Dua nilai Jawa menjadi kekuatan dasar menantu
sebagai satu keluarga. Meskipun saat tinggal bersama mertua dan menantu
mengalami hubungan yang sulit, tapi menantu tetap memiliki harapan (Min-Jung
2. Penerimaan keadaan
95
mertua. Oleh karena tinggal bersama dipandang sebagai kesempatan untuk saling
rumah tangga bersama, menanamkan pemikiran positif dimana ibu mertua juga
dianggap orang tua sendiri, dan merasakan menjadi bagian dalam keluarga
bertengkar dengan tekanan suara yang keras. Konflik atau ketegangan menjadi
kesempatan bagi seorang untuk berlatih menjajagi emosi dalam diri sebagai
persiapan diri (Suseno, 1985). Dengan kata lain, dapat bekerja sama diawali dari
kerukunan Jawa diwujudkan akan membuka dirinya dan merasa aman dalam
relasi dengan mertua. Menurut Suseno (1985) dari segi psikologis rukun diartikan
keadaan yang bebas dari perasaan negatif dan didominasi perasaan aman dan
96
dapat membuka diri dengan dunia asing, dan selalu berpegang tata krama dalam
berbagai situasi.
ganjaran untuk jalinan hubungan itu sendiri. Menurut Foa dan Foa (1974), salah
satu ganjaran psikologis yakni cinta (Sears et al., 1988) didapatkan menantu
Knapp dan Vangelish (1995), saat keuntungan atau ganjaran semakin tinggi,
menantu membuka diri dengan mertua. Segala hal yang terjadi dalam perjalanan
keluarga.
97
cara hidup keluarga yang harmonis. Menurut Suseno (1985), keadaan harmonis
merupakan tujuan dari nilai rukun dilaksanakan. Suseno juga mengartikan rukun
Semua pihak berada dalam keadaan damai saling bekerja sama, menerima, dan
peduli dengan menjaga nama baik keluarga di mata masyarakat. Hubungan yang
bermasyarakat. Keterkaitan hal tersebut selaras dengan pandangan Shih dan Pyke
kepentingan pribadi.
hubungan lebih baik (Turner et al., 2006). Menurut Rittenour dan Soliz (2009),
relasi terjalin positif jika dalam keluarga saling mengkomunikasikan dan berbagi
intim (Fingerman et al., 2012). Bahkan interaksi hubungan yang semakin tinggi,
98
Adanya harapan dalam relasi menantu maupun mertua dapat saling mengasihi dan
memiliki relasi ideal layaknya menantu seperti anak bagi mertua dan mertua
setiap hal. Mereka memahami berelasi dengan mertua sebagai pembelajaran untuk
Menurut Rittenour dan Soliz (2009), ibu mertua seringkali memunculkan perilaku
eksklusif terhadap menantu yaitu tindakan komunikatif ibu mertua yang justru
99
kecenderungan menolak menantu karena tidak merasa senang dengan pilihan anak
laki-lakinya. Salah satu hal menonjol dalam kekritisan mertua adalah perbedaan
manajemen rumah tangga yang memicu ketegangan hubungan antara mereka. Ibu
hubungan menantu perempuan dan ibu mertua membangun hubungan. Peran anak
laki-laki memiliki pengaruh dalam hubungan menantu dengan mertua. Peran anak
laki-laki yang terlibat dalam ketegangan menantu-mertua dan memihak pada ibu
mertua justru melemahkan kepercayaan diri dan peran sebagai pengasuh (Li-
sistem keluarga, peran anak laki-laki merupakan penghubung dua wanita yang
100
sama lain. Hubungan orang tua dengan anak disampaikan dengan berkomunikasi
menghormati melalui tutur kata. Menurut Allendorf (2015), menantu dan mertua
dari dua keluarga yang berbeda diharapkan dapat tinggal bersama dan bekerja
sama secara berdekatan. Hal ini dapat diterapkan pada pola kesepakatan pekerjaan
rumah tangga yang dilakukan bersama dan tugas apa yang menjadi tanggung
mertua untuk terbuka terhadap perbedaan dan perubahaan yang ada. Akan ada
masalah yang dinilai negatif menurut menantu maupun mertua. Hal tersebut juga
lama waktu tinggal bersama, permasalahan akan sering terjadi. Salah satunya
101
Secara keseluruhan, terlibatnya mertua dalam rumah tangga menantu terlalu jauh
justru menjauhkan interaksi dan relasi dengan menantu. Willson et al. (2003)
dimana menantu menginginkan perasaan bebas dan menjadi diri sendiri dalam
menantu mendapat gangguan dari keterlibatan mertua. Hal ini dibenarkan Fisher
Pada sisi lain, perbedaan rutinitas menantu dengan mertua menjadi pemicu
2008).
hubungan ideal yang positif ditunjukkan dari tampilan diri menantu sebagai anak
dan mertua sebagai orang tua. Menantu harus menyadari situasi kapan
yang ambigu ini akan menyulitkan pemahaman menantu membaca situasi yang
sesuai ekspektasi mertua. Demikian mertua juga peka akan situasi kapan
102
menantu dan mertua memiliki ekspetasi terhadap yang lain terhadap peran
sama antara menantu dan mertua diperlukan dan dibangun bersama melalui
harmonis atau rukun sebagai cita-cita. Rukun terjadi dari kesediaan diri untuk
saling berlaku toleransi dan harapan dengan yang lain. Rukun atau harmonis
menyesuaikan diri. Dalam dinamika relasi menantu dan mertua, apabila menantu
dibantu mertua maka timbal balik akan dirasakan mertua yang pasti dibantu
lain. Konsekuensinya, mereka saling menyadari keberadaan satu dengan yang lain
menantu dan mertua tinggal bersama dapat menemukan harapan dalam kesulitan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
yang dapat dihadapi bersama. Resolusi konflik bersama dicari untuk cara hidup
berdampingan.
Pada sisi lain, konflik justru memberikan dinamika dan kekuatan dalam
hubungan. Demikian yang terjadi dalam hubungan menantu dan mertua yang
nilai hormat
dan rukun
sanggahan
mengalah
untuk penerimaan
ekonomi ketegangan
menghormati keadaan
diam introspeksi
diri
BAB V
A. Kesimpulan
sebagai penyesuaian diri selaras dengan norma untuk menghormati mertua. Hal
Dalam penelitian ini, harmonis diartikan sebagai selaras dengan norma yang
terkandung dalam nilai Jawa. Nilai rukun dan hormat menjadi pedoman menantu
keselarasan kerja sama untuk membangun relasi keluarga yang ideal sesuai
psikologis yakni cinta dari mertua. Mertua memberikan dukungan pada menantu
untuk membangun rumah tangga yang baik, dukungan ekonomi, dan bantuan
menggantikan peran ibu pada menantu. Di sisi lain, menantu merasa tergantung
104
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
B. Keterbatasan
penelitian yang dapat peneliti sampaikan. Dari segi teknis, proses pengambilan
tak terduga yang menjadi gangguan dalam proses wawancara. Pertanyaan proses
menantu perempuan dari segi umur, jangka waktu tinggal bersama dengan mertua,
dan telah memiliki anak. Hal ini membuat kurang jelas gambaran relasi menantu
dengan mertua yang baru dan yang telah lama tinggal bersama. Selain itu,
penelitian ini hanya difokuskan pada satu pihak utama yaitu menantu perempuan.
Meskipun demikian, terdapat data dari sudut pandang ibu mertua sebagai data
106
C. Saran
keluarga dapat mempertimbangkan sudut pandang yang lain. Hal ini terkait
bersama dan tempat di mana menantu tinggal di rumah mertua atau sebaliknya.
Hal ini dapat memengaruhi hasil data dan hasil penelitian yang lebih jelas.
menjawab pertanyaan terhadap peneliti tanpa membagi fokus terhadap hal lain.
untuk tidak membandingkan mertua dengan orang tua sendiri. Hal yang terpenting
adalah memfokuskan pada keterbukaan diri terhadap perbedaan yang terjadi dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
terhadap mertuanya.
membutuhkan bekal bersosial yang baik dari keluarga. Tentu hal ini membantu
dilakukan dengan menyesuaikan diri terhadap hal apa pun dengan menampilkan
tindak tanduk sesuai norma. Selain itu, penting bagi pasangan muda yang tinggal
3. Bagi Mertua
diri menjadi teman bukan sebagai ibu yang cenderung berkuasa di atas menantu.
Dalam budaya Jawa, mertua sebagai orang tua memiliki martabat yang tinggi
dalam keluarga yang dihormati oleh kedudukan yang berada di bawahnya. Orang
tua seringkali berperan sebagai penasehat, pemandu, dan peneladan bagi generasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
muda. Oleh karena itu dalam proses penyesuaian masing-masing peran, mertua
sosial. Hal ini memudahkan mertua maupun menantu untuk nyaman saling
mengenal satu sama lain. Selain itu, mertua sebagai sosok yang dihormati
mandiri.
4. Bagi Praktisi
ini bertujuan agar menantu mudah mengenali dan memahami karakterik mertua,
dapat menampilkan sikap dan perilaku yang selaras dengan budaya Jawa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
DAFTAR PUSTAKA
Allendorf, K. (2015). Like her own: ideals and experiences of the mother-in-
law/daughter-in-law relationship. Journal of Family Issues. 38(15), 2012-
2127.
Andriyani, S. S., & Neni, W. (2015). Mertua Perempuan Dan Keharmonisan
Keluarga. Sekolah Tinggi Psikologi Yogyakarta.
Bryant, C. M., Rand D. C., & Jennifer, M. M. (2001). The influence of in-laws on
change in marital success. Journal of Marriage and Family. 63(3), 614-626.
Char, A., Minna, S., & Teija, K. (2010). Influence of mothers-in-law on young
couples' family planning decisions in rural India. Reproductive Health
Matters (RHM). 18(35), 154-162.
Creswell, J. W. (2012). Research design: pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan
mixed (ed. ke-3). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Datta, P., Ype H, P., & Alfons, M. (2003). Parent care by Indian and Belgian
caregivers in their roles of daughter/daughter-in-law. Journal Of Cross-
Cultural Psychology. 34(6), 736-749.
Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa (ed. ke-4). Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Fatimaningsih, E. (2015). Memahami fungsi keluarga dalam perlindungan anak.
Jurnal Sosiologi. 17(2), 77-88.
Fingerman, K. L., Megan, G., Laura, V., & Lindsay, P. (2012). In-Law
relationships before and after marriage: husbands, wives, and their mothers-
in-law. Research in Human Development. 9(2), 106-125.
Fischer, L. R. (1983). Mother and mother-in-law. Journal of Marriage and
Family. 45(1), 187-192.
Geertz, H. (1983). Keluarga Jawa. Jakarta: Grafiti Press.
Gunarsa, S, & Gunarsa, S. (1990). Psikologi untuk keluarga. Jakarta: BPK
Gunung Mulia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Handayani, S. C., & Ardhian, N. (2004). Kuasa wanita Jawa. Yogyakarta: LKis
Printing Cemerlang.
Jalaluddin, H. (2016). Psikologi agama: memahami perilaku dengan
mengaplikasikan prinsip-prinsip psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Knapp, M. L., & Vangelish, A. L. (1995). Interpersonal communication and
human relationship: third edition. United States of America: Allyn and
Bacon.
Lestari, S. (2012). Psikologi keluarga: penanaman nilai dan penanganan konflik
dalam keluarga (ed. ke-1). Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.
Li-Ching, S. (2015). Linking maternal self-efficacy, mother- and daughter-in-law
relationship, and role of husband in Taiwanese families. The Journal of
International Management Studies. 10(1), 68-77.
Li-Ching, S., & Yi-Fang, L. (2015). Homogenous mothers-in-law, different
daughters-in-law: in-law relationship comparison between Vietnamese and
Taiwanese daughters-in-law. Asian Social Science. 11(4), 252-258.
Min-Jung, K., & Yun-Jeong, K. (2015). Experience of relationship between
mother-in-law and daughter-in-law among korea rural married immigrant
women: with a focus on daughter-in-laws from China, Vietnam and the
Philippines who live with their mother-in-laws in Korea. Indian Journal of
Science and Technology. 8(S1), 307-314.
Mulder, N. (1992). Individual and society in Java: a cultural analysis (ed.
second). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Mulder, N. (1973). Kepribadian Jawa dan pembangunan nasional. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Mulyono, S. (1987). Wayang dan filsafat nusantara. Jakarta: Gunung Agung.
Nganase, T.R, & Basson, W.J. (2017). Socio-cultural influences on the mother-
and-daughter-in-law relationship within a South African context. Journal of
African Studies. 31(1), 65-91.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
112
113
Interview Protocol
Nama interviewee :
Umur :
Hari, tanggal :
Waktu :
Tempat :
Interview ke- :
114
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
Verbatim N
Baris Tematik
1 T Selamat malam mbak, Gimana kabarnya hari ini mbak?
2 J Alhamdulilah baik
3 T Ini mau nanya-nanya tentang pengalamanya mbak
4 J Ya
5 T Bagaimana pengalamanya mbak dengan keluarga?
6 J Hampir kurang lebih sembilan tahun ya suka dukanya
7 banyak. Sukanya ada punya dua anak yang besar sudah
8 kelas dua yang kecil tiga tahun. Kalo dukanya banyak Kesabaran menghadapi
9 (ketawa) banyak juga. Tapi ya dinikmati tetap semangat mertua (8-10)
10 (ketawa), sabar.
11 T Susahnya apa mbak?
12 J Susahnya? Ya repotnya punya anak gitu. Repotnya kalo
13 pagi mau kerja harus buatin sarapan anak-anak dulu
14 mandiin terus ngurus diri sendiri mau ke kantor, bersih-
15 bersih rumah, cuci piring, ngepel gitu. Terus masalah Keikhlasan menerima
16 ekonomi juga. Kadang ya susah kayak berat gitu tapi yo keadaan bersama mertua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
122
123
71 sendiri dulu pernah ngontrak enak udah rumah sendiri kurang leluasa (69-72)
72 masak wes pokoke bebas sesuka hati tapi sayangnya Azam Kenyamanan anak
73 gak mau tinggal di perumahan gak ada temenne biasane sebagai pertimbangan
74 disini di lapangan main main disitu gak ada temene terus tinggal dengan mertua
75 Balik lagi kesini. Sini yo suka dukane banyak gak seperti (72-75)
76 rumah sendiri, sama wong tuwo yo kudu jaga sikap, Kesadaran menjaga sikap
77 kadang masalah apa, kecil sih tapi sah rene bukan rumah tinggal bersama mertua
78 sendiri kayake masuk dalam hati gitu, beda, nek sama (75-78)
79 orang tua sendiri kan dari kecil mau ngomong apa tu gak Perasaan sakit hati
80 masuk nek maksude gak sakit hati gitu kadang sama terhadap perkataan
81 mertua dikit aja udah sakit hati tapi ya.. belum rumah mertua (78-81)
82 sendiri yo sabar itu tadi. pokoknya gak ngalah kadang gak Ketidakmauan mengalah
83 bisa ngalah juga pada mertua (81-83)
124
97 J Pindah maksude nek besar. Nek besar enggak sini enak- Pindah sebagai pilihan
98 enak aja gak sampe.. gak sampe nek masalah besar kayak menghadapi masalah
99 orang-orang yang udah gak kuat, wong kan “wong karo besar (97-99)
100 mertua gimana?” gimana yo digawe yo ngalah yo sabar Kesabaran menghadapi
101 wong yo rung iso nggawe omah dewe ngoten. Saling mertua (100-102)
102 membantu saling..
103 T Terus enak gak enake apa mbak?
104 J Enake gini dulu kan udah pernah kontrak itu kayake sepi
105 biasane guyon-guyon rame sama sini cerita enak kalo kalo
106 kontrak kan sepi kalo bapake kerja saya di rumah sama
107 Azam cuma berdua gak enak juga kangen kebersamaan Kerinduan kebersamaan
108 sama mertua..wes itu enaknya kangennya, gak enaknya (106-111)
109 tadi og ya. Kangen kebersamaan, enaknya tadi bebas,
110 bebas tadi.gak enaknya ya kangen kebersamaan itu tadi,
111 guyon-guyon yo itu
112 T Berarti pindah ke sini tu ini ya mbak ya enakan pernah
113 sempet ngontrak akhire Balik lagi, Balik lagi ke sini itu
114 karena anaknya mbak yang gak betah..
115 J Gak betah terus saya juga kerja kan nek waktu itu kan saya Kenyamanan anak
116 belum kerja terus bapake terus akhire saya kerja jualan es sebagai pertimbangan
117 teh poci itu adik saya terus saya yang jaga di mitra akhire tinggal dengan mertua
118 pagine Azam kalo pagi tak titipin disini nanti sore saya (117-120)
119 ambil tapi Azam gak mau, gak mau ke sana disini temene
120 banyak di sana gak ada alasan yang kedua itu. sebenere Kebebasan berperan ibu
121 saya ya seneng disana luweh bebaslah, masak-masak juga rumah tangga (120-122)
122 ini kayak pokoke yo menikmati jadi ibu rumah tangga
123 T Kalo disini mbak?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
124 J Di sini kan susah mbak, maunya ya.. kayake gak pakewuh Kesungkanan meminta
125 juga mau itu... mau apa namanya paling kalo pulang kon sesuatu pada mertua
126 bukake lawang juga gimana (ketawa).. disini ya enak sih (124-127)
127 gak begitu. Sini bebas bebas aja sih..
128 T Bebasnya gimana?
129 J Bebas.. karena gak canggung sama mertua itu lho. Kalo Kebebasan beraktivitas
130 canggung kan mau ngapa-ngapain gak enak, enake itu sih.. menunjukkan tidak
canggung (129-130)
131 T Pas awal-awal pas adaptasi, ada gak susahnya pastikan ada
132 hambatan apa?
133 J Saya kerja jadi gak begitu kerasa kalo di rumah 24 jam
134 kayake kroso banget. Soale kan saya kerja pulang sore dari Pekerjaan menyita waktu
135 pagi sampe sore kalo gak setiap malem siang sampe malem mengenal lingkungan
136 jadi gak begitu kerasa. awal-awal belum kenal sama (133-138)
137 tetangga, baru punya anak baru srawung karena gak
138 berani..
139 T Kalo kayak kebiasaan di rumah gimana?
140 J Masalah makan, gak berani (ketawa) maksude..belum Perasaan malu
141 berani kalo mau ngambil sendiri tu gimana gitu nek gak menyesuaikan diri dalam
142 disuruh ayo maem ayo maem gitu awal isin-isin saiki no keluarga (140-143)
143 wes tanduk (ketawa).. terus apa ya..
144 T Kalo ini cara adaptasi mbak disini tu gimana?
145 J Pas awal-awal?
146 T Ya
147 J Pas awal-awal ya paling ibu di dapur ibu bantuin metikin
148 sayur terus nonton tipi aku ikut tapi yo agak gimana gitu
149 pas awal..pas aku nonton tipi ibu ndeketin terus aku mau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
150 masuk kamar “wes rapopo neng kene wae” gimana gak ada
151 suami pas kerja aku pas masuk siang, saya masuk siang
152 suami masuk pagi tu kan susah kan jan-jane kan belum Keasingan dan belum
153 akrab sama mertua kan awal-awal gitu belum akrab bedane akrab saat penyesuaian
154 kalo sama suami kalo pas masuk shift itu aduu..jadi cuma diri (152-157)
155 dikamar.. terus kalo nonton tivi sebentar trus masuk kamar
156 lagi belum menikmati banget. Ya menikmati tu pas punya
157 anak, punya anak terus akrab sama mertua
158 T Kalo pas punya anak nah kalo pas ngasuh ya itu ada
159 perbedaan kayak ngasuhnya gitu gak mbak?
160 J Kadang ada sih apa misalnya, nek ibu gak gitu.. nek-nek
161 orang jaman dulu kan opo yo ibu ibu mengikuti saran
162 dokter jadi gampang sih ibu gak begitu beda sih. Kalo apa Keluwesan mertua
163 dipakein gritolibu kalo di saran dari dokter perawat bidan bersikap (160-166)
164 ibu oya terus kalo dari dokter abis nglairin makan amis-
165 amis gak papa ibu ya.. gak begitu kayak orang dulu banget
166 kudu ngene-ngene.. gak gitu. Ee kalo mandi, mandiin anak Membatin
167 aku kan gak pernah nyabunin wajah, disuruh nyabunin ketidaksetujuan pendapat
168 wajahe tapi gak ngomong langsung anu “raine mbok mertua (166-171)
169 disabuni mbak sisan didusi.” Rai kok disabuni aku ngono
170 aku gur batin tok, ada sabun khusus aku yo gur batin gitu
171 sih
172 T Terus kalo perasaan mbak tinggal serumah tu gimana
173 mbak? Pas awal-awal sama sekarang tu gimana?
174 J Kalo awal-awal tu santai, pas duwe anak nglairke. Punya Kesabaran dan nrimo
175 anak baru satu sekarang dua pengene udah punya rumah menghadapi mertua (176-
176 sendiri tapi yo belum bisa. Nek belum bisa yo tadi sabar, 178)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
177 nrimo, njogo.. njogo ati, sikap kadang nek rakuat kadang
178 yo ngomong banter
179 T Kenapa jaga sikap ee hati dan sikap?
180 J Menjaga hati tu tadi maksude digawe santai ojo sampe loro Sikap santai menghadapi
181 ati ngono lho kadang ibu ngomong opo kok nylekit, mertua (180-181)
182 kadang nek dipikir secara jernih asline iki mau ora asline
183 ngono asline iki mau biasa nek sing ngomong wong Perasaan sakit hati
184 tuwane dewe ki sih ora tak anggep loro ati ta renehke terhadap perkataan
185 ketoke anu banget..yokui mau..kadang nek opo yo. Dipikir mertua (181-185)
186 jenih nanti..nek pas harii itu ibu ngomong dipikir nanti
187 “anyel aku” tapi nek besok “woo ora nek dingeneke yo
188 oraa” pas anu wae atiku pas ra penak pas bad mood
189 T Bagaimana pendapatnya mbak ee mbak tu serumah sama
190 mertuanya
191 J Ya gimana ya, itu pertanyaane daritadi sama aku dadine
192 binggung.. y owes penghargaan bagi mertuaku, anakku
193 diasuhke, dikei duit.. dadi nek enek masalah opo iso aku
194 mengingat hal itu jadi ngko dipikirke maneh oo iyo aku
195 utang budi karo mertua, mertuwa ku ngko nek Hutang budi sebagai
196 dinengke…digawe ngko wae terus, kui kunci ku kunci ben kunci bertahan (193-196)
197 iso nyaman terus kui duwe utang budi kui..
198 T Terus pengaruhnya mbak serumah sama mertua dalam
199 hidupnya mbak sekarang
200 J Positife yo diajari kehidupan lah
201 T Kayak apa?
202 J Bersosialisasi dengan tetangga, tilik-tilik terus arisan Kedekatan keluarga
203 keluarga kayak gitu. Nek nek rumah sendiri mungkin dengan berkumpul (202-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
204 jarang..nek serumah kan ayo …..nek nek rumah sendiri 203,206-207)
205 mungkin repot terus yo ngentengke mungkin tidak tidak
206 bisa diajak gitu serumah. Terus lebih deket dengan
207 keluarga, keluarga besar terus opo yo..
208 T Nek negatifnya apa mbak, kan tadi positifnya?
209 J Kadang beda prinsip, duwur basane (ketawa). Contoh kecil Perbedaan kebiasaan
210 wae contoh kecil. Kebiasaan saya pas kecil pas magrib tivi beribadah berpengaruh
211 dimatiin terus semua ngaji nek disini gak ibu nyetel tivi, pada kebiasaan anak
212 saya ngajak anak saya ngaji padahal tivinya nyala lha (209-213)
213 itu..itu
214 T Anaknya lebih milih tivi
215 J He.em terus yo agak sulit wong yo ngaji terus saya ajak ke
216 kamar ngaji, itu pengaruhe
217 T Terus mbak kayak apa ya kayak melakukan sesuatu gitu
218 kayak ya tetep anaknya kudu ngaji apa gimana?
219 J Paling saya njelas-njelaske apa pengaruhe apa jangan Pengajaran kedisiplinan
220 nonton tivi terus yo ngaji barang ben ngene-ngene ben beribadah pada anak
221 soleh ngene-ngene panjang lebar walaupun yo sesuk nek (219-223)
222 wes bar magrib kene ngalah kene nyeramahi anak maneh.
223 Yo kadang anake minta sendiri ayo bu ngaji gitu
224 T Udah kebentuk ya kebisaane
225 J Hu.um kebiasaan. Tapi kadang yo terpengaruh tipi.. tapi ya
226 pokoke saya ya terus nek dari kecil sudah dibentuk ngko Keinginan untuk anak
227 nek gedene rasah dioyak-oyak. Gdene rasah dioyak-oyak mampu mandiri (225-
228 wes mapan dewe 228)
229 T Pertimbangannya pa dan bagaimana mbak memilih untuk
230 tinggal satu rumah dengan mertua? Secara pribadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
231 J Sebenere ya gak ini wong siapapun yang berumah tangga Kekurangan ekonomi
232 pasti ingin udah punya rumah sendiri ini masalahe memaksa tinggal
233 ekonomi belum punya rumah sendiri yo bertahan aja gitu bersama mertua (231-
234 aja ak kerana apa gitu gak ya itu karena belum punya itu 235)
235 tadi
236 T Terus berdasarkan pengalamanya mbak apa harapan mbak
237 terhadap mertuanya
238 J Harapane nek kesehatan yo mesti mertua yo sehat..mertua Kesadaran untuk
239 selalu sehat, keluarga bisa bangga menjaga nama baik
240 T Bangganya tu kenapa mbak? keluarga (238-239, 241-
241 J Dengan kita perilaku kan anakn saya bisa pinter yo 243)
242 perilakune baik gak nakal bangga punya cucu yang pinter
243 yang solid gak buat malu keluarga
244 T Kalo harapan mbak sebagai menantu ke mertua apa ? dari
245 sikap kah dari apa ya perilakunya kah
246 J Ibu I penak I penak ora canggung karo ibu wes koyo wong Anggapan mertua seperti
247 tuwaku dewesih rumangsaku akrab banget tidak berjarak orang tua sendiri dengan
248 wes yo enjoy berharape opo maneh yo jane yo sabar wae ro terbuka dan akrab (246-
aku, masalahe aku sing ra sabar 248)
Harapan sikap sabar
mertua menghadapinya
248-249)
249 T Kalo menurut mbak sebagai menantu terhadap mertua
250 Bude Sakimin tu apa
251 J Ibu tu baik, sabar, kalo saya gak senang misale anak
252 cucune.. dibelikan misale itu terus yo saling membantu
253 kalo apa kalo punya ya tak kasih terus ibu I sama anak- Penilaian keikhlasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
131
281 nah kui kan langsung des neng ati nek omongan alus
282 ngono walaupun nagnu tetep bedo iso nrimo “oo ho.o
283 nggih” ngono
284 T Terus pernah gak mbak mengalami pengalaman negative
285 sama mertua
286 J Mbak rada privet..dulu kan dulu pas anake baru Azam, Perasaan sakit hati
287 dikamar bapak kok ngrasani aku karo ibu yo jenenge terhadap perkataan
288 keloro ati banget..pokoke sing diomongke ki sebenere aku mertua (287-291)
289 ra koyo ngono kui tapi dadi loro banget terus aku bengi
290 nangis neng kamar, bojoku ngerti. Esuke wes toto klambi
291 aku muleh neng Sragen karo Azam ngebis asline yo gelo
292 terus akhire aku Balik rene maneh. Ibu yo “arep neng ndi”
293 yo disangoni karo ibu. Ibu ketoke yo kroso wong bapake
294 Azam yo ngomong “yo ra ngrasani ngono kui” ibu koyo e
295 yo malah keweden terus let pirang sasi..yo susah bapake Perenungan dan
296 kerjone neng kene aku muleh neng kono berpisahe yo penyesalan karena
297 saling merenung kulo mikirke piye opo aku ki.. Balik lagi perilaku emosi sesaat
298 ke sini paling yo emosi sesaat. Anak satu tapi yo umure (296-299)
299 lagi piro 24 tahun kan yo emosiku isih meluap-luap
300 dibanding sekarang 30an yo.. Sudah terkontrol gak seperti
301 dulu. Langsung sithik sithik langsung.. kui paling.. mugo-
302 mugo yowes ora yo gur kui paling yo menyesali itu gek
303 langsung gak dipikir panjang sek yo akibate piye wong yo
304 Balik rene
305 T Balik ke sini tu dijemput apa gimana?
306 J Dijemput bapake asline aku yo mikir gek raneng sing Memendam keegoisan
307 ngurusi ngko nek mangkat kerjo sarapan, klambine sing diri demi suami (307-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
308 nyetriko sopo ngene-ngene mikire dowo kae aku egoku tak 310)
309 pendamke wae..Balik rene ngebis arep dijemput “rung isoh
310 njemput” yowes karo Azam podo le mangkat mau yo dewe
311 T Terus gimana caranya mbak menghadapi itu mbak?
312 J Pas disana?
313 T Ya disana bisa
314 J Pas disana ya komunikasi terus sama suami terus disana
315 bapak aku manggon kene yo , bapaku yo mungkin dalam Membutuhkan
316 hatinya lala ki ngopo piye karepe piye mungkin ora ben ketenangan pikiran
317 leren sek pikire terus akhire orang tuaku gak ngandani menghadapi masalah
318 ngene-ngene yowes rumah tangga ne dewe iso mikir dewe (316-324)
319 kosek terus aku pamitan kesini lagi baru mengungkapkan.
320 halah paling Lala yo rono meneh duwe bojo duwe keluarga
321 opo yo arep neng kene terus yo bapak asline yowes diuneg-
322 uneg, ning gak disampek pas sebelum aku mau pulang
323 kesini. Pas mau ke sini uneg-unegke dikeluarin yo apik.
324 Nek nek orang tua gak baik kan “mbok wes..neng kono
325 wae, ngko ndak ngene-ngene” ora manas-manasi malah
326 wes neng kene ben ayem sek ngko pirang minggu wes Bali
327 rono neh ngko bisa rono maneh nak tenan
328 T Lha mbak tu menikah umur berapa to mbak?
329 J 22 mau 23..
330 T Jadi Azam lahir mbak umurnya 24?
331 J 22 kan umur November langsung hamil kan 2008 akhir
332 Azam lahir, hu.um 23.. emosine isih..meluap
333 T Terus setelah kejadian itu mbak penilaian mbak terhadap Kecanggungan terhadap
334 mertua tu gimana mertua setelah perilaku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
335 J Yo kambek ibu yo ada canggung gimana gitu tapi yawes emosional (333, 336-
336 rasah dipikir aku kae terus y owes biasa terus biasa neh 337)
337 T Kalo menurut mbak itu mengartikan orang Jawa itu apa
338 mbak
339 J Adat, kebudayaan, alus, tapi banyak juga yang gak alus Pandangan orang Jawa
340 kayak lemah lembut nek pakewuh berbudaya halus dan
341 T Gak alus tu maksude piye mbak? rukun dalam bersikap
342 J Bahasane kalo ngomong kalo dipulau-pulau lainkan “wong (340-341,343-346)
343 jowo yo mesti alus” boso opo neng asline kan gak semua,
344 kasar, yo okeh neng terkenale kan disana-sana kan nek jadi
345 Jawa ki alus ora koyo wong batak, kasar ning yo ra kabeh
346 T Lainnya mbak?
347 J Pendidikan lebih mudah daripada pulau pulau lain,
348 pendidikan terus barang-barang kebutuhan itu lebih mudah
349 didapat daripada Kalimantan opo adoh-adoh. Lebih enak
350 sih
351 T Kalo menurut mbak perempuan Jawa tu kayak gimana
352 mbak?
353 J Katane alus, alus, dulu sama sekarang kayake beda
354 T Bedanya mbak
355 J Perempuan sekarang yo teknologi canggih kebudayaan Karakter perempuan
356 barat masuk kesini Jawa Sunda podo wae. Dulu kayake Jawa yang pemalu (356-
357 pacaran boncengan tu malu terus sekarang wes amplok- 360)
358 amplokan terus dulu, hamil duluan tu sangat memalukan
359 sekarang yowes biasa gak Jawa gak Sunda gak Bali sama
360 aja gitu perempuane dulu sama sekarang bedane itu
361 T Kalo nilai-nilai ee pembelajaran jadi orang Jawa yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
135
136
137
Interview ke-2
Hari, Tanggal : Jumat, 09 Desember 2016
Waktu : 18.38 WIB – 19.05 WIB
138
139
140
527 gak gak srek sama omongan kita malah berabe. (525-527)
528 T Kalo menurut mbak bagaimana mbak itu memaknai sebuah
529 keluarga?
530 J Keluarga.. Pendidikan awal bagi anak, tempat kasih sayang
531 curahan kasih sayang ee curhat ee meluapkan keluh kesah,
532 berbagi kasih sayang berbagi masalah ee mengobati rasa Makna keluarga sebagai
533 capek waktu kerja, pulang buat anak. Capek, kalo liat anak tempat curahan kasih
534 ya seneng. Tapi kadang yo capek, anake njaluk gendhong sayang (530-537)
535 yo campur aduk. Ya suka dukanya banyak, tapi yo banyak
536 sukanya berkeluarga. apalagi udah tua udah punya anak
537 apalagi anak dua, beda karakter
538 T Kalo bagaimana mbak memaknai keluarga besar mbak?
539 J Keluarga semua?
540 T Mbak kan satu rumah ni sama mertua, sebuah keluarga
541 buat mbak
542 J Menyatukan dua keluarga walaupun beda sedarah daging Perbedaan sebagai
543 walaupun yo kadang sulit. Dua keluarga kadang yo beda hambatan menyatukan
544 beda pendapat. Yo ada suka dukanya, tapi banyak banyak dua keluarga (542-546)
545 sukanya. Ya sukane bersatu rame keluarga sendiri jauh
546 mbahe yo susah sepi yo disini cukup bahagia
547 T Kalo sulitnya apa mbak?
548 J Yo itu tadi mm opo yo beda misale ee beda prinsip tadi Perbedaan kebiasaan
549 sama kayak pertanyaan kemarin. Ee masalah ngaji di sini berpengaruh pada
550 begini, tivi dimatiin, masuk kamar kayak itu tapi beda, kebiasaan anak (548-551)
551 lebih milih tivi. Angger anakku yo pengen nonton tivi
552 T Mbak dari angka 1-5 angka berapa yang menggambarkan
553 mbak itu bahagia?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
142
143
144
Clustering of Themes
Informan N (31)
145
146
147
Skema Informan 1
N (31, Menantu)
Nilai kehormatan
dan kerukunan
Penyesuaian
memanajemenkan
diri
Sikap mengalah
Ketegangan Sanggahan Kesabaran Introspeksi diri
Perasaan sakit cara menghormati
pendapat perkataan menghadapi
hati perkataan mertua
mertua mertua
mertua