Anda di halaman 1dari 8

Supported by : Led by : In partnership with :

LAPORAN PERCONTOHAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG


TERDAMPAK PENANGKAPAN TELUR IKAN TERBANG
TAHAP II

Supported by : Led by : In partnership with :

1|DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU


Supported by : Led by : In partnership with :

DAFTAR ISI

A. PENDAHULUAN……………………………………………………………. 1
B. PELETAKAN TERUMBU KARANG BUATAN (AR) ………………….. 3
B. 1. Proses Pengangkutan Balok Penyusun AR …………………………. 3
B. 2. Proses Penurunan Balok Penyusun AR ……………………………... 4
B. 3. Proses Penyusunan Balok Penyusun AR ……………………………. 5
C. PENUTUP……………………………………………………………………. 7

2|DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU


Supported by : Led by : In partnership with :

A. PENDAHULUAN
Provinsi Maluku memiliki 1.390 pulau kecil dan besar dengan garis pantai sepanjang
10.914,67 km atau sekitar 13% dari total panjang garis pantai Indonesia. Hal ini menegaskan
bahwa laut memiliki peranan penting dalam menunjang pembangunan daerah, baik dalam
penyediaan bahan pangan, kesempatan kerja, rekreasi, perdagangan dan kesejahteraan
ekonomi. Sehingga pengelolaan ekosistem laut dan pesisir yang berkelanjutan sangat penting
dalam perencanaan pembangunan kedepan.
Maluku Tenggara, merupakan salah satu wilayah Kabupaten di Provinsi Maluku yang
berada pada wilayah perencanaan pembangunan Gugus Pulau VIII bersama Kota Tual.
Kawasan Perairan Kabupaten Maluku Tenggara merupakan perairan yang bernilai penting,
karena lokasi perairannya tepat berada di pusat segitiga keanekaragaman hayati laut dunia
(coral triangle), keanekaragaman jenis biota dan pesisirnya sangat tinggi didukung oleh
kelengkapan tipe terumbu karang, jenis-jenis bakau dan padang lamun, selain itu perairan ini
juga menjadi tempat perlintasan dan tempat bermain beberapa jenis biota yang dilindungi
seperti jenis lumba-lumba, hiu dan dugong, penyu utamanya penyu belimbing (Dermochelys
coriacea) atau yang dikenal dalam istilah lokal ‘Tabob’. Dengan tingginya keanekaragaman di
wilayah sekitar Kabupaten Maluku Tenggara, maka sebagian dari kawasan ini telah ditetapkan
sebagai kawasan konservasi berdasarkan KEPMEN KP Nomor 6 Tahun 2016 tentang
Kawasan Konservasi Daerah di Perairan Pulau Kei Kecil, Pulau-Pulau, Dan Perairan
Sekitarnya Kabupaten Maluku Tenggara Provinsi Maluku dengan luas kawasan 150.000 Ha.
Kawasan ini menjadi daerah penunjang yang penting bagi perikanan tangkap karena menjadi
penghasil ikan untuk disuplai bagi perairan disekitarnya.
Agar bisa terus menghasilkan dan menyuplai ikan, kelestarian ekosistem menjadi
mutlak untuk di perhatikan. Salah satu ekosistem tersebut adalah ekosistem terumbu karang.
Luas ekosistem terumbu karang di Kabupaten Maluku Tenggara adalah 14.226, 65 Ha. Data
potensi perikanan Kabupaten Maluku Tenggara Tahun 2018 menunjukan lokasi-lokasi
terumbu karang tersebut, memiliki potensi karang hias bernilai ekonomis tinggi yang dapat
diusahakan. Ekosistem terumbu karang merupakan salah satu ekosistem yang memiliki
produktivitas yang sangat tinggi dan menjadi penting bagi masyarakat pesisir yang
menggantungkan hidupnya dari sumberdaya hayati laut. Selain itu bagi ekosistem laut,
terumbu karang adalah penyusun ekosistem yang sangat dominan. Berbagai biota seperti
ikan, moluska, ekinodermata, krustasea dan alga memanfaatkan terumbu karang sebagai
tempat hidupnya, baik sebagai tempat tinggal, mencari makan, berkembang biak hingga
pembesaran diri. Oleh karena itu terumbu karang penting sebagai aset nasional untuk menarik
wisatawasan karena memiliki nilai estetika.

3|DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU


Supported by : Led by : In partnership with :

Kawasan Konservasi Daerah (KKD) di Perairan Pulau Kei Kecil Kabupaten Maluku
Tenggara, secara administratif mencakup 4 kecamatan yakni Kecamatan Kei Kecil, Manyeu,
Hoat Soarbay dan Kei Kecil Barat. Status penutupan terumbu karang pada kawasan ini
tergolong baik yakni di atas 30 % (WWF, 2018). Namun pada beberapa lokasi, telah
ditemukan terumbu karang dengan kriteria rusak. Misalnya pada Pulau Tanimbar Kei, Ohoi
Ngilngof (Kecamatan Kei Kecil Barat) dan Pulau Ngodan, Pulau Amut, Pulau Ngaf, Pulau
Ohoiyeu, Pulau Watokmas, Pulau Lea (Kecamatan Kei Kecil) (Dinas Perikanan Kab. Malra,
2018; RPZ KKP3K Kab. Malra 2015-2035).
Kerusakan terumbu karang di sekitar KKPD di Perairan Pulau Kei Kecil Kabupaten
Maluku Tenggara diduga terjadi karena penggunaan bahan pemabuk ikan tradisional
(hamurut, ituv, elan), jaring bubu serta panah di daerah surut oleh nelayan lokal hingga
penggunaan peledak dan potasium yang umumnya dipakai oleh nelayan luar. Penangkapan
telur ikan terbang oleh nelayan andon dari luar daerah juga berdampak mencemari laut sekitar
kawasan konservasi karena jumlah limbah fish attractor (yang terbuat dari daun dan dahan
kelapa) cukup banyak dan hamparannya cukup luas menutupi terumbu karang. Hal ini sangat
merugikan masyarakat lokal yang terdampak pengrusakan terumbu karang oleh nelayan luar
tersebut.
Jika pemanfaatan terumbu karang terus meningkat disertai dengan penangkapan telur
ikan terbang yang tidak ramah lingkungan pada lokasi-lokasi terumbu karang yang telah rusak,
maka kondisi terumbu karang yang saat ini rusak terancam menurun ke kondisi yang lebih
buruk. Oleh karena itu, upaya rehabilitasi terumbu karang perlu segera dilaksanakan sehingga
menjamin kawasan yang rusak dapat pulih kembali. Rehabilitasi ini akan berjalan efektif bila
melibatkan masyarakat setempat. Untuk itu, kegiatan ini akan dilakukan dengan
memberdayakan masyarakat setempat untuk pembuatan percontohan karang. Rehabilitasi
dilakukan secara alami menggunakan metode pembuatan karang buatan atau artificial reef
yang lebih ramah lingkungan karena memicu pertumbuhan karang secara alami, tidak
merusak karang di tempat lain, menjadi tempat perlindungan ikan sehingga akan dapat
meningkatkan biomassa ikan di lokasi tersebut.
Dalam rangka rehabilitas terumbu karang, telah dilaksanakan survei pendahuluan
berupa survei ekologi dan survei sosial ekonomi di Ohoi Ur Pulau pada tanggal 4 Juni 2022.
Kedua survei ini bertujuan untuk melihat secara langsung kondisi fisik perairan Ur Pulau yang
terdampak penagkapan telur ikan terbang, memetakan lokasi yang tepat untuk dilakukan
rehabilitasi sekaligus mengetahui persepsi masyarakat sekitar terkait pengaruh kegiatan
penangkapan telur ikan terbang di wilayah tersebut. Selain itu juga telah dilaksanakan
sosialisasi dalam rangka meningkatkan pengetahuan serta kesadaran masyarakat dalam
rangka pengelolaan wilayah pesisir Ur pulau berkelanjutan sekaligus tentang rehabilitasi
terumbu karang dengan menggunakan artificial reef pada tanggal 5 Juni 2022.

B. PELETAKAN TERUMBU KARANG BUATAN


Hal penting yang menjadi dasar pemilihan Terumbu Karang Buatan (Artificial Reef
(AR)) sebagai metode rehabilitasi terumbu karang ialah dengan adanya terumbu karang

4|DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU


Supported by : Led by : In partnership with :

buatan, maka dapat menjalankan fungsi terumbu karang sebagai rumah bagi ikan serta biota
laut lainnya. Peletakan terumbu karang buatan dilakukan pada tanggal 4-5 Juli 2022 melalui
proses pengangkutan bahan AR, penurunan bahan AR dan penyusunan AR.

Gambar 1. Persiapan Peletakan Terumbu Karang Buatan (Artificial Reef)

B.1. Proses Pengangkutan Bahan/Balok AR


Proses pengangkutan bahan AR berlokasi di bagian barat Desa Ur Pulau. Hal ini dikarenakan
jarak di bagian barat Desa Ur Pulau sebagai lokasi pembuatan balok AR lebih dekat dengan
lokasi peletakan AR. Total Jumlah bahan/balok penyusun AR yang diangkut sebanyak 600
balok, yang terbagi menjadi dua kali pengangkutan yakni pada tanggal 4 dan 5 Juli 2022.
Bahan AR diangkat dari tumpukan, diangkut ke dalam speed boat dan dipindahkan
serta diangkut ke dalam kapal. Diperlukannya speed boat untuk mengangkut bahan AR ke
kapal dikarenakan terjadinya air surut saat proses pengangkutan bahan AR ke kapal.
Setelah semua bahan telah diangkut, maka kapal mulai bertolak menuju lokasi
peletakan AR.

5|DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU


Supported by : Led by : In partnership with :

Gambar 2. Proses Pengangkutan bahan/balok Terumbu Karang Buatan (Artificial Reef)

B.2. Proses Penurunan Bahan/Balok AR


Setibanya kapal pengangkut balok AR di lokasi peletakan AR, tim penyelam membantu
mengarahkan kapal agar menurunkan bahan/balok penyusun AR pada lokasi yang telah
ditentukan sesuai hasil survei lokasi sebelumnya. Proses penurunan bahan/balok penyusun
AR dilakukan sesuai arahan tim penyelam untuk menghindari kerusakan terumbu karang yang
berada disekitar lokasi peletakan AR.

Gambar 3. Proses Penurunan bahan/balok Terumbu Karang Buatan (Artificial Reef)

B.3. Proses Penyusunan Bahan/Balok AR


Setelah semua bahan/balok AR diturunkan ke dasar perairan pada kedalaman ± 8
meter, maka tim penyelam yang terdiri dari 6 orang mulai melaksanakan tugas. 4 orang dari tim
mulai mengumpulkan bahan/balok penyusun AR di satu titik/tempat dan 2 orang lainnya mulai
meratakan substrat, meletakan bahan/balok penyusun AR serta menyusun bahan/balok
penyusun AR satu demi satu menjadi satu tumpukan AR. Satu tumpukan AR disusun
sebanyak 5 tingkat, sehingga Total susunan AR yang dapat dibuat sebanyak 13 susunan AR.

6|DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU


Supported by : Led by : In partnership with :

Gambar 4. Proses Penyusunan bahan/balok Terumbu Karang Buatan (Artificial Reef)

Hal menarik yang didapatkan saat proses peletakan AR ialah pada hari kedua
penyusunan balok AR, tanggal 5 Juli 2022, ketika tim penyelam mulai mengumpulkan balok
AR untuk nantinya disusun menjadi satu tumpukan AR, terlihat satu individu biota laut
tepatnya seekor crinoid telah menempelkan dirinya pada susunan balok AR yang telah
disusun pada tanggal 4 Juli 2022. Hal ini dikarenakan ketika crinoid terbawa arus yang cukup
kuat, posisi AR berada di jalur yang dilewatinya. Sehingga yang awalnya crinoid terbawa arus,
terguling tanpa henti di atas substrat pasir, dan ketika crinoid mendapati adanya AR yang
memiliki sustrat keras, maka crinoid dapat menempelkan dirinya dengan kuat tepatnya
dibelakang AR sehingga terlindungi dan tidak lagi terbawa arus.
Hanya dengan kurun waktu kuran dari 1 hari Terumbu Karang Buatan (AR) telah
menunjukkan fungsinya sebagai rumah bagi biota di ekosistem terumbu karang. Diharapkan
bahwa bukan hanya crinoid yang memanfaatkan kehadiran AR di lokasi tersebut, namun
semua biota di ekosistem terumbu karang dapat memanfaatkan kehadiran AR.

7|DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU


Supported by : Led by : In partnership with :

Gambar 5. Penempelan Crinoid Pada Terumbu Karang Buatan

C. PENUTUP

Demikian laporan dari kegiatan percontohan ekosistem terumbu karang terdampak


penangkapan telur ikan terbang Tahap II ini dibuat. Semoga kegiatan rehabiltasi terumbu karang
yang menggunakan metode Terumbu Karang Buatan atau Artificial Reef ini dapat bermanfaat
bagi pelestarian sumber daya ikan khususnya di Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil, Pulau-Pulau dan Perairan sekitarnya, dan juga terhadap peningkatan kesejahteraan
masyarakat di Ur Pulau Kabupaten Maluku Tenggara.

Ambon, 25 Juni 2022


KEPALA BIDANG PENGELOLAAN RUANG LAUT

ERAWAN ASIKIN
Pembina Tk. I
NIP. 19690503 199503 1 003

8|DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Anda mungkin juga menyukai