Anda di halaman 1dari 2

Rehablitasi Terumbu Karang, KKP-GEF 6 CFI Indonesia dan DKP Maluku Sosialisasikan

Artificial Reef
 
LANGGUR (03/6) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal
Perikanan Tangkap (DJPT) bersama  Global Environment Facility (GEF) Coastal Fisheries
Initiative (CFI) Indonesia, Dinas Kelautan Perikanan (DKP) Provinsi Maluku, dan Dinas
Perikanan Kabupaten Perikanan Maluku Tenggara mensosialisasikan pembuatan artificial
reef sebagai upaya rehabilitasi terumbu karang di Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil (KKP3K) Pulau Kei Kecil, di Desa Ur Pulau, Kabupaten Maluku Tenggara, Provinsi
Maluku. Artificial reef atau karang buatan merupakan salah satu metode rehabilitasi
ekosistem terumbu karang yang ramah lingkungan karena memicu pertumbuhan karang
alami dan tidak merusak karang di tempat lain. Karang buatan ini juga dapat menjadi
tempat perlindungan (rumah) bagi ikan.

Menurut Kepala Bidang Pengelolaan Ruang Laut (PRL) DKP Provinsi Maluku Erawan Asikin,
kerusakan terumbu karang di sekitar KKP3K Kei Kecil Kabupaten Maluku Tenggara diduga
terjadi karena penggunaan bius tradisional, jaring bubu, jangkar, penggunaan peledak dan
potassium. Selain itu Erawan menambahkan penangkapan telur ikan terbang juga
berdampak mencemari laut sekitar kawasan konservasi karena jumlah limbah daun dan
dahan kelapa sebagai alat bantu penangkapan komoditi tersebut cukup banyak dan luas
menutupi terumbu karang. Hal ini dibenarkan oleh Andreas Hero perwakilan WWF
Indonesia yang ikut melakukan survey bawah laut sehari sebelumnya.

Penangkapan telur ikan terbang dilakukan dengan menggunakan alat bantu yang terbuat
dari daun kelapa yang dirangkai dengan bambu yang membentuk persegi berukuran 1 m
untuk menarik perhatian ikan untuk meletakan telur. Penangkapan telur ikan terbang dan
penggunaan alat bantu ini semakin masif seiring dengan harga telur ikan terbang yang terus
meningkat. Berdasarkan informasi dari nelayan lokal Ur Pulau, Kabupaten Maluku Tenggara,
harga rata-rata-rata telur ikan terbang kering mencapai Rp. 500.000/kg.

“Jika pemanfaatan terumbu karang terus meningkat disertai dengan penangkapan telur ikan
terbang yang tidak ramah lingkungan pada lokasi-lokasi terumbu karang yang telah rusak,
maka kondisi terumbu karang yang saat ini rusak terancam menurun ke kondisi yang lebih
buruk. Oleh karena itu, upaya rehabilitasi terumbu karang perlu segera dilaksanakan
sehingga menjamin kawasan yang rusak dapat pulih kembali. ” ujar Erawan .

Kepala Cabang Dinas Kelautan Perikanan Gugus VIII Maluku, Tommy Bella, mengapresiasi
kegiatan sosialisasi rehabilitasi terumbu karang yang dilakukan GEF 6 CFI Indonesia-KKP dan
DKP Provinsi Maluku. Menurutnya upaya rehabilitasi ini akan berjalan efektif bila
melibatkan masyarakat setempat. Kegiatan rehabilitasi terumbu karang perlu dilakukan
dengan memberdayakan masyarakat setempat untuk pembuatan percontohan karang.
Lebih lanjut Tommy berharap dengan kegiatan penanaman artificial reef pada lokasi yang
rusak, metode ini dapat membantu peningkatan kesehatan terumbu karang.

Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Maluku Tenggara, Nicodemus Ubro, menyampaikan


tentang pentingnya menjaga kelestarian ekosistem terumbu karang di KKP3K Kei Kecil,
Kabupaten Maluku Tenggara. Menurut Nico, KKP3K Pulau Kei Kecil, dengan luasan mencapai
150.000 ha dan sebagai kawasan konservasi taman laut pertama di Maluku, harus dikelola
dengan baik agar berdampak positif terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat.
“Pengelolaan Kawasan konservasi ini sejalan dengan visi Bapak Bupati menjadikan sektor
kelautan perikanan dan pariwisata sebagai prime mover pembangunan di Kabupaten
Maluku Tenggara” tegasnya.

Kegiatan sosialisasi rehabilitasi terumbu karang yang dikemas dalam dialog terbuka tersebut
diikuti oleh Dinas Perikanan Kabupaten Maluku Tenggara, Dinas Infokom, Dinas Cabang
Kelautan Perikanan Gugus VIII Maluku, Perwakilan GEF-6 CFI Indonesia, Perwakilan WWF
Indonesia, Perwakilan Camat Kei kecil Besar, Pejabat Desa, Tokoh Masyarakat, Tokoh Adat
dan Agama, Tokoh Perempuan, nelayan masyarakat Ur Pulau serta lingkup DKP Maluku.

Kegiatan ini merupakan bentuk komitmen GEF-6 CFI Indonesia dalam penerapan EAFM di
Kawasan Indonesia Timur. Dalam kesempatan terpisah, Direktur Pengelolaan Sumberdaya
Ikan DJPT KKP Ridwan Mulyana mengatakan bahwa pengelolaan perikanan dengan
pendekatan ekosistem (EAFM) melalui GEF-6 CFI Indonesia diharapkan dapat memberikan
manfaat lingkungan, sosial dan ekonomi yang berkelanjutan.

Anda mungkin juga menyukai