Anda di halaman 1dari 16

Identifikasi Permasalahan

Kawasan WP3K
Pengelolaan Kawasan Pesisir Terpadu
Institut Teknologi Kalimantan
2021
DISUSUN OLEH :
1. Habinar Afnantama 97201137
2. Sayidah Milasari 97201089
3. Siti Hotijah 97201090
4. Tedo Haris C.E.I 97201091
5. Yasinta Anggararatri 97201094
Studi Kasus 01
Perubahan Lingkungan Dan Masa Depan Ekonomi
Masyarakat Kampung Laut Kabupaten Cilacap
Pendahuluan
Kawasan Segara Anakan merupakan selat yang diapit oleh Pulau
Nusakambangan dan Pulau Jawa, dan menjadi salah satu jalur penghubung
masyarakat yang tinggal di wilayah Cilacap dengan Jawa Barat. Segara Anakan disebut
juga dengan kampung laut yang terdiri dari 4 desa yakni, Desa Ujungalang, Ujung
Gagak, Panikel, dan Klaces. Kawasan ini menjadi tempat hidup hutan mangrove yang
tumbuh pada tanah lumpur aluvial di daerah pantai dan muara sungai yang
dipengaruhi oleh pasang surut air laut.

Kawasan Segara Anakan ini sangat unik karena ekosistem darat, estuari, dan laut
serasi, selaras, dan seimbang sebagai habitat flora dan fauna langka. Serta menjadi
tempat migrasi berbagai jenis udang dan ikan bernilai ekonomis tinggi dan
mempunyai fungsi ekonomis bagi penghidupan masyarakat luas. Oleh karena itu,
Kawasan Segara Anakan merupakan sandaran kegiatan ekonomi masyarakat
Kampung Laut dari generasi ke generasi sebelum Indonesia merdeka dan menjadi
salah satu Kawasan Strategis Nasional yang perlu menjadi perhatian pemerintah pusat
dan pemerintah daerah berdasarkan PP. Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN.
Timbulnya masalah
Masyarakat kampung laut percaya, nenek moyang mereka sebelumnya
tinggal di Pulau Nusakambangan, karena kebijakan pemerintah Belanda
yang menjadikan pulau tersebut sebagai tempat penampungan para
tahanan, mereka terpaksa pindah dan bermukim di Kawasan Segara
Anakan. Sampai saat ini pertumbuhan penduduk di Kawasan tersebut terus
meningkat yang memimbulkan banyak tekanan cukup besar terhadap
lingkungan sekitarnya. Studi ini menunjukkan aktivitas ekosistem darat dan
laut, dunia usaha, aspek fisik, aspek ekonomi, aspek sosial budaya, aspek
kelembagaan, dan kebijakan pemerintah,
A. AKTIVITAS EKOSISTEM DARAT DAN LAUT
Ekosistem darat terbentuk dan dipengaruhi oleh beberapa kegiatan yang dilakukan oleh
makhluk hidup. Pada Kecamatan Kampung Laut sebagian besar penduduknya bekerja di sektor
perikanan dan pertanian. Sektor perikanan selama ini menjadi kegiatan ekonomi utama dan
dilakukan secara turun temurun. Sedangkan pertanian merupakan kegiatan ekonomi alternatif
yang menjadi marak seiring dengan banyaknya lahan timbul di Kawasan segara Anakan. Pada
realitas di lapangan banyak ditemui masyarakat yang berprofesi ganda yaitu sebagai nelayan
dan juga petani. Selain kegiatan pertanian, perubahan lingkungan juga mendorong
berkembangnya kegiatan budidaya perikanan (Ramadhan, 2012).
Ekosistem laut dipengaruhi oleh daratan dan juga lautan Samudra. Ekosistem mangrove
yang merupakan bagian dari ekosistem pesisir juga memberikan pengaruh terhadap
lingkungannya. Berdasarkan studi yang dilakukan Ardli, dkk pada tahun 2015 menyatakan
bahwa tahun 1978 luas hutan mangrove Segara Anakan mencapai 17.090 Ha dan tahun 2004
menjadi 9.271,6 Ha atau menyusut 50%. Penyebab penyusutan luas hutan mangrove
berdasarkan studi tersebut, diantaranya penebangan ilegal (14,23 m3 /hari), pemanfaatan dan
konversi lahan hutan ke pertanian (5,4%), tambak (2,5%), pemukiman (1,1%), industri (0,4%),
dan pemanfaatan lahan lainnya (1,7% ) (Sholeh, 2017).
B. DUNIA USAHA
1. Segi Perikanan dan Budidaya
• Program pembangunan instalasi tersebut bernama Energi Mandiri Tenaga Surya Angin (E-Mas
Bayu)
Menurut National Geographic Indonesia untuk Segara Anakan dilakukan pembangunan PLTH
oleh Serikat Pekerja Patra Wijayakusuma (SP PWK) Pertamina Refinery Unit IV Cilacap yang
dibangun untuk daerah pesisir di Segara Anakan. Akhirnya dibuatlah E-Mas Bayu yang mampu
menghasilkan daya sebesar 12.000 watt peak (WP). Dengan kapasitas daya sebesar itu bukan hanya
untuk kebutuhan rumah masing-masing tetapi juga dapat menjadi penggerak ekonomi terutama dalam
pengelolaan tambak
• Program Energi Mandiri Tambak Ikan (E-Mbak Mina)
E-Mbak Mina mewujud dalam bentuk pengelolaan tambak dengan metode silvofishery dan
aktivitas Kelompok Usaha Ibu Mandiri. Metode silvofishery adalah cara budi daya ikan sekaligus
penghijauan mangrove dalam satu tambak. Selain manfaat konservasi, akar mangrove juga
menyediakan mikroorganisme seperti plankton sebagai makanan udang. Sedangkan kelompok usaha
Ibu Mandiri menjadi wadah pemberdayaan perempuan untuk mengolah hasil panen dari tambak,
menjadi produk baru dengan nilai ekonomi yang lebih tinggi. Kelompok usaha Ibu Mandiri tidak hanya
menjual ikan dan udang segar, tetapi juga dapat mengolahnya menjadi berbagai varian produk
makanan bernilai jual.
• Tambak Polikultur dan Biofilter (Maskuter)
Program ini meningkatkan hasil panen tambak secara signifikan dan jarak masa panen pun jadi
lebih singkat. Dalam waktu tiga bulan, petani tambak bisa memanen bandeng dengan ukuran
lima hingga enam ekor per kilogram.
2. Segi Ekowisata
• Kawasan Edu-wisata Mangrove
Di Segara Anakan terutama di kawasan mangrove menjadi daerah wisata dengan mangrove
yang lengkap di Indonesia dengan total 46 jenis mangrove tersertifikasi. Selain itu juga lebih
dari 50 jenis mangrove telah teridentifikasi dengan aneka ragam flora dan fauna lainnya di
kawasan tersebut. Hal ini dikembangkan guna meningkatkan perkembangan kawasan hutan
mangrove dan pendapatan masyarakat.
• Pedagang di Edu-wisata Mangrove
Hal ini juga sangat membuka peluang bagi masyarakat setempat yang berjualan di kawasan
tersebut sehingga membantu menaikan pendapatan para pedagang disana. Adapun seperti
pedagang makanan yang menjual olahan mangrove seperti permen, dodol/jenang, jus, sirup,
serta souvenir dan masih banyak lainnya.
3. Segi Hutan Mangrove
• Pemanfaatan Tumbuhan Mangrove
Dari limbah buah mangrove yang dihasilkan sekitar 95 ton per tahun dimanfaatkan para perajin
batik di wilayah ini untuk pewarna alami. Jadi selain melestarikan alam, sekaligus juga
meningatkan kesejahteraan masyarakat. Batang pohon mangrove juga digunakan sebagai
bahan bakar baik sebagai kayu bakar maupun diolah menjadi arang untuk kebutuhan rumah
tangga dan industri. Pohon mangrove juga bisa diolah menjadi bahan pembuat obat-obatan,
pewarna dan pengawet alami kain, tanin atau perekat kayu.
C. ASPEK FISIK
1. Penyempitan dan pendangkalan area
Penyempitan dan pendangkalan area perairan yang disebabkan oleh proses sedimentasi.
Dimana Kawasan tersebut menerima endapan sekitar 3.000.000 m3/tahun dari sungai-sungai yang
bermuara Kawasan Segara Anakan. Adanya tanah yang timbul dari proses sedimentasi perairan
kawasan Segara Anakan relatif dangkal yang menyebabkan kapal-kapal kandas pada musim
tertentu.
2. Penurunan kualitas perairan
Penurunan kualitas perairan Segara Anakan disebabkan oleh tingginya pendangkalan. Hal
tersebut ditandai dengan peledakan fitoplankton yang didominasi oleh populasi Cheeloceros dan
Asterionella japonica. Peningkatan kedua spesies tersebut merupakan respon terhadap
meningkatnya kandungan PO4 di perairan yang disebabkan oleh pengerukan sedimen.
3. Kerusakan hutan mangrove
Penyebab penyusutan luas hutan mangrove yaitu penebangan illegal, pemanfaatan dan
konversi lahan hutan ke pertanian, tambak, pemukiman, industri, dan pemanfaatan lainnya. Adanya
penyusutan kawasan mangrove dapat mengurangi fungsi kawasan mangrove sebagai tempat
pemijahan dan pengasuhan berbagai jenis udang dan ikan, dan itu berpengaruh secara langsung
terhadap produksi perikanan
D. ASPEK EKONOMI
• Seiring terjadinya perubahan lingkungan berupa penyempitan dan
pendangkalan kawasan perairan, penurunan kualitas perairan dan
penyusutan kawasan hutan mangrove menyebabkan hasil tangkap
nelayan terus mengalami penurunan. Berkurangnya hasil tangkapan
ikan menyebabkan nelayan nekad menggunakan jaring apung yang
dilarang pemerintan.
• Pekerjaan sebagai nelayan sudah ditinggalkan oleh generasi muda,
dan mereka merantau ke tempat lain untuk mencari pekerjaan lain.
E. ASPEK SOSIAL BUDAYA
- Perubahan lingkungan memaksa masyarakat melakukan tindakan
yang dilarang pemerintah, seperti memasang jaring apung di
sepanjang perairan. Pemerintah melarang menggunakan alat tangkap
jaring apung karena dapat mengganggu pengemudi kapal/perahu dan
dapat merusak kondisi hutan mangrove serta fungsi utama mangrove.
- Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap Pendidikan
- Beralih pekerjaan dari nelayan ke sektor lain untuk mempertahankan
kehidupan
F. ASPEK KELEMBAGAAN
1. Krida Wana Lestari
Berawal dari sekelompok aktivis konservasi, Grup Krida Wana Lestari berkembang
menjadi pengelola wisata mangrove Kolak Sikancil (Konservasi Laguna Segara Anakan
Cilacap) dan penyedia bibit mangrove yang didistribusikan ke seluruh Indonesia. Melalui
Kolak Sikancil, yang terintegrasi dengan arboretum Mangrove, kelompok ini memiliki
omset tahunan ratusan juta dolar. Pendapatan berasal dari wisatawan yang berkunjung,
menjual benih bakau dan makanan olahan serta kerajinan tangan yang terbuat dari
bakau dan ikan.
Pelestarian ekosistem mangrove Kolak Sekancil dilakukan dengan
memberdayakan masyarakat sekitar, sehingga keberadaan hutan mangrove ini tidak
hanya untuk menjaga lingkungan tetapi juga memberikan pemberdayaan secara
ekonomi kepada masyarakat
2. Himpunan Seluruh Nelayan Indonesian (HSNI)
Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) merupakan organisasi masyarakat
berbasis nelayan yang telah diformalkan oleh pemerintah. HNSI bersifat profesi, non
politik dan independen yang menganggap bahwa seluruh nelayan adalah anggota HNSI.
Eksistensi organisasi HNSI lebih difokuskan pada pembinaan dan pemberdayaan serta
G. KEBIJAKAN PEMERINTAH
Kawasan Segara Anakan merupakan Kawasan Strategis Nasional berdasarkan PP No 26
Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) khususnya terkait
dengan konservasi wilayah dan sumberdaya alam. Serta adanya Peraturan Daerah
Kabupaten Cilacap Nomor 6 Tahun 2001 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Segara
Anakan, menetapkan bahwa kawasan Laguna Segara Anakan sebagai zona konservasi.
 
Penetapan ini dikarenakan Kawasan Segara Anakan memiliki keunikan karakteristik wilayah
dengan tingginya biodiversitas sumberdaya alam, diantaranya:
• Kawasan Segara Anakan merupakan perwujudan ekosistem darat, estuaria, dan laut yang
serasi, selaras dan seimbang
• Kawasan Segara Anakan merupakan ekosistem estuari yang memiliki hutan mangrove yang
luas;
• Laguna Segara Anakan berperan sebagai tempat pemijahan, pengasuhan dan tempat
mencari makan bagi berbagai jenis ikan dan udang;
• Segara Anakan sebagai muara sungai besar dan kecil, memiliki peranan penting menjaga
keseimbangan ekologis dan iklim mikro serta hidrologis bagi wilayah setempat
Sumber
Sholeh, M. 2017. Perubahan Lingkungan Dan Masa Depan Ekonomi
Masyarakat Kampung Laut Kabupaten Cilacap. Jurnal Swarnabhumi.
2(2): 22-31
Thanks
CREDITS: This presentation template was
created by Slidesgo, including icons by
Flaticon, infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai