Anda di halaman 1dari 15

Analisis Pemanfaatan Sumber Daya Perairan Kecamatan Taka Bonerate Kabupaten Kepulauan

Selayar
Analysis of Utilization of Water Resources in Taka Bonerate District, Selayar Islands Regency
Bilal
220109502012
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Makassar

Abstrak
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui sejauh mana budidaya perairan
dimanfaatkan dalam pengelolaan sebagian dan idealnya suatu perairan untuk dikelola sehingga
dapat memberi manfaat bagi penduduk setempat, menambah kelestarian perairan yang lestari,
dan bermanfaat. masyarakat Takabonerate baik dalam industri pariwisata maupun sektor
penghasil pendapatan lainnya. Tumbuhnya kegiatan yang berhubungan dengan wisata telah
mengubah sumber pendapatan utama masyarakat dari nelayan menjadi berdagang atau pekerjaan
lain di industri pariwisata. Namun, karena pengelolaan sektor pariwisata secara keseluruhan
tidak konsisten oleh pemerintah, banyak undang-undang atau kebijakan saat ini masih belum
cukup untuk mengelola pariwisata di wilayah pesisir secara efektif.
Abstract

The purpose of this writing is to determine the extent to which aquatic aquaculture is utilized in
the management of the portion and, ideally, a waters to be managed so that it can benefit the local
population, add to the sustainability of sustainable waters, and benefit the Takabonerate community in
both the tourism industry and other income-generating sectors. The growth of tourist-related activities has
become the primary source of income for the community from fishing to trading or other jobs in the
tourism industry. However, due to the government's inconsistent management of the tourism sector as a
whole, many current legislation or policies are still insufficient to effectively manage tourism in coastal
areas.
PENDAHULUAN
Selain sebagai negara kepulauan, Indonesia adalah negara bahari. Indonesia merupakan
negara maritim dengan luas laut yang relatif besar karena sebagian besar daratannya tertutup
oleh perairan (Harris et al., 2021). Kepulauan Selayar merupakan salah satu tempat yang kaya
akan sumber daya laut. Kepulauan Selayar adalah gugusan pulau yang terpisah dari daratan
utama Sulawesi Selatan dan diperintah oleh Kabupaten Kepulauan Selayar di negara kepulauan
Indonesia tersebut. Pulau Selayar merupakan wilayah terluas (2000 km2) di Kabupaten
Kepulauan Selayar yang terdiri dari beberapa pulau kecil. Kota Benteng berfungsi sebagai ibu
kota Kabupaten Kepulauan Selayar. Kabupaten Kepulauan Selayar terbagi menjadi beberapa
kecamatan, antara lain Benteng, Bontoharu, Bontomanai, Bontomatene, Bontosikuyu, dan Buki.
(Wahid et al., 2021).

Perairan dan laut merupakan ciri dominan Kabupaten Kepulauan Selayar, menjadikan
kegiatan yang berhubungan dengan maritim sebagai industri utamanya. Kabupaten Kepulauan
Selayar dihuni oleh sejumlah besar masyarakat yang bermata pencaharian sebagai nelayan
karena persebaran lingkungan laut yang sangat luas (Ciwang & Basri, 2021). Segala bentuk
eksploitasi dan pemanfaatan sumber daya fisik, sosial, dan budaya lingkungan yang berupa
kegiatan produksi, distribusi, dan konsumsi secara kolektif merupakan mata pencaharian.
Dengan kata lain, sistem mata pencaharian mengacu pada serangkaian kegiatan sehari-hari yang
dilakukan oleh sekelompok orang untuk mencoba menjalani kehidupan yang memuaskan dan
yang pada akhirnya berfungsi sebagai sarana penghidupan utama mereka (Ido, 2019).
Kelangsungan hidup menggunakan ruang laut yang penting(Priyanta, 2021).

Anda boleh mengklaim bahwa Selayar memiliki banyak sumber air karena merupakan
sebuah pulau. Kehidupan manusia dapat memanfaatkan air laut dengan berbagai cara (Aklan &
Rustana, 2020). Agar umat manusia dapat bertahan hidup, sumber daya alam harus dilindungi
sebagai salah satu bentuk kekayaan yang dimiliki oleh alam (Dharmawibawa, 2019). Potensi
ekonomi yang cukup besar bagi kehidupan masyarakat disediakan oleh sumber daya laut, seperti
ikan dan hasil laut lainnya (M. Syaiful, 2020). Sumber daya manusia mengawasi sumber daya
tersebut. Untuk mencapai tujuan organisasi atau perusahaan, sumber daya manusia (SDM)
merupakan komponen penting yang harus dimiliki. Berbeda dengan aspek sumber daya lainnya
seperti uang dan teknologi, manusia merupakan komponen utama dari suatu organisasi karena
merekalah yang paling memiliki kendali atas faktor-faktor lain.(Syafrina, 2019).

Salah satu dari 24 kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Selatan yang membentang dari
utara ke selatan dan terletak di ujung paling selatan Pulau Sulawesi adalah Kabupaten Kepulauan
Selayar. Selayar adalah kepulauan yang terdiri dari 130 pulau, 26 di antaranya berpenghuni.
Untuk akses penduduk setempat terhadap makanan, sarana penghidupan, dan kesejahteraan
umum, jasa ekosistem pesisir sangat penting. Selain berada di sebelah perairan laut dalam,
perairan Selayar menjadi tempat bertemunya gelombang mata samudra Hindia dan Pasifik.
Keadaan ini melimpahkan karunia sumber daya perikanan laut dalam yang melimpah dan
produktif yang sangat bernilai ekonomi. Kabupaten Kepulauan Selayar merupakan tempat yang
ideal untuk membuka usaha di bidang perikanan, khususnya perikanan rumah tangga, karena
karakteristik geografis dan prospektif yang menguntungkan.(Safitri, n.d, 2022).

Karena berpotensi mendongkrak pendapatan asli daerah, menciptakan lapangan kerja,


dan menjamin ketersediaan ikan dalam rangka pencapaian ketahanan pangan perikanan di suatu
daerah, sumber daya perikanan di laut umum memiliki banyak potensi yang belum tergali yang
harus dimanfaatkan (Susanto et al. , 2020). Air merupakan salah satu unsur yang juga
mempengaruhi tingkat kelimpahan suatu organisme, oleh karena itu keberadaan dan kelimpahan
biota di suatu lingkungan perairan dapat digunakan untuk menilai kualitas air di sana. Penurunan
kualitas air dapat berdampak langsung pada biota yang menghuninya (Samson & Kasale, 2020).
Elemen biologis ekosistem danau yang disebut vegetasi air sangat sensitif terhadap perubahan
lingkungan..(Manalu et al., 2022).

Kegiatan pengelolaan kawasan pesisir seringkali berdampak negatif terhadap sumber


daya alam yang tersedia karena mudah ditemukan pihak-pihak tidak bertanggung jawab yang
merusak lingkungan di sekitar kawasan pesisir, mulai dari nelayan yang menangkap ikan dengan
menggunakan alat-alat yang dilarang seperti obat bius, bom, dan pukat, membuang sampah ke
laut, serta pembangunan liar di pesisir pantai yang dapat merusak lingkungan. Hal ini jelas
sangat memprihatinkan, sehingga sangat mendesak dan menjadi kebijakan bagi m Semua pihak
bertanggung jawab menjaga dan melestarikan pantai karena sah digunakan untuk kesejahteraan
nelayan (Fauzi, 2020).

Industri kelautan dan perikanan memiliki potensi di Indonesia. Kemungkinan biologis


dan non-biologis ada dalam hal ini. Potensi biologis dapat ditemukan antara lain pada perikanan,
terumbu karang, dan hutan mangrove. Potensi dari sumber nonhayati meliputi bahan galian,
sumber daya pertambangan, dan pariwisata. Mewujudkan kapasitas penuh diperlukan untuk
kelestarian lingkungan dan kesejahteraan mereka yang mengelolanya. Sangat penting untuk
memanfaatkan sumber daya yang ada secara efisien untuk mengangkat orang keluar dari
kemiskinan. Sumber daya alam dan manusia yang tidak seimbang menjadi masalah utama.
Bekerja dengan sumber daya alam membutuhkan sumber daya manusia untuk terus diarahkan
dan diarahkan. Mereka sebagian besar akrab dengan pengetahuan (budaya) lokal, atau
bagaimana masyarakat mereka mengelola sumber daya maritim. (Apriliani, 2022)

Kekayaan laut tropis yang memiliki banyak potensi untuk digali dan dikembangkan
untuk kepentingan masyarakat adalah potensi sumber daya laut seperti terumbu karang. Karena
kelimpahan dan produksi biota lautnya yang tinggi, habitat terumbu karang dianggap sebagai
daerah yang produktif. Stony coral adalah spesies kunci dari biota terumbu karang. Di dalam
ekosistem yang dikenal sebagai terumbu karang, semua itu berlangsung dalam hubungan yang
harmonis secara fungsional (Tamalasari, 2019).

Azwar (2019) mengklaim bahwa industri perikanan perlu mengembangkan bakat


masyarakat dengan memanfaatkan teknologi modern yang efektif dan efisien. Hal ini dilakukan
sebagai persiapan menghadapi persaingan hasil tangkapan internasional serta seringnya
masuknya nelayan pendatang ke perairan Indonesia umumnya dan kawasan Taman Nasional
Taka Bonerate khususnya. menggunakan teknologi yang lebih maju. Masyarakat perlu
disadarkan akan risiko yang terkait dengan cara penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan,
seperti penggunaan bahan peledak atau bahan kimia. Semua rumah tangga berpartisipasi dalam
kegiatan ekonomi masyarakat di wilayah Taka Bonerate dengan mencari ikan, baik untuk
dikonsumsi sendiri maupun untuk dijual. Memancing menyediakan sebagian besar pendapatan
yang dibutuhkan untuk pengeluaran sehari-hari. Jackie dan Linda (2005; 374) mengklaim hal itu
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui sejauh mana budidaya perairan
dimanfaatkan dalam pengelolaan sebagian dan idealnya suatu perairan untuk dikelola agar dapat
bermanfaat bagi masyarakat Takabonerate baik dalam industri pariwisata maupun sektor
penghasil pendapatan lainnya. .

Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa berbagai pihak perlu memberikan perhatian
yang lebih serius terhadap pengelolaan sumber daya laut. seperti organisasi masyarakat
pemerintah, non pemerintah, dan daerah. Nelayan lokal dan nelayan keliling mengelola sumber
daya laut di sekitar Taman Nasional Taka Bonerate. Lingkungan sosial ekonomi masyarakat
dipengaruhi oleh pengelolaan sumber daya laut.

Gagasan yang diterapkan adalah manajemen sumber daya manusia, yang mengacu pada
bagaimana mengelola interaksi antara sumber daya manusia (tenaga kerja) yang dimiliki oleh
individu secara efektif dan efisien dan menggunakannya dengan cara yang mengoptimalkan
tujuan untuk bisnis, tenaga kerja, dan masyarakat.
METODE

Pendekatan yang digunakan adalah literature review atau penelitian kepustakaan. Sebuah
metode penelitian yang disebut "studi literatur" digunakan untuk mengumpulkan informasi
tentang suatu subjek dari berbagai sumber. Berdasarkan informasi yang dikumpulkan, penelitian
literatur berusaha mendeskripsikan materi primer. 2020 (Heliandry, Nusanah, & Suban) Oleh
karena itu, penulis mengumpulkan bahan penelitian yang relevan, menyoroti informasi penting,
dan mengolah kembali data tersebut.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Untuk memanfaatkan sumber daya air di Kecamatan Taka Bonerate Kabupaten


Kepulauan Selayar secara efektif, tanpa mengorbankan kebutuhan generasi mendatang atau
kemakmuran negara, masyarakat setempat harus sadar akan keadaan dan menunjukkan kearifan.
Untuk mencapai hasil yang diinginkan, itu harus dilakukan. 2019 (Nurhayati)

pelaksanaan rencana pemanfaatan sumber daya maritim. Penelitian ini mengkaji


bagaimana pengelolaan sumber daya laut diatur, berbeda dengan penelitian sebelumnya yang
melihat risiko eksternal terhadap pengelolaan sumber daya. Oleh karena itu, sangat jelas bahwa
siapa pun yang memutuskan untuk memanfaatkannya di masa depan harus mengikuti jalan
kelembagaan yang telah ditetapkan. Membangun institusi membutuhkan kepatuhan terhadap
standar, konvensi, dan kesepakatan yang telah disepakati bersama (Nugraha et al., 2020).

Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Selatan mengawasi


pengoperasian Taman Nasional Taka Bonerate. melalui Proyek Pengembangan Kawasan
Konservasi Provinsi Sulawesi Selatan. Sebagai prototipe paradigma SISKAMLA (Sistem
Keamanan Laut), kawasan Taman Nasional Taka Bonerate ditetapkan sebagai taman nasional.
memanfaatkan sistem zonasi laut yang terdiri dari zona inti, zona penyangga, dan zona yang
digunakan untuk penangkapan ikan secara konvensional. Mengingat kurangnya pengetahuan
pelestarian lingkungan, kerusakan terumbu karang, yang mempengaruhi sumber daya milik
negara, menjadi penyebab yang berkontribusi.

1. pemanfaatan perikanan tradisional. Mengingat rendahnya kesadaranPengelolaan Wilayah


Pesisir di Kabupaten Kepulauan Selayar Perumusan suatu Peraturan Daerah (Perda) tentunya
terdapat indikator yang dijadikan tolak ukur dalam pembentukannya. Termausk Perda Nomor
10 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir di Kabupaten Kepulauan Selayar
tentunya memiliki indikator dalam membuat perda tersebut salah satunya adalah bahwa
wilayah pesisir sebagai rahmat Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa Indonesia memiliki
keragaman potensi sumber daya alam yang tinggi sehingga dapat memberikan manfaat
secara optimal bagi pengembangan ekonomi, sosial budaya masyarakat, oleh karena itu harus
dikelola secara adil (Noija,dkk, 2021)
2. Menurut Sulastriyono, (2018), Peran Pemerintah Dalam Meningkatkan Pengelolaan Wilayah
Pesisir Pengelolaan wilayah pesisir salah satunya dalam bentuk pengelolaan pariwisata.
Pemerintah Kabupaten Kepulauan Selayar tentunya berperan penting dalam hal tersebut,
mengingat bahwa pemerintah yang menjadi nahkoda dalam pengelolaan pariwisata tersebut.
Selain itu diperlukan seorang pemimpin yang mampu mengayomi masyarakat dan bersinergi
dalam mengelolah wilayahnya termasuk dalam pengelolaan wilayah pesisir dalam hal
pariwisata. Mengingat Pariwisata merupakan salah satu usaha yang dapat meningkatkan
pendapatan suatu daerah apabila dikelolah sebagaimana mestinya..
3. Sosial Ekonomi Nelayan, Mata pencaharian utama masyarakat di kayuadi adalah nelayan.
Kurang lebih sekitar 80% masyarakat bekerja sebagai nelayan, selain itu sebagai pedagang,
pegawai desa dan buruh. Berdasarkan alat tangkap yang digunakan, menggunakan alat
tangkap pancing ulur, menggunakan pukat dan jaring serta menggunakan rawai
(ciwang&Basri,2021).

Nelayan kawasan TNTB sudah mengetahui peran balai TNTB sebagai pengelola
kawasan, kawasan lindung, serta alat tangkap dan tangkap yang dilarang (Wagiu, 2019).
Nelayan juga menyadari bahwa penggunaan bahan peledak dan obat bius ikan menyebabkan
hilangnya sumber daya ikan karena hasil tangkapan yang lebih rendah dalam beberapa tahun
terakhir akibat degradasi terumbu karang dari teknik penangkapan ikan yang merusak.
Nelayan mengakui bahwa mereka masih menggunakan bom dan obat bius saat menangkap
ikan karena menurut mereka akan menangkap lebih banyak ikan dengan lebih cepat dan
mudah. Kawasan Taka Bonerate juga mengalami kejadian ini, menurut Ido (2019).

Pemanfaatan Sumber Daya Laut pada pulau kayuadi.

Kawasan Taman Nasional Taka Bonerate telah dikelola dan dimanfaatkan oleh berbagai
pihak. Nelayan merupakan pusat pengelolaan sumber daya laut untuk memenuhi kebutuhan
pribadi maupun kebutuhan yang berkaitan dengan kegiatan usaha/ekonomi. Informan mengklaim
bahwa nelayan asing dan pendatang juga mengelola dan memanfaatkan sumber daya laut di
kawasan Taman Nasional Taka Bonerate. Nelayan dari luar negeri atau pendatang sudah ada
sejak tahun 1980-an dan mungkin jauh lebih awal. Pendatang dan nelayan asing memusatkan
usahanya untuk mencari ikan, teripang, kerang, lobster, penyu, dan hasil laut lainnya yang
bernilai jual. Selayar, Bone, Makassar, Buton, NTT, dan Bali adalah beberapa contohnya.

a. Nelayan Pancing.
Bentuk dan jenis pancing yang digunakan beragam. Joran yang digunakan dengan
berbagai ukuran mata kail, antara lain joran Rawe, Rinta, dan Ladung, tergantung jenis
ikan yang ditangkap. Joran merupakan salah satu alat tangkap yang digunakan mayoritas
pemancing di kawasan Taman Nasional Taka Bonerate. Untuk menangkap ikan Sunu dan
Karapu saat masih hidup, nelayan memanfaatkan peralatan tradisional tersebut. Ada dua
metode yang digunakan saat memancing ikan karang: yang pertama melibatkan menjaga
perahu tetap berlabuh dan stabil, dan yang kedua melibatkan menggerakkan perahu maju
mundur. Teknik pertama, dikenal sebagai bisaa, bersifat pasif.

b. Nalayan Jaring/Pukat.
Menurut tujuan penggunaannya, pukat atau jaring sering diganti atau ditukar.
Kemudian, jaring adalah pukat, apakah menggunakan kantong atau tidak. Sedangkan
jaring insang pasif sering disebut sebagai pukat. Pemerintah masih mengizinkan
penggunaan beberapa jenis pukat atau jaring yang berbeda. termasuk alat pukat atau
jaring berumur tua yang masih sangat efektif, seperti pukat cincin "kulombi" (Bugis) dan
"lamba" (Bajoe), pukat hiu "rengge kareo" (Bajoe), dan jaring insang "lanra" (Makassar).

c. Jaring Lanra
Pinnakel pada jaring lanra, sejenis jaring insang, panjangnya bisa ratusan meter.
Di permukaan laut, lanra digunakan oleh penduduk daerah Taka Bonerate untuk
menangkap ikan-ikan kecil, khususnya sembilu. "Puka Sembilu" adalah nama yang
diberikan untuk jaring ini. Karena ikan sembilu digunakan sebagai umpan untuk ikan
sunu/kerapu, maka mayoritas pengguna alat pancing sunu/kerapu adalah individu yang
sudah tua. Alat yang ramah lingkungan adalah Lanra.
d. Pukat Gae
Pukat yang sangat besar adalah pukat Gae. Orang dalam mengklaim bahwa
sekitar tahun 1997, kapal pukat Gae tiba di wilayah Taka Bonerate dan mulai
dioperasikan oleh nelayan NTT dan Kabupaten Sinjai. Kemudian penduduk Pulau
Kayuadi melakukan hal yang sama.
e. Bagang
Sekitar tahun 1980-an, alat tangkap bagang pertama kali muncul. Di kawasan
Taman Nasional Taka Bonerate yang pertama kali dimanfaatkan oleh nelayan dari
Kabupaten Sinjai, jenis ini dimanfaatkan oleh nelayan. Itu hanya dilakukan di Pulau
Kayuadi selama tahun 2000-an. Penggunaan bagang menarik bagi H. Kml, punggawa
bagang berusia 56 tahun, karena dianggap bermanfaat bagi lingkungan, tidak merusak
terumbu karang, dan menghasilkan tangkapan yang memuaskan. Dengan menggunakan
mesin 300 tenaga kuda, mesin generator 22 tenaga kuda, dan tenaga kerja sekitar 12
tenaga kuda, bagang dibangun dengan modal kurang dari Rp. 50 juta, dan hasil tanggapan
dapat menutupi biaya sewa dan pembayaran sawi serta biaya operasional.
f. Alat tangkap Bubu’
Alat pancing pasif adalah bubu. Bambu yang telah diiris tipis kemudian dianyam
digunakan untuk membuat bubu. Lubang untuk masuknya ikan terletak di tengah sisi
anyaman setelah dibentuk atau berbentuk seperti kotak. Pintu masuk ikan dibuat
sedemikian rupa sehingga ikan yang masuk tidak bisa lagi keluar. Nyatanya, Bubu'
menikam mereka dengan batu. Hal ini merugikan kemampuan alam (termasuk terumbu
karang) untuk bertahan hidup. Nelayan tidak percaya Bubu' dapat merusak alat tangkap
Bubu'.
Pembatasan adat alat tangkap menimbulkan kerugian yang cukup besar bagi banyak
pemilik usaha punggawa, khususnya di Pulau Kayuadi. baik uang maupun alat yang
dibutuhkan tidak diperoleh.
KESIMPULAN

Berdasarkan temuan pembahasan, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa beberapa


langkah pemerintah, termasuk Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2011, telah mendukung
pengelolaan kawasan pesisir di Kabupaten Kepulauan Selayar, termasuk pengelolaan daya tarik
wisata. Namun, dalam praktiknya, masih belum cukup banyak undang-undang atau aturan yang
berlaku. Kurangnya pemerintah yang masih belum konsisten dalam mengelola industri
pariwisata sebagai cara pengelolaan kawasan pesisir di Selayar menyebabkan belum optimalnya
pengelolaan pariwisata di kawasan pesisir. Hal ini ditunjukkan dengan minimnya tempat wisata
yang dikelola pemerintah yang mendongkrak pendapatan asli daerah. Setelah itu perhatikan baik-
baik alat tangkap yang akan digunakan untuk menangkap ikan

SARAN

Dengan pendapatan yang relatif besar serta mengingat sumber daya laut kepulauan
Selayar menghasilkan pendapatan yang cukup besar dan memberikan kontribusi terhadap
penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Kepulauan Selayar dan sumber daya alam ini sangat layak
untuk dikembangkan, semestinya pemerintah memberi perhatian lebih terhadap sektor ini, hal ini
dapat direalisasikan dalam bentuk bantuan-bantuan serta bimbingan terhadap para pelaku usaha
dibidang ini, contohnya bantuan cara budidaya ikan dengan baik yang merupakan aspek penting
dalam menunjang kelancaran menjaga sumber daya alam.
DAFTAR PUSTAKA
Aklan, I. N. S., & Rustana, C. E. (2020). Studi Potensi Hidrogen Air Laut Melalui Proses
Elektrolisis Sebagai Energi Terbarukan. IX, 9–12.
https://doi.org/10.21009/03.snf2020.01.fa.03
Ali, S. A. (2019). Kondisi Sediaan dan Keragaman Populasi Ikan Terbang (Hirundichtys
oxychepalus, Bleeker, 1852) di Laut Flores dan Selat Makassar. Disertasi. Program
Pascasarjana. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Apriliani T, Yulianda F, Yulianto, G. (2022). Strategi konservatif dalam pengelolaan wisata
bahari di Pulau Mapur, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau. Jurnal ilmu-ilmu perairan dan
perikanan Indonesia. 16(2): 127-136.
Ciwang, R., & Basri, A. D. (2021). Tinjauan Yuridis Tindak Pidana Ilegal Fishing di Wilayah
Hukum Polres Selayar. Alauddin Law Development Journal, 3(2), 317–329.
https://doi.org/10.24252/aldev.v3i2.15278
Cahyani RT, Anggoro S, Yulianto B. (2020).Potensi lestari sumberdaya ikan demersal (Analisis
hasil tangkapan cantrang yang didaratkan di TPI Wedung Demak). In:Seminar nasional
Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan "Optimasi Pengelolaan Sumberdaya Alam
dan Lingkungan dalam Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan",27 Agustus 2013.
Universitas Diponegoro.378-382.
Desiani R, Susiana, Lestari F. (2021). Tingkat pemanfaatan ikan delah (Caesio teres) pada
Perairan Mapur yang didaratkan di Desa Kelong, Kecamatan Bintan Pesisir, Kabupaten
Bintan, Indonesia. Jurnal akuakultur, pesisir dan pulau-pulau kecil. 3(2): 1-9.
Dharmawibawa, I. D. (2019). Kearifan Lokal Masyarakat Desa Seloto dalam Pengelolaan
Sumberdaya Alam Di Danau Lebo. Abdi Masyarakat, 1(1), 29–35.
https://doi.org/10.58258/abdi.v1i1.941
Fauzi A, Anna S. (2020). Pemodelan Sumber Daya Perikanan dan Kelautan untuk Analisis
Kebijakan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Harris, A., Prakoso, L. Y., Sianturi, D., Laut, S. P., Pertahanan, F. S., & Pertahanan, U. (2018).
Strategi pertahanan laut dalam rangka ancaman keamanan di alur laut kepulauan
indonesia ii marine defense strategy in the framework of security threat in indonesian
archipelagic sea lanes ii. 15–30.
Heliandry, Nusanah, & Suban. (2020). Pembelajaran Pada Masa Pandemi Covid-19. JTP -
Jurnal Teknologi Pendidikan, 65-70.
Ido, I. (2019). Dampak usaha kegiatan penambangan pasir terhadap perubahan mata
pencaharian di kabupaten muna barat. 1(1), 30–37.
Jokoswito (2019). Potensi Lestari dan Tingkat Pemanfaatan Ikan Kembung Lelaki (Rastrelinger
kanagurta) Di Teluk Bone. Skripsi. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Unhas.
Makassar.
King, N. M.(2019). Fisheries Biology. Assessment and Management. Fishing News Books.
Blackwell Science Ltd.
Latukonsina, H. (2020). Pendugaan Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Ikan Layang (Decapterus
spp.) Di Perairan Laut Flores Sulawesi Selatan. Jurnal ilmiah agribisnis dan perikanan. Vol
3(2).
Murdiyanto B. (2019). Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Pantai. Direktorat Jendral Perikanan
Tangkap. Departemen Kelautan dan perikanan. Jakarta. 200 Hal.
M. Syaiful. (2020). Strategi Penghidupan Nelayan Pedagang Di Tempat Ikan (Lelong). SIGn
Journal of Social Science, 1(1), 2.
Manalu, R. M., Surbakti, S. B., & Sujarta, P. (2022). Keanekaragaman Moluska Dan Vegetasi
Perairan Danau Sentani. Quagga: Jurnal Pendidikan Dan Biologi, 14(1), 88–94.
https://doi.org/10.25134/quagga.v14i1.5002
Nelwan, A. (2019). Pengembangan Kawasan Perairan Menjadi Daerah Penangkapan Ikan
[Makalah Pribadi Falsafah Sains]. Program Studi Pascasarjana. Institute Pertanian Bogor.
Bogor.
Noija D, Martasuganda S, Murdiyanto B, Taurusman AA. (2021). Potensi dan tingkat
pemanfaatan sumberdaya ikan demersal di perairan Pulau Ambon Provinsi Maluku. Jurnal
teknologi perikanan dan kelautan. 5(1):55-64.
Nugraha, S., Koswara, B. Yuniarta. (2020). Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Ikan Kurisi
(Nempterus hexodon) Di perairan Teluk Banten. Jurnal Perikanan Kelautan.Vol 3 (1).
Nurhayati, A. (2019). Analisis Potensi Lestari Perikanan Tangkap di KawasanPangandran.
Universitas Padjajaran. Jawa Barat. Jurnal Akuatika. Vol 4 (3) : 195 – 209.
Prihatiningsih, Edrus IN, Sumiono B. (2019). Biologi reproduksi, pertumbuhan dan mortalitas
ikan ekor kuning (Caesio cuning Bloch, 1791) diperairan Natuna. Bawal Widya Riset
Perikanan Tangkap. 10(1): 1-15.
Priyanta, M. (2021).Implikasi Konsep Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang Laut dalam
Pengelolaan Sumber Daya Kelautan Berkelanjutan. Jurnal Wawasan Yuridika, 5(1), 20.
https://doi.org/10.25072/jwy.v5i1.361
Priyatna F dan Sumartono. (2019). Pola Pemanfaatan Sumberdaya, Subsistensi Dan Pola
Hubungan Patron - Klien Masyarakat Nelayan Danau Tempe, Sulawesi Selatan. Jurnal
Matematika, Saint dan Teknologi, Volume 12, Nomor 1, Maret 2011, 37-45
Rita., Bubun. L dan Amir. M. (2021). Tingkat Pemanfaatan Ikan Layang (Decapterus spp)
Berdasarkan Hasil Tangkapan Pukat Cincin di Perairan Timur Sulawesi Tenggara. Jurnal
Airaha. Vol 5 (1).
Safitri, A., Syafruddin, R. F., & Hasriani, H. (2022). Analisis Nilai Tambah Usaha Terasi Udang
Pada Agroindustri Passiana’di Kecamatan Benteng Kabupaten Kepulauan
Selayar. AgriMu, 2(1).
Samson, E., & Kasale, D. (2020). Keanekaragaman Dan Kelimpahan Bivalvia Di Perairan Pantai
Waemulang Kabupaten Buru Selatan. Jurnal Biologi Tropis, 20(1), 78–86.
https://doi.org/10.29303/jbt.v20i1.1681
Sulastriyono, S. (2019). Penyelesaian Konflik Pengelolaan Sumber Daya Alam Berbasis Pranata
Adat. Jurnal Media Hukum, 21(2), 12
Susanto, A., Hamzah, A., Irnawati, R., Nurdin, H. S., & Supadminingsih, F. N. (2020). Peran
Sektor Perikanan Tangkap Dalam Mendukung Ketahanan Pangan Perikanan Di Provinsi
Banten. Leuit (Journal of Local Food Security), 1(1), 9.
https://doi.org/10.37818/leuit.v1i1.6900
Syafrina, N. (2019). MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA Eri Susan 1. Jurnal
Manajemen Pendidikan, 9(2), 952–962.
Tamalasari, H. (2019). Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Ikan Kurisi (Nempterus hexodon) Di
perairan Kota Makassar. Skripsi. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas
Hasanuddin. Makassar.
Widodo, j dan Suadi. (2019). Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Laut. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Wagiu M. (2019). Investasi terbatas bagi nelayan pancing ulur di Malalayang I Manado. Pacific
Jurnal. 1(4) :546-550.
Wahid, M., Ariandi, A., Puspita Sari, A., Amaliah, N., Irfan, M., Nurdin, G. M., Firdaus, F., &
Hidayah, N. (2022). Perspektif Guru dan Siswa di Kabupaten Kepulauan Selayar Terhadap
Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Covid-19. BIOMA: Jurnal Biologi Dan
Pembelajarannya, 3(2), 66–74. https://doi.org/10.31605/bioma.v3i2.1355
Zid M. (2021). Fenomena strategi nafkah keluarga nelayan: adaptasi ekologis di Cikahuripan-
Cisolok, Sukabumi. Jurnal Sosialita. (9):32-38

Anda mungkin juga menyukai