Anda di halaman 1dari 5

PENGEMBANGAN INSTRUKSIONAL

A. LATAR BELAKANG

Apa itu pembelajaran ? Pembelajaran adalah suatu usaha yang disengaja, bertujuan, dan
terkendali agar orang lain belajar atau terjadi perubahan yang relatif menetap pada diri
orang lain. Usaha ini dapat dilakukan oleh individu atau kelompok yang memiliki
kemampuan dan kompetensi dalam merancang atau mengembangkan sumber belajar.

Belajar itu apa sih? Belajar adalah proses alami yang menyebabkan perubahan apa yang
kita ketahui, apa yang bisa kita lakukan, dan bagaimana kita berperilaku. Namun, salah
satu fungsi dari suatu sistem pendidikan adalah untuk memfasilitasi pembelajaran yang
dalam rangka mencapai tujuan instruksional. Mengajar adalah proses yang dilakukan
guru dalam mengadakan interaksi dengan pseserta didik, dengan penekanan pada
berbagai macam kegiatan. Seorang pendidik yang memiliki pengetahuan tentang model -
model pengembangan instruksional memiliki isi yang lebih luas tentang apa yang
dibutuhkan untuk membantu peserta didik belajar

B. PENGERTIAN
Apakah sebenarnya pengembangan instruksional ? Beberapa ahli mengemukakan
defenisi pengembangan instruksional. Twelker, Urbach dan Buck (1972) mendefenisikan
sebagai cara yang sistematik untuk mengidentifikasi, mengembangkan dan mengevaluasi
satu set bahan dan strategi belajar dengan maksud mencapai tujuan tertentu. Sedangkan
Reigeluth (1978) mengartikannya sebagai tiga tahap kegiatan :
1. Desain yang bagi seorang pengembang instruksional berfungsi sebagai cetakan biru
bagi ahli bangunan
2. Produksi yang berarti penggunaan desain untuk membuat program instruksional
3. Validasi yang merupakan penentuan kualitas atau validitas dari produk akhir.
Sementara Atwi Suparman dalam bukunya “Desain Instruksional” mendefenisikan bahwa
Pengembangan instruksional adalah suatu proses yang sistematik dalam mengidentifikasi
masalah, mengembangkan bahan dan strategi instruksional serta mengevaluasi efektifitas
dan efesiensi dalam mencapai tujuan instruksional.
C. TAHAP TAHAP
Ada 3 tahap yaitu
1. Definisi
Langkah langkahnya:
a.    Mengidentifikasi kebutuhan instruksional dan menulis tujuan instrksional umum.
b.    Melakukan analisis instruksional
c.    Mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal peserta didik
2. Analisis dan pengembangan prototype sistem
Langkah langkahnya:
a.    Menulis tujuan instruksional umum
b.    Menulis alat penilaian hasil belajar
c.    Menyusun Strategi Instruksional
d.    Mengembangkan bahan instruksional
3. Melaksanakan evaluasi formatif
Langkah lakngknya:
a.    Penelaahan oleh pakar dan revisi
b.    Evaluasi oleh 1-3 peserta didik dan revisi
c.    Uji coba dalam skala terbatas dan revisi
d. Uji coba lapangan dengan melibatkan semua komponen dalam system
sesungguhnya.

D. MODEL MODEL
 MODEL KEMP
Di antara beberapa model desain intruksional, salah satunya adalah model kemp.Yaitu
model desain intruksional yang dikembangkan dengan membentuk siklus.Karena
menurut kemp, pengembangan desain pembelajaran itu terdiri atas komponen-komponen,
yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, tujuan dan berbagai kendala yang timbul.
Maka wajar jika dalam hal ini kemp tidak menentukan dari komponen mana seharusnya
guru memulai proses pengembangan. Karena menurutnya, untuk mengembangkan sistem
intruksional itu bisa dari mana saja, asal urutan komponennya tidak diubah.Oleh karena
itu, model kemp juga dikatakan sebagai model yang paling luwes dalam kerangka
desainnya. Adapun komponen-komponen dalam suatu desain intruksional menurut kemp
adalah:
a. Hasil yang ingin di capai
b. Analisis tes mata pelajaran
c. Tujuan khusus belajar
d. Aktivitas belajar
e. Sumber belajar
f. Layanan pendukung
g. Evaluasi belajar
h. Tes awal
i. Karaekteristik belajar
Dalam pengembangannya, kesembilan komponen ini terus–menerus direvisi setelah
dilakukan evaluasi, baik evaluasi summatife maupun evaluasi formatife.Yaitu agar model
ini dapat diarahkan dan disesuaikan untuk menentukan kebutuhan siswa, tujuan yang
ingin dicapai, prioritas, dan berbagai kendala yang muncul.

 MODEL BENATHY
Berbeda dengan model kemp, model disain banathy tidak menganggap bahwa
komponen-komponen bisa dimulai dari mana saja, melainkan model banathy adalah
model yang memandang bahwa penyesuaian sistem instruksional harus dilakukan melalui
tahapan-tahapan yang jelas. Ada terdapat enam tahap dalam mendesain suatu program
pembelajaran menurut banathy, yakni:
a. Menganalisis dan merumuskan tujuan, baik tujuan pengembangan sistem maupun
tujuan spesifik. Tujuan merupakan sasaran dan arah yang harus dicapai oleh sisa atau
peserta didik.
b. Merumuskan kriteria tes yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Item tes
dalam tahap ini dirumuskan untuk menilai perumusan tujuan. Melalui rumusan tes dapat
meyakinkan kita bahwa setiap tujuan ada alat untuk menilai keberhasilannya.
c. Menganalisis dan merumuskan kegiatan belajar, yakni kegiatan menginvetarisasi
seluruh kegiatan belajar mengajar, menilai kemampuan penerapannya sesuai dengan
kondisi yang ada serta mnentukan kegiatan yang mungkin dapat diterapkan.
d. Merancang sistem, yaitu kegiatan menganalisis sistem setiap komponen sistem,
mendistribusikan dan mengatur penjadwalan .
e. Mengimplementasikan dan melakukan control kualitas sistem, yakni melatih
sekaligus menilai efektivitas sistem, melakukan penempatan dan melaksanakan evaluasi.
f. Mengadakan perbaikan dan perubahan berdasarkan hasil evaluasi.
 MODEL DICK AND CERY

Seperti desain model banathy, dalam mendesain pembelajaran model Dick and Cery
harus dimulai dengan mengidentifikasi tujuan pembelajaran umum.Menurut model ini,
sebelum desainer merumuskan tujuan khusus yakni performance goals, perlu
menganalisis pembelajaran serta menentukan kemampuan awal siswa terlebih
dahulu.Mengapa hal ini perlu dirumuskan?Oleh sebab rumusan kemampuan khusus harus
berpijak dari kemampuan dasar atau kemampuan awal.Manakala telah dirumuskan tujuan
khusus yang harus dicapai selanjutnya dirumuskan tes ke bentuk Criterion Reference
Test, artinya tes yang mengukur kemampuan penguasaan tujuan khusus.Untuk mencapai
tujuan khusus yang selanjutnya dikembangkan strategi pembelajaran, yakni scenario
pelaksanaan pembelajaran yang diharapkan dapat mencapai tujuan secara optimal, setelah
itu dikembangkan bahan-bahan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan.Langkah akhir
dari desain adalah melakukan evaluasi, yakni evaluasi formatife dan evaluasi summative
evaluasi formatif berfungsi untuk menilai efektifitas program dan evaluasi. Sumatif
berfungsi ungtuk menentukan kedudukan setiap siswa dalam penguasaaan materi
pelajaran. Berdasarkan hasil evaluasi inilah selanjutnya dilakukan umpan balik dalam
revisi program pembelajaran.

 MODEL PPSI
Model PSSI adalah model yang dikembangkan di Indonesia untuk mendukung
pelaksanaan kurikulum 1975. PPSI berfungsi untuk mengefektifkan perencanaan dan
pelaksanaan program pengajaran secara sistemis, untuk dijadikan sebagai pedoman bagi
guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar
PPSI terdiri dari lima tahap yakni :
a. Merumuskan tujuan, yakni kemampuan yang harus dicapai oleh siswa. Ada empat
syarat dalam perumusan tujuan ini, yakni tujuan operasional, artinya tujuan yang
dirumuskan harus spesifik atau dapat diukur, berbentuk hasil belajar atau proses belajar,
berbentuk perubahan tingkah laku dan dalam setiap rumusan tujuan hanya satu bentuk
tingkah laku.
b. Mengembangkan alat evaluasi, yakni menentukan jenis tes dan menyusun item soal
untuk masing-masing tujuan. Alat evaluasi disimpan pada tahap dua setelah perumusan
tujuan untuk meyakinkan ketepatan tujuan sesuai dengan criteria yang telah ditentukan.
c. Mengembangkan kegiatan belajar mengajar, yakni merumuskan semua
kemungkinan kegiatan belajar dan menyeleksi kegiatan belajar perlu ditempuh.
d. Mengembangkan program kegiatan pembelajaran yakni, merumuskan materi
pelajaran, menetapkan metode dan memilih alat dan sumber pelajaran.
e. Pelaksanaan program, yaitu kegiatan mengadakan pra-test, menyampaikan materi
pelajaran, mengadakan psikotes, dan melakukan perbaikan

Anda mungkin juga menyukai