Anda di halaman 1dari 29

MODEL-

MODEL
EVALUASI
DALAM
PROGRAM BK
Yosef Muka 201901500142
Novita Tri Nugraini 201901500173
Khairul Saleh 201901500166
Tamrin A Rozak 201901500228
wildan rinaldi 201901500236

Dosen Pengampu :
Afiatin Nisa, M.Pd
3
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN EVALUASI

Evaluasi adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan


berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi tentang proses
dan hasil belajar dalam rangka membuat keputusan-keputusan
berdasarkan kriteria dan pertimbangan tertentu. Keputusan yang
dimaksud adalah keputusan tentang peserta didik, seperti nilai yang
akan diberikan atau juga keputusan tentang kenaikan kelas dan
kelulusan.
4
B. TUJUAN EVALUASI

tujuan evaluasi adalah untuk mempoleh informasi secara


menyeluruh mengenai peserta didik, sehingga daapat diberikan
bimbingan dengan sebaik-baiknya. Begitu juga dalam kegiatan
supervisi, tujuan evaluasi adalah untuk menentukan keadaan suatu
situasi pendidikan atau pembelajaran, sehingga dapat diusahakan
langkah-langkah perbaikan untuk meningkatkan mutu pendidikan
disekolah. Dalam kegiatan seleksi tujuan evaluasi adalah untuk
mengetahui tingkat pegetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai-nilai
peserta didik untuk jenis pekerjaan, jabatan atau pendidikan tertentu
5
C. FUNGSI EVALUASI
Fungsi evaluasi hasil belajar adalah sebagai berikut.

➜ Fungsi formatif, yaitu untuk memberikan umpan balik (feed back)


kepada guru sebgai dasar untuk memperbaiki proses pembelajaran
dan mengadakan program remidial bagi peserta didik.
➜ Fungsi sumatif, yaitu untuk menentukan nilai (angka) kemajuan atau
hasil belajar peserta didik dalam mata pelajaran tertentu, sebagai
bahan untuk memberikan laporan kepada berbagai pihak, penentuan
kenaikan kelas, da penentuan lulus tidaknya peserta didik.
6

➜ Fungsi Diagnostik, yaitu untuk memahami latar belakang


(psikologis,fisik,dan lingkungan) peserta didik  yang mengalami
kesulitan belajar, yang hasilnya dapat digunakan sebaga dasar
dalam memecahkan kesulitan-kesulitan tersebut.
➜ Fungsi Penempatan, yaitu untuk menempatkan peserta didik dalam
situasi pembelajaran yang tepat (misalnya dalam penentuan
program sepesialisai) sesuai dengan tingkat kemampuan peserta
didik.
D. MODEL-MODEL EVALUASI DALAM PROGRAM BK 7

Untuk melaksanakan evaluasi program bimbingan dan konseling hal terpenting


yang harus dilakukan guru BK adalah penggunaan model evaluasi yang tepat
untuk program yang disusun. Adapun model-model tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Model Evaluasi Goal Atteiment
Model evaluasi yang pertama dan termasuk populer di bidang pendidikan
yaitu model Tyler. Model ini secara konsep menekankan adanya proses
evaluasi secara langsung didasarkan atas tujuan instruksional yang telah
ditetepkan bersamaan dengan persiapan mengajar, ketika seorang guru
berinteraksi dengan para siswanya menjadi sasaran pokok dalam proses
pembelajaran.
8

Proses pembelajaran dikatakan berhasil menurut para pendukung model


Tyler, apabila para siswa yang mengelami proses pembelajaran dapat
mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam proses belajar mengajar.
Evaluasi harus dilaksanakan secara berkesinambungan dan terus menerus
sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai secara berkelanjutan.
Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar tidak hanya terbatas pada
segi pengetahuan (kognitif) saja, melainkan juga mencakup dimensi
keterampilan dan nilai atau sikap.
9
Ada tiga langkah pokok yang dilakukan dalam model evaluasi ini, antara
lain:
a) Menentukan tujuan pembelajaran yang akan dievaluasi.
b) Menentukan situasi dimana peserta didik memperoleh kesempatan
untuk menunjukan tingkah laku yang berhubungan dengan tujuan.
c) Menentukan alat evaluasi yang akan dipergunakan untuk mengukur
tingkah laku peserta didik.
Tyler mengembangkan langkah-langkah yang digunakan dalam melakukan
sebuah evaluasi. Langkah-langkah tersebut meliputi:
a) Menentukan tujuan seluas-luasnya atau sasaran-sasaran.
10
b) Mengklasifikasikan tujuan-tujuan atau sasaran-sasaran.
c) Menegaskan sasaran dalam bentuk perilaku
d) Menemukan situasi-situasi dalam pencapaian tujuan yang dapat
dilihat.
e) Mengembangkan atau memilih teknik pengukuran
f) Mengumpulkan hasil data.
g) Membandingkan hasil data dengan perilaku berdasarkan tujuan.

Goodlad (1979) mencatat bahwa Tyler menggambarkan enam kategori


dari tujuan pendidikan di Amerika yang meliputi:
a) Tambahan informasi.
b) Perkembangan dari kebiasaan kerja dan kemampuan belajar.
11
c) Perkembangan cara berfikir yang efektif
d) Internalisasi sikap, minat, apresiasi, dan sensitivitas social.
e) Pemeliharaan kesehatan fisik.
f) Perkembangan filosofi hidup.

Dalam Handbook Education Variables membagi perkembangan siswa


tingkat dasar dan siswa tingkat dua dalam tujuh kategori, meliputi:
Kecerdasan, Emosi, Fisik dan Rekreasi, Estetis dan Kebudayaan, Moral,
Kejuruan Social.
12
Pendekatan berorientasi tujuan telah mendominasi pikiran dan
perkembangan dari evaluasi sejak tahun 1930 di USA dan wilayah lain.
Bloom dan Krathwohl memengaruhi perbaikan pendekatn evaluasi
berorientasi tujuan dengan penelitian mereka tentang taksonomi tujuan
pendidikan yang memiliki tiga ranah, meliputi ranah kognitif, afektif dan
konatif.
Kelebihan Model Evaluasi Goal Attainment. Model evaluasi Goal
Attainment merupakan model evaluasi yang sederhana. Penekanan
evaluasi hanya pada aspek hasil saja membuat evaluasi lebih mudah
dipahami, diikuti dan diimplementasikan. Model evaluasi ini sudah
disimulasikan selama bertahun-tahun sehingga menghasilkan tindakan
dan instrument yang sudah diperhalus.
13

Leteratur evaluasi berorientasi tujuan banyak, serta diisi dengan ide


kreatif untuk mengaplikasikan pendekatan ini.
Kelemahan Model Evaluasi Goal Attainment
a) M e n g a b a i k a n a s p e k p e r e n c a n a a n d a n p r o s e s p a d a p r o s e s
pembelajaran.
b) Ketidaksesuaian antara tingkat tujuan dan pelaksanaannya
14
2. Model Evaluasi Formative-sumative
a) Pengertian
Secara umum evaluasi formatif adalah evaluasi yang
dilaksanakan di tengah-tengah atau pada saat berlangsungnya
proses pembelajaran, yaitu dilaksanakan pada setiap kali
satuan pembelajaran atau subpokok bahasan dapat
diselesaikan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana
peserta didik “telah terbentuk” sesuai dengan tujuan
pengajaran yang telah ditentukan(Sudijono, 2007: 23).
15
2. Model Evaluasi Formative-sumative
a) Pengertian
Secara umum evaluasi formatif adalah evaluasi yang
dilaksanakan di tengah-tengah atau pada saat berlangsungnya
proses pembelajaran, yaitu dilaksanakan pada setiap kali
satuan pembelajaran atau subpokok bahasan dapat
diselesaikan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana
peserta didik “telah terbentuk” sesuai dengan tujuan
pengajaran yang telah ditentukan(Sudijono, 2007: 23).
16

 Sedang pada kaitannya dengan Bimbingan dan


Konseling,Menurut Scriven (1991) dalam diktat teori dan
praktek evaluasi program bimbingan dan konseling (Aip
Badrujaman, 2009), evaluasi formatif adalah suatu
evaluasi yang biasanya dilakukan ketika suatu produk
atau program tertentu sedang dikembangkan dan
biasanya dilakukan lebih dari sekali dengan tujuan untuk
m e l a k u k a n p e r b a i k a n .
17

b) Pengertian Evaluasi Sumative


Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang
dilaksanakan setelah sekumpulan program
pelajaran selesai diberikan. Dengan kata lain
evaluasi yang dilaksanakan setelah seluruh unit
pelajaran selesai diajarkan (Sudijono, 2007: 23).
c) Tujuan Evaluasi Formatif dan somatif
tujuan Evaluasi Formatif
Evaluasi formatif adalah mengetahui sejauh mana
program yang dirancang dapat berlangsung,
sekaligus mengidentifikasi hambatan. Dengan
diketahui hambatan dan hal-hal yang menyebabkan
program tidak lancar, pengambilan keputusan
secara dini dapat mengadakan perbaikan yang
mendukung kelancaran pencapaian tujuan program.
18

Untuk memastikan tujuan yang diharapkan dapat


tercapai dan untuk melakukan perbaikan suatu produk
atau program.

Tujuan Evaluasi Sumatif


Untuk mengukur ketercapaian program.
Untuk mengetahui seberapa jauh kurikulum yang telah
disusun sebelumnya memberikan hasil pada siswa
antara lain mencakup aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor.
d) Fungsi Evaluasi Formatif dan Sumatif
Fungsi evaluasi formatif
Sebagai balikan bagi siswa dan guru tentang
kemajuan belajar; memperoleh informasi yang dapat
memperbaikai proyek, kurikulum, atau lokakarya.
19
Fungsi Evaluasi Sumatif
Menentukan kenaikan tingkat atau kelulusan, pada
akhir program atau pengajaran.
Sebagai sarana untuk mengetahui posisi atau
kedudukan individu di dalam kelompoknya

e) teknik evaluasi formatif


a. riview ahli
b. evaluasi orang perorang
c. evaluasi kelompok kecil
d. uji lapangan
20

e) Perbedaan Evaluasi Formatif dan Sumatif

Seperti yang dikatakan Rusman mengutip pendapatnya Scriven, dia


(Scriven) telah membuat perbedaan antara evaluasi sumatif dan
formatif. Dalam evaluasi sumatif, evaluasi berfungsi untuk
menetapkan keseluruhan penilaian program. Termasuk menilai
keseluruhan manfaat program tertentu dalam hubungannya dengan
kontribusi terhadap kurikulum sekolah secara total. Dalam evaluasi
formatif meliputi pembuatan penilaian dan usaha untuk
menentukan sebab-sebab khusus. Informasi yang diperoleh dalam
evaluasi formatif memberi kontribusi terhadap revisi program. Ini
memungkinkan pengembang kurikulum untuk mengubah dan
mengembangkan kurikulum sebelum menetapkan bentuk final.
Perbedaan yang mendasar antara dua tipe evaluasi ini menyangkut
bagaimana evaluasi diperlakukan, apa yang akan dievaluasi dan
bagaimana hasilnya akan digunakan. (Rusman, 2009: 101).
21
3 Model Evaluasi Responsive
a) Pengertian
Evaluasi responsif merupakan model penelitian evaluasi yang bersifat
kualitatif. Evaluasi ini juga diberi nama evaluasi yang berpusat pada
klien. Penelitian responsif mengambil sampel dengan cara purposive
(secara sengaja), mencari informasi dari pihak yang bersebrangan, dan
laporan bersifat ekspresif atau disesuaikan dengan kebutuhan.
Menurut Stake, Evaluasi disebut respon jika memenuhi criteria:
Lebih berorientasi pada secara langsung kepada aktivitas program dari
pada tujuan program Merespons kepada persyaratan kebutuhan
informasi dari audiens; Perspektif nilai-nilai yang berbeda dari orang
orang dilayani dilaporkan dalam kesuksesan dan kegagalan dari
program.
22
b) Kelebihan danKelemahan Evaluasi Responsif:

Peka terhadap berbagai pandangan dan kemampuannya


mengakomodasi pendapat yang ambigu serta tidak fokus.

Pembuat keputusan sulit menentukan prioritas atau penyeerhanaan


informasi, tidak mungkin menampung semua sudut pandang dari
berbagai kelompok
c) langkah-langkah kegiatan evaluasi
Observasi, Merekam hasil wawancarai, Pengumpulan data, Mengecek
pengetahuan awal, Mengembangkan desain atau model
23
d) Fase-fase evaluasi responsive yang dikemukakan oleh stake :
a. Pendahuluan, transaksi, dan hasil
b. Penemaan ‘tema’ : mempersiapkan evaluasi dan studi kasus
c. Pengesahan/konfirmasi
d. Memisahkan format yang digunakan untuk audience
e. Memasang laporan formal, jika ada
f. Berbicara dengan klien: setiap program dan audience
g. Identifikasi bidang program
h. Meninjau aktivitas program
i. Menemukan tujuan dan focus pada tujuan
24
j. Mengonsep persoalan dan masalah
k. Identifikasi kebutuhan dan mengulang persoalan pokok
l. Memilih observasi, memutuskan dan pemberian instrument (jika ada)
e). Faktor-faktor yang mempengaruhi evaluasi responsive
a. Tujuan pembelajaran, Tujuan pembelajaran umum maupun
pembelajaran khusus saling bertentangan satu sama lain
dilihat dari kebutuhan sekolah, kurikulum, guru dan sebagainya.
b. Sistem sekolah, Faktor ini perlu dipertimbangkan dengan matang dan
hati-hati karena melibatkan berbagai komponen yang saling
berinteraksi dan ketergantungan.
25

c. Pembinaan guru, Banyak program pembinaan guru yang


belum menyentuh secara langsung tentang evaluasi.
Program pembinaan guru lebih banyak difokuskan
pada pengembangan kurikulum dan metodologi
pembelajaran. Hal ini pula yang menyebabkan
perbaikan sistem evaluasi pembelajaran menjadi
kurang efektif.

4. Model Evaluasi CIPP

a) Pemahaman mengenai model evaluasi CIPP


Model CIPP dikembangkan oleh Daniel Stufflebeam (2003)
26
berdasarkan pandangan bahwa evaluasi dilakukan bukan untuk
membuktikan, tetapi untuk meningkatkan. Model ini memberikan
panduan untuk mengevaluasi proyek atau program ditinjau dari
aspek context, input, proces dan product.
Kerangka kerja model CIPP membantu para evaluator untuk
mengatasi empat keputusan yaitu (1) evaluasi context untuk
membantu membuat keputusan perencanaan, (2) evaluasi input
untuk membantu keputusan menyusun atau merancang, (3)
evaluasi process untuk membantu keputusan
mengimplementasikan, dan (4) evaluasi product untuk membantu
keputusan mendaur ulang (Fitzpatrick,Sanders, & Worthen, 2004).
Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa evaluasi CIPP
merupakan model evaluasi yang relevan dengan kebutuhan pola
evaluasi pelayanan apapun, termasuk BK di sekolah (Sugiyo,
2014).
27
b) Kelebihan dan kekurangan model evaluasi CIPP. Fitzpatrick,
Sanders dan Worthen (2004; dalam Sugiyo, 2014) memandang bahwa model CIPP memiliki
empat potensi kekuatan: (1) Proses evaluasi lebih terfokus. Model evaluasi CIPP
memungkinkan evaluator dapat mengumpulkan informasi yang terarah pada suatu tahapan
evaluasi. Data atau informasi dapat diklasifikasi secara menyeluruh sebagai konteks, input,
proses, atau produk. (2) Penerapan evaluasi model CIPP memungkinkan evaluasi tidak
harus dilakukan setelah satu siklus manajemen selesai, tetapi dapat dilakukan ketika proses
manajemen masih berjalan yang dapat memungkinkan evaluator dapat mengambil
keputusan yang cepat dalam perbaikan. (3) Model evaluasi CIPP sangat bermanfaat bagi
evaluator untuk mengembangkan pertanyaanpertanyaan penting dalam evaluasi. (4) Model
evaluasi CIPP memberikan informasi yang berkala mengenai semua komponen dari suatu
sistem. Model CIPP juga memiliki keterbatasan antara lain bahwa penerapan model ini
terutama dalam bidang program pembelajaran di kelas memiliki tingkat keterlaksanaan
yang kurang tinggi apabila tidak dilakukan beberapa modifikasi.
Hal ini dapat terjadi karena untuk mengetahui konteks, masukan maupun hasil dalam arti
yang luas akan melibatkan banyak pihak yang membutuhkan waktu, biaya dan sumber daya
lainnya.
28
Kesimpulan
Dari banyak model-model evaluasi perlu kita ketahui bahwa evaluasi
adalah merupakan proses membandingkan antara tujuan yang di
tetapkan dengan tujuan yang di capai dan perlu di tekankan untuk
memperoleh gambaran efektivitas system pendidikan yang
mempengaruhi pencapaian tujuan pendidikan dan harus di laksanakan
secara berkesinambungan dan terus menerus sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang akan di capai secara berkelanjutan. Sebagai calon
guru bk harus mengetahui evaluasi yang mana yang paling tepat untuk di
gunakanya dalam program bimbingan dan konseling. Diantaranya
Evaluasi, Goal Attaiment, Formatif-Sumatif, Responsive, dan CIPP.
Saran
Sebagai seorang calon pendidik, hendaknya kita dapat memperdalam
pengetahuan kita tentang evaluasi supaya kita bisa melaksanakan
kegiatan evaluasi dengan benar dan tepat sasaran 
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai