A. LATAR BELAKANG
Kata kekerasan mengingatkan kita pada sebuah situasi yang kasar,
menyakitkan dan menimbulkan efek (dampak) negatif. Namun orang hanya
memahami kekerasan sebagai suatu bentuk perilaku fisik yang kasar, keras,
dan penuh kekejaman, sehingga bentuk perilaku opresif (menekan) lain yang
bentuk nya tidak berupa perilaku fisik,menjadi tidak “di hitung” sebagai suatu
bentuk kekerasan, Kekerasan atau violance adalah gabungan dua kata latin
“vis”(daya,kekuatan) dan “latus” berasal dari kata “ferre” yang berarti
membawa.
Menurut Poerwodarminto dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud, Jakarta 1986,
kekerasan diartikan sebagai “sifat atau hal yang keras, kekuatan, paksaan”.
Sedangkan paksaan berarti desakan atau tekanan dengan kekerasan. Oleh
karena itu kekerasan berarti juga membawa kekuatan, paksaan dan tekanan.
berada di bawah kendali orang tersebut.
Kekerasan dapat terjadi pada siapa saja, umumnya kekerasan terjadi
kepada orang-orang yang lemah seperti anak, perempuan, dan orang tua
(lansia). Kekerasan biasanya didominasi orang orang yang kuat dan berkuasa.
Kekerasan yang dikatakan melanggar hak-hak asasi manusia yaitu kekerasan
yang merampas hak-hak kebebasan, hak-hak untuk hidup dengan baik dan
mendapatkan perlakuan yang baik pula.
Kekerasan akan sangat merugikan dan memberikan berbagai
macam dampak negatif terhadap korban. Kekerasan dapat menyebabkan
seseorang mengalami trauma. Trauma adalah gejala psikologis yang pada
umumnya terjadi karena tekanan emosional dalam diri seseorang yang
disebabkan oleh kejadiaan atau pengalaman yang melukai atau kurang
menyenangkan yang berkaitan dengan hal yang merusak mental atau
kesehatan psikis seseroang (Habibah, 2018).
Pada umumnya seseorang yang mengalami trauma itu terjadi
karena pada saat individu tersebut mengalami suatu kejadian trauma,
tidak ada yang mampu menenangkan atau pendukung penderita trauama pada
saat awal kejadian, sehingga karena kegoncagan akibat peritiwa itu
menjadi suatu permasalahan atau penyakit mental dalam diri individu.
Suatu kejadian traumatis akan kembali muncul manakala
terdapat suau pemicu yang memunculkan kembali ingatan individu
terhadap kejaidan tersebut, seperti kesamaan peristiwa atau hal yang
berkaitan dengan yang membuatnya mengalami suatu trauma (Saragi, 2018).
Individu yang mengalami trauma perlu perhatian khusus dari
berbagai pihak. Bimbingan dan konseling merupakan salah satu jawaban
dalam membantu seorang penderita trauma. Bimbingan dan kosneling
merupakan salah satu alternatif dalam membantu individu yang
mengalami masalah dalam kehidupan seharianya, termasuk dalam hal
ini adalah seorang yang penderita trauma. Bimbingan dan konseling
merupakan layanan yang diberikan oleh seorang ahli (konselor) kepada
individu (klien) untuk membantu dalam mengetaskan permasalahan yang
menganggu dalam kehidupan sehari-harinya sehingga menghambat aktivitas
yang dilakukannya (Gunawan, 1992).
Dalam hal ini, seorang konselor memberikan bantuan kepada
klien yang memiliki permasalahan baik dari aspek psikologis maupun
aspek kognitifnya. Seseorang yang mengalami trauma dapat diberikan
bantuan melalui layanan dan pendekatan sesuai dengan tingkatan dan
permasalahan yang dialami individu itu sendiri.
B. Rumusan Masalah
1. Seperti apa pemahaman mengenai korban kekerasan?
2. Bagaimana Karakteristik kondisi klien yang mengalami korban
kekerasan?
3. Apa saja yang menjadi faktor penyebab dari kekerasan?
4. Bagaimana Penangan BK yang tepat dalam menangani korban
kekerasan?
C. Tujuan Penulisan Makalah
1. Untuk menguraikan dan memaparkan definisi mengenai korban
kekerasan.
2. Untuk memahami kondisi klien yang mengalami korban kekerasan
3. Memberikan informasi serta pemaparan mengenai faktor penyebab
kekerasan.
4. Untuk memahami bagaimana pemberian layanan BK yang tepat dalam
menangani klien korban kekerasan.
BAB 2
PEMBAHASAN