Anda di halaman 1dari 6

KONFLIK DAN KEKERASAN SERTA UPAYA MENGATASINYA BAB

1 SEMESTER 2

PENGERTIAN KONFLIK
1. Menurut Lewis A. cosser
Konflik adalah sebuah perjuangan mengenai nilai atau tuntutan atas status, kekuasaan,
bermaksud untuk menetralkan, mencederai, atau melenyapkan lawan.
2. Menurut Soerjono Soekanto
Konflik adalah suatu proses sosial dimana orang perorangan atau kelompok manusia
berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan dan
disertai dengan ancaman dan kekerasan.
3. Menurut Dr. Robert M.Z Lawang
Konflik adalah perjuangan untuk memperoleh nilai, status, kekuaaan, selain bertujuan
memperoleh keuntungan juga untuk menundukkan saingannya.

BENTUK – BENTUK KONFLIK


1. Konflik personal dan konflik interpersonal
Konflik personal adalah salah satu jenis konflik yang terjadi antara individu dengan
individu ataupun dengan kelompok masyarakat. Salah satu penyebab adanya konflik
pribadi adalah karena adanya perbedaan cara pandang antar individu yang berkaitan
dengan persoalan yang serupa. Contohnya adalah ketika sebuah keluarga beradu
argumen tentang pembagian hak waris atau warisan.
Konflik interpersonal adalah Konflik interpersonal  merupakan pertentangan  antara 
dua  pihak atau lebih yang  saling bergantung dan mereka  merasakan adanya
ketidaksesuaian tujuan,  keterbatasan  sumber  daya dan  gangguan  orang  lain  dalam
mencapai  tujuan  masing-masing  pihak  yang sedang berkonflik. Contohnya adalah
Seorang asisten rumah tangga yang ingin upahnya dinaikkan tetapi majikannya tidak
mempedulikan bahkan mengancam akan mencari pengganti apabila tetap ingin
dinaikkan gajinya.
2. Konflik interes
Konflik interes berkaitan dengan konflik dalam diri seorang individu dalam suatu sistem
sosial yang membawa implikasi bagi individu dan sistem sosialnya. Konflik ini secara moral
merusak kepercayaan yang diberikan organisasi dan para anggotanya kepada pejabat yang
melakukannya. Konflik interes biasanya terjadi dalam diri pemimpin, manajer atau pegawai
karena mereka merupakan individu dengan multiposisi dan multiperan.
3. Konflik destruktif dan konflik konstruktif
Konfik Destruktif merupakan konflik yang muncul karena adanya perasaan tidak
senang, benci dan dendam dari seseorang atau kelompok terhadap pihak lain.
Contohnya konflik peristiwa Mei 1998 (reformasi) yang mengakibatkan banyaknya
jatuh korban seperti mahasiswa trisakti.
Konflik konstruktif adalah suatu konflik yang pada akhirnya malah membangun pihak
yang terlibat konflik tanpa merugikan pihak lainnya (atau malah membangun semua
pihak). contohnya Perusahaan A dan B sama sama berebut pelanggan dan bersaing
secara sehat.
4. Konflik ras
Konflik ras / etnis adalah proses dasar dalam kehidupan sosial dan dapat bersifat
merusak dan kohesif. Dalam beberapa situasi, ini dapat merusak bagi beberapa
kelompok dan bertindak sebagai kekuatan kohesif bagi yang lain. Contoh konflik ras
adalah ras kulit putih dan kulit berwarna yang masih banyak menjadi pemantik
berbagai konflik masa kini.
5. Konflik agama
Konflik agama adalah konflik di antara pemeluk, bukan konflik di antara ajaran atau
kitab suci agama. Pihak yang terlibat adalah para penganut agama yang menerapkan
kitab suci dalam kehidupannya. Agama dan kitab sucinya tidak membenci dan
membunuh orang, tetapi para pemeluknya yang melakukannnya. Beberapa konflik
yang terjadi karena latar belakang agama, di antaranya konflik Poso, konflik
Ahmadiyah, dan konflik Madura.

FAKTOR PENYEBAB KONFLIK


1. Perbedaan Individu
2. Adanya Perbedaan Kepentingan
3. Perbedaan Latar Belakang Budaya
4. Perbedaan Etnis 
5. Perbedaan Ras
6. Perbedaan Agama
AKIBAT ADANYA KONFLIK
Dampak positif konflik:
1. Memperjelas aspek kehidupan yang belum tuntas.Penyesuaian kembali norma dan
nilai.
2. Meningkatkan solidaritas.
3. Mengurangi ketergantungan antarindividu atau kelompok.
4. Penyeimbang kekuatan-kekuatan yang ada.
5. Dapat memunculkan kompromi baru.
Dampak negatif konflik:
1. Memicu rusaknya hubungan antar individu dan kelompok.
2. Memakan korban berupa kerusakan harta benda dan nyawa manusia.
3. Berubahnya kepribadian para individu yang terlibat, baik yang mengarah pada hal-hal
positif maupun negatif.
4. Menimbulkan dominasi dari kelompok yang menang atas kelompok yang kalah.
5. Rusaknya hubungan antarindividu dan kelompok.

RESOLUSI ATAU MANAJEMEN KONFLIK


Manajemen Konflik adalah sebuah proses mengelola konflik dengan menyusun sejumlah
strategi yang dilakukan oleh pihak-pihak berkonflik sehingga mendapatkan resolusi yang
diinginkan. Setiap konflik selalu ada jalan penyelesaian. Konflik terkadang dapat saja
diselesaikan oleh kedua belah pihak yang bertikai secara langsung.
Johan Galtung membagi tiga tahap dalam penyelesaian konflik:
1. Peacekeeping
Peacekeeping adalah proses menghentikan atau mengurangi aksi kekerasan melalui
intervensi militer yang menjalankan peran sebagai penjaga perdamaian yang netral.
2. Peacemaking
Peacemaking adalah proses yang tujuannya mempertemukan atau merekonsiliasi sikap
politik dan strategi dari pihak yang bertikai melalui mediasi, negosiasi, arbitrasi,
terutama di level elit atau pimpinan.
3. Peacebuilding
Peace bulding adalah upaya untuk menghasilkan kebenaran dan keadilan, upaya untuk
menghilangkan kekerasan dalam berbagai bentuk, upaya untuk menghasilkan dialog,
interaksi dan relasi positif antara berbagai pihak, serta upaya untuk menghasilkan
rekonsiliasi yang sesungguhnya.

KEKERASAN DALAM MASYARAKAT


Kekerasan adalah sebuah tindakan yang memang sengaja dilakukan oleh individu atau
kelompok dengan tujuan menindas yang lemah agar terus mendapatkan penderitaan.
Kekerasan ini bisa dalam bentuk fisik atau bisa juga dalam bentuk psikis. Oleh sebab itu,
kekerasan merupakan salah satu tindakan yang sangat melanggar Hak Asasi Manusia.
Hal ini dikarenakan tindak kekerasan tidak pernah mencerminkan norma-norma dan
nilai-nilai yang mencerminkan Hak Asasi Manusia. Oleh karena pelaku tindak kekerasan
harus segera diberi hukuman agar mendapatkan efek jera.

BENTUK KEKERASAN
A. Kekerasan berdasarkan bentuknya
1. Kekerasan Fisik
Kekerasan fisik adalah suatu kekerasan yang terjadi secara nyata atau dapat dilihat dan
dirasakan oleh tubuh langsung. Kekerasan fisik ini seringkali meninggalkan bekas luka
bagi penerima kekerasan atau korban tindak kekerasan, sehingga ketika ingin
melaporkan tindak kekerasan ini akan divisum terlebih dahulu. Adapun wujud dari
kekerasan fisik, seperti pemukulan, pembacokan, bahkan hingga menghilangkan nyawa
seseorang.
2. Kekerasan Struktural
Kekerasan struktural ini bisa dibilang sebagai kekerasan yang sangat kompleks karena
bukan hanya berkaitan dengan individu saja, tetapi juga sering terjadi dengan suatu
kelompok. Kekerasan struktural adalah jenis kekerasan yang dapat terjadi dan pelakunya
bisa kelompok atau seseorang dengan cara memakai sistem hukum, sistem ekonomi, atau
norma-norma yang terjadi pada lingkungan masyarakat. Maka dari itu, kekerasan
struktural ini seringkali menyebabkan terjadinya ketimpangan sosial, baik itu pada
pendidikan, pendapatan, keahlian, pengambil keputusan, dan sumber daya. Dari hal-hal
itu bisa memberikan pengaruh terhadap jiwa dan fisik seseorang. Kekerasan struktural
ada yang bisa diselesaikan dengan cara bermusyawarah atau melalui jalur hukum.
3. Kekerasan Psikologis
Kekerasan psikologis adalah kekerasan yang di mana dilakukan untuk melukai mental
atau jiwa seseorang, sehingga bisa menyebabkan seseorang menderita gangguan jiwa.
Kekerasan psikologis ini lebih dikenal oleh masyarakat banyak dengan nama kekerasan
psikis. Bentuk dari kekerasan psikologis biasanya, seperti ucapan yang menyakitkan hati,
melakukan penghinaan terhadap seseorang atau kelompok, melakukan ancaman.
Kekerasan psikologis ini bukan hanya bisa menimbulkan ketakutan saja, tetapi bisa juga
menyebabkan seseorang mendapatkan trauma secara psikis. Jika korban kekerasan psikis
sudah cukup parah, maka ia perlu dibawa ke psikiater atau psikolog. Selain itu, orang-
orang disekitarnya harus tetap mendukungnya agar mendapatkan keadilan.

B. Berdasarkan Pelakunya
1. Kekerasan Individual
Kekerasan individual adalah jenis kekerasan yang di mana kekerasannya dilakukan oleh
seseorang kepada seseorang lainnya atau bisa juga lebih dari seseorang. Biasanya
kekerasan individual ini terjadi dalam bentuk kekerasan, seperti pemukulan, pencurian,
penganiayaan.
2. Kekerasan Kolektif
Kekerasan kolektif adalah kekerasan yang di mana dilakukan oleh sebuah kelompok atau
massa. Biasanya kekerasan ini terjadi karena adanya perselisihan antar kelompok,
sehingga memicu terjadinya tawuran, bentrokan, dan lain-lain. Kekerasan kolektif ini
bisa merugikan infrastruktur yang ada disekitarnya. Lebih parahnya, kekerasan ini bisa
menimbulkan korban jiwa.

FAKTOR FAKTOR TERJADINYA KEKERASAN


1. Faktor Individual
Perilaku agresif seseorang dapat menyebabkan timbulnya kekerasan. Faktor penyebab
perilaku kekerasan menurut teori ini adalah faktor pribadi dan faktor sosial. Faktor
pribadi yaitu meliputi kelainan jiwa, seperti psikopat, stres, depresi, serta pengaruh obat
bius. Sedangkan faktor yang bersifat sosial antara lain seperti konflik rumah tangga,
faktor budaya, dan media massa.
2. Faktor Kelompok
Menurut teori ini, individu cenderung membentuk kelompok dengan memprioritaskan
identitas berdasarkan persamaan ras, agama, atau etnis. Identitas kelompok yang
cenderung dibawa ketika seseorang berinteraksi dengan orang lain ini rawan
menyebabkan benturan antara identitas kelompok yang berbeda dan kemudian menjadi
penyebab kekerasan.
3. Faktor Dinamika Kelompok
Kekerasan dapat timbul karena hilangnya rasa saling memiliki yang terjadi dalam
kelompok. Hal ini dapat diartikan bahwa perubahan-perubahan sosial terjadi sedemikian
cepat dalam sebuah masyarakat dan tidak mampu direspon sama cepatnya oleh sistem
sosial dan nilai masyarakatnya. Contohnya bisa dilihat dari masuknya perusahaan
internasional ke wilayah pedalaman Papua yang membawa berbagai teknologi, perilaku,
hingga tata nilai yang berbeda. Hal ini menyebabkan masyarakat setempat merasa
terasing dan muncullah kehilangan rasa memiliki yang berakhir dengan perlawanan
kekuasaan.
UPAYA PENCEGAHAN TINDAK KEKERASAN
1. Kampanye Anti Kekerasan
Melakukan kampanye anti kekerasan merupakan salah satu cara pencegahan dari
tindak kekerasan. Dilakukannya kampanye ini secara terus-menerus bisa mendorong
individu untuk lebih menyadari akibat dari kekerasan secara umum. Melalui
kampanye, setiap masyarakat diajak untuk berperan serta dalam menciptakan
kedamaian dalam kehidupan. Sehingga, setiap individu mampu berkarya
menghasilkan sesuatu untuk kemajuan masyarakat dan diri sendiri.
2. Menyelesaikan Masalah Sosial dengan Bijak
Mengajak masyarakat untuk menyelesaikan masalah sosial dengan bijak merupakan
salah satu bentuk pencegahan tindak kekerasan. Dalam upaya ini, pemerintah
memiliki peran besar karena secara umum apa yang menjadi tindakan pemimpin akan
diikuti oleh bawahannya. Jadi, jika suatu negara menjauhkan segala bentuk kekerasan
dalam menyelesaikan masalah sosial, maka tindakan ini juga akan dilakukan oleh
warganya. Dengan begitu, semua pihak tidak akan menggunakan kekerasan dalam
menyelesaikan masalah yang akhirnya bisa membawa kedamaian dalam kehidupan.
3. Penegakan Hukum secara Adil
Sistem hukum yang kurang tegas akan bisa memengaruhi terjadinya tindak kekerasan
di masyarakat. Hal ini terjadi karena perasaan tidak senang saat keputusan hukum
mudah digantikan dengan kekuatan harta. Rasa tidak senang inilah yang kemudian
mendorong seseorang untuk melakukan tindak kekerasan. Oleh karena itu, penataan
sistem penegakan hukum yang adil dan tegas bisa mengurangi meningkatnya angka
kekerasan.
4. Menciptakan Pemerintahan yang Baik
Kekerasan yang terjadi di masyarakat dapat dipengaruhi karena cara kerja pemerintah
yang kurang memuaskan. Perasaan tidak puas ini mendorong masyarakat melakukan
tindak kekerasan sebagai bentuk protes kepada pemerintah. Maka itu, menciptakan
pemerintahan yang baik menjadi salah satu upaya tepat dalam mengatasi kekerasan.

Anda mungkin juga menyukai