Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH TENTANG

KONFLIK SOSIAL
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:

KELOMPOK 2
1. HAFISUDDIN
2. SRUNI WULANDARI

MATA PELAJARAN : SOSIOLOGI


GURU PEMBIMBING : TIASNI PANGARIBUAN

SMA NEGERI 1 PANYABUNGAN


T.P. 2018 / 2019
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Konflik menjadi fenomena yang paling sering muncul karena konflik selalu
menjadi bagian hidup manusia yang bersosial dan berpolitik serta menjadi
pendorong dalam dinamika dan perubahan sosial-politik (Kornblurn, 2003: 294).
Konflik memiliki dampak positif dan dampak negatif, dampak positif dari
konflik sosial adalah konflik tersebut memfasilitasi tercapainya rekonsiliasi
atas berbagai kepentingan. Kebanyakan konflik tidak berakhir dengan
kemenangan disalah satu pihak dan kekalahan dipihak lainnya.
Konflik yang terjadi di Indonesia, ada juga yang dapat diselesaikan
dengan baik hingga berdampak baik bagi kemajuan dan perubahan masyarakat, akan
tetapi ada beberapa konflik justru berdampak negatif hingga mengakibatkan timbulnya
kerusakan, menciptakan ketidakstabilan, ketidakharmonisan, dan ketidakamanan
bahkan sampai mengakibatkan jatuhnya korban jiwa. Dewasa ini konflik seringkali
terjadi di berbagai elemen masyarakat. Hal demikian dikarenakan berbagai latar
belakang kebudayaan dan status sosial ekonomi.

2. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Dampak Konflik Sosial?
2. Apa Hubungan antara konflik sosial dengan kekerasan?
3. Apa upaya untuk mengatasi konflik sosial?
BAB II
PEMBAHASAN

A. DAMPAK KONFLIK SOSIAL


Setiap Konflik yang terjadi dalam masyarakat akan membawa dampak, baik
secara langsung maupun tidak langsung, dampak positif maupun negatif.
1. Dampak secara langsung
Dampak ini dirasakan oleh pihak-pihak yang terlibat langsung antara lain sebagai
berikut
a. Menimbulkan keretakan hubungan antarindividu atau kelompok dengan
individu atau kelompok lainnya.
b. Adanya perubahan kepribadian seseorang, seperti selalu muncul rasa curiga,
rasa benci dan akhirnya dapat berubah menjadi tindak kekerasan
c. Hancurnya hara benda dan korban jiwa, jika konflik tersebut berubah menjadi
tindak kekerasan
d. Kemiskinan bertambah akibat tidak kondusifnya keamanan

2. Dampat Tidak Langsung


Dampak tidak langsung merupakan dampak yang dirasakan oleh pihak-
pihak yang tidak terlibat langsung dalam sebuah konflik ataupun dampak jangka
panjang suatu konflik yang tidak secara langsung dirasakan oleh pihak-pihak yang
berkonflik.
3. Dampak Positif Adanya Konflik
Sebuah konflik juga memiliki sisi positif. Adapun sisi positif sebuah
konflik antara lain sebagas berikut.
a. Meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok.
b. Munculnya pribadi-pribadi yang kuat dan tahan uji menghadapi berbagai situasi
konflik.
c. Membantu menghidupkan kembali norma-norma lama dan menciptakan
norma-norma baru.
d. Munculnya kompromi baru apabita pihak yang berkonflik dalam kekuatan
seimbang.
e. Konflik dapat memperjelas berbagai aspek kehidupan yang masih belum tuntas.
f. konflik dapat mengurangi rasa ketergantungan terhadap individu atau
kelompok.

4. Dampak Negatif Adanya Konflik


Adapun dampak negatif yang ditimbulkan oleh konflik adalah sebagai
berikut.
a. Konflik dapat menimbulkan keretakan hubungan antara individu dan
kelompok.
b. Konflik menyebabkan rusaknya berbagai harta benda dan jatuhnya korban jiwa.
c. Konflik menyebabkan adanya perubahan kepribadian.
d. Konflik menyebabkan dominasi kelompok pemenang.

B. Hubungan Antara Konflik Sosial dengan Kekerasan


1. Pengertian Kekerasan
Masyarakat selalu diupayakan agar konflik yang terjadi tidak berakhir
dengan kekerasan. Oleh karena itu, diperlukan adanya. suatu prasyarat, sebagai
berikut.
a. Setiap kelompok yang terlibat dalam konflik harus menyadari akan adanya
situasi konflik di antara mereka.
b. Pengendalian konflik-konflik tersebut hanya mungkin dapat dilakukan apabila
berbagai kekuatan sosial yang saling bertentangan terorganisir dengan jelas.
c. Setiap kelompok yang terlibat dalam konflik harus mematuhi aturan-aturan
permainan tertentu yang telah disepakati bersama. Aturan tersebut akan
menjamin keberlangsungan hidup kelompok-kelompok yang bertikai tersebut.
Apabila prasyarat di atas tidak dipenuhi oleh pihak-pihak yang terlibat
konflik, maka besar kemungkinan konflik akan berubah menjadi kekerasan. Secara
umum, kekerasan dapat didefinisikan sebaai perbuatan seseorang atau sekelompok
orang yang menyebabkan cedera atau hilangnya nyawa seseorang atau dapat
rnenyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain. Sementara itu, secara
sosiologis, kekerasan dapat terjadi di saat individu atau kelompok yang melakukan
interaksi sosial mengabaikan norma dan nilai-nilai sosial yang berlaku di
masyarakat dalam mencapai tujuan masing-masing. Dengan diabaikannya norma
dan nilai sosial yang, maka akan terjadi tindakan-tindakan tidak rasional yang
dapat menimbulkan kerugian di pihak lain, namun dapat menguntungkan diri
sendiri.
Menurut Soerjono Soekanto, kekerasan (violence) diartikan sebagai
kekuatan fisik secara paksa terhadap orang atau benda. Kekerasan sosial adalah
kekerasan yangdilakukan terhadap orang dan barang karena orang dan barang
tersebut termasuk dalam kategori sosial tertentu.

2. Bentuk-bentuk Kekerasan
Dalam kehidupan nyata di masyarakat, kita dapat menjumpai berbagai
tindak kekerasan yang dilakukan oleh anggota masyarakat yang lain terhadap
anggota masyarakat yang lain. Misalnya penganiayaan, intimidasi, pemukulan,
fitnah, dan lain-lain. Dari berbagai bentuk kekerasan tersebut sebenarnya dapat
digolongkan kedalam dua bentuk, yaitu kekerasan langsung dan kekerasan tidak
langsung.
a. Kekerasan langsung (direct violence) adalah suatu bentuk kekerasan yang
dilakukan secara langsung terhadap pihak-pihak yang ingin dicederai atau
dilukai
b. Kekerasan tidak langsung (indirect violence) adalah suatu bentuk kekerasan
yang dilakukan sseorarng terhadap orang lain. Bentuk kekerasan ini cenderung
ada pada tindakan-tindakan, seperti mengekang, meniadakan atau mengurangi
hak-hak seseorang, mengintimidasi, memfitnah, dan perbuatan-perbuatan
lainnya. Misalnya teror bom yang dilakukan oleh para teroris untuk
mengintimidasi pemerintah supaya lebih waspada akan bahaya yang dilakukan
oleh pihak asing terhadap negara kita.
Sehubungan dengan tindak kekerasan yang telah dilakukan oleh anggota
masyarakat yang satu terhadap anggota masyarakat yang lain, pada dasarnya di
dalam diri manusia terdapat dua jenis agresi (upaya bertahan), yaitu sebagai
berikut.
a. Desakan untuk melawan yang telah terprogram secara filogenetik sewaktu
kepentingan hayatinya terancam. Hal ini dimaksudkan untuk mempertahankan
hidup individu yang bersifat adaptif biologis dan hanya muncul apabila ada niat
jahat. Misalnya si A melakukan pencurian karena danya desakan kebutuhan
ekonomi, seperti makan.
b. Agersi jahat melawan kekejaman, kekerasan dan kedestruktifan ini merupakan
ciri manusia, dimana agresi tidak terprogram secara filogenetik dan tidak
bersifat adaptif biologis, tidak memiliki tujuan, serta muncul begitu saja karena
dorongan nafsu belaka. Misalnya aksi kerusuhan yang dilakukan oleh para
suporter sepak bola.

3. Teori-Teori Kekerasan
Menurut Thomas Santoso (2002), teori kekerasan dapat dikelompokkan ke dalam
tiga kelompok besar, yaitu sebagai berikut.
a. Teori kekerasan sebagai tindakan aktor (individu) atau kelompok
Para ahli teori kekerasan kolektif ini berpendapat bahwa manusia
melakukan kekerasan karena adanya faktor bawaan, seperti kelainan genetik
atau fisiologis. Wujud Kekerasan yang dilakukan oleh individu dapat berupa
pemukulan penganiayaan ataupun kekerasan verbal berupa kata-kata kasar yang
merendahkan martabat seseorang. Kekerasan kolektif merupakan kekerasan
yang dilakukan oleh beberapa orang atau sekelompok orang.

b. Teori kekerasan struktural


Menurut teori ini kekerasan struktural bukan berasal dari orang tertentu,
melainkan terbentuk daIam suatu sistem sosial. Para ahli teori ini memandang
kekerasan tidak hanya dilakukan oleh aktor (individu) atau kelompok semata,
tetapi juga dipengaruhi oleh suatu struktur, seperti aparatur negara.

c. Teori kekerasan sebagai kaitan antara aktor dan struktur


Menurut pendapat para ahli teori ini, konflik merupakan sesuatu yang telah
ditentukan sehingga bersifat endemik bagi kehidupan masyarakat.

4. Sebab-Sebab Terjadinya Kekerasan


Menurut Thomas Hobbes (1839), kekerasan merupakan sesuatu yang
alamiah dalam manusia. Dia percaya bahwa manusia adalah mahluk yang dikuasai
oleh dorongan-dorongan irasional, anarkis, saling iri, serta benci, sehingga menjadi
jahat, buas, kasar, dan berpikir pendek. Hobbes mengatakan bahwa manusia adalah
serigala bagi manusia lain. Oleh karena itu, kekerasan adalah sifat alami rnanusia
dalam ketatanegaraan, sikap kekerasan digunakan untuk menjadikan warga takut
dan tunduk kepada pemerintah. Bahkan Hobbes bahwa hanya suatu pemerintahan
negara yang rnenggunakan kekerasan terpusat dan merniliki kekuatanlah yang
dapat mengendalikan situasi dan kondisi bangsa.
Pada dasamya manusia itu polos, mencintai diri secara spontan, serta tidak
egois. Peradaban serta kebudayaanlah yang menjadikan manusia kehilangan sifat
aslinya. Manusia menjadi kasar dan kejam terhadap orang lain. Dengan kata lain,
kekerasan yang dilakukan bukan merupakan sifat murni manusia.
Kekerasan terjadi karena kondisi yang mengharuskan seseorang melakukan
tindak kekerasan. Hal inilah yang melandasi sebagian besar terjadinya kekerasan di
lndonesia. Seperti adanya penyalahgunaan wewenang dan kedudukan oleh para
pejabat negara yang tentunya merugikan kehidupan rakyat, lemahnya sistem
hukum yang dimiliki Indonesia, dan lain-lain.

5. Upaya Pencegahan Tindak Kekerasan


Berbagai upaya dilakukan untuk mencegah semakin memudayanya tindak
kekerasan. Upaya-upaya tersebut (Arif Rohman: 2005) antara lain sebagai berikut.
a. Kampanye anti kekerasan
Dilakukannya kampanye anti kekerasan secara terus menerus mendorong
individu untuk lebih menyadari akan akibat dari kekerasan secara global.
Melalui kampanye setiap masyarakat diajak untuk berperan serta dalam
menciptakan suatu kedamaian. Dengan kedamaian individu mampu berkarya
menghasilkan sesuatu kemajuan. Dengan kata lain kekerasan mendatangkan
kemunduran dan penderitaan sedangkan tanpa kekerasan membentuk kemajuan
bangsa.

b. Mengajak masyarakat untuk menyelesaikan masalah sosial dengan cara


bijak
Dalam upaya ini pernerintah mempunyai andil dan peran besar. Secara
umum, apa yang menjadi tindakan pemimpin, akan ditiru dan diteladani oleh
bawahannya. Jika suatu negara menjauhkan segala kekerasan dalam
menyelesaikan suatu masalah sosial, maka tindakan mi akan diikuti oleh
segenap warganya
c. Penegakan hukum secara adil dan bersih
Sistem hukum yang tidak tegas mampu mempengaruhi munculnya tindak
kekerasan. HaI ini dikarenakan perasaan tidak puas saat keputusan hukum
mudah digantikan dengan kekuatan harta. Oleh karena itu, penataan sistem
penegakan hukum yang adil dan tegas mampu mengurangi meningkatnya
angka kekerasan yang terjadi.
d. Menciptakan pemerintahan yang baik
Sebagian besar kekerasan yang terjadi di Indonesia dikarenakan kerja
pemerintah yang kurang memuaskan. Perasaan tidak puas mendorong
masyarakat melakukan tindak kekerasan sebagai wujud protes. O1eh karena itu,
menciptakan pemerintahan yang baik salah satu upaya tepat dan utama
mengatasi kekerasan. Upaya ini dilakukan dengan cara mnyusun strategi dan
kebijakan yang dirasa adil bagi rakyat, sehingga rakyat dapat memenuhi setiap
kebutuhan hidupnya tanpa ada perasaan tidak adil.

C. Upaya mengatasi konflik sosial


1. Pengendalian Secara Umum
Secara umum, terdapat beberapa cara dalam upaya mengendalikan atau
meredakan sebuah konflik, sebagai berikut.
a. Konsiliasi (conliliation)
Konsiliasi merupakan bentuk pengendalian konflik sosial yang dilakukan
oleh lembaga-lembaga tertentu yang dapat memberikan keputusan dengan adil.
Dalam konsiliasi berbagai kelompok yang berkonflik duduk bersama
mendiskusikan hal-hal yang menjadi pokok permasalahan. Contoh bentuk
pengendalian konflik seperti ini adalah melalui lembaga perwakilan rakyat.
b. Arbitrasi (arbitration)
Arbitrasi merupakan bentuk pengendalian konflik sosial melalui pihak
ketiga dan kedua belah pihak yang berkonflik menyetujuinya. Keputusan-
keputusan yang diambil pihak ketiga harus dipatuhi oleh pihak-pihak yang
berkonflik.
c. Mediasi (mediation)
Mediasi merupakan bentuk pengendalian konflik sosial di mana pihak-
pihak yang berkonflik sepakat menunjuk pihak ketiga sebagai mediator.
d. Adjudication
Adjudication merupakan cara penyelesaian konflik melalui pengadilan yang
tetap dan adil. Pada bentuk ini, telah terjadi konflik yang terjadi antara dua
belah pihak, kemudian pihak tersebut memilih untuk menyelesaikan konfliknya
di pengadilan.
e. Segregasi (segregation)
Upaya saling menghindar atau memisahkan diri untuk mengurangi
ketegangan.
f. Stalemate
Konflik yang berhenti dengan sendirinya karena kekuatan yang seimbang.
g. Kompromi (compromise)
Kedua belah pihak yang bertentangan berusaha mencari penyelesaian
dengan mengurangi tuntutan. Contohnya perjanjian antarnegara tentang batas
wilayah perairan.
h. Coercion
Penyelesaian konflik dengan paksaan. Hal ini terjadi disebabkan salah satu
pihak berada dalam keadaan yang lemah dibandingkan dengan pihak lawan.
i. Konversi
Salah satu pihak mengalah dan mau menerima pendirian pihak lain.
j. Gencatan senjata
Penghentian konflik untuk sementara waktu yang biasanya dalam bentuk
peperangan untuk menyembuhkan korban.

2. Pengendalian Menggunakan Manajemen Konflik


Di samping cara-cara di atas, gaya pendekatan seseorang atau kelompok
dalam menghadapi situasi konflik dapat dilaksanakan sesuai dengan tekanan relatif
atas apa yang dinamakan cooperativeness dan assertiveness. Cooperativiness
adalah keinginan untuk memenuhi kebutuhan dan minat individu atau
kelompoknya lain, sedangkan assertivenes merupakan keinginan untuk memenuhi
kebutuhan dan minat individu atau kelompok sendiri. Ada lima gaya menejemen
konflik berkaitan dengan adanya tekanan relatif di antara keinginan untuk menuju
ke arah cooperativeness atau assertiveness sesuai dengan intensitasnya, yaitu
sebagai berikut.
a. Tindakan menghindari
Bersikap tidak kooperatif dan tidak assertif, menarik diri dari situasi yang
berkembang atau bersikap netral dalam segala macam cuaca.
b. Kompetisi atau komando otoritatif
Bersikap tidak kooperatif, tetapi asertif, bekerja dengan cara menentang
keinginan pihak lain, berjuang untuk mendominasi dalam situasi menang atau
kalah dan memaksakan segala sesuatu agar sesuai dengan kesimpulan tertentu
dengan menggunakan kekuasaan yang ada.
c. Akomodasi atau meratakan
Besikap kooperatif, tetapi tidak asertif, membiarkan keinginan pihak lain
menonjol, meratakan perbedaan-perbedaan guna mempertahankan harmoni
yang diusahakan secara buatan.
d. Kompromis
Bersikap cukup kooperatif dan juga asertif dalam intensitas yang cukup.
Bekerja menuju kearah pemuasan pihak-pihak yang berkepentingan,
mengupayakan tawar-menawar untuk mencapai pemecahan yang dapat
diterima kedua belah pihak meskipun tidak sampai tingkat optimal
e. Kolaborasi (kerja sama)
Bersikap kooperatif maupun asertif, berusaha untuk mencapai kepuasaan
bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan jalan bekerja melalui perbedaan-
perbedaan yang ada, mencari dan memecahkan masalah hingga setiap individu
atau kelompok mencapai keuntungan masing-masing sesuai dengan
harapannya.

3. Hasil Manajemen Konflik


Dan gaya manajemen konflik tersebut kemungkinan hasil yang didapat
sebagai berikut.
a. Konflik kalah-kalah
Konflik kalah-kalah terjadi apabila tak seorangpun diantara pihak yang
terlibat mencapai tujuan yang sebenarnya dan alasan atau faktor-faktor
penyebab konflik tidak mengalami perubahan.
Sikap menghindari merupakan sebuah bentuk ekstrim tidak ada perhatian.
Seseorang bersikap seakan-akan konflik tidak ada dan mereka hanya berharap
bahwa konflik tersebut akan terselesaikan dengan sendirinya.
Kompromis akan terjadi apabila dibuat akomodasi sedemikian rupa,
sehingga masing-masing pihak yang berkonflik mengorbankan hal tertentu
yang dianggap mereka sebagai hal yang bernilai. Akibatnya, tidak ada satu
pihakpun yang mencapai keinginan mereka dengan sepenuhnya dan
menciptakan kondisi-kondisi anteseden untuk konflik-konflik yang mungkin
akan muncul pada masa yang akan datang.

b. Konflik menang-kalah
Pada konflik menang-kalah, salah satu pihak mencapai apa yaang
diinginkannya dengan mengorbankan keinginan pihak lain. Persaingan, dimana
orang mencapai kemenangan melalui kekuatan, keterampilan yang superior,
atau karena unsur dominasi. Ia juga dapat merupakan hasil dan komando
otoratif, ketika seorang otoriter mendikte sebuah pemecahan, kemudian
dispesifikasikan apa yang akan dicapai, apa yang akan dikorbankan, dan oleh
siapa. Jika figur otoritas tersebut merupakan pihak aktif di dalam konflik yang
berlangsung, maka dapat diperkirakan siapa yang akan menjadi pemenang dan
siapa yang akan kalah. Strategi-strategi menang-kalah juga tidak memecahkan
sebab pokok terjadi konflik, kemungkinan pada lain waktu konflik-konflik akan
muncul lagi.
c. Konflik menang-menang
Konflik menang-menang dilaksanakan dengan jalan menguntungkan semua
pihak yang terlibat dalam konflik yang terjadi. Hal tersebut dapat dicapai jika
dilakukan konfrontasi persoalan-persoalan yang ada dan digunakan cara
pemecahan masalah untuk mengatasi perbedaan-perbedaan pendapat dan
pandangan.
Kondisi menang-menang meniadakan alasan-alasan untuk melanjutkan atau
menimbulkan kembali konflik yang ada karena tiada hal yang dihindari ataupun
ditekankan.
Pemecahan masalah dan kerja sama dapat dikatakan sebagai pendekatan
yang paling berhasil dan paling baik dalam usaha menejemen konflik. Akan
tetapi, bukan berarti pemecahan yang lain tidak memiliki nilai potensial dalam
pengelolaan suatu konflik. Namun juga terdapat konflik yang tidak dapat
dikelola dengan kolaborasi. Untuk hal-hal demikian dapat dipakai prinsip
“minus mallun” (terbaik di antara yang kurang baik).
4. Perdamaan Melalui Kekuatan
Konsep perdamaian melalui kekuatan mendukung penggunaan cara apapun
yang diperlukan. Pendekatan mi melahirkan model kekerasan kriminal dan
mengandalkan pencegahan melalui intimidasi untuk mengurangi perilaku
kekerasan dan mendukung pengembangan teknologi. Tindakan tersebut dijalankan
oleh negara, polisi atau militer, dan sistem pengadilan kriminal, tetapi pada tingkat
yang ekstrim, jika negara dirasa tidak efektif, maka kelompok-kelompok yang
peduli akan turut campur tangan.

5. Pola Kontrol Hukum


Pendekatan mi menekankan pada negosiasi dan perjanjian pengendalian
senjata di lingkungan internasional, penegakan hukum secara efektif yang
digabungkan dengan program sosial untuk menghadapi para pelanggar hukum di
tingkat lokal, serta kerangka hukum untuk melindungi hak asasi manusia. Inti
pendekatan ini adalah satu-satunya jalan untuk rnenghentikan kekerasan dengan
mempertahankan aturan hukum.

6. Keamanan Bersama dan Konflik Tanpa Kekerasan


Adapun asumsi mendasar pendekatan ini antara lain sebagai berikut.
a. Tidak ada manusia yang akan aman sampai setiap orang merasa aman.
b. Kekuatan diperlukan untuk mempertahankan perdamaian.
c. Penyelesaian masalah dengan cara kekerasan hanya akan menghasilkan
kepuasan sementara.
d. Kekerasan struktur bisa menjadi destruktif seperti bentuk kekerasan lain.
e. Konflik tidak harus menjadi suatu kemenangan bagi salah satu pihak dan
kekalahan pada pihak lain.
f. Perjuangan tanpa kekerasan secara moral dan strategi lebih bernilai dan
perjuangan dengan kekerasan.
Secara singkat, pendekatan keamanan bersama menghendaki adanya
permulaan kembali semua pendekatan mendasar terhadap hubungan manusia
dan tingkat keluarga sampai pada sistem dunia.
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Kesimpulan Menurut Hafisuddin
Semua lapisan masyarakat di dunia pernah mengalami konflik. Secara teortis konflik
sosial sebenarnya membawa manfaat yang baik bagi masyarakat hanya saja cara dan
jalannya kebanyakan mengarah ke dampak negative. Sehingga di masyarakat banyak
terjadi kerusuhan di mana-mana. Konflik sosial juga membawa dampak positif walaupun
pada kenyataannya yang terjadi dimasyarakat kebanyakan dampak negatif.

Kesimpulan Menurut Sruni Wulandari


Konflik Sosial adalah Pertentangan antar anggota atau antar kelompok dalam
masyarakat yang sifatnya menyeluruh, yang di sebabkan oleh adanya beberapa perbedaan.
Diantaranya, Individu, Pola Budaya, Status Sosial, Kepentingan dan Terjadinya perubahan
sosial.

2. Saran
Sebaiknya kita sebagai bangsa dan negara yang beragama dan juga bernegara hukum,
seharusnya kita berusaha menghindari adanya konflik sosial di antara masyarakat, agar
Negara kita ini bisa menjadi Negara yang penuh dengan kedamaian, kerukunan dan bebas
dari segala jenis konflik dan pertentangan.
DAFTAR PUSTAKA

Tim Masmedia Buana Pustaka. “Sosiologi Untuk SMA/MA Kelas XI”. Sidoarjo.
Masmedia Buana Pustaka, 2014.
http://hanslakomesem.blogspot.co.id/2015/02/terjadinya-konflik-sosial-dalam.html
http://tugasgalau.blogspot.co.id/2015/11/makalah-tentang-konflik-sosial.html
https://adeandiwijanarko.wordpress.com/2015/08/24/makalah-ips-konflik-sosial/
KATA PENGANTAR

Pertama-tama perkenankanlah kami selaku penyusun makalah ini mengucapkan


puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga kami dapat menyusun makalah ini
dengan judul “Konflik Sosial”.
Ucapan terima kasih dan puji syukur kami sampaikan kepada Allah dan semua
pihak yang telah membantu kelancaran, memberikan masukan serta ide-ide untuk
menyusun makalah ini.
Kami selaku penyusun telah berusaha sebaik mungkin untuk menyempurnakan
makalah ini, namun tidak mustahil apabila terdapat kekurangan maupun kesalahan. Oleh
karena itu kami memohon saran serta komentar yang dapat kami jadikan motivasi untuk
menyempurnakan pedoman dimasa yang akan datang.

Panyabungan, 2018
Penyusun,

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang .................................................................................... 1
2. Rumusan Masalah ............................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Dampak Konflik Sosial ....................................................................... 2
1. Dampak Secara Langsung .............................................................. 2
2. Dampak Tidak Langsung................................................................ 2
3. Dampak Positif Adanya Konflik .................................................... 2
4. Dampak Negatif Adanya Konflik ................................................... 3

B. Hubungan Antara Konflik Sosial dengan Kekerasan .......................... 3


1. Pengertian Kekerasan ..................................................................... 3
2. Bentuk-Bentuk Kekerasan .............................................................. 4
3. Teori-Teori Kekerasan .................................................................... 5
4. Sebab-Sebab Terjadinya Kekerasan ............................................... 5
5. Upaya Pencegahan Tindak Kekerasan ........................................... 6

C. Upaya mengatasi konflik sosial........................................................... 7


1. Pengendalian Secara Umum.......................................................... 7
2. Pengendalian Menggunakan Manajemen Konflik ........................ 8
3. Hasil Manajemen Konflik ............................................................. 9

BAB III PENUTUP


1. Kesimpulan.......................................................................................... 12
2. Saran .................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 13

ii

Anda mungkin juga menyukai