Anda di halaman 1dari 17

GEOGRAFI DESA KOTA

“CIRI FISIK DAN SOSIAL KOTA”

Penulis:

Musoib Ahmad (1713034032)

Mata Kuliah : Geografi Desa Kota

Dosen : Dra. Nani Suwarni, M.Si.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
CIRI FISIK DAN CIRI SOSIAL KOTA

CIRI FISIK KOTA


menurut Bintarto dalam bukunya Pengantar Geografi Kota, maka beberapa ciri
fisis dapat ditunjukan sebagai berikut.
 Tempat-tempat untuk pasar dan pertokoan.
Pasar selalu merupakan titik api atau fokus point dari sesuatu kota. Pada
waktu dulu pasar merupakan daerah yang terbuka, dimana paraa petani dan para
pengrajin membawa barang-barangnya dan melaksanakan perdagangan secara
barter atau tukar barang dengan barang. Kemajuan dibidang transportasi dan
digunakannya siistem uang, maka sisitem barter ini menjadi sistem jual-beli.
Perkembangan selanjutnya dibidang industri telah membawa perubahan yang
besar untuk pasar ini. Sifat pasar berubah dari daerah terbuka menjadi gedung-
gedung pusat perdagangan yang sedikit banyak tertutup, yang menjualbelikan
hasil bumi dan hasil-hasil industri.

Kota-kota menjadi pusat perdagangan, lebih-lebih dengan adanya pertambahan


penduudk. Di dalam cara pembayaran pembelian secara bear-besaran, maka
transaksi keuangan dilakukan melalui bank, transaksi pengiriman barang melalui
perusahaan-perusahaan pengangkutan. Tempat-tempat penyimpanan barang-
barang dagangan dan barang klontong harus disimpan di gudang-gudang atau di
toko-toko besar. Dengan demikian, terjadilah pusat-pusat pertokoan yang sibuk
dikunjingi oleh pembeli. Pusat-pusat ini kemudian dikenal dengan istilah
“shopping centers”.
Menurut Arthur B. Gallion dan Simon Eisner (1963), shopping centers ini dari
segi pelayanan dapat digolongkan menjadi tiga kategori umum:
a. Neighborhood centers yang melayani penduduk kota antara 7.500 sampai
20.000 orang.
b. Community centers yang melayani 20.000 sampai 100.000 orang.
c. Regional centers yang melayani 100.000 sampai 250.000 orang.

 Tempat-tempat untuk parkir.


Daerah-daerah pusat kegiatan dikota ini dapat hidup karena adanya jalur jalan,
alat pengangkutan sebagai wadah arus penyalur barang dan manusia. kendaraan-
kendaraan pengangkut barang maupun pengangkut orang tidak selalu dalam
keadaan bergerak terus, tetapi berhenti ditempat-tempat tertentu.

Dengan keadaan ini maka dikota timbul daerah atau wilayah parkir sebagai tempat
pemberhentian. Masalah parkir ini telah banyak pula menimbulkan kemacetan
lalaulintas dikota. Oleh karena itu, negara-negara maju tempat-tempat parkir ini
tidak hanya dibuatdalam dua dimensi tetapi juga sudah pula parkir dibawah tanah
atau diatas toko-toko ataupun pasar-pasar.

 Tempat-tempat rekreasi dan olahraga.


Tempat rekreasi dan olahraga dikota penting bagi kebutuhan penduduk kota.
Ruang untuk keperluan rekreasi ini dapat digolongkan menjadi 3 yaitu pertama,
halaman bermain atau “playlot” yang dimanfaatkan oleh anak-anak yang
bersekolah ditaman kanak-kanak. Halam bermain disekitar rumah dan ukuran nya
tidak begitu luas , yaitu antara 100-200 meter persegi. Bila halaman bermain ini
agak jauh letaknya dari komplek perumahan maka luas halaman bermain ini perlu
ditabah menjadi sekitar 300 meter persegi untuk dapat menampung anak-anak dari
berbagai keluarga. halaman bermain ini dilengkapi dengan berbagai permainan

ayunan, putaran dan lapangan hijau untuk berlalari-lari dan sebagainnya. Kedua,
halaman bermain kelompok tetanggaan atau “neighborhood playground” yang
diperuntukan bagi anak-anak umjur 6 sampai 14 tahun. Lapangan ini dapat
menampung lebih banyak anak-anak yang ingin bermain ditempat itu. Lapangan
ini agak jauh letaknya dari kompleks perumahan, kira-kira 500 meter dari rumah.
Ketiga, lapangan bermain atau “play field” yang disediakan untuk para remaja
dan porang-orang dewasa . kompleks ini meliputi lapangan untuk segala
permainan bola, sepak bola, volly, bola tenis dan sebagainya. Lebih baik lagi jika
ditambah kolam renang, lapangan golf dan sebagainnya.

Dilihat dari aspek fisik, maka wilayah kota mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
 Jumlah penduduk relatif besar.
Kota pada umumnya memiliki penduduk yang lebih banyak dibandingkan
dengan penduduk desa. Ditambah dengan banyaknya sarana infrastruktur hingga
tersedianya lapangan pekerjaan sehingga menjadi daya tarik untuk bekerja atau
bahkan bertempat tinggal dikota.
 Proporsi bangunan permanen lebih besar di tempat itu dari pada di
wilayah-wilayah sekitarnya.
Ciri fisik yang paling mudah untuk mengetahui bahwa wilayah tersebut
merupakan kota adalah terdapat bangunan permanen , gedung- gedung yang
berukuran kecil hingga gedung pencakar langit dengan jumlah yang relatif
banyak selain itu juga kerapatan bangunan yang relatif lebih tinggi dari wilayah
disekitarnya.
(a) (b)
Dari gambar diatas dapat dilihat dua gambar diatas merupakan sebuah wilayah
kota walaupun nampak perbedaan diantara keduanya yang (a) kota dengan
bangunan permanen berupa gedung-gedung kecil hingga sedang, sedangkan
yang (b) merupakan kota dengan bangunan pencakar langit dengan jumlah
yang realtif lebih banyak.

 Terdapat sarana perekonomian seperti pasar atau supermarket.


Hal yang menjadi salah satu ciri fisik suatu wilayah dapat dikatakan kota salah
satunya adalah adanya sarana perekonomian. Misalnya saja supermarket, banyak
penduduk kota yang berbelanja kebutuhan seperti sayur-sayuran, buah-buahan
bahkan sampai perlengkapan rumah tangga pun terdapat di satu tempat. Bahkan
tidak hanya sekedar bebelanja tetapi juga melepas penat ketika seharian bekerja
atau dengan kata lain rekreasi sekaligus jalan-jalan menghabiskan waktu luang.

Sarana perekonomian yang terdapat di kota difungsikan sebagai pusat


perdagangan dan perbelanjaan. Sebagai pusat perdagangan yang berarti hasil dari
bidang agraris desa dibawa ke kota untuk dijual. Sedangkan pusat perbelanjaan
seperti mall digunakan untuk belanja orang – orang kota.
Terdapat gedung-gedung pemerintahan. Kota berfungsi sebagai pusat
pemerintahan. Terdapat beberapa gedung – gedung besar yang berfungsi
sebagai gedung pemerintahan. Jumlah gedung pemerintahan di kota terletak
secara terpusat yang biasanya dekat dengan alun–alun kota.

Kawasan pusat pemerintahan adalah kawasan tempat berlangsungnya


kegiatan politik dan administratif, serta kegiatan lain yang berkaitan
dengan segala hal mengenai politik dan pemerintahan di suatu daerah.
Kawasan pemerintahan juga dapat berfungsi sebagai kawasan pusat kota
yang kuat dan konsisten. Kawasan pusat pemerintahan tersebut selain
berfungsi sebagai pusat dari struktur ruang kota (the core, center), dapat
juga dipahami sebagai pusat kegiatan dari suatu kota (the downtown).
Kawasan pemerintahan juga berfungsi sebagai sarana dalam pengelolaan
sumber daya daerah dan penyediaan sumber penghidupan bagi penduduk
yang ada di bagian wilayahnya. Perancangan kawasan pemerintahan dapat
dilihat dari dua sisi, yaitu dari sisi yang dilayani (masyarakat) dan dari sisi
yang melayani (pemerintah).

 Alun–alun Pusat Kota.


Alun – alun berfungsi sebagai pusat tempat hiburan di kota. Alun – alun
adalah tempat yang ramai dan merupakan sebuah pusat di kota. Di dalam alun –
alun terdapat sekerumunan orang yang bersantai, jalan – jalan, berdagang, atau
sekedar melepas penat dari rutinitas hidup sehari – hari.
Alun-alun adalah salah satu dari sekian banyak contoh yang pasti dimiliki oleh
sebuah kota sebagai suatu ruang terbuka publik. Seringkali, keberadaan alun-alun
di sebuah kota telah dijadikan sebagai identitas maupun ikon dari kota tersebut.
Karena pada dasarnya fungsi dari alun-alun sendiri adalah sebagai tempat yang
digunakan manusia dalam melaksanakan aktivitasnya, baik itu aktivitas yang
berkaitan dengan kepentingan pemerintah, pendidikan maupun sebagai
kepentingan hiburan.

 Tempat parkir yang memadai.


Salah satu ciri dari kota secara fisik adalah ketersediaan tempat parkir. Seperti
yang kita ketahui bahwa masyarakat kota memiliki mobilitas yang sangat tinggi
sehingga membutuhkan lahan yang kosong untuk tempat parkir kendaraannya,
baik yang horizontal maupun yang vertikal.

karena ketersediaan lahan dikota menjadikan lahan parkir menjadi sempit maka
dari kebanyakan lahan parkir dikota menjadi parkir horizontal memanfaatkan
bangunan yang ada.

 Adanya sarana olahraga atau gelangang olahraga.


Penduduk desa jarang melakukan olahraga karena pekerjaan sehari – hari
mereka banyak kaitannya menggunakan fisik. Sedangkan penduduk kota
pekerjaannya relatif lebih santai. Jadi tidak heran kalau warga di kota memerlukan
olahraga agar tetap menjaga kebugaran tubuh. Gelanggang olahraga biasanya
merupakan pusat olahraga yang didalamnya terdapat lengkap semua jenis
olahraga.

ciri fisik kota selanjutnya adalah sarana olahraga. Hampir disetiap kota di
indonesia maupun di dunia memiliki sarana olahraga atau gelangang olahraga.
biasanya banyak penduduk kota yang memanfaatkan salah satu fasilitas ini baik
diakhir pekan ataupun dihari-hari biasa, seperti joging, bermain bola, berenang,
dan lain sebagainya.

 Terdapat sarana dan prasarana yang memadai.


Selain terdapat bagunan permanen yang megah dikota juga didukung oleh
sarana dan prasarana yang memadai agar lebih memudahkan aktivitas peduduk
kota. Contohnya sarana pendidikan, kesehatan, pelayanan umum, dan lain
sebagainya.
Selain itu juga kota memiliki berbagai macam pilihan sarana transportasi umum
mulai dari angktan umum hingga pesawat terbang. Sehingga memudahkan
mobilitas penduduk kota yang dikenal cukup tinggi.

CIRI SOSIAL KOTA


Sedangkan menurut Bintarto dalam bukunya Pengantar Geografi Kota, maka
beberapa ciri sosial kota dapat ditunjukan sebagai berikut.
 Pelapisan Sosial Ekonomi
Perbedaan tingkat pendidikan dan status sosial dapat menimbulkan suatu
keadaan yang heterogen. Heterogenitas tersebut dapat berlanjut dan memacu
adanya persaingan, lebih-lebih jika penduduk di kota semakin bertambah banyak
dan dengan adanya sekolah-sekolah yang beraneka ragam terjadilah berbagai
spesialisasi di bidang keterampilan ataupun di bidang jenis mata pencaharian.
 Individualisme
Perbedaan status sosial-ekonomi maupun kultural dapat menimbulkan sifat
“individualisme”. Sifat kegotongroyongan yang murni sudah sangat jarang dapat
dijumpai di kota. Pergaulan tatap muka secara langsung dan dalam ukuran waktu
yang lama sudah jarang terjadi, karena komunikasi lewat telepon sudah menjadi
alat penghubung yang bukan lagi merupakan suatu kemewahan. Selain itu karena
tingkat pendidikan warga kota sudah cukup tinggi, maka segala persoalan
diusahakan diselesaikan secara perorangan atau pribadi, tanpa meminta
pertimbangan keluarga lain.
 Toleransi Sosial
Kesibukan masing-masing warga kota dalam tempo yang cukup tinggi dapat
mengurangi perhatiannya kepada sesamanya. Apabila ini berlebihan maka mereka
mampu akan mempunyai sifat acuh tak acuh atau kurang mempunyai toleransi
sosial. Di kota masalah ini dapat diatasi dengan adanya lembaga atau yayasan
yang berkecimpung dalam bidang kemasyarakatan.
 Jarak Sosial
Kepadatan penduduk di kota-kota memang pada umumnya dapat dikatakan
cukup tinggi. Biasanya sudah melebihi 10.000 orang/km2. Jadi, secara fisik di
jalan, di pasar, di toko, di bioskop dan di tempat yang lain warga kota berdekatan
tetapi dari segi sosial berjauhan, karena perbedaan kebutuhan dan kepentingan.
 Pelapisan Sosial
Perbedaan status, kepentingan dan situasi kondisi kehidupan kota mempunyai
pengaruh terhadap sistem penilaian yang berbeda mengenai gejala-gejala yang
timbul di kota. Penilaian dapat didasarkan pada latar belakang ekonomi,
pendidikan dan filsafat. Perubahan dan variasi dapat terjadi, karena tidak ada kota
yang sama persis struktur dan keadaannya.
Adapun ciri sosial kota lainnya adalah sebagai berikut.
 Heterogonetas Kehidupan Keagamaan
Di Masyarakat Perkotaan Masyarakat perkotaan merupakan masyarakat yang
heterogen. Masyarakat kota terdiri dari berbagai kumpulan orang yang memiliki
latar belakang yang berbeda sehingga membentuk suatu komunnitas yang
kompleks. Dalam bidang keagamaan masyarakat perkotaan diberikan kebebesan
untuk memeluk ajaran agama yang djpercayai oleh keyakinan masing-masing.
Dalam hal ini juga pemermtah Indonesia memberikan kebebasan kepada
masyarakat untuk memuluk agama berdasarkan keyakinan masing-masing.
Seperti yang tercantum dalam pasal 29 ayat 2 UUD 1945 yang berbunyi:
“Setiap warga negera diberi kebebasan untuk memeluk agama dan kepercayaan
sesuai dengan keyakinan masing-masing”. Hal inilah yang menjadio dasar
berkembangnya kehidupan keagamaan yang heterogen dalam kehidupan
masyarakat perkotaan. Ajaran yang dianut oleh masyarakat di perkotaan terdiri
dari berbagai ajaran agama, antara lain : 1. Agama Islam 2. Agama Kristen
Protestan 3. Agama Kristen Katolik 4. Agama Hindu 5. Agama Budha
Selain ujaran agama, adapula aliran kepercayaan yang dianut oleh masyarakat
perkotaan, antara lain ajaran Konghucu yang dianut sebagian besar oleh
masyarakat Tionghoa atau keturunan. Antara kelima agama dan ajaran
kepercayaan tersebut hidup secara berdampingan dalam kehidupan masyarakat
perkotaan. Ajaran agama yang mayoritas dipeluk oleh masyarakat diperkotaan
adalah agama Islam. Bagi pemeluk agama Islam didirikan tempat ibadah berupa
mesjid dan mushola. Tempat ibadah ini berdiri dengan jumlah yang paling banyak
dibandingkan dengan tempat ibadah agama lainnya. Tempat-tempat ibadah ini
tersebar di seluruh tempat yang berada dilingkungan perkotaan. Tempat ibadah ini
digunakan oleh masyarakat untuk segala kegiatan keagamaan, seperti tempat
belajar mengajar, melakukan sholat bersama setiap hari jum’at atau pada hari-hari
raya/besar Islam. Tempat ibadah ini juga digunakan untuk sholat 5 (lima) waktu
oleh siapa saja yang meiakukan shalat tersebut. Di perkotaan, dalam ajaran
melaksanakan ajaran agama Islam terdapat berbagai aliran yang berkembang
antara lain : Muhammadiyah, Persis dan Nahdatul Ulama. Aliran agama Islam ini
tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat di perkotaan. Mereka
saling berdampingan, walaupun dalam beberapa hal terjadi perbedaan.
Adanya perbedaan tingkat sosial ekonomi misalnya perbedaan tingkat
penghasilan, tingkat pendidikan, dan jenis pekerjaan.
 Adanya perbedaan tingkat sosial ekonomi misalnya perbedaan tingkat
penghasilan, tingkat pendidikan, dan jenis pekerjaan.
Tingkat sosial ekonomi individu yang satu dengan individu yang lain sudah
jelas akan berbeda jika jenis pekerjaannya berbeda. Contoh nyata adalah gaji
seorang PNS (Pegawai Negeri Sipil) dan kuli bangunan sudah pasti berbeda.
Pandangan umum terkait dengan hubungan antara tingkat pendidikan dan jenis
pekerjaan adalah orang dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan memiliki jenis
pekerjaan yang lebih baik daripada orang dengan tingkat pendidikan yang rendah.
Penjelasan singkatnya, seorang lulusan SMP atau SD tidak mungkin menjadi
kepala dinas sebuah kantor pemerintahan atau dosen pada sebuah Universitas.
Namun, kondisi seperti ini tidak akan berpengaruh pada industri kreatif seperti
pada bidang seni ataupun dunia perdagangan.
Singkatnya, seorang pemain musik atau artis tidak harus seorang lulusan
perguruan tinggi karena tingkat kreatifitan dan kemampuan pada bidangnya yang
menentukan keberhasilannya. Tingkat keberhasilan inilah yang kemudian menjadi
penentu tingkat sosial ekonominya.
 Adanya profesi yang beragam, yang tentunya berdasarkan keahlian
masing-masing diantaranya seperti buruh pabrik, pegawai negeri sipil,
karyawan swasta, penulis, motivator, dan lain-lain.
Ciri kedua ini adalah hal yang menunjukkan perbedaan yang sangat jelas
antara desa dan kota. Di desa, jenis pekerjaan yang ada tidak akan variatif seperti
yang ditawarkan di kota. Hal ini juga menjadi daya tarik bagi masyarakat yang
tinggal di desa untuk pindah ke kota. Kita biasa mengenalnya dengan istilah
“merantau”. Keragaman profesi yang tersedia di kota secara otomatis akan
menyediakan banyak kesempatan kerja bagi orang-orang yang memiliki mimpi
untuk bisa sukses.
 Adanya jarak sosial dan kurangnya toleransi sosial diantara warganya.
Jarak sosial yang dimaksud pada poin ini adalah kesenjangan taraf hidup yang
terjadi pada masyarakat perkotaan. Budaya gotong royong yang dimiliki bangsa
Indonesia akan lebih mudah ditemui di desa daripada di kota. Bukan berarti tidak
ada budaya gotong royong di kota, hanya saja jarang ditemui. Banyak orang yang
berkata “kehidupan di kota sangat keras”. Maksudnya adalah kota menjadi tempat
dimana orang cenderung bersaing antara yang satu dengan yang lain dalam segala
bidang kehidupan sehingga masyarakat kota akan lebih mementingkan dirinya
sendiri tanpa harus peduli dengan orang lain disekitarnya. Kebanyakan
masyarakat yang tinggal di kota akan lebih mementingkan untung-rugi daripada
harus berguna bagi orang lain dalam melakukan suatu hal. Hal inilah yang
menjadikan tiap individu yang ada di tinggal di kota kurang memiliki toleransi
sosial antar sesama dan cenderung egois, mementingkan diri sendiri.
 Adanya keragaman suku yang mendiami sebuah kota, semuanya
berkumpul untuk mencapai tujuan yang beragam, seperti bekerja, sekolah,
mencari penghidupan baru, dan beragam tujuan lainnya.
Tiap orang dari berbagai suku yang datang di kota ini dengan tujuan yang
berbeda-beda juga. Ada yang datang ke kota dengan tujuan dan alasan yang
beragam. Ada yang datang ke kota dengan tujuan untuk sekolah, dengan alasan
bahwa kualitas pendidikan yang ditawarkan di kota lebih baik daripada yang ada
di desa. Ada juga yang datang dengan tujuan bekerja, dengan alasan bahwa
lapangan pekerjaan yang ada di kota lebih banyak daripada di desa. Berbagai
macam orang datang dan mendiami sebuah kota memiliki tujuan dan alasan yang
juga berbeda-beda. Hal ini menyebabkan masyarakat kota terdiri dari berbagai
macam suku yang lebih beragam daripada masyarakat desa.
 Adanya penilaian yang berbeda-beda terhadap suatu masalah dengan
pertimbangan perbedaan kepentingan, situasi, dan kondisi kehidupan.
Masyarakat kota adalah masyarakat dengan pemikiran yang lebih logis.
Pertimbangan dalam mengambil sebuah keputusan didasarkan pada penting atau
tidak, untung atau rugi. Situasi dan kondisi kehidupan merupakan pertimbangan
utama dalam menilai suatu masalah. Masalah yang tidak berpengaruh pada
kehidupannya tidak akan ditanggapi dengan serius.
Pada poin sebelumnya telah dijelaskan bahwa masyarakat kota memiliki tujuan
dan alasan yang beragam. Hal ini menjadikan keputusan tiap individu dalam
menilai sebuah masalah akan dilihat berdasarkan kepentingannya masing-masing.
Ini adalah salah satu tindakan yang mencerminkan segoisme kehidupan
masyarakat kota.
 Warga kota umumnya sangat menghargai waktu.
Pemikiran yang logis dari warga kota menjadikan mereka sebagai individu
yang tidak akan membuang waktu mereka untuk melakukan hal yang tidak
penting. Mereka menjadi orang yang disiplin dalam bertindak. Tiap tindakan yang
diambil akan menjadi upaya terkait dengan peningkatan taraf hidupnya. Itulah
yang menyebabkan warga kota pada umumnya sangat menghargai waktu. Ada
ungkapan lama yang mengatakan “time is money” (waktu adalah uang). Ini
mungkin ungkapan yang cocok menggambarkan kehidupan warga kota yang
bertindak berdasarkan tindakan yang logis.
 Cara berpikir dan bertindak warga kota tampak lebih rasional dan
berprinsip ekonomi.
Pada poin-poin yang sebelumnya telah dijelaskan bahwa warga kota memiliki
pemikiran yang logis. Rasionalitas yang didasarkan pada peningkatan taraf hidup
ini menjadikan warga kota menggunakan prinsip ekonomi dalam berpikir dan
bertindak. Uang memang bukanlah segalanya, namun kehidupan kota yang keras
akan menuntut warganya untuk berpikir tentang pemenuhan kebutuhannya yang
didasarkan pada kepentingan. Individu yang logis di kota memilki pandangan
bahwa manusia tidak bisa memenuhi kebutuhannya jika tidak memiliki uang. Ini
adalah pemikiran yang wajar mengingat segala pergerakan di kota memiliki tariff.
Salah satu contohnya adalah untuk buang hajat saja ada tarifnya, ada tarif yang
dikenakan pada wc atau toilet umum.
 Masyarakat kota lebih mudah menyesuaikan diri terhadap perubahan sosial
disebabkan adanya keterbukaan terhadap pengaruh luar.
Keberagaman suku yang ada dalam masyarakat kota menyebabkan budaya
kota menjadi heterogen. Dengan keberagaman suku ini menyebabkan kehidupan
kota lebih fleksibel. Artinya bahwa kehidupan masyarakat kota tidak terikat pada
satu budaya saja sehingga masyarakat kota dapat menerima pengaruh luar. Hanya
pemikiran logis yang digunakan untuk menyaring pengaruh luar ini hingga
kemudian dapat diputuskan yang mana yang bisa diikuti dan yang mana yang
tidak layak untuk diikuti.
 Pada umumnya masyarakat kota lebih bersifat individu sedangkan sifat
solidaritas dan gotong-royong sudah mulai tidak terasa lagi.
Budaya gotong royong yang kental terasa di desa akan sangat jarang
ditemukan di kota. Persaingan dalam meningkatkan taraf hidup menyebabkan
kehidupan masyarakat lebih bersifat individu dan cenderung tidak peduli dengan
individu yang lain.
Sementara itu, kondisi sosial masyarakat kota dapat tergambar dari sifat yang
menonjol yang biasa mereka lakukan dalam kehidupan sehari – hari mereka,
sebagai berikut:
 Sikap Kehidupan
Sikap hidupnya cenderung pada individuisme atau egoisme, yaitu masing-
masing anggota masyarakat berusaha sendiri-sendiri tanpa terikat oleh anggota
masyarakat lainnya, menggambarkan corak hubungan yang terbatas, dimana
setiap individu mempunyai otonomi jiwa atau kemerdekaan pribadi.
Sikap hidup masyarakat kota pada umumnya mempunyai taraf hidup yang lebih
tinggi daripada masyarakat desa. Akibatnya timbullah sikap pembatasan diri
didalam pergaulan masyarakat dan akhirnya timbullah sikap individualisme atau
egoisme. Masing-masing berusaha sekuat tenaga untuk mencapai tujuannya.
Segala sesuatu yang akan dilakukan dijalankan tanpa mempertimbangkan
masyarakat sekitarnya, sepanjang sehat menurut rasio selama tidak melanggar
hukum. Didalam pergaulan hidup di kota jika dilihat dari sudut pandang sosiologi
maka sifat kerukunan yang lama (paguyuban) telah bertukar dengan organisasi
kepentingan yang tegas, yang mengutamakan alsan-alasan ekonomi tehnis.
(Mansyur: 107-109)
 Tingkah Laku
Tingkah laku masyarakat kota pada umumnya bergerak maju, mempunyai
sifat kreatif, radikal, dan dinamis. Dari segi budaya masyarakat kota umumnya
mempunyai tingkatan budaya yang lebih tinggi, karena kreativitas dan dinamika
kehidupan kota lebih lekas menerima yang baru atau membuang sesuatu yang
lama, lebih lekas mengadakan reaksi, lebih cepat menerima mode-mode dan
kebiasaan-kebiasaan baru. Didalam masyarakat kota mengingat banyaknya
fasilitas-fasilitas yang tersedia, memungkinkan anggota masyarakat kota
meningkatkan pengetahuan mereka dalam berbagai bidang.
Derajat kehidupan masyarakat kota terdiri dari bermacam-macam tingkatan, yaitu
dari tingkat tertinggi sampai dengan tingkat rendah, sehingga timbullah golongan
masyarakat atau kelompok-kelompok kecil yang mempunyai corak sendiri-sendiri
sesuai dengan warna hidup kepribadian anggota-anggotanya.
Sebagai akibat dari konsekwensi kemajuan peradaban kota didorong pula oleh
sikap atau naluri untuk meniru dan meniru dan menyesuaikan diri dengan
lingkungan masyarakat sekitanya, maka terciptalah sesuatu masyarakat yang
bercorak radikal dinamis.
 Perwatakan
Perwatakan masyarakat kota cenderung pada sifat matrealistis. Akibat dari
sikap hidup yang egoisme dan pandangan hidup yang radikal dan dinamis
menyebabkan masyarakat kota lemah dalam sistem religi, yang mana
menimbulkan efek-efek negatif yang berbentuk tindakan moral, indisipliner,
kurang memperhatikan tanggung jawab sosial. Fikiran dan aktivitasnya terlalu
disibukkan oleh hal-hal yang menjurus kepada usaha duniawian. Namun demikian
bukan berarti bahwa masyarakat kota telah meninggalkan kewajiban-kewajiban
keagamaan, atau mungkin lebih tepat kita katakana bahwa masyarakat kota
umumnya didalam menghayati keagamaan kurang serius. Kesemuaannya ini
menyebabkan orang-orang mengutamakan dengan segala usaha untuk
mengumpulkan harta benda guna memperkaya diri sendiri. Pada mulanya hal ini
disebabkan oleh rasa kekhawatiran kelangsungan hidup pribadi atau keluarganya
untuk masa-masa mendatang karena sulitnya mencari nafkah di kota.
DAFTAR PUSTAKA

Bintaro, R. 1989. Interaksi Desa – Kota dan Permasalahannya. Jakarta: Ghalia


Indonesia
Hadi, Sabari, Yunus, 2001.Struktur Tata Ruang Kota. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Mansyur, Cholil. Sosiologi Masyarakat Kota dan Desa. Surabaya: Usaha
Nasional.
Daldjoeni, N.,1987.Geografi Desa – Kota. Bandung: Alumni.
Daldjoeni. 1992. Seluk Beluk Masyarakat Kota: Pusparagam Sosiologi Kota dan
Ekologi Sosial. Bandung : Alumni
Fergiono, nico. 2014. kondisi fisik, sosial dan budaya masyarakat kota.
https://nicofergiyono.blogspot.com/2014/06/kondisi-fisik-sosial-dan-budaya.html.
Diakses 1 April 2019. Pukul 10:49 WIB.
Langkah Kaq. 2009 .Ciri Sosial Kehidupan Masyarakat Kota.
https://bcahtimpeh7.wordpress.com/2009/08/27/ciri-sosial-kehidupan-masyarakat-
kota/.html. Diakses 1 April 2019. Pukul 10:51 WIB.
Google image (sumber gambar).

Anda mungkin juga menyukai