DI KOTA JAMBI
M1C11031
BAB 1
PENDAHULUAN
Permasalahan kemacetan lalu lintas saat ini bukan hanya menjadi persoalan bagi
kota-kota besar di Indonesia yang notabene memiliki kompleksitas yang tinggi. Di
Kota Jambi yang merupakan ibu kota dari Propinsi Jambi, kemacetan lalu lintas
mulai menjadi momok tersendiri. Dimana kemacetan lalu lintas yang terjadi sangat
menghambat masyarakat dalam melakukan aktivitasnya.
Kota yang baik dapat ditandai antara lain dengan melihat kondisi transportasinya.
Sektor transportasi harus mampu memberikan kemudahan bagi seluruh masyarakat
dalam segala kegiatannya di semua lokasi yang berbeda dan tersebar dengan
karakteristik fisik yang berbeda pula. Dengan kata lain, setiap wilayah kota harus
dapat dijangkau oleh sistem pelayanan angkutan umum yang ada, untuk itu
kebutuhan transportasi harus seimbang dengan penyediaan prasarana dan didukung
oleh sistem jaringan jalan dengan tingkat pelayanan yang memadai.
Kota Jambi sebagai simpul jasa distribusi, memiliki peranan yang penting dalam
memacu perkembangan ekonomi, sedangkan pertumbuhan ekonomi yang cepat
akan mengakibatkan perubahan aktifitas kota yang berdampak pada struktur dan
karakteristik serta pola penggunaan lahan kota kemudian diikuti oleh
pengembangan kota.
Masalah transportasi di Kota Jambi mungkin secara umum sama dengan masalah
transportasi di kota kota besar lainnya. Dapat dirasakan, dalam beberapa tahun
terakhir peningkatan volume kendaraan cukup tinggi. Hampir di semua
persimpangan di kota Jambi akan selalu mengalami kemacetan, terlebih pada jam
masuk atau keluar kantor. Tentunya masalah ini haruslah mendapatkan perhatian
yang cukup serius agar diperoleh solusinya.
1.3 Tujuan
Dengan melihat latar belakang dan permasalan di atas, maka maksud dari kajian
ini adalah:
1. Menganalisis derajat kejenuhan/tingkat kemacetan yang terjadi pada ruas jalan
Kolonel Abunjani di Kota Jambi.
2. Mengidentifikasi penyebab tundaan di jalan Kolonel Abunjani.
3. Mengetahui bagaimana cara memperbesar kapasitas di ruas jalan Kolonel
Abunjani agar volume kendaraan yang melintas dapat ditampung.
1.4 Manfaat
Karya Ilmiah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat dan pemerintah
Kota Jambi dalam mengurangi derajat kejenuhan ruas jalan Kota Jambi khususnya
di Jalan Kolonel Abunjani.
1.5 Batasan Masalah
Kajian tentang analisis kapasitas jalan ini dilakukan dengan batasan-batasan kajian
sebagai berikut :
1. Wilayah studi meliputi ruas jalan Kolonel Abunjani sepanjang 600 meter
dari Bundaran Tugu Juang hingga Simpang Tiga Sipin.
2. Perhitungan dalam penelitian ini menggunakan metode Manual Kapasitas
Jalan Indonesia 1997.
3.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Lalu-lintas tergantung kepada kapasitas jalan dan banyaknya lalu-lintas yang ingin
bergerak. Jika kapasitas jalan tidak dapat menampung, lalu-lintas yang ada akan
terhambat dan mengalir sesuai dengan kapasitas jaringan jalan maksimum
(Sinulingga, 1999). Di dalam istilah perlalu-lintasan dikenal Lalu-Lintas Harian
(LHR) atau ADT (Average Dayly Traffic) yaitu jumlah kendaraan yang lewat
secara rata-rata sehari (24 jam) pada suatu ruas tertentu. Volume lalu-lintas ini
bervariasi besarnya, tidak tetap, tergantung waktu, variasi dalam sehari, seminggu,
sebulan dan setahun.
Di dalam satu hari biasanya terdapat dua waktu jam sibuk, yaitu pagi dan sore hari.
Tapi terdapat juga jalan-jalan yang mempunyai variasi volume lalu-lintas agak
merata. Suatu ciri lalu-lintas pada suatu lokasi belum tentu sama dengan lokasi lain
di dalam sebuah kota ataupun kota lain. Kapasitas jaringan jalan adalah jumlah
maksimum kendaraan yang dapat melewati jalan tersebut dalam periode satu jam
tanpa menimbulkan kepadatan lalu lintas yang menyebabkan hambatan waktu,
bahaya atau mengurangi kebebasan pengemudi menjalankan kendaraannya
(Suwardjoko,1985).
Kapasitas jalan juga tergantung kepada jumlah lajur. Apabila suatu jalan dilebarkan
dari 2 lajur menjadi 4 lajur maka kapasitasnya bukan hanya meningkat menjadi 2
kali tetapi menjadi 4 kalinya. Dengan kata lain, kapasitas lajur dalam sistem jalur
banyak akan menjadi 2 kali kapasitas lajur dalam jalur ganda.
Berdasarkan hal ini, kemacetan jika ditinjau dari tingkat pelayanan jalan, terjadi
pada saat LOS (level of services) < C (capacity). Jika LOS < C , kondisi arus lalu-
lintas mulai tidak stabil, kecepatan kendaraan menurun relatif cepat akibat
hambatan yang timbul dan kebebasan bergerak relatif kecil. Jika LOS sudah
mencapai titik tertentu, aliran lalu-lintas menjadi tidak stabil sehingga terjadilah
tundaan berat, yang disebut dengan kemacetan lalu-lintas (Tamin dan Nahdalina,
1998).
Jika batas aliran lalu lintas yang ada dilampaui, maka rata-rata kecepatan lalu lintas
akan turun. Pada saat kecepatan mulai turun maka waktu untuk melakukan
perjalanan akan meningkat (Everall, 1968 dalam Stubs, 1980). Sebagai Ibu Kota
Provinsi Jambi, perekonomian dan pembangunan berbagai bidang di Kota Jambi
telah bertumbuh dengan pesat. Seiring dengan hal tersebut kebutuhan transportasi
juga mengalami peningkatan yang pesat. Terlihat dari meningkatnya volume lalu
lintas baik sebagai akibat bertambahnya kendaraan maupun meningkatnya
frekuensi perjalanan masyarakat.
Peningkatan volume lalu lintas ini ternyata tidak mampu diimbangi oleh
peningkatan kapasitas jalan. Dalam lima tahun terakhir pertumbuhan kendaraan
roda dua di Kota Jambi mencapai 28,68 persen pertahun dan roda empat mencapai
26,42 persen. Sebaliknya panjang jalan dalam periode tersebut tidak mengalami
pertambahan. Kondisi ini menyebabkan pada arus puncak terlihat tingginya tingkat
kemacetan pada ruas-ruas jalan utama di Kota Jambi. Berbagai kebijakan dapat
dilakukan Pemerintah Kota Jambi dalam pengurangan kemacetan tersebut,
misalnya pengaturan lalu lintas, penambahan kapasitas jalan, penerapan biaya
kemacetan pada pengguna lalu lintas dan lainnya. Meskipun demikian, agar
kebijakan tersebut dapat berjalan efektif dan tepat sasaran diperlukan informasi dan
kajian tentang derajat kejenuhan (tingkat kemacetan).
BAB 3
METODE PENELITIAN
Jalan utama yang disurvei adalah Jalan Kolonel Abunjani Kota Jambi. Panjang
jalan yang disurvei adalah 600 meter mulai dari Bundaran Tugu Juang sampai ke
Simpang Tiga Sipin. Jalan yang disurvei merupakan jalan dengan tipe jalan dua
lajur tak terbagi (2/2 UD).
1. Survei Geometrik Jalan yang meliputi pengukuran lebar jalan, lebar trotoar,
layout parkir, serta data lain tentang ruas jalan. Pengukuran menggunakan
meteran.
2. Survei arus lalu lintas yang dilakukan pencatatan jumlah kendaraan yang
terklasifikasi.
B 0,60 < Q/C < 0,70 Arus stabil, kecepatan sedikit terbatas,
pengemudi masih dapat bebas dalam
memilih kecepatannya
C 0,70 < Q/C < 0,80 Arus stabil, kecepatan dapat dikontrol
D 0,80 < Q/C < 0,90 Arus mulai tidak stabil, kecepatan
rendah dan berbeda-beda, volume
mendekati kapasitas
E 0,90 < Q/C < 1 Arus tidak stabil, kecepatan rendah dan
berbeda-beda, volume mendekati
kapasitas
Keterangan:
a. smp (satuan mobil penumpang) : arus dari berbagai tipe kendaraan diubah
menjadi kendaraan ringan dengan menggunakan emp.
b. emp (ekivalensi mobil penumpang): faktor konversi berbagai jenis
kendaraan dibandingkan dengan mobil penumpang atau kendaraan ringan
lainnya (untuk mobil penumpang dan kendaraan ringan lainnya, emp = 1,0).
c. Kendaraan ringan (LV): Kendaraan bermotor dua as beroda 4 dengan jarak
as 2,0 - 3,0 m .
d. Kendaraan berat (HV): Kendaraan bermotor dengan jarak as lebih dari 3,50
m, biasanya beroda lebih dari 4.
e. Sepeda Motor (MC): Kendaraan bermotor beroda dua atau tiga .
Penentuan emp untuk kendaraan berat (HV) dan sepeda motor (MC) sebagai
berikut:
dimana :
Tabel 3.3.4 Penyesuaian kapasitas untuk pengaruh lebar jalur lalu lintas (FCw).
Tabel 3.3.7 Penyesuaian kapasitas untuk ukuran kota (FCcs) pada jalan perkotaan.
Instrumen atau alat yang digunakan dalam proses pengumpulan data adalah alat
tulis dan tabel survei kendaraan.
BAB 4
PEMBAHASAN
Rincian kondisi geometrik jalan yang disurvei 600 meter mulai dari Bundaran
Tugu Juang sampai ke Simpang Tiga Sipin sebagai berikut:.
Tabel 4.1.1 Kondisi Geometrik Ruas Jalan Kolonel Abunjani Kota Jambi.
1. Lajur A merupakan jalur lalu lintas dari arah Tugu Juang ke Lampu lalulintas
Simpang Tiga Sipin.
2. Lajur B merupakan jalur lalu lintas dari arah lampu lalu lintas Simpang Tiga Sipin
ke Bundaran Tugu Juang.
Sepanjang jalan yang disurvei memiliki kondisi perkerasan yang baik dengan
permukaan yang rata. Dari sisi tipe jalan, jalan yang disurvei memiliki dua tipe
jalan yaitu jalan dua lajur tidak terbagi (2/2 UD) dan dua lajur terbagi (2/2 D).
Lebar jalan efektif per lajur adalah 4 meter. Terdapat bahu pada kedua jalur dengan
lebar bahu masing-masing 1 meter.
Moda angkutan yang melalui Jalan Kolonel Abujani dapat dikelompokkan atas tiga
kelompok yaitu kendaraan ringan, kendaraan berat, sepeda motor. Berdasarkan
hasil survei tersebut didapatkan volume lalu lintas berikut:
Tabel 4.2.1 Volume Lalu Lintas Pada Ruas Jalan Kolonel Abunjani Kota Jambi.
Waktu Kendaraan Kendaraan Sepeda Motor
Berat (HV) Ringan (LV) (MC)
Lajur A Lajur B Lajur A Lajur B Lajur A Lajur B
06.00-07.00 3 4 567 534 985 754
07.00-08.00 5 3 884 789 2158 1979
08.00-09.00 5 5 890 932 2645 2465
09.00-10.00 4 3 964 875 1853 2124
10.00-11.00 5 5 645 756 1650 2042
11.00-12.00 3 4 670 881 1764 1789
12.00-13.00 3 4 876 743 1362 1568
13.00-14.00 5 3 964 856 1563 1644
14.00-15.00 4 6 932 906 1875 1623
15.00-16.00 4 3 1086 1024 2425 2159
16.00-17.00 6 4 1165 1173 2606 2392
17.00-18.00 4 3 1065 1128 2065 1983
Total 51 46 10708 10597 22951 22522
Selama survei terdapat 36444 unit kendaraan pada lajur A dan 35065 unit
kendaraan pada lajur B yang melalui jalan ini dalam 12 jam. Sebagian besar
diantaranya adalah sepeda motor, diikuti oleh jenis kendaraan ringan. Jenis
kendaraan yang paling sedikit melalui jalan ini adalah jenis kendaraan berat.
Kondisi arus lalu lintas menurut jenis kendaraan ini relatif sama baik pada jalur A
maupun jalur B.
Kapasitas dasar/ideal jalan (Co) didasarkan pada jenis jalan. Jenis jalan Kolonel
Abunjani adalah jenis jalan empat lajur terbagi (2/2 UD). Berdasarkan MKJI (1997)
untuk jenis jalan ini, kapasitas dasar per lajur adalah 2900 smp/jam (satuan mobil
penumpang per jam). Lebar efektif perlajur pada Jalan Kolonel Abunjani adalah 4
meter. Berdasarkan hal tersebut, faktor penyesuaian lebar jalan (FCw) adalah 1,14.
Faktor penyesuaian hambatan samping dihitung berdasarkan dampak aktifitas
samping segmen jalan terhadap kinerja lalu-lintas, seperti pejalan kaki, kendaraan
umum/ kendaraan lain berhenti , kendaraan masuk/keluar sisi jalan dan kendaraan
lambat. Perhitungan faktor penyesuaiannya diberikan sebagai berikut:
Tabel 4.3.1 Kejadian hambatan samping pada ruas jalan Kolonel Abunjani Kota Jambi.
Dari kedua Lajur tersebut, setelah dikali dengan faktor bobot masing-masing jenis
kejadian, didapatkan frekuensi kejadian terbobot sebesar 1207,7. Jumlah frekuensi
kejadian terkategori sebagai kelas hambatan samping sangat tinggi. Dengan kata
lain, aktifitas-aktifitas samping segmen jalan Kolonel Abunjani sangat
mempengaruhi kelancaran arus lalu lintas pada ruas jalan ini. Mengacu pada MKJI
(1997), faktor penyesuaian hambatan samping (FCsf) dengan kelas hambatan
samping sangat tinggi di ruas jalan dengan lebar bahu = 1 m dan tipe jalan 2/2 UD
adalah sebesar 0,79.
Derajat kejenuhan adalah rasio arus lalu lintas terhadap kapasitas aktual ruas jalan.
Nisbah ini digunakan untuk mengukur kinerja ruas Jalan Kolonel Abunjani. Secara
rinci, perhitungannya diberikan sebagai berikut:
Satuan Mobil
Jenis Kendaraan Jumlah kendaraan Ekuivalensi Penumpang (SMP)
lajur A lajur B Mobil lajur A lajur B
Penumpang
(EMP)
Kendaraan Berat (rata-rata) 4 4 1,2 5 5
Kendaraan ringan (rata-rata) 892 883 1 892 883
Sepeda Motor (rata-rata) 1913 1877 0,25 478 469
Jumlah per lajur 1375 1357
Total kedua lajur 2732
Kapasitas aktual lalu lintas per lajur 1175 1175
Derajat Kejenuhan per lajur 1,17 1,15
Kategori derajat kejenuhan per lajur F F
Rata-rata derajat kejenuhan pada kedua lajur 1,16
Kategori derajat kejenuhan rata-rata kedua lajur F
Analisis Lasmer, 2007
Keterangan:
Kategori F = arus terhambat, kecepatan rendah, volume di atas kapasitas, sering terjadi
kemacetan pada waktu yang cukup lama
Tabel 4.5.1 Perhitungan Kapasitas Ruas Jalan Kolonel Abunjani Kota Jambi.
Kapasitas ruas jalan Kolonel Abunjani bertambah dari 1175 menjadi 1428 bila
hambatan samping di sekitar jalan Kolonel Abunjani dikurangi. Dengan kapasitas
bertambah maka volume kendaraan yang dapat ditampung ruas jalan Kolonel
Abunjani juga akan bertambah.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Damarsari, R., Junaidi, J., & Yulmardi, Y. (2015). Kinerja Pembangunan Daerah
Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi. Jurnal Perspektif Pembiayaan dan
Pembangunan Daerah, 2(3), 161-172.
Quinet, E. (1994). The Social Costs of Transport: Evaluation and Links with
Internalisation Policies. In Internalising the Social Costs of Transport. Paris,
OECD-European Conference of Ministers of Transport (ECMT). pp. 31-75.
Stubs, P.C., Tyson W.J., dan Dalvi, M.Q. (1980). Transport Economics. London,
George Allen and Unwin (Publisher) Ltd.
Sugiyanto, G., Malkhamah, S., Munawar, A., dan Sutomo, H. 2011. Model Biaya
Kemacetan Bagi Pengguna Mobil Pribadi di Kawasan Malioboro Yogyakarta.
Dinamika Teknik Sipil. Vol.11 No.1 Jan. 2011. Hal. 81-86
World Bank. (1993). Marginal Health Cost (MHC) Indonesia: Energy and the
Environtment.