Anda di halaman 1dari 24

Laporan Pendahuluan Evaluasi Kelayakan TPA Sampah

Heuleut

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sampah

sebagai

hasil

samping

dari

berbagai

aktifitas/kegiatan dalam kehidupan maniusia maupun sebagai hasil


dari suatu proses alamiah, yang sering menimbulkan permasalahan
serius diberbagai perkotaan di dunia. Permasalahan sampah di
berbagai perkotaan tidak saja mengancam aspek keindahan dan
kebersihan kota tersebut, namun lebih jauh akan memberikan
dampak negative bagi kelestarian lingkungan dan kesehatan
masyarakat apabila tidak ditangani secara baik.
Pada suatu perubahan pembangunan suatu kota tentu akan
menimbulkan dampak bagi kota tersebut. Dengan bertambahnya
populasi penduduk kota maka, sudah tentu akan menghasilkan
produk-produk sampah yang memang harus dihadapi oleh kota
tersebut. Oleh sebab itu maka, produk sampah yang dihasilkan oleh
masyarakat mestinya harus ditangani dengan baik agar tidak
menimbulkan masalah diatas masalah.
Untuk mengatasi masalah produk sampah sudah tentu
dibutuhkan TPS (Tempat Pembuangan Sampah) sementara dan
selanjutnya

akan

diangkut

dan

dibuang

ke

TPA

(Tempat

Pembuangan Akhir) sampah. Yang biasa dan yang akan menjadi


masalah dalam pembuangan sampah ke TPA adalah tempat TPA
yang kurang baik yang biasa dilakukan di berbagai kota yaitu
dengan metode open dumping dan sea dumping sudah tidak layak
lagi, karena akhir dari pembuangan samapah ke TPA akan
menghasilkan

masalah

dan

bukan

menyelesaikan

masalah.

Sehingga diperlukan TPA yang layak dan dapat dipergunakan


diseluruh kota.
Lokasi Tempat Pembuangan Akhir sampah yang telah ada
terletak

Desa

Heuleut

Kecamatan

Kadipaten,

Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Majalengka

Kabupaten

Laporan Pendahuluan Evaluasi Kelayakan TPA Sampah

Heuleut

Majalengka.
Dumping.

TPA tersebut masih menggunakan metode Open


Jarak antara TPA sampah dengan daerah pelayanan

sekitar 12 km,
Wilayah Kabupaten Majalengka terdiri dari 26 Kecamatan
dengan jumlah penduduk keseluruhan 1.166.465 orang yang terdiri
dari 572.898 laki-laki dan 583.518 perempuan dari 388.068 KK.
Dari jumlah KK tersebut yang sudah memiliki rumah sebanyak
346.032 KK, sahingga ada 42.036 KK atau 10,83 % KK belum
memiliki rumah, dengan volume sampah yang dihasilkan di kota
Majalengka mencapai 358.822 m3 /bulan
Sampah di kota Majalengka terdiri dari sampah pemukiman,
sampah pasar,sampah pertokoan, sampah fasilitas umum, sampah
pendidikan dan sampah sapuan jalan.
pengelolaan

kebersihan

kota

Secara instansional,

dilaksanakan

oleh

OPD

Badan

Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten.


TPA sampah di kota Majalengka menggunakan metode open
dumping,

dimana

sampah

hanya

dibuang

tanpa

dilakukan

penutupan dengan tanah atau tanpa diolah lebih lanjut. Hal ini bila
dibiarkan begitu saja, maka akan menimbulkan gangguan terhadap
lingkungan.

Gangguan

berkembangnya

tersebut

berbagai

faktor

antara

lain,

penyakit,

sebagai

tempat

menimbulkan

bau,

kotoran dan dapat mencemari air sekitarnya. Oleh karena itu cara
ini

belum

memenuhi

syarat

TPA,

sehingga

harus

dilakukan

perubahan TPA yang sementar adalah Open Dumping ke TPA yang


lebih baik lagi yaitu dengan metode Sanitary Landfill agar proses
pengolahannya akan yang lebih baik dan terkontrol.
1.2. Rumusan Masalah
Dengan melihat latar belakang masalah, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut :

Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Majalengka

Laporan Pendahuluan Evaluasi Kelayakan TPA Sampah

Heuleut

1. Kelayakan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah Heuleut


Kecamatan Kadipaten Kabupaten Majalengka.
2. Sarana yang dipakai di TPA sampah yang memenuhi
persyaratan teknis operasional pengolahan sampah.
3. Metode pengolahan sampah yang tepat di TPA Sampah
Heuleut
1.3. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah yang diambil adalah:
1. Studi yang dilakukan yaitu mengenai kelayakan teknis
operasional Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah.
2. Menghitung laju pertumbuhan penduduk dan kapasitas
sampah untuk kelayakan TPA dengan memproyeksi 5 10
tahun.
3. Kapasitas TPA sampah
4. Skema TPA dengan metode Controll Landfill.
1.4. Keaslian Penelitian
Penelusuran terhadap berbagai pustaka menunjukan bahwa
sudah banyak penelitian tentang Studi Tempat Pembuangan Akhir
(TPA) sampah, tetapi sampai saat ini belum banyak penelitian
tentang Studi Kelayakan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah.

1.5. Tujuan Penelitian


Pada penelitian ini tujuan yang akan diharapkan adalah ;
1. Mengetahui sistem pengolahan sampah dan sarana yang
mendukung pengelolaan tersebut di Tempat Pembuangan
Akhir (TPA) sampah.
2. Mengetahui pertumbuhan penduduk dan produk sampah
yang di hasilkan.
Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Majalengka

Heuleut

Laporan Pendahuluan Evaluasi Kelayakan TPA Sampah

1.6. Manfaat Penelitian


1. Sebagai tambahan informasi bagi kelayakan TPA sampah
dalam membuat tempat pembuangan akhir sampah.
2. Sebagai informasi bagi pengelolaan dan pengolahan sampah
di Kabupaten Majalengka
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Sampah
Menurut Soedarso (1985) sampah adalah bahan buangan
sebagai akibat aktifitas manusia dan binatang yang merupakan
bahan yang sudah tidak digunakan lagi, sehingga dibuang sebagai
barang yang tidak berguna lagi.
Menurut Soewedo Hadiwiyoto (1983), sampah adalah sisasisa bahan yang mengalami perlakuan-perlakuan, baik karena telah
diambil bagian utamanya, karena pengolahan atau karena sudah
tidak ada manfaatnya lagi. Bila ditinjau dari segi sosial ekonomi
tidak ada harganya dan dari segi lingkungan dapat menyebabkan
pencemaran atau mengganggu kelestarian lingkungan.
Menurut Benny Cholib (1986), sampah merupakan bahan
buangan padat sebagai hasil samping berbagai aktifitas dalam
kehidupan manusia ataupun sebagai hasil dari peristiwa alam.
Menurut Tjokrokusumo (1999), sampah merupakan benda
buangan padat sebagai hasil samping dari kegiatan manusia atau
makhluk hidup lain, menyusul produk dari peristiwa alam.
Djuli Murtadho dan E. Gumbira Said (1987), limbah berarti suatu
bahan yang terbuang atau dibuang dari suatu sumber hasil aktifitas
manusia, maupun proses-proses alam dan tidak atau belum
mempunyai nilai ekonomi yang negatif. Limbah dikatan mempunyai
nilai ekonomi yang negatif karena penanganan untuk membuang
Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Majalengka

Laporan Pendahuluan Evaluasi Kelayakan TPA Sampah

Heuleut

atau membersihkannya memerlukan biaya yang cukup besar,


disamping juga dapat mencemari lingkungan.
2.2. Karakteristik Sampah
Karakteristik sampah adalah sifat-sifat sampah yang meliputi
sifat-sifat

fisis,

Kimia

dan

biologis.

Sifat

fisis

menyangkut

persentase berat dari sayuran, kertas, logam, gelas, tekstil, plastik


dan berbagai bahan-bahan yang tidak mudah terbakar lainnya.
Sifat kimia menyangkut pemeriksaan kimia, PH, kandungan air,
bahan

organik,

karbon,

nitrogen,

phospor.

Sifat

biologis

menyangkut kandungan mikroorganisme dalam sampah.


Kalau ditinjau secara fisis adalah sukar untuk merinci sifatsifat sampah, terutama sampah yang berbentuk padatan, hal ini
dikarenakan sampah padatan selalu tidak homogen. Demikian pula
apabila dilakukan peninjauan secara biologis, sedemikian jauh
masih sedikit atau boleh dikatakan belum ada publikasi tentang
sifat-sifat biologis sampah. Sedangkan hasil-hasil penelitian yang
mengungkapkan hasil kimiawi sampah juga masih sedikit. Untuk
sampah

padatan

sifatnya

sangat

berfariasi

tergantung

dari

komponen-komponen sampah, misalnya sampah kota di negara


berkembang berbeda dengan sampah kota di negara maju.
Di negara berkembang, persentase tertinggi komponen
sampah

adalah

sampah

sisa

makanan

dan

daun-daunan,

sedangkan di negara maju persentasetertinggi adalah sampah


kertas. Kebanyakan sampah adalah heterogen yang terdiri dari sisa
makanan, kertas, plastik, tekstil, karet, kayu, kaca, kaleng dan
logam.
Adapun persentase komponen sampah kota di Indonesia
seperti pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.1 Persentase komponen sampah di Indonesia.
N

Komponen

Persentase

Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Majalengka

Keterangan

Laporan Pendahuluan Evaluasi Kelayakan TPA Sampah

Heuleut

o
1
2
3
4
5
6
7
8
9

(%)
Kertas
41
Limbah bahan makanan
21
Gelas
12
Logam (besi)
10
Plastik
5
Kayu
5
Karet dan Kulir
3
Kain (serat tekstil)
2
Logam
1
Jumlah
100
Jenis-jenis sampah berdasarkan karakteristiknya (Sudarso,
Sumber : Riesal Atmoko, 2000

1985) adalah sebagai berikut :

a. Sisa makanan atau sampah basah (garbage)


Sampah yang termasuk jenis ini adalah sampah basah yang di
hasilkan dalam proses pengolahan makanan. Karakteristik dari
sampah jenis ini adalah dapat membusuk dan dapat terurai
dengan cepat khususnya bila cuaca panas. Sampah jenis ini
biasa dihasilkan dari tempat pemukiman, rumah makan, rumah
sakit, pasar dan sebagainya.
b. Sampah kering (rubbish)
Sampah kering terdiri dari sampah yang dapat terbakar ataupun
yang tidak dapat terbakar, yang dihasilkan oleh rumah tangga,
kantor-kantor, perdagangan dan sebagainya, tidak termasuk
sisa

makanan

dan

benda-benda

yang

sangat

mudah

membusuk.
c. Abu dan residu (ashes)
Merupakan benda yang tertinggal dari pembakaran kayu, arang
dan lain-lain yang dapat terbakar.
d. Sampah dari bangunan
Sampah

akibat

penghancuran

atau

pembanguanan

statu

gedung.
e. Sampah Khusus
Sampah

khusus

dalah

sampah

yang

klasifikasikan.
Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Majalengka

sulit

untuk

di

Laporan Pendahuluan Evaluasi Kelayakan TPA Sampah

Heuleut

f.

Sampah pertanian
Yang dimaksud dengan sampah pertanian hdala sampah dari
tumbuhan/tanaman atau sampah dari binatang di daerah
pertanian.

g. Sampah berbahaya
Sampah yang berasal dari bahan kimia, biologis dan bahan
yang dapat terbakar atau meletus atau yang mengandung
radioaktif. Sampah ini harus mendapat perhatian lebih khusus.
h. Sampah pengolahan air minum / air kotor
Sampah ini berupa lumpur dari perusahaan air minum atau
pengolahan air kotor.
2.3Dampak Sampah Terhadap Lingkungan
Proses

penimbunan

sampah

tidak

terlepas

dari

bahan

cemaran yang ditimbulkan dan harus ditangani secara khusus.


Bahan cemaran yang terjadi biasanya berbentuk cairan dan gas
sebagai hasil dari degradasi sampah, baik secara fisik, kimia
maupun biologis. Dengan adanya mikroba, akan terjadi perusakan
atau penguraian sampah yang dapat mengeluarkan cairan yang
bukan merupakan air murni, tetapi berbagai zat yang terkandung
atau tercampur didalamnya, seperti garam-garam mineral, asam
organik dan logam berat. Selain itu dapat terjadi akibat hujan,
dimana air akan mengalir disela-sela sampah yang pada akhirnya
akan berkumpul pada dasar cemaran. Dan akan mengalir ke
berbagai

tempat

yang

rendah.

Gas yang timbul selama degradasi sampah adalah Karbon dioksida


(CO2), Metana (CH4), Nitrogen (N2), Amoniak (NH3), dan asamasam organik. Gas-gas ini dapat mengganggu manusia tidak saja
karena

baunya,

tetapi

juga

dapat

mengganggu

kesehatan.

(Soewedo, 1983)
Menurut Sudarso (1985), manusia yang hidup di lingkungan
tidak akan terhindar oleh adanya sampah yang ada di lingkungan.
Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Majalengka

Laporan Pendahuluan Evaluasi Kelayakan TPA Sampah

Heuleut

Secara tidak langsung pengaruh sampah terhadap lingkungan akan


berpengaruh pada kehidupan manusia, yaitu :
a. Sampah sebagai faktor penyebab kesehatan.
Dalam hal ini sampah sebagai penyebab timbulnya gangguan
kesehatan, seperti adanya bahan-bahan tertentu yang terdapat
dalam sampah dan menimbulkan kontak secara langsung.
b. Sampah sebagai faktor yang menimbulkan penyakit.
Sampah yang kurang diperhatikan dapat berfungsi sebagai
tempat berkembangnya serangga ataupun binatang mengerat
yang dikenal sebagai faktor penyakit menular.
c. Sampah sebagai penyebab pencemaran lingkungan.
Sampah dapat menimbulkan pencemaran udara, air maupun
tanah yang secara langsung maupun tidak langsung.
Pengaruh sampah terhadap kesehatan lingkungan, menurut
Benny Chotib (1986) adalah :
1. Pengaruh sampah terhadap kesehatan masyarakat
a. Kemungkinan infeksi langsung bagi pekerja maupun
pengangkut sampah.
b. Secara

tidak

terhadap

langsung

kesehatan

dapat

merupakan

masyarakat

ancaman

umum,

karena

berkembangnya bakteri penyakit.


2. Pengaruh sampah terhadap lingkungan.
a.

Estetika
Memberikan kesan buruk yang dapat pula mendatangkan
rasa

khawatir

akan

terganggunya

kesehatan

akibat

sampah yang berserakan.


b. Leachate
Pengotoran terhadap tanah, air permukaan dan air tanah
dari air kotor yang berasal dari sampah atau dari tempat
pembuangan.

Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Majalengka

Laporan Pendahuluan Evaluasi Kelayakan TPA Sampah

Heuleut

Adapun komposisi umum cairan yang berasal dari sampah kota


seperti pada tabel dibawah ini :
Tabel 2.2. Komposisi Umum Cairan Dari Sampah Kota.
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Parameter

Kisaran
6 6,5
890 7.600
730 9.500
240 2.330
64 410
85 / 1.700
28 1.700
6,5 220
96 2.350
84 730
0,3 29
2,4 465

PH
Kekerasan, CaCO3
Alkalinitas, CaCO3
Kalsium
Magnesium
Sodium
Potasium
Ferum (Fe), total

Khlorida
Sulfat
Fosfat
Senyawa Nitrogen
Organik

Satuan
Mg/lt
Mg/lt
Mg/lt
Mg/lt
Mg/lt
Mg/lt
Mg/lt
Mg/lt
Mg/lt
Mg/lt
Mg/lt
Mg/lt

Mg/lt
NH3-N
0,22 480
Mg/lt
BOD
21.700 30.300
c.
Udara
Debu atau bau yang tidak enak dari penimbunan
Sumber
: Soewedo,

sampah

dan

hasil

pembakaran

sampah

yang

tidak

sempurna.
d. Hazardous Waste Bahaya yang ditimbulkannya, baik pada
waktu

pengangkutan

maupun

pada

waktu

pembuangannya.
e. Ancaman Terhadap prasarana lainnya, seperti pengotoran
dan pendangkalan saluran air sungai.
f. Logam berat Dari pembuangan industria, dan dapat
meracuni badan air.
2.4. Penggolongan Sampah
Penggolongan sampah ini didasarkan atas beberapa kriteria,
yaitu didasarkan atas asal, komposisi, bentuk, lokasi, proses
terjadinya, sifat dan jenisnya. Penggolongan sampah sangat
penting untuk mengetahui macam dan sifat sampah sebagai dasar

Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Majalengka

Laporan Pendahuluan Evaluasi Kelayakan TPA Sampah

Heuleut

dalam penanganan dan pemanfaatan sampah. Menurut Soewedo


Hadiwiyoto (1983), ada beberapa macam penggolongan sampah :
1. Penggolongan sampah berdasarkan asalnya
a. Sampah

dari

hasil

kegiatan

rumah

tangga,

termasuk

didalamnya sampah dari asrama, RS, hotel dan kantor.


b. Sampah dari hasil kegiatan industria / pabrik.
c. Sampah dari hasil kegiatan pertanian. Kegiatan ini meliputi
perkebunan, kehutanan, perikanan dan peternakan.
d. Sampah dari hasil kegiatan perdagangan, misalnya sampah
pasar dan sampah toko.
e. Sampah dari hasil kegiatan pembangunan.
f. Sampah dari jalan raya.
2. Penggolongan sampah berdasarkan komposisinya.
a. Sampah yang seragam
Sampah ini berasal dari kegiatan industri dan perkantoran.
Sampah dari kantor sering hanya terdiri dari kertas, karton,
kertas karbon dan lain-lain yang masih dapat digolongkan
dalam golongan sampah yang seragam.
b. Sampah yang tidak seragam (campuran), misalnya sampah
yang berasal dari pasar atau dari tempat-tempat umum.
3.

Penggolongan sampah berdasarkan bentuknya.


a. Sampah berbentuk padat (solid), misalnya daun, kertas,
kaleng, plastik dan sebagainya.
b. Sampah berbentuk cair, misalnya bekas air pencuci, bahan
cairan yang tumpah, limbah industri yang berbentuk dan lainlain.
c. Sampah berbentuk gas, misalnya karbon dioksida, amoniak
dan gas-gas lainnya.

4.

Penggolongan sampah berdasarkan lokasinya.


a. Sampah kota (urban), yaitu sampah yang terkumpul di kotakota besar.

Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Majalengka

10

Laporan Pendahuluan Evaluasi Kelayakan TPA Sampah

Heuleut

b. Sampah daerah, yaitu sampah yang terkumpul di daerahdaerah

diluar

perkotaan,

misalnya

di

desa,

daerah

pemukiman dan daerah pantai.


5.

Penggolongan sampah berdasarkan proses terjadinya


a. Sampah alami, ialah sampah yang terjadi karena proses
alami,

misalnya

rontoknya

daun-daunan

di

pekarangan

rumah.
b. Sampah non alami, ialah sampah yang terjadi karena
kegiatan manusia.
6. Penggolongan sampah berdasarkan sifatnya
a. Sampah

organik,

adalah

sampah

yang

mengandung

senyawa-senyawa organik, dan tersusun dari unsur-unsur


karbon, hidrogen dan oksigen. Bahan-bahan ini mudah di
degradasi

oleh

mikroorganisme,

misalnya

daun-daunan,

kayu, kertas, karton, sisa-sisa makanan, sayuran dan buahbuahan.


b. Sampah anorganik, adalah sampah yang tidak tersusun oleh
senyawa-senyawa

organik

seperti

kaleng,

logam, gelas, dan lain-lain.


7. Penggolongan sampah berdasarkan jenisnya.
a. Sampah makanan
b. Sampah kebun/pekarangan
c. Sampah kertas
d. Sampah plastik, karet dan kulit
e. Sampah kain
f. Sampah kayu
g. Sampah logam
h. Sampah gelas dan keramik
i. Sampah berupa abu dan debu

Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Majalengka

11

plastik,

besi,

Laporan Pendahuluan Evaluasi Kelayakan TPA Sampah

Heuleut

Karakteristik sampah di Kabupaten Majalengka umumnya


seperti di kota-kota kecil di indonesia, sebagian terdiri dari sampah
organik yang mudah terdekomposisi.
Menurut Riesal Atmoko (2000), perbandingan komposisi
bahan buangan organik dan buangan anorganik adalah 70 % : 30
%. Makin banyak bahan buangan organik bila dibandingkan dengan
bahan buangan anorganik, maka akan semakin baik bila dipandang
dari segi pelestarian lingkunagan, karena bahan organik lebih muda
di degradasi dan menyatu kembali dengan lingkungan alam.
2.5. Pengelolaan Sampah Di Kabupaten Majalengka
Pengelolaan sampah di Kabupaten Majalengka pada saat ini
pembuangannya pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah,
dengan menggunakan sistem open dumping terletak di Desa
Heuleut Kecamatan Kadipaten Kabupaten Majalengka TPA dengan
luas sekitar 30.000 m2 atau 3 Ha. TPA tersebut terletak di daerah
dataran cekung dengan jarak dari rumah penduduk sekitar 1-1,5
km, dan jarat dari kota sekitar 12 km., dimana sampah dibuang
begitu saja di daerah cekungan tanpa adanya suatu perlakukan
apapun. Hal ini dapat menimbulkan banyak masalah pencemaran,
diantaranya bau, kotor, sumber penyakit dan dapat mencemari air.
Timbulan sampah yang dapat dilayani sistem pelayanan
persampahan

adalah

sampah

domestik,

yaitu

sampah

yang

dihasilkan dari kegiatan rumah tangga, dan sampah non domestik,


yaitu sampah yang berasal dari pasar, pertokoan, perkantoran
industri

dan

lain-lain.

Besar timbulan sampah yang dihasilkan adalah berasal dari rumah


tangga (50 %), sampah pasar (25 %), sampah perdagangan (15 %)
dan lain-lain (10 %).
Penanganan sampah di Kabupaten Majalengka dilakukan
dengan

cara

pengangkutan,

dimana

sampah-sampah

Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Majalengka

12

yang

Heuleut

Laporan Pendahuluan Evaluasi Kelayakan TPA Sampah

dihasilkan dari kegiatan rumah tangga dan sebagainya diangkut


dengan menggunakan tenaga manusia dan dibuang pada tempattempat yang sudah ditentukan. Sistem pengumpulannya dengan
menggunakan

bak-bak

sampah/tong

sampah

yang

sudah

disiapkan.
2.6. Pengolahan Sampah Di Kabupaten Majalengka.
Sebelum

sampah

dibuang

atau

ditimbun,

dilakukan

pemisahan oleh petugas. Hal ini dilakukan guna memisahkan


sampah yang masih dapat digunakan lagi dan sampah yang harus
dibuang. Pengolahan yang dilakukan saat ini adalah dengan cara
pembakaran sampah. Hal ini dikarenakan belum adanya alat
pemadat sampah. Tujuan pembakaran sampah ada dua, yaitu
supaya tidak banyak lalat dan serangga lainnya serta supaya
plastik-plastik tidak beterbangan ke tempat lain karena adanya
angin.

2.7 Metode Pembuangan Akhir


Ada tiga metode pembuangan sampah di TPA yaitu, metode
open dumping, metode controlled landfill dan metode sanitary
landfill. Metode open dumping yaitu sampah dibuang begitu saja
pada suatu tempat tanpa ada proses. Untuk metode controlled
landfill dan metode sanitary landfill pada prinsipnya relatif sama,
yang membedakan hanya frekuensi penutupan lapisan sampah
dengan tanah penutup.
Metode controlled landfill adalah menimbun sampah pada
daerah yang cekung atau untuk mempertinggi daerah tersebut
sampai pada ketinggian yang dikehendaki, atau bisa dengan
penggalian tanah sebagai tempat pembuangan sampah, kemudian
Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Majalengka

13

Laporan Pendahuluan Evaluasi Kelayakan TPA Sampah

Heuleut

tumpukan sampah ditimbun atau ditutup dengan lapisan tanah


setelah TPA penuh atau setiap periode tertentu (7 hari/sebulan
sekali) dan dilakukan pemadatan dengan alat berat. (Anonim,
1994).
Metode ini merupakan suatu metode yang lebih baik dari pada
metode open dumping, karena merupakan metode open dumping
yang ditingkatkan. Dimana sampah yang dibuang ke tempat
pembuangan mengalami perlakuan yang lebih baik.
Beberapa metode pembuangan akhir sampah di TPA yang
sering digunakan antara lain adalah :
a). Sistem Open Dumping
Sistem

open

dumping

merupakan

sistem

pembuangan

sampah yang tertua dan paling sederhana yang sering


dipakai di Negara berkembang. Metode ini pada prinsipnya
hanya membuang sampah dan menumpuk begitu saja tanpa
ada

penutupan.

banyak

masalah

Metode

penumpukan

pencemaran

ini

diantaranya

menimbulkan
bau,

kotor,

mencemari air dan sumber penyakit karena dapat menjadi


tempat berkembangnya vektor penyakit seperti lalat dan
tikus.

Gambar 2.1 Sistem Open Dumping

Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Majalengka

14

Laporan Pendahuluan Evaluasi Kelayakan TPA Sampah

Heuleut

b). Sistem Controlled Landfill


Sistem Pengolahan Sampah Contrlled Landfill ini merupakan
kombinasi antara sistem open dumping dan sistem sanitary
landfill,

namun

dalam

metode

controlled

landfill

penerapannya lebih mendekati metode sanitary landfill.


c). Sistem Landfill
Sistem

pembuangan

dan

pemusnahan

sampah

dengan

sistem landfill merupakan sistem yang paling sesuai untuk


digunakan didaerah perkotaan, dimana jumlah dan fluktuasi
sampah didaerah perkotaan cukup basar. Sistem landfill
adalah menempatkan sampah pada suatu tempat yang
rendah

atau

didalam

tanah,

kemudian

menimbunnya.

(Soewedo, 1983).
Ada tiga metode pembuangan sampah di TPA yaitu, metode
open

dumping,

metode

controlled

landfill

dan

metode

sanitary landfill. Metode open dumping yaitu sampah dibuang


begitu saja pada suatu tempat tanpa ada proses. Untuk
metode controlled landfill dan metode sanitary landfill pada
prinsipnya relatif sama, yang membedakan hanya frekuensi
penutupan lapisan sampah dengan tanah penutup.
Metode controlled landfill adalah menimbun sampah pada
daerah yang cekung atau untuk mempertinggi

daerah

tersebut sampai pada ketinggian yang dikehendaki, atau bisa


dengan penggalian tanah sebagai tempat pembuangan
sampah, kemudian tumpukan sampah ditimbun atau ditutup
dengan lapisan tanah setelah TPA penuh atau setiap periode
tertentu (7 hari/sebulan sekali) dan dilakukan pemadatan
dengan

alat

berat.

(Anonim,

1994).

Metode ini merupakan suatu metode yang lebih baik dari


pada metode open dumping, karena merupakan metode open

Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Majalengka

15

Laporan Pendahuluan Evaluasi Kelayakan TPA Sampah

Heuleut

dumping yang ditingkatkan. Dimana sampah yang dibuang ke


tempat pembuangan mengalami perlakuan yang lebih baik.

Gambar 2.2 Sistem Controll Landfill


c). Metode Sanitary Landfill
Metode sanitary landfill merupakan salah satu metode
terkontrol dalam pembuangan limbah padat. Prinsip metode
ini adalah membuang dan menumpuk sampah kesuatu lokasi
berlegok,

memadatkan

sampah

tersebut

kemudian

menutupnya dengan tanah. (Djuli Murtadho, E. Gumbira,


1987)
Sistem sanitary landfill merupakan suatu cara pembuangan
atau pemusnahan sampah yang dilakukan dengan meratakan
dan memadatkan sampah yang dibuang serta menutupnya
dengan lapisan tanah setiap akhir hari operasi. Sehingga
setelah operasi berakhir tidak terlihat adanya timbunan
sampah dan akan meniadakan kekurangan yang ada pada
sistem open dumping yang ditingkatkan. (Anonim, 1990)

Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Majalengka

16

Laporan Pendahuluan Evaluasi Kelayakan TPA Sampah

Heuleut

Gambar 2.2 Sistem Sanitary Landfill


Beberapa

metode

dalam

proses

sanitary

(Soewedo,
1.

landfill
1983)

Metode Parit (trench method)


Metode

ini

pada

prinsipnya

menggunakan

lobang

memanjang berupa parit dengan lebar antara 20 30 kaki


atau minimum 2 kali lebar peralatan pemadat, dengan
kedalaman

sekitar

4,5

m.

Setelah

penuh

kemudian

dipadatkan dan ditutup dengan tanah hasil galian parit


disebelah parit yang telahditutup. Dasar parit mempunyai
kemiringan kesatu arah dan sekeliling parit dibuatkan
saluran drainaseuntuk air hujan dan tanah galian dapat
digunakan sebagai tanggul sementara.
2. Metode Lapangan (area method)
Metode
pelataran

ini

mempunyai
yang

cekung

prinsip

menggunakan

menandai

sebagai

suatu
tempat

pembuangan sampah, tanpa membuat lubang buatan


seperti pada metode parit. Setelah penuh secara bertahap
dilakukan penutupan dengan tanah.

3. Metode Lereng (ramp method)


Metode ini sangat baik untuk lokasi yang sedikit miring.
Kadang-kadang

dilakukan

penggalian

tanah

diatasnya

untuk mendapatkan tanah penimbun sampah. Begitu


seterusnya hingga sampai puncak lereng.
4. Metode Dataran Rendah (low-land method)

Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Majalengka

17

Laporan Pendahuluan Evaluasi Kelayakan TPA Sampah

Heuleut

Metode ini mempunyai prinsip menggunakan dataran yang


rendah

atau

cekung

ke

bawah

sebagai

tempat

pembuangan sampah dan tanpa dilakukan penggalian


tanah. Secara bertahap sampah dipadatkan dan ditutup.
5. Metode Jurang (valley method)
Metode ini memanfaatkan lembah atau jurang untuk
tempat pembuangan sampah. Secara bertahap sampah
dipadatkan dan ditutup dengan tanah. Setelah penuh
dilakukan penutupan akhir dengan tanah tebal. Metode ini
memiliki keuntungan kapasitas yang besar sehingga dapat
digunakan selama bertahun-tahun.
Gambar 2.4 Sanitary Landfill
2.8. Landasan Teori.
Pada proses studi yang dilakukan guna mengetahui kelayakan
akan TPA yang ada dan yang sedang digunakan sebagai akhir dari
pembuangan sampah kota. Pada pengelolaan dan pengolahan
sampah yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten dalam hal ini
Badan Pengelolaan Lingkungan Hudup Kabupaten Majalengka telah
berjalan dengan baik. Namun dalam penyediaan sarana dan
prasarana yang kurang memadai sehingga sering menjadi kendala
dalam penanganan sampah secara maksimal.
Dengan

bertambahnya

jumlah

penduduk

akan

mempengaruhi produk sampah per oran per hari sehingga TPA


yang ada yaitu secara open dumping akan menghasilkan masalah
yang berarti, karena akan dapat mempengaruhi pencemaran
lingkungan dan lama-kelamaan akan terpengaruh ke air tanah
sehingga logam-logam berat yang mengandung zat kimia dapat
terbawa dan dampaknya akan ke masyarakat sekitar TPA dan juga
bau yang tak sedap dan lain-lain.

Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Majalengka

18

Laporan Pendahuluan Evaluasi Kelayakan TPA Sampah

Heuleut

Sehingga dalam menghitung jumlah proyeksi penduduk,


dengan menggunakan metode Aritmatik (Anonim, 1994), dengan
rumus :
Pn = Po + R.t
dimana
Ketarangan
Pn = Jumlah penduduk hasil proyeksi pada (n) tahun
Po = Jumlah penduduk pada awal tahun proyeksi
R = Rata-rata pertumbuhan penduduk (%)
t = Jumlah tahun proyeksi yang direncanakan
Untuk mengetahui volume sampah padat dan tanah penutup
dengan metode Sanitary Landfill dapat menggunakan rumus
(anonim, 1990).
V= +Cv
Untuk mengetahui kebutuhan lahan Sanitary Landfill dapat
menggunakan rumus (anonim, 1990).
Keterangan :
V = Volume sampah padat dan tanah penutup per orang per tahun
(m /orang/tahun)
R = Laju generasi sampah per orang per tahun (kg/orang/tahun)
D = Density (kepadatan) sampah belum dipadatkan yang tiba di
TPA (kg/m)
P = Prosentase pengurangan volume karena pemadatan dengan
alat berat 3 sampai 5 kali lintasan (50 % 75%)
Cv = Volume tanah penutup (m /orang/tahun)
A = Luas TPA yang diperlukan tiap tahun (m /tahun)
N = Jumlah penduduk yang dilayani (orang)
d = Tinggi atau kedalaman sampah padat dan tanah penutup (m)
Misalnya

diasumsikan

ratio

tanah

penutup

(padat)

berbanding dengan sampah padat = 1 : 4, maka rumus untuk

Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Majalengka

19

Heuleut

Laporan Pendahuluan Evaluasi Kelayakan TPA Sampah

mencari volume sampah padat dan tanah penutup adalah (Anonim,


1990) :
V = 1,25
R = Laju generasi sampah per orang per tahun
= 0,41 x 365 kg/orang/tahun = 149,6 atau = 150 kg/orang/tahun
Untuk

mengetahui

densitas

atau

kepadatan

sampah

menggunakan rumus :
D=Pengurangan volume setelah pemadatan = 60%
Kedalaman lahan yang direncanakan untuk Sanitary landfill dengan
metode trench method atau metode parit adalah 4,5 m.

BAB III
METODE PENELITIAN
Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Majalengka

20

Laporan Pendahuluan Evaluasi Kelayakan TPA Sampah

Heuleut

3.1. Lokasi Kajian


Dalam melaksanakan penelitian ini lokasinya di TPA Sampah
Desa Heuleut Kecamatan Kadipaten Kabupaten Majalengka.
3.2. Obyek Kajian
Dalam penelitian ini obyek yang diteliti adalah :
1. Kelayakan TPA Sampah Heuleut Kadipaten
2. Timbulan sampah yang dihasilkan Di Kabupaten Majalengka
3. Sistem pengelolaan sampah yang tepat.
3.3. Waktu Kajian
Waktu Pengambilan data dan Penyerahan Laporan Oktober
dan November 2015
3.4. Variabel Yang Diteliti
Variabel yang diteiti antara lain :
1. Variabel Bebas (independent variable)
a. Jumlah penduduk Kabupaten Majalengka
b. Volume sampah yang dihasilkan
c. Teknis

operasional

Pengelolaan dan Pengolahan

TPA

sampah
2. Variabel Terikat (dependent veriable)
Metode Pengolahan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dan
Kapasitas Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah Heuleut.
3.5. Metode Penelitian
Langkah-langkah yang diambil dalam rangka studi kelayakan
TPA sampah di Kabupaten Majalengka meliputi :
a. Wawancara

Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Majalengka

21

Laporan Pendahuluan Evaluasi Kelayakan TPA Sampah

Heuleut

Hal ini dilakukan dengan pejabat Pemerintah, Tokoh Masyarakat


dan Masyarakat seitar TPA Sampah Heleut untuk mendapatkan
data sekunder dan beberapa keterangan yang diperlukan dalam
penelitian ini.
b. Observasi
Metode ini dilakukan guna mendapatkan semua jenis kegiatan
yang

berhubungan

dengan

data

primer

yang

berupa,

volume/tingkat timbulan sampah, teknis operasional pada TPA


yang telah ada, existing TPA, alat yang mendukung proses
operasionalnya.
c. Dokumentasi
Cara ini dilakukan guna mendapatkan data sekunder dengan
mempelajari

buku-buku

lapangan,

arsip-arsip

dan

catatan

sebagai bahan penyusun data sekunder tersebut.


3.6. Cara Pengumpulan Data
Dalam melakukan penelitian ini, cara yang digunakan untuk
mengumpulkan data melalui saluran administrasi di Kantor BPLH
dan atau Instansi yang terkait. Jenis data fisik diantaranya
mengenai kondisi fisik kota dan buku-buku petunjuk yang berkaitan
dengan persampahan yang ada di Kabupaten Majalengka, cara
yang digunakan meliputi :
1. Sistem pembuangan sampah
2. Teknik pengolahan sampah
3. Kondisi TPA yang telah ada
4. Luas area TPA
5. Proyeksi jumlah penduduk
6. Keadaan Penduduk (demografi)
7. Keadaan geografi, topografi, iklim dan hidrologi
8. Pembagian wilayah administrasi.

Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Majalengka

22

Laporan Pendahuluan Evaluasi Kelayakan TPA Sampah

Heuleut

3.7. Analisis Data


Pada studi kelayakan TPA diharapkan akan mendapatkan
hasil yang baik mulai dari operasional teknis di TPA yang ada, dapat
mengantisipasi
pembuangan
bertambahnya

laju
sampah
jumlah

dari
di

produk
TPA

penduduk

sampah

kota

terhadap

yang

disebabkan,

kota.

Sehingga

dengan

diharapkan

pemerintah dapat melakukan pengadaan sarana dan prasarana


yang lebih baik dan memadai. Sehingga tidak menyulitkan pihak
teknisi dalam menangani permasalahan baik di TPA maupun dalam
proses pengelolaan maupun pengolahan sampah di TPA.
Dan Proses pengolahan TPA yang masih menggunakan open
dumping sudah seharusnya menggunakan sanitarycontroll landfill,
atau controll landfill agar sampah yang diolah tidak dibuang
dengan percuma tetapi dapat memberikan manfaat.

Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Majalengka

23

Heuleut

Laporan Pendahuluan Evaluasi Kelayakan TPA Sampah

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1990, Teknologi Persampahan, Sekolah Tinggi Teknik
Lingkungan Yayasan Lingkungan Hidup Yogyakarta.
Soewedo Hadiwiyoto, 1983,
Sampah,Yayasan Idayu,Jakarta.

Penanganan

Dan

Pemanfaatan

Benny Chatib, 1986, Pengelolaan Buangan Padat, Departemen


Teknik Lingkungan, ITB,Bandung.
Djuli Murtadho & Gumbira Said, E.1988, Penanganan Dan
PemanfaatanLimbah Padat, edisi pertama, cetakan pertama,
Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta.
Tjokrokusumo, 1998, Pengantar Enginering Lingkungan, Sekolah
Tinggi Teknik Lingkungan Yayasan Lingkungan Hidup Yogyakarta
Soedarso, 1985, Pembuangan Sampah, Proyek Pengembangan
Pendidikan Tenaga Sanitasi Pusat, Surabaya.
Sri Sulasih, 1996, Pengelolaan Sampah Di Kota Purwodadi
Kabupaten Grobogan, Sekolah Tinggi teknik Lingkungan Yayasan
Lingkungan Hidup, Yogyakarta.
Wardana, W.A., 1995, Dampak Pencemaran Lingkungan, Edisi
Pertama, Cetakan Pertama, Andi Offset, Yogyakarta.
Sungudi, F.S., 1996, Penanganan Sampah Padat Kota Kabupaten
Banjarnegara, Sekolah Tinggi Teknik Lingkungan YLH Yogyakarta.
Arif Rugianto, 1990, Perencanaan Pembuangan Akhir Sampah
Padat Kota Brebes, STTL YLH Yogyakarta.
Agus Setiadi, R., 1997, Penanganan Sampah Pasar Sudagaran
Banyumas di Kabupaten DATI II Banyumas, STTL YLH Yogyakarta.
Kuswardani, .N.W., 1997, Pengelolaan Sampah Pemukiman Kota
Rembang Kabupaten Rembang, STTL YLH Yogyakarta.
Tjokrokusumo, 1999, Pengantar Engineering Lingkungan Jilid 3,
Edisi Pertama, Cetakan Pertama, Andi Offset, Yogyakarta.

Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Majalengka

24

Anda mungkin juga menyukai