Pada umumnya CSR implisit terlihat pada norma, nilai, dan aturan yang
seperti ketika ada bencana atau peristiwa tertentu. Melibatkan karyawan secara
1
Jurnal Legislasi hal 325.
(perencanaan, pelaksanaan, monitoring). Ketiga, CSV (Creating Shared Value),
yang dipopulerkan oleh Michael E Porter, Harvard Business School sejak tahun
2012. CSV tidak hanya melakukan aktivitas sosial yang satu arah, tapi lebih
terbatas sebagai subjek hukum yang mandiri dalam lalu lintas hukum
konsep tentang perseroan sebagai separate legal entity diakui, muncul beberapa
konsep baru bahwa bukan hanya manusia yang dapat melakukan tindak pidana,
namun perseroanpun dapat melakukan tindak pidana. Jadi perseroan juga harus
bersikap egois atau hanya memperhatikan tujuan perseroan yang mendasar yaitu
Secara teoritis CSR merupakan inti dari etika bisnis, dimana suatu
terhadap pihak lain yang berkepentingan (stakeholders). Semua itu tidak lepas
dari kenyataan bahwa suatu perusahaan tidak bisa hidup, beroperasi, dan
bertahan serta memperoleh keuntungan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Jadi
pihak lain secara lebih luas daripada hanya sekedar kepentingan perusahaan itu
sendiri. CSR itu sendiri merujuk pada semua hubungan yang terjadi antara
sendiri.
Selama ini image yang berkembang pada sebagian besar perusahaan
dianggap sebagai wujud paling urgen sebagai implementasi CSR. Bahkan ada
inilah satu-satunya kegiatan CSR. Oleh karena itu, diharapkan perusahaan tidak
hanya melakukan kegiatan bisnis demi mencari keuntungan, melainkan juga ikut
sosial dan ekonomi. Kegiatan sosial ini dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk
Dari sekian banyak bentuk kegiatan sosial yang dapat dilakukan oleh
yang dapat memecahkan masalah ketimpangan sosial dan ekonomi. Kegiatan ini
dianggap adil apabila dibagi merata bagi semua warga. Kegiatan ini dapat
pengusaha besar, kecil, dan koperasi. Ada beberapa alasan mengapa perusahaan
sumber daya alam atau aktivitas lainnya yang ada dalam masyarakat dan
perusahaan;
sebagai berikut:
tanggungjawab;
2
Anne, L. T. (2005). Business and Society: Stake Holders, Ethics, Public Policy (International,11 ed.):
Mc Graw Hill
Kemudian Kotler & Nance3 menambahkan dengan menekankan pada aspek
memelihara karyawan;
Teori lainnya yang terkait dengan konsep CSR yakni teori instrumentalis,
melalui dialog partisipatif yang saling melengkapi dan menguatkan antara yang
ekonomis dan sosial. Jadi, berbagai kebijakan yang dirumuskan dan dilaksanakan
3
Kotler, P., & Nance, L. (2005).Corporate Social Responsibility: Doing The Most Good for
YourCompany and Your Cause: John Wiley & Sons Inc.
oleh perusahaan semestinya tidak hanya untuk memburu keuntungan ( profit),
tindakan etis perusahaan (ethical behavior). Hal ini penting, karena program dan
program dan kegiatan yang dilakukannya5. Perdebatan teoritis tentang CSR ini
program CSR hendaknya tidak terikat kepada suatu teori, tetapi dituntut untuk
menyimbangkan antara profit, planet dan people dapat dicapai secara maksimal.
CSR itu merupakan sebuah tindakan atau konsep sosial yang dilakukan
perusahaan. Dimana melalui tindakannya itu akan membawa perbaikan pada apa
yang dia bantu dan kelak juga akan membawa dampak fositif pada perusahaan
4
Tim Universitas Katolik Parahiyangan, “Corporate Social Responsibility: Konsep, Regulasi,
dan Implementasi”, makalah tidak diterbitkan, tanpa tahun (tt), hal. 4.
5
Elisabet Garriga dan Domenec Mele, “Corporate Social Responsibility”, hal. 52-53.
Secara garis besar CSR lebih banyak memiliki dampak fositif dari pada
dampak negatif. Karena bagaimanapun juga sesuatu hal yang akan membawa
reputasi, namun justru sudah muncul sejak sebuah organisasi berdiri. Sehingga
integral dari manajemen stratejik. Dengan turut ambil bagian dalam isu sosial,
wujud nyata yang akan memberikan manfaat bukan hanya bagi nama baik
memberikan efek “domino” bagi organisasi lain, artinya ada pengaruh yang
positif yang akan dipetik oleh organisasi lain untuk melakukan hal yang sama.
investasi sebuah organisasi, namun sudah merasuk pada nafas kehidupan dan
penting dan operasi organisasi, sehingga menjadi bagian dari setiap jenjang
dalam organisasi. Pada akhirnya wacana tanggung jawab sosial akan menjadi
pemikat bagi semua pihak untuk mewujudkanya secara konkrit dalam tindakan
nyata.
industri maju, dianggap sebagai sebuah konsep yang berdimensi etis dan moral
memang tidak lazim diatur. Hal ini disebabkan oleh kesadaran sosial dan
usaha di Indonesia.6 Regulasi yang mengatur aspek sosial dan lingkungan dari
menjadi tidak relevan. Di sisi lain, harus diakui bahwa proses produksi
dampak externality pada masyarakat. Dalam hal ini, CSR merupakan salah satu
6
Irawan Malebra, Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Dalam Prespektif Peraturan
Perundangan Indonesia, Skripsi Fakultas Hukum Unja, 2012.
7
http://mulyadism.staff.ugm.ac.id/reviews/corporate-social-responsibility/
media internalisasi externality. Dengan demikian, CSR bisa ditafsirkan sebagai
kewajiban.
Nilai moral adalah landasan bagi masyarakat untuk menuntut agar hukum
secara substantif mengatur kewajiban CSR. Tanpa ada aturan hukum, maka tidak
Indonesia, konsep CSR justru dijadikan sebagai sebuah kewajiban hukum yang
Terbatas. Tanggung jawab sosial ini bersifat melekat pada setiap perusahaan
penanam modal untuk tetap menciptakan hubungan yang serasi, seimbang, dan
8
Firdaus, Corporate Social Responsbility, Jurnal Ilmiah Hukum, Fakultas Hukum
Universitas Riau, Edisi 1, No.1, 2010
Apabila perusahaan tidak melaksanakan kewajiban tersebut akan
1. Peringatan tertulis;
tanggung jawab lingkungan dan sosial yang ada dilaksanakan. Sanksi alternatif
1. Secara faktual, kondisi sosial dan lingkungan telah rusak di masa lalu
2. Budaya hukum di Indonesia tidak sama dengan budaya hukum negara lain,
dijadikan sebagai salah satu indikator kinerja perusahaan dan syarat bagi
dapat terjadi bila CSR dibiarkan bersifat sukarela. Hanya dengan cara
bahwa norma hukum yang mewajibkan pelaksanaan CSR oleh perusahaan tidak
berkeadilan seperti diatur dalam Pasal 33 ayat (4) UUD 1945 dan tidak akan
10
Mahkamah Konstitusi, Putusan Nomor: 53/PUU-VI/2008, Perkara Permohonan Pengujian
UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, terhadap UUD 1945, Tanggal 15 April
2009