Dosen Pebimbing
Ibu Ria Marginingsih, S.E., M.B.A.
Disusun Oleh :
Indri Amanda Permatasari (41183402200105)
Ibaadul Haq
Tri Bagus Kurniawan(41183402200068)
2.1 Teori
2.1.1 Teori Ritel
Kata ritel berasal dari bahasa Perancis, ritellier , yang berarti memotong
atau memecah sesuatu. Usaha ritel atau eceran (retailing) dapat dipahami sebagai
semua kegiatan yang terlibat dalam penjualan barang atau jasa secara langsung
kepada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi dan bukan penggunaan bisnis.
Ritel juga merupakan perangkat dari aktivitas-aktivitas bisnis yang melakukan
penambahan nilai terhadap produk-produk dan layanan penjualan kepada para
konsumen untuk penggunaan atau konsumsi perseorangan maupun keluarga.
Seringkali orang-orang beranggapan bahwa ritel hanya berarti menjual produk-
produk di toko.Tetapi,ritel juga melibatkan layanan jasa, seperti jasa layanan antar
(delivery service) ke rumah-rumah dan tidak semua ritel dilakukan di dalam toko.
(Utami2006, p4)
Menurut Berman dan Evans (2007, p4), ritel meliputi kegiatan usaha yang
terlibat dalam penjualan barang dan jasa kepada konsumen untuk keperluan
pribadi, keluarga, atau rumah tangga.Para peritel berupaya memuaskan kebutuhan
konsumen dengan mencari kesesuaian antara barang-barang yang dimilikinya
dengan harga, tempat, dan waktu yang diinginkan pelanggan.Ritel juga
menyediakan pasar bagi para produsen untuk menjual produk-produk mereka.
Dengan demikian ritel adalah kegiatan terakhir dalam jalur distribusi yang
menghubungkan produsen dengan konsumen. Jalur distribusi adalah sekumpulan
atau beberapa perusahaan yang memudahkan penjualan kepada konsumen sebagai
tujuan akhir.
3.1 Pembahasan
Pertama, Penutupan seluruh gerai Giant milik PT Hero Supermarket Tbk diduga
tak hanya terdorong faktor pelemahan ekonomi akibat pandemi Covid-19. Ketua Umum
Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo
Iduansjah memperkirakan daya tahan supermarket tersebut turun karena perubahan
perilaku masyarakat yang lebih memilih berbelanja secara cepat atau instan. Menurut
Budihardjo, saat ini, masyarakat mulai bosan dengan cara berbelanja kebutuhan pokok di
gedung super-luas seperti tipikal gerai-gerai milik Giant. Masyarakat cenderung lebih
gemar berbelanja di tempat kecil yang praktis dan menyediakan aneka kebutuhan.
“Kalau di Giant orang capek belanja muter-muter,” ujar Budihardjo saat dihubungi
Tempo pada Rabu, 2 Juni 2021 dalam Tempo, 2021).
Penyebab utama gerai giant tutup bukan hanya disebabkan oleh covid 19, tetapi
karena tergerusnya konsumsi masyarakat terhadap pembelanjaan melalui ritel yang
jaraknya lumayan jauh, masyarakat mulai enggan berpergian untuk ke ritel-ritel yang
sifatnya besar dan jaraknya lumayan agak berjuhan antara ritel satu dengan yang
lainnya menyebabkan masyarakat agak sulit untuk menjamak ritel tersebut, masyarakat
lebih memilih ritel yang lebih kecil dan paling utama lokasinya mudah untuk dijamaki.
Covid-19 ini juga menyebabkan masyarakat yang menjadi enggan untuk berpergian
jauh dikarenakan takut terpapar covid-19, maka tak jarang masyarakat lebih memilih
keritel terdekat seperti Alfamart dan Indomaret.
Selain pergeseran tren budaya belanja, tumbuhnya bisnis e-commerce ikut
menjadi penyebab ambruknya toko-toko retail luring alias offline, tak terkecuali Giant.
Ditambah lagi, e-commerce mulai mengambil segmen pasar retail yang menyediakan
bahan-bahan pokok dan kebutuhan dasar rumah tangga. E-commerce pun mendulang
jumlah pelanggan melalui diskon tawaran diskon atau promo lainnya yang
menggiurkan, yang paling utama adalah pemesanan melalui e-commerce terbilang
mudah dan tidak harus berpergian keluar rumah karena barang pesanannya bisa diantar
melalui expedisi yang tersedia.
3.2 Pembahasan
Kedua, Alasan utama mengapa gerai Giant akan tutup adalah bahwa pihak
perusahaan ingin memfokuskan bisnisnya pada brand lain yang dimiliki. Brand ini antara
lain IKEA, Guardian, dan Hero Supermarket, yang dinilai memiliki potensi pertumbuhan
lebih tinggi dibandingkan dengan Giant.
Hal ini merupakan aksi lanjutan, sebelumnya PT Hero Supermarket Tbk (Hero) telah
menutup enam gerai pada akhir Juli 2019. Keenam gerai itu antara lain di Cinere Mall,
Mampang, Pondok Timur, Jatimakmur, Cibubur, Wisma Asri. Ternyata, Hero memiliki
rencana panjang untuk menutup seluruh gerai Giant. Sebagai pengganti, lima gerai Giant
akan berubah menjadi IKEA sebagai langkah strategis perusahaan. Selain itu,
manajemen menegaskan akan menutup seluruh gerai Giant pada akhir Juli 2021(Ferry
Sandi, CNBC Indonesia,2021)
Strategi ini merupakan respon cepat dan tepat yang diambil PT Hero yang
diperlukan untuk beradaptasi terhadp perubahan dinamika pasar, yang masyoritas
masyarakat lebih memilih ritel yang lebih kecil namun lokasinya terjangkau
dibandingkan ritel besar namun lokasinya lumayan jauh.
"Seperti bisnis mumpuni lainnya, kami terus beradaptasi terhadap dinamika pasar
dan tren pelanggan yang terus berubah, termasuk menurunnya popularitas format
hypermarket dalam beberapa tahun terakhir di Indonesia; sebuah tren yang juga terlihat
di pasar global. Kami tetap meyakini bahwa sektor peralatan rumah tangga, kesehatan
dan kecantikan, serta keperluan sehari-hari untuk kelas atas memiliki potensi
pertumbuhan yang tinggi, Dalam kurun waktu dua tahun, kami menargetkan akan
menggandakan empat kali lipat jumlah gerai IKEA kami dibanding tahun 2020, serta
membuka hingga 100 gerai Guardian baru hingga akhir tahun 2022," ujar Presiden
Direktur PT Hero Supermarket Tbk Patrik Lindvall dalam keterangan tertulis di Jakarta,
2021 dalam Liputan6 2021.
Keputusan tersebut merupakan tindak lanjut dari strategi perusahaan, sector
peralatan rumah tangga, kesehatan dan kencantikan serta keperluan sehari-hari untuk
masyarakat memiliki potensi pasar yang tinggi, oleh karena itu Perusahaan Hero
berencana menambah gerai Ikea dan Guardian sehingga menambah aksebilitas bagi
pelangan, perusahaan hero juga mengubah Gian menjadi hero supermarket.
3.3 Pembahasan
Ketiga, Seluruh gerai Giant akan ditutup permanen mulai juli 2021. Kebijakan
tersebut akan berpengaruh terhadap nasib dan keberlangsungan hidup para karyawan.
Menurut data Asosiasi Serikat pekerja (2021) dalam Detikfinance (2021)
menyatakan bahwa dari serikat pekerja Hero supermarket, total karyawan Giant yang
akan di-PHK daan terancam menganggur mencapai sekitar 7.000 orang.
Jumlah yang cukup besar dan dampaknya pun sangat berpengaruh bagi para
pekerja apalagi pekerja yang telah berumah tangga pastinya sangat keberatan dengan
keputusan tersebut.
Walaupun ada kesempatan dari manajemen perusahaan bahwa karyawan-
karyawan perusahaan itu akan dipekerjakan digerai lain seperti Ikea dan Hero
supermarket. Akan tetapi lowongan atau pekerja yang dibutuhkan tidak sebanding
dengan jumlah karyawan yang di-PHK.
Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal memprediksi
ada sekitar 3.000 pekerja Giant yang terancam menganggur. Untuk itu, ia mengimbau
Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah untuk bisa segera mengambil tindakan agar tidak
terjadi lonjakan pengangguran yang besar di Indonesia."Menaker agar mengambil
langkah hampir 3.000 orang karyawan Giant di seluruh Indonesia ada 80 store itu akan
tutup pasti tutup Juni 2021. Apa langkah pemerintah kita belum dengar," imbau Said,
2021 dalam Detikfinance, 2021.
Said juga berharap manajemen Hero Group yang menaungi Hypermart Giant itu
bisa benar-benar menepati janjinya soal penyerapan karyawan yang mengalami PHK
untuk kembali bekerja di lini bisnis lain di bawah kelolaan perusahaan ritel tersebut. Ia
berharap 75% karyawan yang kena PHK bisa terserap di seluruh gerai baru Hero Group.
"Informasi terkini akan mengembangkan store baru beberapa store baru. Sehingga
(seharusnya) mendekati 75% (pekerja PHK) terserap di 3 unit grup (IKEA, HERO
Supermarket, dan Guardian)," sambungnya.
3.4 Pembahasan
Keempat,peranan ritel terhadap perekonomian nasional cukup besar,tidak hanya
menciptakan hubungan timbal balik antara produsen dan konsumen,namun juga
penyerapan tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi.56% pertumbuhan perekonomian
Indonesia disumbang oleh konsumsi penduduk Indonesia.Sehingga, total pasar ritel yang
bertumbuh pesat, memberikan dampak positif pada stabilitas harga, nilai tambah, dan
keuntungan bagi semua stakeholder (konsumen, pedagang, dan produsen).
Berdasarkan Bank Indonesia, data penjualan ritel sebagai berikut:
Penjualan ritel di Indonesia melonjak 10,8 persen tahun-ke-tahun pada November
2021, meningkat tajam dari kenaikan 6,5 persen sebulan sebelumnya. Ini adalah
bulan kedua berturut-turut peningkatan dalam perdagangan ritel dan pertumbuhan
terkuat sejak Mei, di tengah pelonggaran pembatasan COVID-19, melonjaknya
vaksinasi dan efek dasar yang rendah dari tahun lalu. Penjualan tumbuh lebih cepat
baik untuk makanan minuman & tembakau (19,1% vs 14,5% pada bulan Oktober)
dan bahan bakar (33,8 vs 29,4%). Selain itu, penjualan turun jauh lebih sedikit untuk
suku cadang & aksesori otomotif (-3,3% vs -6,6%), peralatan informasi &
komunikasi (-15,7% vs -18,9%), peralatan rumah tangga (-16,4% vs -20,3%).
Sementara itu, penjualan terus turun untuk pakaian (-4,9% vs -4,2%) dan barang
budaya & rekreasi (-14,4% vs -12,0%). Pada basis bulanan, penjualan ritel tumbuh
2,8 persen, melambat dari 3,3 persen.
Menyikapi kondisi demikian,Pemerintah terus lakukan upaya mendongkrak
ekonomi.Salah satunya percepatan program vaksinasi.Tak hanya itu,Menteri
Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan
pemerintah berencana akan memberikan insentif fiskal berupa relaksasi perpajakan
untuk sektor ritel termasuk pusat perbelanjaan.Fasilitas sektor ritel masih dalam
pembahasan terkait komponen pajak pertambahan nilai (PPN) dan pajak penghasilan
(PPh) untuk sewa, dan kedua terkait dengan stimulan untuk penjualan ritel masih
dalam pembahasan. Rencana kebijakan tersebut bertujuan untuk mendorong
perekonomian dalam negeri di tahun 2021. Hal ini mengingat sektor ritel merupakan
salah satu yang terdampak parah akibat pandemi.
Akibat dari PHK massal yang terjadi adalah meningkatnya angka pengangguran
dan daya beli masyarakat yang menurun,masyarakat yang tidak mempunyai
penghasilan otomatis akan mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajibannya
pada negara seperti membayar pajak,daya beli menurun berarti konsumsi juga ikut
menurun akibatnya akan merembet ke perusahaan sektor lain dan pada akhirnya
pendapatan perusahaan di segala sektor akan mengalami penurunan.Akhirnya adalah
pendapatan negara dari pajak akan berkurang karena baik masyarakat maupun
perusahaan kesulitan untuk membayar pajak sehingga pertumbuhan ekonomi akan
menurun dan terjadilah resesi.
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN