Anda di halaman 1dari 22

ANALISIS FINANSIAL

PT Telkom Indonesia, Tbk.

Disusun oleh:
Minyo (120110180053)
Margareta Dwi Prisilia (120110180064)
Jessica Emmanuella (120110180085)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS PADJADJARAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan karuniaNya
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas
mata kuliah Analisis Laporan Keuangan yang berjudul Analisis Finansial PT Telkom Indonesia,
Tbk. Makalah yang telah tersaji merupakan usaha terbaik yang dapat penyusun tuangkan dalam
penyusunan makalah ini.

Pada kesempatan ini tidak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prima Yusi Sari, SE., ME., sebagai Dosen pengampu mata kuliah Analisis Laporan
Keuangan Kelas D
2. Kedua Orangtua kami masing-masing dalam tim, karena telah mendukung dalam
penyusunan makalah ini baik secara materi maupun non materi .
3. Semua teman dan rekan yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini serta semua
rekan yang tak dapat disebutkan satu per satu dalam rangka membantu penyusunan dan
atau pembuatan makalah ini.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penyusun
terbuka untuk segala kritik yang membangun dan saran bagi penyempurnaan makalah ini. semoga
makalah ini dapat memberikan hal yang dibutuhkan dan bermanfaat bagi pembaca.

Jatinangor, 11 Maret 2021

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 1


DAFTAR ISI ....................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 3
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 4
1.3 Tujuan ....................................................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 5
2.1 Analisis Rasio Keuangan .......................................................................................... 5
2.1.1 Rasio Likuiditas ................................................................................................. 5
2.1.2 Rasio Solvabilitas............................................................................................... 6
2.1.3 Rasio Aktivitas ................................................................................................... 6
2.1.4 Rasio Profitabilitas ............................................................................................. 7
BAB III PEMBAHASAN ................................................................................................... 9
3.1 Profil PT Telkom Indonesia ...................................................................................... 9
3.2 Analisis finansial dalam PT.Telkom Indonesia Tbk ............................................... 10
3.2.1 Rasio Likuiditas ............................................................................................... 10
3.2.2 Rasio Solvabilitas............................................................................................. 11
3.2.3 Rasio Aktivitas ................................................................................................. 13
3.2.4 Rasio Profitabilitas ........................................................................................... 15
BAB IV PENUTUP .......................................................................................................... 20
4.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 20
4.2 Saran ....................................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 21

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring berjalannya waktu dan berkembangnya zaman, kebutuhan manusia akan
telekomunikasi menjadi semakin penting. Terlebih teknologi yang juga ikut berkembang
mengikuti zaman. Hal ini membuat peran para pelaku industri yang bergerak dalam bidang
telekomunikasi makin berdampak. Setiap perusahaan yang bersifat terbuka dituntut
memberikan kinerja yang tidak hanya bernilai bagi perusahaannya sendiri, melainkan
masyarakat luas. Dengan memiliki title Perusahaan terbuka hal ini tidak serta merta berarti
perusahaan terbuka tersebut memiliki kinerja yang bagus, hal itu tergantung dari kondisi
perusahaan seperti yang dapat kita lihat dalam kinerja keuangan, maka dari itu perlu adanya
analisis yang harus dilakukan untuk menentukan sejauh mana kinerja sebuah perusahaan.
Pengukuran kinerja keuangan perusahaan ini dilakukan dengan menggunakan analisis
rasio keuangan. Analisis rasio keuangan adalah analisis laporan keuangan perusahaan untuk
mengetahui tingkat kesehatan suatu perusahaan. Menurut Jumingan (2009) Kinerja keuangan
adalah gambaran kondisi keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu baik menyangkut
aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dana, yang biasanya diukur dengan indikator
kecukupan modal, likuiditas, dan profitabilitas. Dengan menggunakan analisis rasio keuangan,
maka perusahaan dapat mengetahui perkembangan suatu perusahaan saat ini dan di masa yang
akan datang sehingga dapat dilihat sehat atau tidaknya kinerja keuangan sebuah perusahaan.
Pada umumnya rasio keuangan yang biasa digunakan dalam menilai kinerja suatu perusahaan
antara lain adalah rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas dan rasio aktivitas.
Pada makalah ini akan membahas mengenai PT.Telkom Indonesia Tbk. yang
merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang jasa layanan
teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dan jaringan telekomunikasi di Indonesia. Kita akan
menganalisis bagaimana kinerja dari PT. telkom melalui analisis finansial dengan
menggunakan berbagai rasio.

3
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu analisis finansial?
2. Bagaimana analisis finansial dalam PT.Telkom Indonesia Tbk?
3. Bagaimana pertubuhan rasio keuangan PT.Telkom Indonesia Tbk?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui tentang apa itu analisis finansial
2. Mengetahui bagaimana analisis finansial dalam PT.Telkom Indonesia Tbk
3. Mengetahui bagaimana rasio keuangan PT.Telkom Indonesia Tbk

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Kinerja keuangan adalah gambaran kondisi keuangan perusahaan pada suatu periode
tertentu baik menyangkut aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dana, yang biasanya
diukur dengan indikator kecukupan modal, likuiditas, dan profitabilitas. Laporan keuangan
merupakan sumber informasi yang diperlukan sebagai salah satu alat untuk menilai
keberhasilan manajemen diharapkan pula mampu memberikan informasi mengenai kemajuan
dan perkembangan suatu perusahaan.
2.1 Analisis Rasio Keuangan
Analisis keuangan adalah proses mengevaluasi bisnis, proyek, anggaran dan transaksi
keuangan lainnya yang nantinya akan digunakan untuk menilai kinerja perusahaan dan
membandingkan antara perencanaan perusahaan tersebut dengan kenyataannya. Analisis
keuangan biasanya digunakan untuk menganalisis kestabilan, tingkat likuiditas perusahaan,
kemampuan perusahaan dalam membayar utang, dan apakah perusahaan tersebut cukup
menguntungkan.
Analisis keuangan dilakukan untuk dapat mengetahui kelemahan yang dimiliki oleh
suatu perusahaan dan kemampuan dari perusahaan tersebut. Setelah mengetahui kelemahan-
kelemahan dari suatu perusahaan, maka perusahaan tersebut diharapkan mampu memperbaiki
dan menyusun strategi untuk mengatasi kelemahan tersebut agar tidak menghalangi tujuan dari
suatu perusahaan. Beberapa jenis-jenis Rasio Keuangan:
2.1.1 Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban atau membayar utang jangka pendeknya. Rasio likuiditas yang
biasa digunakan perusahaan adalah sebagai berikut:
1. Current Ratio

2. Quick Ratio

5
3. Cash Ratio

2.1.2 Rasio Solvabilitas


Rasio solvabilitas atau leverage ratio merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai oleh utang. Rasio solvabilitas yang
umum digunakan adalah sebagai berikut:
1. Debt Ratio

2. Debt to Equity Ratio

3. Long-Term Debt to Equity Ratio

4. Times Interest Earned

2.1.3 Rasio Aktivitas


Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas
perusahaan dalam menggunakan aset yang dimilikinya, termasuk untuk mengukur
tingkat efisiensi perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya yang ada. Berikut jenis-
jenis rasio aktivitas:
1. Accounts Receivable Turnover

6
2. Inventory Turnover

3. Working Capital Turnover

4. Fixed Assets Turnover

5. Total Assets Turnover

2.1.4 Rasio Profitabilitas


Rasio profitabilitas adalah ukuran yang menunjukkan kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan laba pada periode tertentu. Berikut jenis-jenis rasio profitabilitas
yang lazim digunakan dalam praktek untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba:
1. Return On Assets

2. Return On Equity

3. Gross Profit Margin

7
4. Operating Profit Margin

5. Net Profit Margin

8
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Profil PT Telkom Indonesia

Nama perusahaan : PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk


Nama komersial : Telkom
Kode saham : TLKM
Tahun Berdiri : 26 Mei 1995
Bidang usaha, jenis barang dan jasa : Penyelenggaraan jaringan dan jasa telekomunikasi,
informatika, serta optimalisasi pemanfaatan
sumber daya yang dimiliki Perseroan
Entitas anak :
1) PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel)
2) PT Multimedia Nusantara (Telkom Metra)
3) PT Telkom Satelit Indonesia (Telkomsat)
4) PT PINS Indonesia (PINS)
5) PT Telkom Akses (Telkom Akses)
6) PT Telekomunikasi Indonesia International (Telin)
7) PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel)
8) PT Infrastruktur Telekomunikasi Indonesia (Telkom Infra)
9) PT Metranet (Metranet)
10) PT Graha Sarana Duta (Telkom Property)

9
Segmen produk :
1) Mobile: Menyediakan layanan legacy seluler termasuk voice dan SMS, mobile broadband,
dan layanan mobile digital yang mencakup IoT, big data, layanan keuangan, VOD, musik,
permainan, dan iklan digital.
2) Consumer: Menyediakan layanan fixed voice, fixed broadband, IP-TV dan digital.
3) Enterprise: Menyediakan layanan ICT dan platform yang mencakup konektivitas, layanan
TI, data center dan cloud, proses bisnis outsourcing, perangkat, bisnis satelit, layanan digital
dan layanan yang berdekatan (seperti layanan e-health dan manajemen ATM).
4) Wholesale & international business: Menyediakan layanan wholesale telecommunication
carrier, bisnis internasional, bisnis tower/menara telekomunikasi, dan layanan infrastruktur
dan manajemen jaringan.
5) Segmen “lainnya”: Menyediakan smart platform, konten digital, e-commerce, dan
manajemen properti dalam upaya meningkatkan aset properti Telkom di seluruh Indonesia.

3.2 Analisis finansial dalam PT.Telkom Indonesia Tbk


3.2.1 Rasio Likuiditas

Current Ratio PT Telkom Indonesia Tbk, mengalami penurunan sejak tahun 2015-
2019 dengan rata-rata 105%. tahun 2015 adalah sebesar 135%, turun pada tahun 2016
menjadi 120%, kemudian turun pada tahun 2017 menjadi 105%, kemudian turun lagi
pada tahun 2018 dan 2019 yakni menjadi 94% dan 71%. Penurunan yang terjadi dipicu
oleh naiknya beban yang masih harus dibayar perusahaan, dan utang usaha. Menurut
Kasmir (2008) standar industri Current Ratio adalah sebanyak 2 kali. Mengacu pada
standar industri dikatakan bahwa rata-rata rasio lancar perusahaan berada dibawah rata-
rata industri atau perusahaan hanya memiliki aset lancar sekitar 1,05 kali dari total
kewajiban lancar, artinya aktiva lancar mampu menjamin kewajiban lancar hanya
sebanyak 1,05 kali saja sehingga dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan perusahaan
dalam selang lima tahun dikategorikan dalam keadaan “kurang baik”.

10
Rata-rata Quick Ratio selama lima tahun adalah 103,4% dimana jika melihat rasio
yang dicapai tahun 2015 adalah sebesar 134% kemudian turun menjadi 118% pada tahun
2016, lalu menjadi 103% di tahun 2017 dan pada tahun 2018 dan 2019 juga mengalami
penurunan menjadi 92% dan 70%. Penurunan yang terjadi dipicu oleh naiknya kewajiban
lancar dari tahun ke tahun. Rata-rata standar industri menurut Kasmir (2008) yaitu 150
% atau 1,5 kali, dengan melihat rata-rata rasio cepat diatas maka dapat disimpulkan
bahwa Quick Ratio perusahaan berada dibawah standar industri. Artinya setiap Rp. 1
kewajiban lancar dapat dijamin oleh Rp. 1,03 aset sangat lancar. Dengan ini dapat
disimpulkan bahwa kinerja keuangan perusahaan dalam keadaan “Kurang Baik”.
Rata-rata Rasio Kas PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk selama 5 tahun terakhir
adalah sebesar 55,72 %. Dengan Rasio Kas pada tahun 2015 adalah sebesar 79,4%,
kemudian terjadi sedikit penurun menjadi 74.56% pada tahun 2016. Lalu pada tahun
2017 menjadi 55,41 % dan untuk tahun 2018 dan 2019 mengalami penurunan menjadi
37,7% dan 31,25%. Penurunan yang terjadi dipicu oleh naiknya kewajiban lancar dan
turunnya kas-dan setara kas pada tahun 2018 dan 2019. Menurut Kasmir (2008) standar
industri rasio kas yaitu sebesar 50%. Dengan melihat rata-rata rasio kas perusahaan
selama 5 tahun terakhir sebesar 55,72%, artinya setiap Rp. 1 kewajiban lancar dapat
dijamin oleh Kas dan Setara kas sebesar Rp. 0,55. Dan disimpulkan bahwa kinerja
keuangan perusahaan dilihat dari indikator Kas dan Setara kas ternyata berada dalam
keadaan “cukup baik”.

3.2.2 Rasio Solvabilitas

Debt to Asset ratio perusahaan setiap tahunnya mengalami fluktuasi dimana tahun
2015 sebesar 44%, kemudian turun pada tahun 2016 menjadi 41%, kenaikan kembali
terjadi pada tahun 2017 yakni menjadi 44% dan turun lagi pada tahun 2018 menjadi
43% lalu naik kembali pada tahun 2019 menjadi 47% kenaikan yang terjadi dipicu oleh
terus meningkatnya total hutang perusahaan. Rata Rata Debt Ratio perusahaan selama
lima tahun, adalah sebesar 43,8 %. Artinya bahwa perusahaan mampu menutup total

11
hutang dengan aset yang dimiliki. Walaupun rata-rata rasio berada sedikit di atas standar
industri menurut Kasmir (2008) yakni sebesar 35 % tetapi kinerja keuangan perusahaan
masih berada dalam kategori “cukup baik”.
Jika rasio DER perusahaan tinggi maka akan menunjukan kinerja yang buruk bagi
perusahaan. Menurut Kasmir (2008) standar industry DER yaitu sebesar 90%. Dilihat
dari tabel diatas terjadi fluktuasi dimana pada tahun 2015 sebesar 77,86%, kemudian
menjadi 70,18% pada tahun 2016, kemudian rasio DER pada tahun 2017 kembali
mengalami kenaikan yakni menjadi 77,01% dan pada tahun 2018 turun sedikit menjadi
75,78% dan pada tahun 2019 mengalami kenaikan yang cukup tinggi menjadi 88,66%.
Dari analisis rasio diatas menunjukan rata-rata DER PT Telekomunikasi Indonesia Tbk
tahun 2015-2019 yakni sebesar 77,89 %. Hasil ini menunjukan bahwa kinerja keuangan
perusahaan selama lima tahun terakhir berada di bawah standar industri dan dalam
keadaan “Cukup Baik”.
Pada tahun 2015 Long Term Debt to Equity Ratio yang dicapai adalah 39,96%
kemudian turun menjadi 32,50% pada tahun 2016, selanjutnya pada tahun 2017
mengalami kenaikan menjadi 36,55%, tahun 2018 turun sedikit menjadi 36,34% dan
terjadi kenaikan kembali pada tahun 2019 menjadi 38,88%. Berdasarkan hasil
perhitungan rasio diatas dapat dilihat semua berada dalam keadaan kurang baik karena
berada dibawah standar industry. Hal ini dikarenakan perusahaan menggunakan modal
sendiri lebih kecil dari pada menggunakan hutang jangka panjang. Dengan rata-rata
LTDtER tahun 2015-2019 PT Telekomunikasi Indonesia Tbk adalah sebesar 36,85%
dan dengan standar industri menurut Kasmir (2008) untuk LTDtER adalah 10%, maka
dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan perusahaan dikatakan dalam keadaan
“Kurang Baik” karena berada dibawah rata-rata standar industri. Artinya, perusahaan
memiliki utang jangka panjang sebanyak 0,36 kali dari total modal.
Pada tahun 2015 Times Interest Earned yang dicapai adalah 20,7 kali berada sedikit
di atas standar industry, kemudian untuk tahun 2016 terjadi sedikit kenaikan menjadi
21,2 kali, tahun 2017 naik menjadi 23,3 dan terjadi penurunan pada tahun 2018 yakni
menjadi 16,9 kali, dan untuk tahun 2019 penurunan terjadi lagi menjadi 15,3 kali dan
menjadi yang paling baik dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya karena tidak
melebihi standar industry. Dengan melihat rata-rata standar industri menurut Kasmir

12
(2008) untuk Time Interest Earned adalah 10 kali, dengan rata-rata Time Interest Earned
tahun 2015-2019 PT telkom Indonesia (Persero), Tbk, yakni sebesar 19,48 kali maka
dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan perusahaan berada dalam keadaan “ Cukup
Baik” artinya beban bunga dapat ditutup 19 kali dari laba sebelum bunga dan pajak atau
dengan kata lain bahwa perusahaan memiliki kemampuan dari laba sebelum bunga dan
pajak untuk membayar beban bunga sebanyak 19,48 kali.

3.2.3 Rasio Aktivitas

Account Receivable Turn Over yang dicapai pada tahun 2015 adalah 14,12 kali,
kemudian tahun 2016 menjadi 15,64 kali, tahun 2017 turun sedikit menjadi 15,47 kali
kemudian untuk 2018 turun menjadi 12,68 kali dan untuk 2019 angka yang dicapai
adalah 11,68 kali. Dengan rata-rata Receivable Turn Over selang lima tahun adalah
13,82 kali, dan standar industri perputaran piutang menurut Kasmir (2008) yakni sebesar
15 kali maka dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan perusahaan dalam keadaan
“Kurang Baik”.
Semakin tinggi nilai Inventory TurnOver maka perusahaan dikatakan efisien dalam
melakukan manajemen inventorynya. Dilihat dari hasil analisis data pada tabel diatas,
Inventory Turnover PT Telkom Indonesia (persero), Tbk pada tahun 2015 adalah 204,53
kali, naik menjadi 209,23 kali pada tahun 2016, kenaikan juga terjadi pada tahun 2017
sebesar 211 kali dan 2018 turun menjadi 194 kali lalu pada tahun 2019 naik menjadi
208 kali. Rata-rata inventory turnover lima tahun terakhir (2015-2019) adalah sebesar
205 kali, ini artinya sediaan barang dagangan diganti sebanyak 205 kali. Dengan
penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa perusahaan berada dalam keadaan “Baik”
karena perusahaan dikatakan efektif dalam mengendalikan persediaannya dan menjual
persediaan yang dibelinya
Working Capital Turnover PT Telkom Indonesia (persero), Tbk yang dicapai pada
tahun 2015 adalah sebesar 2,49 kali, kemudian pada tahun 2016 turun menjadi 2,43 kali,

13
naik sedikit menjadi 2,69 kali pada tahun 2017 dan pada tahun 2018 naik lagi menjadi
2,88 kali,lalu pada tahun 2019 naik kembali menjadi 3,19 kali. Dari hasil analisis dapat
dilihat bahwa hanya 1 tahun rasio perputaran modal kerja tahun 2016 mengalami
penurunan padahal dapat dilihat rata-rata aset lancar dan penjualan mengalami
peningkatan pada tahun tersebut. Hal ini disebabkan perusahaan mengalami penurunan
kemampuan dalam memanfaatkan modal kerjanya untuk menghasilkan penjualan.
Dengan melihat rata rata working capital turnover selang lima tahun terakhir adalah
sebesar 2,73 kali ternyata berada dibawah rata-rata standar industri yakni sebesar 6 kali
(Kasmir, 2008). Maka dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan perusahaan berada
dalam keadaan “Kurang Baik”. Artinya, setiap Rp 1 aset lancar turut berkontribusi
menciptakan Rp. 2,73 penjualan saja.
Fixed Assets Turn Over perusahaan pada tahun 2015 adalah sebesar 1,03 kali, tahun
2016 naik lagi sebanyak 0,04 menjadi 1,07, kemudian untuk tahun 2017 terjadi
penurunan sebesar 0,02 menjadi 1,05 kali dan pada tahun 2018 terjadi penurunan lagi
sebesar 0,09 menjadi 0,96 dan pada tahun 2019 mengalami penurunan kembali menjadi
0,9 kali. Dengan melihat analisis data tahun 2015-2019 diketahui bahwa kelima tahun
tersebut memiliki rasio perputaran aset tetap berada dibawah rata-rata industri hal ini
disebabkan oleh perusahaan yang memiliki aset tetap yang besar akan tetapi perusahaan
belum memanfaatkan aset untuk menciptakan penjualan. Menurut Kasmir (2008) rata-
rata standar industri untuk Perputaran Aset Tetap adalah 5 kali. Maka dapat disimpulkan
bahwa kinerja keuangan perusahaan selang lima tahun terakhir dalam keadaan “kurang
baik” karena rata-rata selama lima tahun yang dicapai oleh perusahaan hanya 1,002 kali
dan dikatakan berada dibawah rata-rata standar industri. Artinya, setiap Rp. 1 aset tetap
turut berkontribusi menciptakan Rp. 1,002 penjualan.
Dari hasil analisis data pada tabel diatas, TATO (Total Asset Turnover) PT Telkom
Indonesia (persero), Tbk tahun 2015 dan 2016 dengan nilai yang sama yakni menjadi
0,67 kali, tahun selanjutnya yakni tahun 2017 naik lagi sebesar 0,01 dari tahun
sebelumnya menjadi 0,68 kali dan pada tahun 2018 turun sebesar 0,03 menjadi 0,65 kali,
lalu pada tahun 2019 turun kembali menjadi 0,63 kali. Penurunan yang terjadi
dikarenakan perusahaan memiliki kelebihan total aset dimana perusahaan belum
memanfaatkan total aset secara maksimal untuk menciptakan penjualan. Dengan rata-

14
rata TATO perusahaan tahun 2015- 2019 adalah 0.66 kali dan dengan melihat standar
industri menurut Kasmir (2008) sebesar 2 kali dapat disimpulkan bahwa kinerja
keuangan perusahaan cenderung berada dalam keadaan “Kurang Baik” karena rata-rata
TATO berada dibawah standar industry. Artinya, setiap Rp. 1 total aset hanya
berkontribusi menciptakan Rp. 0,66 penjualan saja.

3.2.4 Rasio Profitabilitas

Return on Assets perusahaan pada tahun 2015 adalah 14,03%, kemudian terjadi
kenaikan pada tahun 2016 dan 2017 menjadi 16,2% dan 16,48% , untuk tahun 2018
terjadi penurunan menjadi 13,08% dan pada tahun 2019 turun menjadi 12,47%.
Penurunan yang terjadi pada tahun 2018 dan 2019 dipicu oleh naiknya total aktiva serta
turunnya laba bersih selain itu perusahaan juga menunjukkan ketidakmampuan dalam
memanfaatkan aset secara efektif untuk memperoleh laba. Dengan melihat rata-rata
Return On Assets tahun 2015-2019 adalah sebesar 14,46% dan dengan melihat rata-rata
standar industri menurut Kasmir (2008) untuk ROE adalah 30 % maka dapat
disimpulkan bahwa kinerja keuangan perusahaan dilihat dari ROE berada dalam
keadaan “Kurang Baik” karena berada dibawah standar industry. Artinya setiap Rp. 1
total Aset turut menyumbang/berkontribusi menciptakan Rp. 14,46 laba bersih.
Hasil analisis ROE pada tahun 2015 adalah 25%, pada tahun 2016 sebesar 27,6%
naik sebesar 2,6% dari tahun sebelumnya, kemudian terjadi lagi kenaikan pada tahun
2017 menjadi 29,16%, setelah terjadi kenaikan pada 2 tahun sebelumnya pada tahun
2018 tidak terjadi kenaikan akan tetapi penurunan sebesar 6,16% menjadi 23,0% namun
pada tahun 2019 terjadi sedikit kenaikan menjadi 23,53%. Kenaikan yang terjadi dari
tahun 2015-2016 dikarenakan meningkatnya jumlah laba bersih dan ekuitas yang
digunakan dalam kegiatan perusahaan sedangkan penurunan yang terjadi pada tahun
2018 disebabkan oleh laba bersih perusahaan mengalami penurunan. Dengan rata-rata
ROE tahun 2015-2019 adalah sebesar 25,66% dan rata-rata standar industri menurut

15
Kasmir (2008) untuk ROE 40 % ternyata berada di bawah standar industry. Hal ini
menunjukan perusahaan belum maksimal dalam menghasilkan laba dari setiap dana
yang tertanam dalam total ekuitas. Artinya setiap Rp. 1 ekuitas turut berkontribusi
menciptakan Rp. 25,66 laba bersih. Maka dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan
perusahaan dilihat dari ROE berada dalam keadaan “Kurang Baik”.
Marjin Laba Kotor perusahaan tahun 2015 adalah 31,6%, untuk tahun 2016 terjadi
kenaikan menjadi 33,7%, kemudian 34,3% pada tahun 2017 dan untuk tahun 2018
kembali terjadi penurunan menjadi 29,7% dari tahun sebelumnya serta pada tahun 2019
naik kembali menjadi 31,27%. Dengan rata-rata standar industri menurut Kasmir (2008)
untuk Gross Profit Margin adalah 30 % dan rata-rata margin laba kotor perusahaan pada
tahun 2015-2019 adalah sebesar 32,11% yang berarti setiap Rp. 1 penjualan bersih
memuat Rp. 0,321 harga pokok penjualan dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan
perusahaan dilihat dari GPM berada dalam keadaan “Cukup Baik” karena berada sedikit
di atas rata-rata industri.
Dari data perhitungan pada tabel, menunjukan marjin laba operasional yang
diperoleh pada tahun 2015 adalah 31,6%, untuk tahun 2016 dan 2017 menjadi 33,7%
dani 34,3%, lalu 2018 29,7% dan 2019 adalah 31,3%. Dengan rata-rata tahun 2015-2019
OPM perusahaan yakni sebesar 31.27 %. Dari hasil rata-rata tersebut dapat disimpulkan
bahwa OPM perusahaan berada dalam keadaan “Baik” karena berada di atas rata-rata
standar industri yakni sebesar 30 % (Kasmir, 2008). Artinya setiap Rp. 1 penjualan turut
berkontribusi menciptakan Rp. 0,312 laba operasional.
Hasil analisis menggambarkan Net Profit Margin PT Telkom Indonesia (persero),
Tbk yang diperoleh pada tahun 2015 adalah sebesar 22,75%, tahun 2016 terjadi
kenaikan sebesar 2,3% menjadi 25,08 % dari tahun sebelumnya, kemudian untuk tahun
2017 naik menjadi 25,50% dan untuk tahun 2018 turun sebesar 4,4% dari tahun
sebelumnya menjadi 20,6% begitu juga tahun 2019 turun menjadi 20,35% dengan rata-
rata selama lima tahun (2015-2019) adalah sebesar 22,85%. Berdasarkan standar
industri Net Profit Margin menurut Kasmir (2008) adalah 20 % maka dapat disimpulkan
bahwa NPM perusahaan berada dalam keadaan “Baik” karena berada diatas rata-rata
industri. Artinya setiap Rp. 1 penjualan bersih turut berkontribusi menciptakan Rp.
22,85 laba bersih.

16
3.3 Analisis perubahan rasio yang terjadi pada PT Telkom Indonesia Tbk
Dasi hasil analisis Rasio likuiditas melalui perhitungan quick Ratio, current ratio, dan cash
ratio diperoleh bahwa sejak tahun 2015- 2019 rasio likuiditas PT Telkom mengalami
penurunan yang menunjukan adanya penurunan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban atau membayar utang jangka pendeknya. PT Telkom memiliki beberapa jenis utang
jangka pendek yang terdiri dari utang usaha, utang lain-lain, utang pajak, Beban yang masih
harus dibayar, Pendapatan diterima di muka - jangka pendek, Utang bank jangka pendek,
Pinjaman jangka panjang yang jatuh tempo dalam satu tahun terlihat bahwa memang jumlah
masing-masing akun kewajiban lancar perusahaan mengalami peningkatan jumlah dari tahun
ke tahun namun tidak dengan aktiva lancarnya yang justru di tahun 2017-2019 mengalami
penurunan.
Dari analisis diatas kita dapat lihat dari rasio solvabilitas melalui perhitungan atas ratio
debt to asset,ratio debt to equity ,ratio long term debt to equity, dan times interest Earned bahwa
PT Telkom mengalami fluktuasi sepanjang tahun 2015-2019 dimana dari fluktuasi tersebut
kita dapat melihat sejauh mana aktiva perusahaan PT. Telkom dibiayai oleh utang. Dan dari
hasil analisis dalam tiap perhitungannya PT.Telkom cenderung memberikan hasil yang cukup
baik dimana dalam beberapa perhitungan rasio telkom memiliki angka masih diatas rata-rata
industri. Namun terkhusus dalam long term debt ratio PT Telkom kurang baik sebab memiliki
hasil dibawah rata rata industrinya. Long Term debt pada PT Telkom meliputi Liabilitas pajak
tangguhan – bersih, Pendapatan diterima di muka - jangka Panjang, Liabilitas diestimasi
penghargaan masa kerja, Liabilitas diestimasi manfaat pensiun dan imbalan pasca kerja lainnya
, Pinjaman jangka panjang - setelah dikurangi bagian yang jatuh tempo dalam satu tahun,dan
Liabilitas lainnya. Untuk rencana pensiun yang disiapkan perusahaan,dijelaskan secara detail
dalam CALK no.2s mengenai Imbalan kerja dan CALK 28 mengenai pensiun dan imbalan
pasca kerja lainnya. Imbalan pasca kerja terdiri dari program pensiun imbalan pasti yang
funded dan unfunded, program pensiun iuran pasti, imbalan pasca kerja lainnya, program
imbalan kesehatan pasca kerja imbalan pasti, program imbalan kesehatan kerja iuran pasti, dan
kewajiban berdasarkan undang-undang ketenagakerjaan. Imbalan kerja jangka panjang lain
terdiri dari penghargaan masa kerja, cuti masa kerja, dan masa persiapan pensiun. Perhitungan

17
biaya terkait dengan program imbalan pasca kerja dan imbalan kerja jangka panjang lain
dilakukan oleh aktuaris independen dengan menggunakan metode projected unit credit.
Dari hasil analisis Rasio Aktivitas melalui perhitungan Account Receivable Turn Over,
Inventory turnover, Working Capital Turn Over, Fixed Assets Turnover, serta Total Assets
Turnover terlihat bahwa hanya perhitungan Inventory turnover yang menyatakan bahwa
perusahaan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki nya secara efektif sedangkan empat
hasil perhitungan lainnya yang menyatakan sebaliknya. Persediaan yang dimiliki oleh PT
Telkom meliputi terminal telepon, kabel, dan suku cadang lainnya termasuk juga kartu
Subscriber Identification Module (“SIM”), pesawat telepon, modem wireless broadband, dan
voucher prabayar yang dibebankan pada saat dijual, persediaan ini memiliki waktu yang sedikit
bagi perusahaan untuk menjualnya karena persedian ini satu paket dengan jasa yang
ditawarkan oleh perusahaan. Dalam hal perputaran piutang perusahaan kurang baik karena
terlihat bahwa peningkatan piutang perusahaan tidak sama besarnya dengan peningkatan
penjualan yang menyebabkan piutang perusahaan semakin besar tahun ketahun dan
menunjukan bahwa perusahaan kurang baik dalam mengubah piutang menjadi uang tunai.
Penggunaan aktiva lancar menunjukan kenaikan dalam menghasilkan suatu pendapatan masih
berada dibawah rata-rata industri menunjukan perusahaan masih kurang optimal menggunakan
aktiva lancarnya untuk menghasilkan pendapatan. Dalam laporan keuangan aset tetap
merupakan akun yang memiliki nominal terbesar yaitu 71% dari total aset, namun dari hasil
rasionya menunjukan pergerakan yang relatif stabil tahun ke tahun dan berada dibawah rata-
rata industri menunjukan bahwa aset tetap perusahaan yang berupa satelit, bangunan,
kendaraan, peralatan dan lain-lain masih kurang optimal digunakan untuk menghasilkan
pendapatan.
Dari hasil analisis rasio profitabilitas melalui perhitungan return on asset, return on equity,
gross profit margin, operating profit margin, dan net profit margin sejak tahun 2015-2019 rasio
profitabilitas mengalami kenaikan dari tahun 2015 ke 2017 dan mengalami penurunan dari
tahun 2017 ke tahun 2018 yang tidak terlalu signifikan. Ini menunjukkan adanya indikasi
kemampuan perusahaan mendapatkan laba dari tahun 2015-2018 meningkat namun dari tahun
2018-2019 mengalami penurunan. Tren ini disebabkan karena meningkatnya pendapatan
namun laba bruto, dan laba bersih dari tahun 2015 ke tahun 2018 menurun, walaupun ada
peningkatan sedikit dari tahun 2018 ke 2019. Kemudian total aset mengalami kenaikan dari

18
tahun 2015 sampai 2019. Kedua hal tersebut mungkin disebabkan akibat bertambahnya aset
tetap yang selaras dengan meningkatnya beban depresiasi. Peningkatan beban ini bersifat
mengurangi laba kotor yang juga akan mempengaruhi laba operasional dan laba bersih.
Sedangkan untuk ekuitasnya terjadi kenaikan dari tahun 2015 ke 2018 namun ada penurunan
dari 2018 ke 2019. Penurunan tersebut terjadi disebabkan adanya kerugian aktuaria dan rugi
komprehensif lainnya.

19
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Analisis rasio keuangan adalah analisis laporan keuangan perusahaan untuk
mengetahui tingkat kesehatan suatu perusahaan. Dalam analisis keuangan PT Telkom yang
telah dilakukan menunjukan untuk rasio likuiditas PT. Telkom cenderung menurun hal ini
mengindikasikan adanya penurunan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban atau
membayar utang jangka pendeknya. Untuk rasio solvabilitas PT.Telkom memiliki hasil yang
fluktuatif dimana dalam beberapa rasio hasil rata-ratanya diatas rata-rata industrinya namun
dalam rasio long term debt to equity memiliki hasil yang tidak begitu baik dimana memiliki
hasil dibawah rata-rata industrinya. Rasio aktivitas yang dimiliki PT. Telkom menunjukkan
hasil yang tidak begitu baik dimana memiliki rata-rata dibawah rata-rata industri kecuali dalam
perhitungan Inventory turnover yang menyatakan bahwa perusahaan memanfaatkan sumber
daya yang dimiliki nya secara efektif. Dalam perhitungan rasio profitabilitasnya Telkom
memiliki hasil yang fluktuatif di tiap tahunnya, dibandingkan dengan rata-rata industrinya hasil
rata-rata ROA dan ROE dari perhitungan yang dilakukan memperlihatkan hasil yang dimiliki
PT. Telkom masih dibawah rata-rata industri, namun untuk perhitungan lainnya dalam rasio
profitabilitas cenderung stabil dan baik bila dibandingkan dengan rata-rata industrinya.

4.2 Saran
Untuk memperbaiki kinerja keuangannya, PT Telkom perlu melakukan perubahan cara
pembiayaan usahanya yang tidak melalui utang yang akan menyebabkan rasio likuiditas
perusahaan meningkat. Dalam hal penggunaan sumber daya yang dimiliki nya juga harus lebih
dioptimalkan agar melalui sumber daya tersebut dapat menghasilkan pendapatan yang lebih
tinggi.

20
DAFTAR PUSTAKA

Jumingan. 2009. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Bumi Aksara.


Kasmir. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
(2015-2019). Laporan Keuangan PT Telkom Indonesia, Tbk.
Palepu, K. G., Healy, P. M., & Bernard, V. L. (2013). Business Analysis and Valuation Using
Financial Statements 3rd Edition. Thomson South-Western

21

Anda mungkin juga menyukai