Anda di halaman 1dari 5

MATERI RESTRUKTURISASI GIANT

MATA KULIAH: RESTRUKTURISASI MODAL


KELAS: 6 MK-A S1 Pagi

Oleh Kelompok 2:
1. Ferial Pandu Setiawan (181110046)
2. Aditya Soeriakarta Legawa (181110047)
3. M. Akhbar Putra (181110057)
4. Vira Elisa G (181110059)
5. Susilawaty Nariyah (181110061)
6. Riski Trimaolana Mulyana (181110064)
7. Vina Istianah (181110067)
8. Muhammad Grinaldo (181110071)
9. Siti Rosidah (181110077)
10. Alda Feronika (181110085)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN KEUANGAN S1


INSTITUT BISNIS DAN INFORMATIKA KESATUAN
BOGOR
2021
SEJARAH GIANT

Giant di Indonesia beroperasi di bawah bendera bisnis jaringan ritel raksasa, PT. Hero
Supermarket Tbk. yang telah mengadakan aliansi strategis dengan Dairy Farm Internasional
pada tahun 1999 dalam bentuk penyertaan saham langsung. Kerjasama antara keduanya
ditandai pula dengan bergabungnya beberapa eksekutif Dairy Farm Internasional sebagai
mitra untuk memperkuat jajaran manajemen PT. Hero Supermarket Tbk. Hal ini bertujuan
untuk memberikan kontribusi berupa pengalaman dan keahlian internasional yang bermanfaat
bagi pengetahuan dan pemahaman manajemen PT.Hero Supermarket Tbk.
Gerai giant yang pertama kali dibuka di Indonesia adalah Giant Hypermarket di Villa
Melati Mas, Serpong, Tangerang pada tanggal 26 Juli 2002. Giant dengan mottonya “ Banyak
Pilihan Harga Lebih Murah” menyediakan sekitar 35.000-50.000 item, yang mana 90% nya
berasal dari produk lokal dan etnik.
Dengan operating philosopy “Garansi Harga Murah Setiap Hari”, Giant ingin dikenal
sebagai brand yang murah, terjangkau dan dapat dipercaya dengan memberikan nilai lebih
dari harga yang dibayarkan. Produk private label Giant mulai hadir pada tahun 2003 dengan
menggunakan merek Giant serta First Choice.
Grup Hero kini memiliki 496 gerai dengan jumlah karyawan sebanyak 13.400 orang.
Perusahaan mengoperasikan 38 gerai Giant Hipermarket, 46 gerai Hero, 76 gerai Giant
Supermarket, 208 Guardian (apotik), dan 129 gerai Starmart (minimarket). Salah satu gerai
yang ada adalah giant ekstra di pekanbaru.
RESTRUKTURISASI GIANT

PT Hero Supermarket Tbk (HERO) Induk dari Giant Supermarket ini menghadapi
masa-masa sulit dari tahun 2017. Sebelum menutup gerai Giant Supermarket, perusahaan
telah menutup 26 gerai supermarket Hero di sejumlah wilayah dan pemutusan hubungan
kerja (PHK) terhadap 532 karyawan. Sepanjang tahun 2019 kinerja keuangan HERO pun
terus tertekan. Pendapatan perusahaan ini tercatat menyusut 0,4% dari sebelumnya Rp 13,03
triliun menjadi Rp 12,97 triliun. Sedangkan kerugian bersihnya membengkak dari
sebelumnya Rp 191,4 miliar menjadi Rp 1,25 triliun. Selain biaya restrukturisasi aset, HERO
juga keteteran di bisnis makanan. Sepanjang tahun lalu, bisnis makanan yang mengandalkan
gerai Hero dan Giant masih tertekan. Penjualan makanan mengalami penurunan 5% menjadi
Rp 10,34 triliun. Sedangkan segmen non-makanan melalui Guardian dan IKEA mengalami
pertumbuhan 21% year-on-year (yoy) menjadi Rp 2,63 triliun pada tahun lalu.

Salah satu langkah HERO adalah melakukan restrukturisasi. HERO akan fokus membenahi
segmen makanan dan memperkuat segmen non-makanan. Restrunturisasi dilakukan dengan
cara:
1. Restrukturisasi Segmen Makanan
Strategi buka-tutup gerai dilakukan banyak perusahaan retail sebagai bagian dari
restrukturisasi atau perubahan format bisnis. Restrukturisasi termasuk menurunkan nilai
aset yang berkinerja buruk, menghapuskan stok berkualitas buruk dan mengeluarkan
berbagai biaya perbaikan bisnis. Hal tersebut dilakukan dengan penataan ulang dan
pembentukan kembali segmen bisnis makanan. Segmen makanan sejauh ini belum
menunjukkan performa yang sesuai harapan.
Melalui transformasi ini, HERO ingin membangun bisnis yang lebih menguntungkan dan
berkelanjutan. Dengan fokus pada keseimbangan dan perpaduan yang tepat dalam portofolio
ritel akan memberikan keuntungan di tengah berlangsungnya perubahan industri yang
signifikan.
Penyebab Restrukturisasi Giant:
1. Penurunan Bisnis Makanan
Penurunan penjualan bisnis makanan yang menyebabkan perusahaan merugi Rp 191
miliar pada 2017. Kinerja perusahaan terus menurun dan kerugian akibat penjualan
melemah sedangkan biaya operasional terus membengkak.
2. Perkembangan e-Commerce
Perkembangan e-commerce sebagai salah satu penyebab perubahan kebiasaan masyarakat
dalam berbelanja. Beberapa perusahaan sudah lebih dahulu melakukan penutupan gerai
demi efisiensi atau mengubah model bisnisnya agar mampu mengikuti keinginan
masyarakat.
3. Fokus Bisnis Lain
Pihak perusahaan ingin memfokuskan bisnisnya pada brand lain yang dimiliki.
Brand ini antara lain IKEA, Guardian, dan Hero Supermarket, yang dinilai memiliki
potensi pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan dengan Giant.

Fakta mengenai giant:


 Belum ada kepastian status pegawai, jika dilihat dari kecenderungan dan kabar
yang beredar, status pegawai sendiri akan dirumahkan. Namun besar harapan
karyawan untuk menerima kabar baik, sebelum secara resmi ditutup pada 28 Juli
2021 mendatang.
 Efektivitas bisnis, pihak manajemen sendiri mengaku penutupan gerai Giant ini
merupakan hal yang biasa, dan menjadi strategi perusahaan dalam melakukan
efektivitas bisnis yang dikelolanya.
 Memberikan diskon besar-besaran, untuk menghabiskan stok barang yang
dimiliki, banyak gerai Giant yang kemudian memberikan diskon besar-besaran. Hal
ini dilakukan agar ketika waktunya tutup nanti tidak ada barang yang dibuang sia-
sia.
 Perubahan brand, awalnya, mungkin nama Hero lebih dikenal masyarakat. Namun
kemudian brand ini diubah menjadi Giant, sebelum akhirnya menurut kabar terbaru
dikabarkan pengembangan akan difokuskan pada brand Hero kembali.
Pasca-restrukturisasi Giant
Hero Supermarket akan menjadi satu-satunya bisnis ritel makanan yang dikelola emiten. Saat
ini, pihak HERO secara aktif mengevaluasi kelayakan untuk mengubah beberapa gerai Giant
menjadi Hero Supermarket. Di samping itu, HERO berencana mengubah lima gerai Giant
menjadi IKEA. 
HERO juga tengah bernegosiasi dengan pihak ketiga mengenai potensi pengalihan
kepemilikan sejumlah gerai Giant. Akan tetapi untuk saat ini, pihak HERO tidak dapat
memastikan berapa banyak toko gerai yang berhasil dijual ke pihak ketiga. Setiap gerai yang
tidak dikonversi atau dijual akan ditutup nantinya. 
Sejumlah lokasi gerai Giant dimiliki oleh HERO saat ini. Oleh karenanya, HERO juga
sedang menjajaki opsi monetisasi aset tersebut. Adanya monetisasi aset ini akan
memungkinkan HERO menghasilkan modal guna mendanai investasi untuk inisiatif
pertumbuhan IKEA, Guardian, dan Hero Supermarket. Termasuk, mendukung ketiganya
beradaptasi dengan perubahan kondisi pasar. Hero akan memfokuskan bisnisnya pada
brand ini antara lain IKEA, Guardian, dan Hero Supermarket, yang dinilai memiliki
potensi pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan dengan Giant.

Anda mungkin juga menyukai