b. Insinerator
a. Proses pre-treatment
Proses pre-treatment sampah meliputi kegiatan penyortiran dan
homogenisasi. Perlu tidaknya proses pre-treatment sampah sebelum masuk
insinerator, tergantung pada kualitas sampah dan sistem insineratornya.
Penyortiran berfungsi untuk meningkatkan nilai kalori rata-rata sampah sebelum
masuk ke insinerator. Kebutuhan penyortiran untuk masing - masing sistem
insinerator berbeda-beda. Untuk tipe movable grate incinerator, sampah dapat
dibakar tanpa melalui proses penyortiran. Berbeda dengan fluidized bed
incinerator yang membutuhkan proses penyortiran sampah sebelum masuk
insinerator
b. Proses pembakaran
Pada proses pembakaran sampah, ada beberapa sistem insinerator yang
digunakan, diantaranya adalah moving grate incinerator, rotary kiln incinerator
dan fluidized bed incinerator. Diantara ketiga sistem incinerator tersebut, yang
paling banyak digunakan untuk proses insinerasi sampah adalah moving grate
incinerator.
Hal ini karena moving grate incinerator dapat mengakomodasi variasi
yang besar dalam komposisi dan nilai kalor sampah serta tungku dapat dibangun
hingga kapasitas 1.200 ton/hari
Pirolisis adalah proses dekomposisi termal material organik tanpa kehadiran oksi
gen. Pirolisis sejatinya adalah salah satu sub-proses dari gasifikasi secara
keseluruhan. Sama seperti gasifikasi, pirolisis tidak menghasilkan energi secara
langsung, tetapi menghasilkan gas maupun padatan yang dapat dimanfaatkan sebagai
bahan bakar. Gas tersebut adalah H2 atau CH4 sedang padatannya adalah arang
dengan kandungan fixed carbon yang cukup tinggi sehingga lebih baik untuk
digunakan sebagai bahan bakar. Pada umumnya, proses pirolisis menggunakan pasir
sebagai “teman” bahan bakar (sampah) yang dibakar. Sampah yang akan dipirolisis
pada umumnya dikeringkan dan dibuat butiran terlebih dahulu agar proses pirolisis
berjalan dengan baik.
Umumnya terdapat tiga reaksi yang terjadi dalam gasifikasi plasma. Reaksi
pertama adalah Thermal Cracking. Pada proses ini molekul berukuran besar diuraikan
menjadi gas (molekul yang lebih kecil dan lebih ringan). Hasil akhirnya menghasilkan
hidrokarbon ringan seperti metana dan hidrogen. Reaksi kedua adalah Oksidasi
parsial. Proses ini dapat menghasilkan karbon monoksida, dan dengan proses oksidasi
yang lebih rumit akan memberikan hasil akhir CO2 dan H2O. Reaksi ketiga adalah
Reforming. Merupakan kombinasi dari reaksi-reaksi yang berlangsung. Contoh,
karbon dapat bereaksi dengan air menghasilkan CO dan H2 atau karbon bereaksi
dengan CO2 menghasilkan dua molekul CO. Reaksi reforming ini memiliki
kemungkinan membentuk fuel gas.