Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

TEKNIK LINGKUNGAN
TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA)

Dosen : Ir. Hj Ninny Siregar, M.Si

OLEH :

FEBRIANSYAH PUTRA WIJAYA 168110086

TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS MEDAN AREA


2017
ABSTRAK

Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses.
Sampah ada yang masih bisa diolah dengan kata lain di daur ulang dan ada yang tidak bisa.
Adanya sampah bersumber dari konsep kehidupan manusia. Sampah yang tidak bisa di daur
ulang lagi biasanya dibuang begitu saja hingga akhirnya menumpuk jadi satu. Tempat
Penumpukan sampah tersebut ada pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA). TPA merupakan
mata rantai terakhir dari pengolahan sampah perkotaan sebagai sarana lahan untuk
menimbun atau mengolah sampah. TPA memiliki berbagai fasilitas dengan masing-masing
fungsi yang berbeda.Fungsi dari fasilitas-fasilitas tersebut membantu dalam pengolahan
sampah-sampah di TPA. Pada TPA pun terdapat dampak bagi lingkungan sekitar akibat
adanya kegiatan pada TPA tersebut dari sampah yang tertimbun di TPA.Dampak yang terjadi
biasanya mengenai dampak kesehatan dan keamanan lingkungan sekitar TPA.
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Istilah sampah pasti sudah tidak asing lagi ditelinga. Jika mendengar istilah sampah, pasti
yang terlintas dalam benak kita adalah setumpuk limbah yang menimbulkan aroma bau busuk
yang sangat menyengat. Sampah diartikan sebagai material sisa yang tidak diinginkan setelah
berakhirnya suatu proses. Sampah adalah zat kimia, energi atau makhluk hidup yang tidak
mempunyai nilai guna dan cenderung merusak. Sampah merupakan konsep buatan manusia,
dalam proses-proses alam tidak ada sampah, yang ada hanya produk-produk yang tak
bergerak.

Besarnya timbunan sampah yang tidak dapat ditangani tersebut akanmenyebabkan berbagai
permasalahan baik langsung mau pun tidak langsung bagipenduduk kota apalagi daerah di
sekitar tempat penumumpukan. Dampak langsung dari penanganan sampah yang kurang
bijaksana diantaranya adalah timbulnya berbagai penyakit menular maupun penyakit kulit serta
gangguan pernafasan, sedangkan dampak tidak langsung diantaranya adalah bahaya banjir
yang disebabkan oleh terhambatnya arus air di sungai karena terhalang timbunan sampah yang
dibuang ke sungai. Selain penumpukan di tempat pembuangan sementara (TPS), jumlah
sampah pun akan semakin meningkat di tempat pembuangan akhir (TPA). sampah yang ada di
Jalan ambon Bakung tersebut sudah menggununng serta memakan area yang cukup luas. Selain
itu sampah yang ada di sana belum dikelola dengan baik oleh pemerintah setempat.

Berdasarkan hal itu kami merasa perlu untuk mengangkat masalah ini karenaberhubungan
dengan kerusakan alam dan lingkungan sekitar serta kesehatan manusia. Dampak yang
ditimbulkan dari pencamaran tersebut tidak hanya bisa diselesaikan dalam jangka waktu yang
sebentar melainkan perlu waktu yang lama karena efek negatif yang ditimbulkan akan bersifat
permanen.

I.2 Rumusan Masalah


1.2.1. Apa yang disebut dengan TPA?
1.2.2. Apa fungsi dari TPA?
1.2.3. Bagaimana dampak pecemaran sampah di TPA?

I.3 Tujuan
1.3.1. Memahami pengertian dari TPA.
1.3.2. Mengetahui fungsi dari TPA.
1.3.3. Mengetahui dampak yang disebabkan oleh sampah yang ada di TPA.
I.4 Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah agar pembaca maupun penulis mengerti dampak
tercemarnya lingkungan oleh sampah dan mengetahui cara cara mengurangi pencemaran yang
di akibatkan oleh sampah serta cara menanggulanginya.

I.5 Metode Penelitian


Metode yang dilakukan untuk penelitian tentang TPA berikut ialah metode lapangan dam
metode pustaka. Metode lapangan ialah metode yang dilakukan dengan cara langsung
meninjau tempat penelitian dengan mendatangi TPA tersebut, TPA yang dituju yakni TPA
Bakung, Telukbetung, Bandarlampung. Sedangkan, untuk metode pustaka ialah metode yang
dilakukan dengan cara mencari bahan isi makalah ini dari berbagai sumber, misalnya isi buku
tentang TPA atau dari internet.
BAB II
ISI

II.1 TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR

TPA (Tempat Pembuangan Akhir) adalah sarana fisik untuk berlangsungnya kegiatan
pembuangan akhir sampah. TPA merupakan mata rantai terakhir dari pengolahan sampah
perkotaan sebagai sarana lahan untuk menimbun atau mengolah sampah. Proses sampah itu
sendiri mulai dari timbulnya di sumber - pengumpulan - pemindahan/pengangkutan -
pengolahan - pembuangan. Di TPA, sampah masih mengalami proses penguraian secara
alamiah dengan jangka waktu panjang. Beberapa jenis sampah dapat terurai secara cepat,
sementara yang lain lebih lambat sampai puluhan dan ratusan tahun seperti plastik. Hal ini
memberi gambaran bahwa di TPA masih terdapat proses-proses yang menghasilkan beberapa
zat yang dapat mempengaruhi lingkungan. Zat-zat tersebut yang mempengaruhi lingkungan
itulah yang menyebabkan adanya bentuk-bentuk pencemaran.

Dalam diagram diatas dapat dijelaskan bahwa pada Tempat Pembuangan Sampah (TPA)
pertama kali untuk tempat mengumpulkan berbagai sampah dari rumah tangga maupun non-
rumah tangga. Tempat tersebut yang disebut sebagai Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan
bentuk wadah penampungan atas pengumpulan sampah.Pada Tempat Pembuangan Akhir
(TPA), ada sampah yang tidak langsung dibuang dan ada yang langsung dibuang serta
ada yang diolah secara fisik, kimia, dan biologi. Sampah yang tidak langsung dibuang biasanya
dilakukan pemindahan dan pengangkutan. Pemindahan sampah tersebut diangkut pada Tempat
Pembuangan Akhir, sedangkan sampah yang langsung dibuang akan ditampung pada Tempat
Pembuangan Akhir. Untuk pengolahan sampah yang dibagi secara fisik, kimia, dan biologi,
sampah-sampah tersebut diuraikan terlebih dahulu sesuai bahan sampahnya.

Pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA) terdapat syarat sebagai tempat tersebut, syarat-syarat
tersebut yang menjadi lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yaitu :

1. Bukan daerah rawan geologi (daerah patahan, rawan longsor, rawan gempa, dll)
2. Bukan daerah rawan geologis yaitu daerah dengan kondisi kedalaman air tanah
kurang dari 3 meter, jenis tanah mudah meresapkan air, dekat dengan sumber air, dll
3. Bukan daerah rawan topografis (kemiringan lahan >20%)
4. Bukan daerah rawan terhadap kegiatan seperti bandara, pusat perdagangan
5. Bukan daerah/kawasan yang dilindungi.

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) berdasarkan penelitian kelompok kami ambil sampel di
daerah Bakung, Telukbetung, Bandarlampung. Lahan yang tersedia di Tempat Pembuangan
Akhir (TPA) sampah di Kelurahan Bakung, Kecamatan Telukbetung Barat, Bandar Lampung,
hanya mampu menampung sampah hingga tiga tahun ke depan. Hal itu dikatakan oleh
Koordinator Lapangan TPA Bakung Rohendi. Pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
digunakan solusi agar sampah yang terdapat pada TPA tidak terlalu menggunung yaitu dengan
cara diratakan oleh alat berat, dijadikan kompos dan dipilah oleh pemulung. TPA di Kelurahan
Bakung tiap hari menerima ratusan ton sampah dengan rata-rata 800 ton sampah dari penduduk
Bandarlampung. Daya tampung itu tidak sesuai dengan kapasitas sampah yang terus masuk ke
lokasi tersebut. Menurut UPTD TPA Bakung Setiawan Batin, TPA Bakung dibangun sejak
tahun 1994 di atas lahan 14,5 hektar dan memiliki kedalaman 15 meter.

Tahap
Kegiatan Prakiraan Dampak
Pembangunan
 Pemilihan lokasi
TPA.  Lokasi yang tidak memenuhi
persyaratan akan mencemari
lingkungan dan mengganggu
kesehatan masyarakat
 Perencanaan.  Perencanaan yang tidak didukung
Prakonstruksi oleh data yang akurat akan
menghasilkan konsntruksi yang tidak
memadai
 Ganti rugi yang tidak memadai akan
menimbulkan keresahan masyarakat
 Pembebasan lahan.

 Meningkatkan polusi udara (debu,


 Mobilisasi alat berat
kebisingan)
Konstruksi & tenaga.
 Keresahan sosial apabila tenaga
setempat tidak dimaanfaatkaan
 Pengurangan tanaman

 Pembersihan lahan.  Pembuatan konstruksi yang tidak


 Pekerjaan sipil memenuhi persyaratan akan
menyebabkan kebocoran lindi, gas
dan lain-lain

 Pengangkutan.

 Pengangkutan sampah dalam


keadaan terbuka dapat menyebabkan
bau dan sampah berceceran di
 Penimbunan dan
sepanjang jalan yang dilalui truk
pemadatan.
 Penimbunan sampah yang tidak
beraturan dan pemadatan yang
kurang baik menyebabkan masa
pakai TPA lebih singkat
 Penutupan tanah yang tidak memadai
Operasi dapat menyebabkan bau, populasi
 Penutupan tanah.
lalat tinggi dan pencemaran udara
 Ventilasi gas yang tidak memadai
menyebabkan pencemaran udara,
kebakaran dan bahaya asap
 Lindi yang tidak terkumpul dan
terolah dengan baik dapat
 Ventilasi gas
menggenangi jalan dan mencemari
badan air dan air tanah

 Pengumpulan lindi
dan pengolahan lindi

 Reklamasi lahan
 Reklamasi yang tidak sesuai dengan
peruntukan lahan apalagi digunakan
untuk perumahan dapat
membahayakan konstruksi bangunan
Pasca operasi dan kesehatan masyarakat
 Tanpa upaya pemantauan yang
memadai, maka akan menyulitkan
upaya perbaikan kualitas lingkungan
 Pemantauan kualitas
lindi dan gas

Tabel 1. Dampak potensial kegiatan pembuangan akhir

II.2TAHAPAN PENGAMANAN PENCEMARAN LINGKUNGAN TPA

II.2.1 TAHAP PRA KONSTRUKSI

1. Pemilihan Lokasi TPA

Untuk mengantisipasi dampak negatif tersebut yang diakibatkan oleh metode pembuangan
akhir sampah yang tidak memadai seperti yang selalu terjadi di berbagai kota di Indonesia,
maka langkah terpenting adalah memilih lokasi yang sesuai dengan persyaratan.

Sesuai dengan SNI No. 03-3241-1997 tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA, bahwa
lokasi yang memenuhi persyaratan sebagai tempat pembuangan akhir sampah adalah :

 Jarak dari perumahan terdekat 500 m


 Jarak dari badan air 100 m
 Jarak dari airport 1500 m (pesawat baling-baling) dan 3000 m (pesawat jet)
 Muka air tanah > 3 m
 Jenis tanah lempung dengan konduktivitas hidrolik < 10 -6 cm / det
 Merupakan tanah tidak produktif
 Bebas banjir minimal periode 25 tahun

Pemilihan lokasi TPA sebagai langkah awal dalam peningkatan metode pembuangan akhir
sampah, perlu dilakukan secara teliti melalui tahapan studi yang komprehensif (feasibility
study dan studi amdal). Sulitnya mendapatkan lahan yang memadai didalam kota, maka
disarankan untuk memilih lokasi TPA yang dapat digunakan secara regional. Untuk lokasi
TPA yang terlalu jauh (>25 km) dapat menggunakan sistem transfer station.

2. Survey dan pengukuran Lapangan

Data untuk pembuatan DED TPA harus meliputi :

 Jumlah sampah yang akan dibuang ke TPA


 Komposisi dan karakteristik sampah
 Data jaringan jalan ke lokasi TPA
 Jumlah alat angkut (truk)

Pengumpulan data tersebut dapat dilakukan secara langsung (primer) maupun tidak
langsung (sekunder).

Pengukuran lapangan dilakukan untuk mengetahui data kondisi lingkungan TPA seperti:
 Topografi
 Karakteristik tanah, meliputi karakteristik fisik (komposisi tanah, konduktivitas
hidrolik, pH, KTK dan lain-lain) dan karakteristik kimia (komposisi mineral tanah,
anion dan kation)
 Sondir dan geophysic
 Kondisi air tanah, meliputi kedalaman muka air tanah, arah aliran air tanah, kualitas
air tanah (COD, BOD, Chlorida, Fe, Organik dan lain-lain)
 Kondisi air permukaan, meliputi jarak dari TPA, level air, fluktuasi level air musim
hujan dan kemarau, kualitas air sungai (BOD, COD, logam berat, chlorida, sulfat,
pestisida dan lain-lain)
 Lokasi mata air ( jika ada) termasuk debit.
 Kualitas lindi, meliputi BOD, COD, Chlorida, Logam berat, Organik dan lain-lain.
 Kualitas udara, meliputi kadar CH4, COx, SOx, NOx dan lain-lain.
 Jumlah penduduk yang tinggal disekitar TPA (radius < 500 m)
 Dan lain-lain

3. Perencanaan

Perencanaan TPA berupa Detail Engineering Design (DED), harus dapat mengantisipasi
terjadinya pencemaran lingkungan . Dengan demikian maka perencanaan TPA tersebut
harus meliputi :

 Disain site plan disesuaikan dengan kondisi lahan yang tersedia


 Disain fasilitas yang meliputi fasilitas umum (jalan masuk dan jalan operasi, saluran
drainase, kantor TPA, pagar), fasilitas perlindungan lingkungan (tanggul, lapisan dasar
kedap air, jaringan pengumpul dan pengolah lindi, ventilasi gas, barrier, tanah penutup,
sumur uji, alat berat dan lain-lain) dan fasilitas pendukung (air bersih, bengkel,
jembatan timbang dan lain-lain)
 Tahapan pembangunan disesuaikan dengan kemampuan pendanaan daerah untuk
membangun suatu TPA sehingga dengan kondisi yang paling minimal TPA tersebut
dapat berfungsi tanpa mencemari lingkungan.
 Dokumen DED dilengkapi juga dengan gambar detail, SOP, dokumen tender,
spesifikasi teknis, disain note dan lain-lain

4. Pembebasan lahan

Pembebasan lahan TPA perlu memperhatikan dampak sosial yang mungkin timbul seperti
kurang memadainya ganti rugi bagi masyarakat yang tanahnya terkena proyek. Luas lahan
yang dibebaskan minimal dapat digunakan untuk menampung sampah selama 5 tahun.

5. Pemberian izin

Pemberian izin lokasi TPA harus diikuti dengan berbagai konsekuensi seperti dilarangnya
pembangunan kawasan perumahan atau industri pada radius < 500 m dari lokasi TPA,
untuk menghindari terjadinya dampak negatif yang mungkin timbul dari berbagai kegiatan
TPA.
6. Sosialisasi
Untuk menghindari terjadinya protes sosial atas keberadaan suatu TPA, perlu diadakan
sosialisasi dan advokasi publik mengenai apa itu TPA, bagaimana mengoperasikan
suatu TPA dan kemungkinan dampak negatif yang dapat terjadi namun disertai dengan
rencana atau upaya pihak pengelola untuk menanggulangi masalah yang mungkin
timbul dan tanggapan masyarakat terhadap rencana pembangunan TPA. Sosialisasi
dilakukan secara bertahap dan jauh sebelum dilakukan perencanaan.

II.2.2 TAHAP KONSTRUKSI

Mobilisasi Tenaga dan Alat

1. Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang dibutuhkan adalah tenaga kerja yang akan melaksanakan pekerjaan
konstruksi TPA. Untuk tenaga profesional seperti tenaga supervisi, ahli struktur dan
mandor harus direkrut sesuai dengan persyaratan kualifikasi, sedangkan untuk tenaga
buruh atau tenaga keamanan dapat direkrut dari tenaga setempat (jika ada). Rekrutmen
tenaga setempat adalah untuk menghindari terjadinya konflik atau kecemburuan sosial.

2. Alat

Mobilisasi peralatan konstruksi mungkin akan menimbulkan dampak kebisingan dan


debu, namun sifatnya hanya sementara. Untuk itu agar dapat diusahakan mobilisasi
atau demobilisasi alat berat dilakukan pada saat lalu lintas dalam keadaan sepi serta
tidak melalui permukiman yang padat.

Pembersihan lahan (land clearing)

Pembersihan lahan akan menimbulkan dampak pengurangan jumlah tanaman dan


debu sehingga perlu dilakukan penanaman pohon sebagai pengganti atau membuat
green barrier yang memadai.

Pembangunan fasilitas umum

1. Jalan Masuk TPA

Jalan masuk TPA akan digunakan oleh kendaraan pengangkut sampah dengan
kapasitas yang cukup besar, sehingga kelas jalan dan lebar jalan perlu memperhatikan
beban yang akan lewat serta antrian yang mungkin terjadi. Pengaturan lalu lintas untuk
kendaraan yang akan masuk dan keluar TPA sedemikian rupa sehingga dapat
menghindari antrian yang panjang karena dapat mengurangi efisiensi pengangkutan.

2. Kantor TPA

Kantor TPA berfungsi sebagai kantor pengendali kegiatan pembuangan akhir mulai
dari penimbangan/ pencatatan sampah yang masuk (sumber, volume/berat,
komposisi dan lain-lain), pengendalian operasi, pengaturan menajemen TPA dan lain-
lain. Luas dan konstruksi bangunan kantor TPA perlu memperhatikan fungsi tersebut.
Selain itu juga dapat dilengkapi dengan ruang laboratorium sederhana untuk analisis
kualitas lindi maupun efluen lindi yang akan dibuang kebadan air penerima.

3. Drainase

Drainase keliling TPA diperlukan untuk menampung air hujan agar tidak masuk ke
area timbunan TPA, selain untuk mencegah tergenangnya area timbunan sampah juga
untuk mengurangi timbulan lindi.

4. Pagar TPA

Pagar TPA selain berfungsi sebagai batas TPA dan keamanan TPA juga dapat
berfungsi sebagai green barrier. Untuk itu maka pagar TPA sebaiknya dibuat dengan
menggunakan tanaman hidup dengan jenis pohon yang rimbun dan cepat tumbuh
seperti pohon angsana.

Pembangunan fasilitas perlindungan lingkungan

1. Lapisan Dasar Kedap Air

Lapisan dasar kedap air berfungsi untuk mencegah terjadinya pencemaran lindi
terhadap air tanah. Untuk itu maka konstruksi dasar TPA harus cukup kedap, baik
dengan menggunakan lapisan dasar geomembrane/geotextile maupun lapisan tanah
lempung dengan kepadatan dan permeabilitas yang memadai (< 10-6 cm/det). Lapisan
tanah lempung sebaiknya terdiri dari 2 lapis masing-masing setebal 30 cm. Hal
tersebut dilakukan untuk mencegah terjadinya keretakan akibat kerusakan lapisan
pertama karena terekspose cukup lama. Selain itu untuk menghindari terjadinya
keretakan lapisan dasar tanah lempung, maka sebelum dilakukan peninmbunan
sebaiknya lapisan dasar “terlindung” . Sebagai contoh dapat dilakukan penanaman
rumput atau upaya lain yang cukup memadai.

2. Jaringan Pengumpul Lindi

Pipa jaringan pengumpul lindi di dasar TPA berfungsi untuk mengalirkan lindi yang
terbentuk dari timbunan sampah ke kolam penampung lindi. Jaringan pengumpul lindi
dapat berupa pipa PVC berlubang yang dilindungi oleh gravel. Tipe jaringan
disesuaikan dengan kebutuhan seperti luas TPA, tingggi timbunan, debit lindi dan
lain-lain.

3. Pengolahan Lindi

Instalasi atau kolam pengolahan lindi berfungsi untuk menurunkan kadar pencemar
lindi sampai sesuai dengan ketentuan standar efluen yang berlaku. Mengingat
karakteristik lindi didominasi oleh komponen organik dengan nilai BOD rata-rata
2000 – 10.000 ppm (Qasim, 1994), maka pengolahan lindi yang disarankan minimal
dengan proses pengolahan biologi (secondary treatment). Proses pengolahan lindi
perlu memperhatikan debit lindi, karakteristik lindi dan badan air penerima tempat
pembuangan efluen. Hal tersebut berkaitan dengan pemilihan proses pengolahan,
penentuan kapasitas dan dimensi kolam serta perhitungan waktu detensi.

Mengingat proses biologi akan sangat dipengaruhi oleh kemampuan aktivitas


mikroorganisme, maka pengkondisian dan pengendalian proses memegang peranan
penting. Sebagai contoh kegagalan proses yang terjadi selama ini adalah karena tidak
adanya upaya seeding dan aklimatisasi proses biologi, sehingga efisiensi proses tidak
dapat diprediksi bahkan cenderung sangat rendah.

Secara umum proses pengolahan lindi secara sederhana terdiri dari beberapa tahap
sebagai berikut :

 Pengumpulan lindi, dilakukan di kolam pengumpul


 Proses anaerobik, dilakukan di kolam anaerob (kedalaman > 2m). Proses ini
diharapkan dapat menurunkan BOD sampai 60 %
 Proses fakultatif yang merupakan proses peralihan dari anaerobik, dilakukan di
kolam fakultatif. Proses ini diharapkan dapat menurunkan BOD sampai 70 %
 Proses maturasi atau stabilisasi, dilakukan di kolam maturasi dengan efisiensi
proses 80 %
 Land treatment, dilakukan dengan membuat lahan yang berfungsi sebagai saringan
biologi yang terdiri dari ijuk, pasir, tanah dan tanaman yang dapat menyerap bahan
polutan.

Dalam kondisi efluen belum dapat mencapai nilai efluen yang diharapkan, maka dapat
dilakukan proses resirkulasi lindi ke lahan timbunan sampah melalui pipa ventilasi
gas. Adanya proses serupa “trickling filter”, diharapkan dapat menurunkan kadar
BOD lindi.

4. Ventilasi Gas

Ventilasi gas berfungsi untuk mengalirkan gas dari timbunan sampah yang terbentuk
karena proses dekomposisi sampah oleh aktivitas mikroorganisme. Tanpa adanya
ventilasi yang memadai, akan dapat menyebabkan tingginya akumulasi gas di
timbunan sampah sehingga sangat mudah terbakar. Gas yang mengalir dan keluar dari
pipa ventilasi sebaiknya diolah sebagai biogas (di negara maju, gas dari landfill
dimanfaatkan untuk menghasilkan tenaga listrik). Tetapi apabila tidak dilakukan
pengolahan gas TPA, maka gas yang keluar dari pipa vent harus dibakar, hal tersebut
untuk menghindari terjadinya dampak negatif terhadap pencemaran udara berupa efek
rumah kaca (green house effect).

Pemasangan pipa gas berupa pipa PVC berlubang (vertikal) yang dilindungi oleh
casing yang diisi kerikil, harus dilakukan secara bertahap sesuai dengan ketinggian
lapisan sel sampah. Letak pipa gas agar berada pada jalur jaringan pipa lindi.

5. Green Barrier

Untuk mengantisipasi penyebaran bau dan populasi lalat yang tinggi, maka perlu
dibuat green barrier berupa area pepohonan disekeliling TPA. Tebal green barrier
kurang lebih 10 m (canopi). Pohon yang cepat tumbuh dan rimbun untuk memenuhi
kebutuhan ini antara lain jenis pohon angsana.

6. Sumur Uji

Sumur uji diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya pencemaran terhadap air tanah
yang disebabkan oleh adanya rembesan lindi dari dasar TPA (dasar TPA tidak kedap,
adanya retakan lapisan tanah, adanya kebocoran geomembran ).

Pembangunan fasilitas pendukung

1. Sarana Air Bersih

Air bersih di TPA diperlukan untuk pembersihan kendaraan pengangkut sampah


(truck), alat berat, keperluan mandi cuci bagi petugas maupun pengunjung TPA.
Selain itu apabila memungkinkan air bersih juga diperlukan untuk menyiram debu
disekitar area penimbunan secara berkala untuk mengurangi polusi udara.

2. Bengkel

Bengkel di TPA diperlukan untuk pemeliharaan alat berat serta memperbaiki


kendaraan yang mengalami kerusakan ringan yang terjadi di TPA, sehingga tidak
sampai mengganggu operasi pembuangan sampah. Peralatan bengkel harus
disesuaikan dengan jenis kerusakan yang akan ditangani.

3. Jembatan Timbang

Jembatan timbang diperlukan untuk mengetahui berat sampah yang masuk TPA
sehingga masa pakai TPA dapat dikendalikan. Selain itu jembatan timbang tersebut
dapat digunakan sebagai ukuran pembayaran pembuangan sampah per truk (untuk
sampah dari sumber tertentu yang tidak dikenakan retribusi).

II.2.2 TAHAP PASCA KONSTRUKSI

Operasi dan Pemeliharaan TPA

Operasi dan pemeliharaan TPA merupakan hal yang paling sulit dilaksanakan dari
seluruh tahapan pengelolaan TPA. Meskipun fasilitas TPA yang ada sudah cukup
memadai, apabila operasi dan pemeliharaan TPA tidak dilakukan dengan baik maka
tetap akan terjadi pencemaran lingkungan.

Untuk menghindari terjadinya dampak negatif yang mungkin timbul , maka


pengoperasian pembuangan akhir sampah dilakukan dengan memperhatikan hal-hal
sebagai berikut. Penerapan sistem sel memerlukan pengaturan lokasi pembuangan
sampah yang jelas termasuk pemasangan rambu-rambu lalu lintas truk sampah ,
kedisiplinan sopir truk untuk membuang sampah pada sel yang telah ditentukan dan
lain-lain

 Pemadatan sampah sedemikian rupa agar dapat mencapai kepadatan 700 kg/m3,
yaitu dengan lintasan alat berat 5 x. Untuk proses pemadatan pada lapis pertama
perlu dilakukan secara hati-hati agar alat berat tidak sampai merusak jaringan pipa
leachate yang dapat menyebabkan kebocoran leachate.
 Penutupan tanah dilakukan secara harian ( 20 cm), intermediate ( 30 cm) dan
penutupan tanah akhir (50 cm ). Pemilihan jenis tanah penutup perlu
mempertimbangkan tingkat kekedapannya, diusahakan merupakan jenis yang
tidak kedap. Dalam kondisi penutupan tanah tidak dilakukan secara harian, maka
untuk mengurangi populasi lalat dilakukan penyemprotan insektisida
 Pengolahan lindi dikondisikan untuk mengoptimalkan proses pengolahan baik
melalui proses anaerob, aerob, fakultatif, maturasi dan resirkulasi lindi, sehingga
dicapai efluen yang memenuhi standar baku mutu (BOD 30 – 150 ppm)
 Pipa ventilasi gas berupa pipa berlubang yang dilindungi oleh kerikil dan casing
dipasang secara bertahap sesuai dengan ketinggian lapisan timbunan sampah

Reklamasi lahan bekas TPA

Untuk menghindari terjadinya dampak negatif, karena proses dekomposisi sampah

menjadilindi dan gas berlangsung dalam waktu yang sangat lama 30 tahun
(Thobanoglous, 1993), maka lahan bekas TPA direkomendasikan untuk lahan terbuka
hijau atau sesuai dengan rencana tata guna lahannya. Apabila lahan bekas TPA akan
digunakan sebagai daerah perumahan atau bangunan lain, maka perlu
memperhitungkan faktor keamanan bangunan secara maksimal.

Reklamasi lahan bekas TPA disesuaikan dengan rencana peruntukannya terutama yang
berkaitan dengan konstruksi tanah penutup akhir. Untuk lahan terbuka hijau, ketebalan
tanah penutup yang dipersyaratkan adalah 1 m (tergantung jenis tanaman yang akan
ditanam), ditambah lapisan top soil. Sedangkan untuk peruntukan bangunan,
persyaratan penutupan tanah akhir serupa dengan konstruksi jalan dan faktor keamanan
sesuai dengan peraturan konstruksi yang berlaku.

Monitoring TPA pasca operasi

Monitoring kualitas lingkungan pasca operasi TPA diperlukan untuk mengetahui ada
tidaknya pencemaran baik karena kebocoran dasar TPA, jaringan pengumpul lindi,
proses pengolahan lindi yang tidak memadai maupun kebocoran pipa ventilasi gas.
Fasilitas yang diperlukan untuk monitoring ini adalah sumur uji dan pipa ventilasi gas
yang terlindung. Sumur uji yang harus ada minimal 3 unit, yaitu yang terletak sebelum
area peninmbunan, dekat lokasi penimbunan dan sesudah area penimbunan.

Parameter kunci yang diperlukan antara lain meliputi :

 Kualitas air , meliputi antara lain BOD/COD, chlorida, sulfat


 Kualitas udara, meliputi debu, COx, NOx, H2S, gas metan (CH4)
 Kepadatan lalat
Periode pemantauan sebaiknya dilakukan secara berkala terutama untuk parameter
kunci, sedangkan untuk parameter yang lebih lengkap dapat dilakukan setahun 1-2 kali
(musim kemarau dan hujan).

II.2.3 DOKUMEN KAJIAN LINGKUNGAN

Dokumen kajian lingkungan TPA yang berisikan hal-hal tersebut diatas, harus
disesuaikan dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku (UU 23 / 1997
tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, PP No 27 / 1999 tentang
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan dan Kepmen LH/Depkes/Kimpraswil yang
berkaitan dengan masalah kegiatan yang berdampak terhadap lingkungan)

Secara umum dokumen yang harus dilengkapi untuk melaksanakan pembangunan dan
pengoperasian TPA adalah :

1. AMDAL

 Untuk kegiatan pembangunan TPA > 10 Ha


 Untuk kegiatan pembangunan TPA yang terletak dikawasan lindung, berbatasan
dengan kawasan lindung atau yang secara langsung mempengaruhi kualitas
lingkungan kawasan lindung. Seperti di pinggir sungai, pantai, laut dan kawasan
lindung lainnya (< 10 ha)
 Dokumen AMDAL terdiri dari Kerangka Acuan (KA) ANDAL, ANDAL, RKL /
RPL.
 KA ANDAL meliputi pendahuluan (latar belakang, tujuan dan kegunaan studi),
ruang lingkup studi (lingkup rencana kegiatan yang akan ditelaah, lingkup rona
lingkungan hidup awal dan lingkup wilayah studi), metode studi (metode
pengumpulan dan analisa data, metode prakiraan dampak dan penentuan dampak
penting, metode evaluasi dampak), pelaksanaan studi (tim studi, biaya studi dan
waktu). KA ANDAL juga dilengkapi dengan daftar pustaka dan lampiran
 Penyusunan dokumen ANDAL meliputi pendahuluan (latar belakang, tujuan studi
dan kegunaan studi), metoda studi (dampak penting yang ditelaah, wilayah studi,
metode pengumpulan dan analisa data, metode prakiraan dampak penting dan
evaluasi dampak penting), rencana kegiatan ( identitas pemrakarsa dan penyusun
ANDAL, tujuan rencana kegiatan, kegunaan rencana kegiatan dari awal sampai
akhir), rona lingkungan hidup (fisik-kimia, biologi, sosial dan kesehatan
masyarakat termasuk komponen-komponen yang berpotensi terkena dampak
penting) , prakiraan dampak penting (pra konstruksi, konstruksi, operasi dan pasca
operasi termasuk mekanisme aliran dampak pada berbagai komponen lingkungan),
evaluasi dampak penting (telaahan terhadap dampak penting dan digunakan
sebagai dasar pengelolaan). Selain itu juga perlu dilengkapi dengan daftar pustaka
sebagai dasar ilmiah dan lampiran seperti surat izin rekomendasi untuk
pemrakarsa, SK, foto-foto, peta, gambar, tabel dan lain-lain
 Penyusunan dokumen RKL, meliputi latar belakang pengelolaan lingkungan,
rencana pengelolaan lingkungan (dampak penting dan sumber dampak penting,
tolok ukur dampak, tujuan rencana pengelolaan lingkungan, pengelolaan
lingkungan melalui pendekatan teknologi/sosial ekonomi/institusi, lokasi
pengelolaan lingkungan, periode pengelolaan lingkungan, pembiayaan
pengelolaan lingkungan dan institusi yang bertanggung jawab dalam pengelolaan
lingkungan). Dokumen RKL ini juga dilengkapi dengan pustaka dan lampiran
 Penyusunan dokumen RPL, meliputi latar belakang pemantauan lingkungan
(dampak penting yang dipantau, sumber dampak, parameter lingkungan yang
dipantaau, tujuan RPL, metode pemantauan dan institusi yang bertanggung jawab
dalam pelaksanaan pemantauan lingkungan

2. UKL / UPL

 Untuk kegiatan pembangunan TPA < 10 ha


 Dokumen yang diperlukan adalah dokumen UKL dan UPL
 Penyusunan dokumen UKL dan UPL, meliputi deskripsi rencana kegiatan (jenis
kegiatan, rencana lokasi dan posisinya dengan rencana umum tata ruang, jarak
lokasi kegiatan dengan SDA dan kegiatan lainnya, sarana/fasilitas yang
direncanakan, proses yang akan dilaksanakan), komponen lingkungan yang
mungkin akan terkena dampak, dampak yang akan terjadi (sumber dampak, jenis
dampak dan ukurannya, sifat dan tolok ukur dampak), upaya pengelolaan
lingkungan yang harus dilaksanakan oleh pemraakarsa, upaya pemantauan
lingkungan yang harus dilaksanakan oleh pemrakarsa (jenis dampak yang dipantau,
lokasi pemantauan, waktu pemantauan dan cara pemantauan), mekanisme
pelaporan pelaksanaan UKL/UPL pada saat kegiatan dilaksanakan (instansi
pembina, BPLDH dan dinas teknis terkait). Dokumen ini dilengkapi juga dengan
pernyataan pemrakarsa yang ditanda tangani untuk melaksanakan upaya
pengelolaan lingkungan.

II.3 FUNGSI TPA

TPA yakni Tempat Pembuangan Akhir memiliki fungsi sebagai akhir dari pembuangan sampah
yang telah dikumpulkan oleh petugas kebersihan sehingga dibawa pada satu tempat sebagai
penampungan sampah.Dalam TPA (Tempat Pembuangan Akhir) memiliki berbagai fasilitas
yang berfunsi antara lain :

a. Prasarana jalan yang terdiri dari jalan masuk/akses, jalan penghubung, dan jalan
operasi/kerja. Semakin baik kondisi jalan ke TPA akan semakin lancar kegiatan
pengangkutan sehingga efisiensi keduanya makin tinggi.
b. Prasarana drainase, berfungsi untuk mengendalikan aliran limpasan air hujan dengan
tujuan untuk memperkecil aliran yang masuk ke timbunan sampah. Drainase ini
umumnya dibangun di sekeliling blok atau zona penimbunan.
c. Fasilitas penerimaan, yaitu tempat pemeriksaan sampah yang datang, pencatatan data,
dan pengaturan kedatangan truk sampah. Biasanya berupa pos pengendali di pintu
masuk TPA.
d. Lapisan kedap air, berfungsi mencegah rembesan air lindi yang terbentuk di dasar TPA
ke dalam lapisan tanah di bawahnya. Biasanya lapisan tanah lempung setebal 50 cm
atau lapisan sintesis lainnya.
e. Fasilitas pengamanan gas, yaitu pengendalian gas agar tidak lepas ke atmosfer. Gas
yang dimaksud berupa karbon dioksida atau gas metan.
f. Fasilitas pengamanan lindi, berupa perpipaan lubang-lubang, saluran pengumpul, dan
pengaturan kemiringan dasar TPA sehingga lindi begitu mencapai dasar TPA akan
bergerak sesuai kemiringan yang ada mengarah pada titik pengumpul.
g. Alat berat, berupa bulldozer, excavator, dan loader.
h. Penghijauan, dimaksudkan untuk peningkatan estetika, sebagai buffer zone untuk
pencegahan bau dan lalat.
i. Fasilitas penunjang, seperti pemadam kebakaran, mesin pengasap (mist blower),
kesehatan/keselamatan kerja, toilet, dan lain-lain.

Berdasarkan fungsi dari fasilitas-fasilitas yang ada pada TPA tersebut menandakan bahwa TPA
merupakan tempat sampah yang telah direncanakan dengan baik dengan meninjau segala
dampak dan manfaat bagi lingkungan sekitar TPA.

II.4 DAMPAK SAMPAH DI SEKITAR TPA

Semakin hari volume sampah kian meningkat sampai melebihi batas toleransi. Karena itu,
secepatnya dibangun perluasan sekitar lima hektar (ha) setelah proses ganti rugi lahan kepada
sekitar warga sekitar terselesaikan. Dalam proyek perluasan itu, pemerintah setempat
menggandeng pihak swasta untuk turut serta. Setiap hari sampah yang datang tercampur, para
pemulung itulah yang memilah-milah. Di sekitar lokasi pembuangan ada sel pengelolahan baik
sampah organik pembuatan kompos dan pengelolaan sampah non-organik. Selain
menyediakan pabrik pengelolaan sampah di sekitarnya, pemerintah setempat juga sudah
mengeluarkan aturan baik pada rumah tangga maupun industri, untuk mengurangi sampahnya.

Dampak yang sering terjadi dari lokasi pembuangan sampah yakni di TPA (Tempat
Pembuangan Akhir) Bakung, saat musim kemarau kerap mengeluarkan letusan yang
membahayakan nyawa pemulung yang mengais rejeki di sekitarnya. Di bawah TPA ini
mengandung metan yang sangat tinggi, jadi sering mengeluarkan percikan api yang dapat
membahayakan orang sekitar. Selain itu, sering menimbulkan bau yang menyengat dalam
radius lebih dari 1,5 kilometer. Nurhadiyati (38) warga Perumahan Citra Garden yang berlokasi
di balik bukit dari pembuangan sampah Bakung kerap mengeluhkan aroma tak sedap.

“Kalau setiap kami buka pintu ya yang tercium aroma sampah. Maka tidak jarang penghuni di
sini ingin menjual rumahnya. Tapi di satu sisi, air di rumah saya ini selalu hangat sepanjang
hari,” kata dia.Menanggapi persoalan itu, Setiawan menegaskan, keberadaan TPA Bakung
lebih dulu dari pada pemukiman penduduk sekitarnya. “Bakung ini duluan ada, tapi setelah
akses dibuka, banyak pendatang yang mendirikan rumah di sini, bahkan sampai saat ini sudah
ada dua perumahan yang berdiri,” ujarnya.

Berdasarkan data diatas, di sekitar Bakung kerap kali terjadi pencemaran akibat
sampah.Pencemaran sampah merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap struktur kimia,
air tanah dan udara serta dapat merubah nilai keindahan suatu lingkungan. Pencemaran sampah
dapat berpengaruh juga terhadap kesehatan masyarakat, baik langsung maupun tidak
langsung.Dampak langsung dari penanganan sampah yang kurang bijaksana diantaranya
adalah berbagai penyakit menular maupun penyakit kulit, gangguan
pernafasan serta dapat mengganggu kesehatan manusia dan mengganggu estetika lingkungan,
karena terkontaminasinya pemandangan oleh tumpukan sampah dan bau busuk yang
menyengat hidung, sedangkan dampak tidak langsungnya diantaranya adalah bahaya banjir
yang disebabkan oleh terhambatnya arus air di sungai karena terhalang timbunan sampah yang
dibuang ke sungai.sampah memang menjadi salah satu penyumbang gas rumah kaca. Maka
dari itu, pembuangan sampah di tempat pembuangan akhir (TPA) harus diperhatikan. Sampah
organik yang tertimbun mengalami dekomposisi secara anaerobik. Proses itu menghasilkan gas
metana (CH4). Sampah yang dibakar juga akan menghasilkan gas karbondioksida (CO2). Gas
CH4mempunyai kekuatan merusak 20 kali lipat dari gas CO2.
Gas metana (CH4) terbentuk karena proses fermentasi secara anaerobik oleh bakteri metana
atau disebut juga bakteri anaerobik dan bakteri biogas yang mengurangi sampah-sampah yang
banyak mengandung bahan organik sehingga terbentuk gas metana (CH4) yang apabila dibakar
dapat menghasilkan energi panas. Sebetulnya di tempat-tempat tertentu proses ini terjadi secara
alamiah sebagaimana peristiwa ledakan gas yang terbentuk di bawah tumpukan sampah di
Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA).
Dampak sampah terhadap kesehatan lingkungan :

1. Dampak Terhadap Kesehatan Pembuangan sampah yang tidak terkontrol dengan baik
merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan menarik bagi berbagai binatang
seperti lalat dan anjing yang dapat menimbulkan penyakit.
Potensi bahaya yang ditimbulkan adalah sebagai berikut :
- Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari sampah
dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur dengan air minum. Penyakit DBD dapat
juga meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang memadai.
- Penyakit jamur dapat juga menyebar ( misalnya jamur kulit ).
- Sampah beracun; Telah dilaporkan bahwa di Jepang kira – kira 40.000 orang meninggal
akibat mengkonsumsi ikan yang telah terkontaminasi oleh raksa ( Hg ). Raksa ini berasal dari
sampah yang dibuang ke laut oleh pabrik yang memproduksi baterai dan akumulator.

2. Dampak Terhadap Lingkungan Cairan terhadap rembesan sampah yang masuk kedalam
drainase atau sungai akan mencemari air. Berbagai organisme termasuk ikan dapat mati
sehingga beberapa spesies akan lenyap dan hal ini mengakibatkan berubahnya ekosistem
perairan biologis.

3. Dampak Terhadap Sosial Ekonomi - Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat
membentuk lingkungan yang kurang menyenangkan bagi masyarakat, bau yang tidak sedap
dan pemandangan yang buruk karena sampah bertebaran dimana – mana.
- Memberikan dampak negatif bagi kepariwisataan Usaha Pengendalian Sampah untuk
menangani permasalahan sampah secara menyeluruh perlu dilakukan alternativ pengolahan
yang benar. Teknologi yang paling tepat untuk pemecahan masalah adalah teknologi
pemusnahan sampah yang hemat dalam penggunaan lahan dengan cara pembakaran yang
terkontrol atau Insinerasi dengan cara memakai Incenerator.
Selain itu juga memakai prinsip reduksi bersih yang diterapkan dalam keseharian misalnya
dengan menerapkan prinsip 4 R yaitu ( Reduce, Reuse, Recycle dan Replace ). Dalam
keseharian, dan dapat dilakukan oleh siapa saja untuk mengurangi volume sampah.
BAB III

PENUTUP

III.1 Kesimpulan

Berdasarkan isi makalah ini dapat disimpulkan bahwa Tempat Pembuangan Akhir atau disebut
dengan TPA merupakan sarana fisik untuk berlangsungnya kegiatan pembuangan akhir
sampah sebagai mata rantai terakhir dari pengolahan sampah perkotaan sebagai sarana lahan
untuk menimbun atau mengolah sampah. TPA sendiri memiliki berbagai fasilitas dengan
fungsi masing-masing, ada yang sebagai Prasarana drainase, fasilitas penerimaan, lapisan
kedap air, dll. Walaupun TPA sebagai tempat pembuangan akhir sampah yang dapat
menampung berbagai sampah, di sekitar TPA pun dapat terjadi berbagai dampak akibat
timbunan sampah pada TPA tersebut. Dampak yang terjadi antara lain saat musim kemarau
kerap mengeluarkan letusan yang membahayakan nyawa pemulung yang mengais rejeki di
sekitarnya, sering menimbulkan bau yang menyengat dalam radius lebih dari 1,5 kilometer,
dan berbagai dampak kesehatan bagi warga setempat.

III.2 Saran

Berdasarkan analisis masalah diatas kami memiliki saran sebagai solusi yang harus dicapai
oleh petugas pengelolaan sampah di TPA tersebut yaitu harus dapat mengurangi hingga
menghilangkan dampak negatif dari sampah tersebut dengan cara misalnya memilah sampah
yang dapat di daur ulang dan menambah lahan lebih luas pada TPA tersebut agar sampah yang
terus berdatangan dapat tertampung dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Lokasi TPA Bakung

http://ekuatorial.com/urban/bandarlampung-to-expand-its-landfill-capacity-in-
2015#!/story=post- 10088

http://www.duajurai.com/2015/04/tpa-bakung-bandar-lampung-hanya-mampu-
tampung-sampah- hingga-tiga-tahun-lagi/

Anda mungkin juga menyukai