Disusun oleh:
Ibnu Farhan Shihab 152017061
Dimas Mochamad Latif Pratama 152017019
Risya Putri Hadiani 252017024
Dari survey penerapan sistem pemanenan air hujan dirumah bertingkat di negara
Malaysia dapat menghemat supply air sebesar 34%. Selain di Malaysia, pemanenan air hujan
di stadium Tokyo juga dapat memenuhi kebutuhan air sebesar 20-60% (Auliya, 2021).
Melihat dari efektifitas teknologi pemanenan air hujan di negara-negara tersebut
menunjukkan teknologi tersebut dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan kebutuhan
air bersih di Indonesia. Konsep pemanenan air hujan yaitu konsep pengumpulan air hujan
yang ditampung dalam sebuah reservoir untuk kemudian air yang telah dikumpulkan dapat
di olah menjadi air bersih dan dimanfaatkan untuk drinking, cooking, washing, and cleaning.
Berdasarkan data kebutuhan air bersih dari 4 jenis penyaluran jika dijumlahkan
mengahasilkan 3435,2 juta m3 pada tahun 2019, dimana jumlah tersebut masih terpenuhi
oleh produksi air bersih yang berjumlah 4.884,9 juta m3. Mengingat kebutuhan air dari tahun
ke tahun semakin meningkat karena bertambahnya jumlah penduduk, maka sistem
penyediaan air bersih yang sudah ada mungkin tidak dapat melayani kebutuhan air pada
masa yang akan datang. Oleh karena itu design Rainwater Catchment ini diharapkan dapat
menjadi alternatif penyediaan air bersih yang dapat diperhitungkan di Indonesia.
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah didapatkan tujuan konsep pemanenan air hujan
dengan memanfaatkan rainwater catchment adalah merencanakan sistem pemanenan air
hujan dengan menggunakan rain water catchment untuk memenuhi alternatif kebutuhan air
bersih penduduk Indonesia.
Gagasan ini diambil berdasarkan salah satu tujuan dari 17 tujuan yang usungkan oleh
SDGs 2030 yaitu air bersih dan sanitasi layak (clean water and sanitation). Tujuan utama
clean water and sanitation adalah memastikan ketersediaan dan manajemen air bersih yang
berkelanjutan dan sanitasi bagi semua. Selain tujuan tersebut, clean water and sanitation
memiliki target yang dituju, diantaranya:
1. Pada tahun 2030, mencapai akses universal dan adil terhadap air minum yang aman dan
terjangkau untuk semua
2. Pada tahun 2030, mencapai akses terhadap sanitasi dan kebersihan yang layak dan adil
untuk semua dan mengakhiri buang air di tempat terbuka, dengan memberikan
perhatian khusus pada kebutuhan perempuan dan anak perempuan serta mereka yang
berada dalam situasi rentan
3. Pada tahun 2030, memperbaiki kualitas air dengan mengurangi polusi, menghapuskan
pembuangan limbah dan meminimalisir pembuangan bahan kimia dan materi
berbahaya, mengurangi separuh dari proporsi air limbah yang tidak diolah dan secara
substansial meningkatkan daur ulang dan penggunaan ulang yang aman secara global
4. Pada tahun 2030, secara substantif meningkatkan penggunaan air secara efisien di
semua sektor dan memastikan pengambilan dan suplai air bersih yang berkelanjutan
untuk mengatasi kelangkaan air dan secara substansial mengurangi jumlah orang yang
mengalami kelangkaan air
5. Pada tahun 2030, mengimplementasikan pengelolaan sumber air yang terintegrasi pada
setiap level, termasuk melalui kerjasama antarbatas selayaknya
6. Pada tahun 2020, melindungi dan memperbaiki ekosistem terkait air, termasuk
pegunungan, hutan, rawa, sungai, resapan air dan danau
Menurut Kodoati dan Sjarief (2010) Air merupakan sumber daya alam yang paling
unik jika dibandingkan dengan sumber daya lain karena sifatnya yang terbarukan dan
dinamis. Artinya sumber utama air yang berupa hujan akan selalu datang pada musimnya
sesuai dengan waktu. Namun, pada kondisi tertentu air bisa bersifat tak terbarukan, misal
pada kondisi geologi tertentu dimana proses perjalanan air tanah memerlukan waktu ribuan
tahun, sehingga bila pengambilan air tanah dilakukan secara berlebihan, air akan habis
(Kodoatie dan Roestam, 2010).
Air hujan merupakan sumber air yang sangat penting terutama di daerah yang tidak
terdapat sistem penyediaan air bersih, kualitas air permukaan yang rendah serta tidak tersedia
air tanah (Abdulla et al., 2009; Yulistyorini, 2011; Malik, 2016).
a. Meminimalisasi dampak lingkungan, air hujan tidak hanya menjadi air limpasan
tetapi dapat dimanfaatkan.
b. Air hujan yang dikumpulkan relatif lebih bersih dan kualitasnya memenuhi
persyaratan sebagai air baku air bersih dengan atau tanpa pengolahan lebih lanjut.
c. Air hujan sebagai cadangan air bersih sangat penting penggunaannya pada saat
darurat atau terdapat gangguan sistem penyediaan air bersih, terutama pada saat
terjadi bencana alam. Selain itu air hujan bisa diperoleh di lokasi tanpa
membutuhkan sistem penyaluran air.
d. Air hujan bisa menjadi cadangan air bersih, maksudnya pemanenan air hujan dapat
mengurangi kebergantungan pada sistem penyediaan air bersih yang ada
sebelumnya.
e. Sebagai salah satu upaya konservasi air.
f. Pemanenan air hujan merupakan teknologi yang mudah dan fleksibel dan dapat
dibangun sesuai dengan kebutuhan. Pembangunan, operasional dan perawatan tidak
membutuhkan tenaga kerja dengan keahlian tertentu, sehingga sangat ekonomis jika
diterapkan oleh masyarakat.
Selain beberapa keuntungan di atas, juga terdapat beberapa keterbatasan dalam
pemanenan air hujan. Berikut ada beberapa faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan
terlebih dahulu :
Gambaran umum sistem pemanenan air hujan dapat dilihat pada Gambar 1 berikut.
Tekstur permukaan bahan juga ikut mempengaruhi kualitas air. Permukaan bahan
bidang tangkapan dengan tekstur kasar dan berpori akan semakin meningkatkan jumlah
polutan yang bersarang (Egodawatta et al., 2009). Penggunaan bahan atap yang halus akan
meningkatkan kualitas dan kuantitas air (Abdulla and Al-Shareef, 2009). Bahan atap dari
logam dan genting beton cenderung memberi konsentrasi bakteri fecal yang lebih rendah
dibandingkan dengan bahan atap lainnya (Mendez et al., 2011). Sehingga, tidak
direkomendasikan untuk mengkonsumsi air hujan yang tidak diolah (Hamilton et al., 2017).
Sistem panen air hujan harus dirancang dengan hati-hati untuk mengurangi kontribusi dari
baja, pipa, pembusukan organik, kotoran burung, debu industri dan debu tepi jalan
(Helmreich and Horn, 2009; Leong et al., 2017).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini dijelaskan mengenai konsep perancangan sistem pemeanenan air hujan
menggunakan rainwater catchment berdasarkan referensi teori dan tinjauan pustaka.
Perancangan ini dilakukan dengan menerapkan konsep rainwater catchment. Dimana konsep
rainwater catchment digunakan untuk menampung hasil pemanenan air hujan untuk diolah
menjadi air bersih.
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Total
34 51 144 75 189 103 70 131 218 140 81 83 1319
65 103 45 101 25 68 57 96 61 211 45 119 996
72 59 82 99 81 107 43 132 139 303 30 149 1296
74 84 107 27 142 118 57 122 64 57 159 112 1123
167 63 97 58 94 78 172 117 87 142 120 85 1280
122 74 111 37 33 32 83 142 131 252 118 56 1191
70 65 207 34 57 168 278 162 108 214 243 53 1659
230 138 140 183 32 137 51 110 115 107 69 170 1482
105 112 87 81 94 98 16 249 129 160 96 204 1431
90 39 35 31 211 84 93 144 235 166 38 341 1507
RATA - RATA CURAH HUJAN 1328,4
Berikut adalah data curah hujan pada musim kering berdasarkan contoh kasus
diatas. Curah hujan rendah terjadi pada bulan Februari dengan curah hujan rata-rata 78.8
mm, April dengan curah hujan rata-rata 72.6 mm, Mei dengan curah hujan rata-rata 95.8
mm, Juni dengan curah hujan rata-rata 99.3 mm, Juli dengan curah hujan rata-rata 92 mm,
dan November dengan curah hujan rata-rata 99.9 mm. Sehingga total jumlah curah hujan
musim kering selama 6 bulan adalah 534.8 mm.
Aktivitas Kebutuhan
Minum & Memasak (l/o/h) 9,3
Sanitasi (l/o/h) 5,7
Mencuci (l/o/h) 5,0
Hewan Ternak (l/individu/h) 10,0
Jumlah Kebutuhan harian
0,030
(m3/h)
Jumlah Kebutuhan tahunan
54,75
(m3)
Dilihat dari table 3.2 diatas, jumlah kebutuhan tahunan seluruh aktivitas lebih besar
dari rata-rata curah hujan tahunannya. Maka aktivitas yang di prioritaskan adalah minum,
memasak, dan sanitasi.
𝑚3
𝑀𝑖𝑛𝑢𝑚 𝑑𝑎𝑛 𝑀𝑒𝑚𝑎𝑠𝑎𝑘 = 5 𝑥 0.0093 𝑥 365 ℎ𝑎𝑟𝑖 = 16,9725 𝑚3
ℎ𝑎𝑟𝑖
𝑚3
𝑆𝑎𝑛𝑖𝑡𝑎𝑠𝑖 = 5 𝑥 0.0057 𝑥 365 ℎ𝑎𝑟𝑖 = 10,4025 𝑚3
ℎ𝑎𝑟𝑖
Sehingga Kebutuhan tahunan yang didapatkan sebesar 27,375 m3. Selain kebutuhan
tahunan perlu di hitung juga kebutuhan dari curah hujan pada musim kering untuk 6 bulan
sebagai berikut.
Catchment
Air Hujan Talang Air Filtrasi Primer
Area
Pipa Tangki
Water Disposal Water Use
Penyaluran Penampungan
1. Air hujan yang turun sesuai dengan siklusnya dan intensitas yang berbeda-beda
tiap bulannya.
2. Cacthment area merupakan suatu alat yang digunakan untuk menampung air
hujan yang turun. Proses ini juga dapat dilengkapi dengan proses sedimentasi.
Sedimentasi merupakan proses pengendapan flok partikel dan pemisahan
kotoran dari air hujan, sehingga air tersebut akan menjadi jernih dan endapan
dapat dibuang atau digunakan ulang.
3. Talang air digunakan untuk menyalurkan hasil dari sedimentasi pada catchment
area menuju tempat filtrasi air.
4. Filtrasi primer merupakan proses pengolahan air hujan hasil sedimentasi
sebelumnya dengan melakukan filtrasi atau penyaringan untuk menghilangkan
zat padat tersuspensi dari air melalui media berpori. Beberapa jenis yang dapat
digunakan dalam melakukan proses filtrasi yaitu filtrasi pasir lambat, filtrasi
pasir cepat, filtrasi karbon akif, filtrasi karbon membrane, dsb.
5. Tangki penampungan digunakan untuk menampung hasil pengolahan air hujan
yang sudah di filtrasi dan sedimentasi. Pada tangka ini air hujan yang dipanen
sebelumnya sudah dapat digunakan atau dikonsumsi.
6. Pipa penyaliuran digunakan untuk menyalurkan air bersih dari air hujan yang
sudah di olah ke rumah-rumah penduduk.
7. Water use merupakan tahap penggunaan air sesuai dengan kebutuhan masing-
masing masyarakat seperti drinking, cooking, washing, dan cleaning.
8. Water disposal merupakan proses pembuangan air yang sudah dipakai oleh
masyarakat yang nantinya akan tersalurkan ke badan air (sungai).
3.3 Evaluasi
Berdasarkan contoh studi kasus diatas memberikan hasil evaluasi berupa jumlah
kebutuhan air setiap rumah untuk 1 tahun berjumlah 27,375 m3 atau 27375 liter, dan untuk
musim kering selama 6 bulan yaitu bulan Februari, April, Mei, Juni, juli, dan November
berjumlah 13,6875 m3 atau 13687,5 liter. Sehingga pasokan air yang harus disalurkan dari
pengolahan air hujan menjadi air bersih sebesar kebutuhan yang sudah diperhitungkan
sebelumnya agar tidak terjadi kelebihan pasokan atau pemborosan, dan kekurangan pasokan.
DAFTAR PUSTAKA