Anda di halaman 1dari 11

Proposal Sustainable Development Goals (SGDs) No.

Revitalisasi Pengelolaan Air Limbah Domestik Untuk Mencegah


Pencemaran Air Bersih serta Pengadaan MCK sebagai Perwujudan
Sanitasi yang Layak di Kelurahan Tanjung Mas Kota Semarang.

Tujuan : Memastikan Masyarakat Mencapai Akses Universal Air Bersih dan Sanitasi.

Target SDGs : Menerapkan Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu di Semua Tingkatan,
Termasuk Melalui Kerja Sama Lintas Batas yang Tepat.

Disusun oleh:
Shafira Primasty R 26040120130156
Firyal Humaira 26040120130126

DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Air dan sanitasi merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Tidak kurang 85%
air bersih yang telah tercemar air limbah. Apabila terdapat satu orang orang yang
menggunakan 100 liter air dalam sehari untuk kegiatan sehari-sehari seperti mandi, minum,
kaskus, maka air yang dibuang menjadi air limbah sekitar 85 liter per hari. Sehingga
diperlukan pengelolaan air bersih yang berkaitan pula dengan pengelolaan sanitasi.
Pengelolaan sanitasi ini harus sesuai dengan standar kesehatan yang disertai dengan perilaku
hidup bersih dan sehat yang merupakan elemen yang sangat penting dalam peningkatan
derajat kesehatan masyarakat. Lemahnya pengelolaan lingkungan yang ada di Indonesia
memberikan dampak negatif terhadap sektor air bersih dan sanitasi. Masalah yang ada di
Indonesia saat ini adalah kurangnya penyediaan layanan air bersih dan air baku. Hal ini
mengancam kondisi kesehatan masyarakat di Indonesia yang menggunakannya. Air bersih
merupakan masalah yang tak kunjung tuntas di Indonesia. Sesuai dengan target MDGs yang
berlaku tahun 2015 maupun SDGs yang masih berlaku hingga saat ini, belum dapat tercapai
secara optimal. Hanya terdapat sekitar 33% dari 137.400.000 penduduk perkotaan yang
menggunakan sanitasi melalui air perpipaan perkotaan. Sementara itu, masih ada sekitar 13%
masyarakat di perkotaan yang masih menerapkan perilaku buang air besar sembarangan
(BABS). Dalam hal perilaku BABS ini, bahkan Indonesia menempati posisi kedua terburuk
di dunia setelah India. Kondisi ini tentu sangat mengkhawatirkan, karena sanitasi yang buruk
akan berdampak pada penurunan kualitas lingkungan dan derajat kesehatan masyarakat.
Kedua hal tersebut pada akhirnya berdampak negatif pada kualitas sumber daya manusia
serta menghambat potensi pertumbuhan Indonesia (Suryani, 2020).
Penyediaan air bersih di Indonesia diatur berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor
122 Tahun 2015 tentang Sistem Penyediaan Air Minum yang dilakukan oleh Perusahaan
Daerah Air Minum (PDAM). Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar 2013, hasil
menunjukkan bahwa jenis sumber air bersih untuk seluruh kebutuhan rumah tangga di
Indonesia berasal dari sumur gali terlindungi (29,2%), PDAM (19,7%) dan sumur pompa
(24,1%) (Morintoh, et. al, 2015). Kendala utama dalam pembangunan infrastruktur SPAM di
perkotaan adalah laju pertumbuhan penduduk di perkotaan lebih besar dari peningkatan
pelayanan air minum (Bappenas, 2017). Kota Semarang merupakan salah satu kota
metropolitan dengan jumlah penduduk lebih dari 1.000.000 jiwa yang mengalami
permasalahan penyediaan air bersih. Akses air minum di Kota Semarang mencapai 95,07%
(Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2016).
Pemenuhan air bersih di Kota Semarang didapatkan dari berbagai sumber, di
antaranya melalui perpipaan, sumur gali terlindungi, sumur gali pompa, terminal air, mata air
terlindungi, dan penampungan air hujan. Akan tetapi, Kota Semarang masih mengalami
beberapa permasalahan terkait dengan akses air bersih dan penyediaan air bersih.
Permasalahan tersebut di antaranya efektivitas produksi baru mencapai 78% dari kapasitas
terpasang, kehilangan air masih cukup tinggi sebesar 57,07%, hingga kurangnya kesadaran
masyarakat terhadap pemeliharaan 2 sumber air bersih berupa sumur artesis yang kurang
optimal. Data Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2016 menunjukkan bahwa Kota
Semarang memiliki rumah yang dibina memenuhi syarat sebesar 68,74 % dari 75.395 rumah
dan dibina dengan akses sanitasi layak sebesar 88,5%. Pengguna sanitasi yang memenuhi
syarat jamban komunal 80,39%, sedangkan jamban leher angsa 91,03%. Jumlah kasus diare
pada tahun 2016 sebanyak 32.100 kasus dengan penderita umur <1 tahun sebesar 2.792
kasus, umur 1-4 tahun sebesar 6.361 kasus, umur > 5 tahun sebesar 16.823 kasus. Proposal
ini dibuat dengan mengacu poin SDGs sanitasi dan air bersih sebagai upaya peningkatan
kualitas air bersih di Indonesia, khususnya di Kelurahan Tanjung Mas Kota Semarang dan
upaya peningkatan kesehatan di Masyarakat.

1.2. Tujuan
1. Memperbaiki kualitas air dengan mengurangi polusi, menghapuskan pembuangan
limbah dan meminimalisir pembuangan bahan kimia dan materi berbahaya
2. Mencapai akses universal dan adil terhadap air minum yang aman dan terjangkau
untuk semua
3. Mengurangi pencemaran air dan memperbaiki pengelolaan sanitasi Kota Semarang

1.3. Luaran yang Diharapkan


Luaran dalam program ini adalah memberikan edukasi pada masyarakat mengenai
sanitasi dan memperbaiki pengelolaan air bersih serta sanitasi di Kelurahan Tanjung Mas,
Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang.
1.4. Manfaat
1. Bagi mahasiswa untuk membantu mewujudkan SDGs poin ke 6 yaitu tentang air
bersih dan sanitasi yang layak, memberikan pengaruh dan dampak positif terhadap
masyarakat.
2. Bagi masyarakat yaitu dapat dapat meningkatkan tingkat kesehatan, mendapatkan
fasilitas sanitasi yang layak, dan meningkatkan kualitas air yang digunakan.
3. Bagi pemerintah yaitu teratasinya permasalahan sanitasi masyarakat di Kelurahan
Tanjung Mas, serta dapat meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sustainable Development Goals Poin 6


Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan kelanjutan dari Millenium
Development Goals (MDGs). Keduanya memiliki perbedaan yang mendasar yaitu MDGs
sangat birokratis dan eksklusif tanpa melibatkan unsur non pemerintah, sedangkan SDGs
mempunyai tujuan yang luas dan tuntas, mengakomodasi unsur non pemerintah, dan sifatnya
universal. SDGs ini disusun dengan meliputi proses partisipatif, sangat inklusif dengan cara
konsultasi ke semua kalangan, baik negara maju maupun berkembang. SDGs ini menegaskan
kesetaraan antar negara dan antar warga negara. SDGs terdiri dari 17 tujuan, 169 target, dan
241 indikator. Target dan indikator tidak dapat dipisahkan karena memiliki keterkaitan satu
sama lain. Salah satunya adalah tujuan keenam yaitu air bersih dan sanitasi yang layak
(Sofianto, 2019).
Tujuan 6 SDGs menargetkan bidang sanitasi yaitu untuk menjamin ketersediaan serta
pengelolaan air bersih dan sanitasi yang berkelanjutan untuk kita semua. Berikut merupakan
target SDGs bidang sanitasi:
6.1. Pada tahun 2030, mencapai akses universal dan merata terhadap air minum yang
aman dan terjangkau bagi semua.
6.2. Pada tahun 2030, mencapai akses terhadap sanitasi dan kebersihan yang memadai
dan merata bagi semua, dan menghentikan praktik buang air besar di tempat
terbuka, memberikan perhatian khusus pada kebutuhan kaum perempuan, serta
kelompok masyarakat rentan.
6.3. Pada tahun 2030, meningkatkan kualitas air dengan mengurangi polusi,
menghilangkan pembuangan, dan meminimalkan pelepasan material dan bahan
kimia berbahaya, mengurangi setengah proporsi air limbah yang tidak diolah, dan
secara signifikan meningkatkan daur ulang, serta penggunaan kembali barang
daur ulang yang aman secara global.
Terdapat target lainnya dalam SDGs bidang sanitasi, antara lain:
a. Pada tahun 2030, secara signifikan meningkatkan efisiensi penggunaan air di semua
sektor, dan menjamin penggunaan dan pasokan air tawar yang berkelanjutan untuk
mengatasi kelangkaan air, dan secara signifikan mengurangi jumlah orang yang
menderita akibat kelangkaan air.
b. Pada tahun 2030, menerapkan pengelolaan sumber daya air terpadu di semua
tingkatan, termasuk melalui kerja sama lintas batas yang tepat.
c. Pada tahun 2020, melindungi dan merestorasi ekosistem terkait sumber daya air,
termasuk pegunungan, hutan, lahan basah, sungai, air tanah, dan danau.
d. Pada tahun 2030, memperluas kerja sama dan dukungan internasional dalam hal
pembangunan kapasitas bagi negara-negara berkembang, dalam program dan kegiatan
terkait air dan sanitasi, termasuk pemanenan air, desalinasi, efisiensi air, pengolahan
air limbah, daur ulang, dan teknologi daur ulang.
e. Mendukung dan memperkuat partisipasi masyarakat lokal dalam meningkatkan
pengelolaan air dan sanitasi.
Berdasarkan target tersebut, terdapat tiga hal utama yaitu air minum atau air bersih yang
aman, fasilitas sanitasi dan kebersihan yang memadai, dan pengelolaan limbah air untuk
mengurangi polusi (Suryani, 2020).

2.2. Air Bersih


Air bersih adalah air yang digunakan sehari-hari untuk keperluan mandi, mencuci,
memasak, dan dikonsumsi. Air bersih merupakan air yang aman dan baik untuk dikonsumsi,
tidak berwarna, tidak berbau, yang memiliki rasa segar. Air bersih terdiri dari air minum atau
dapat dikonsumsi dan air yang digunakan untuk keperluan lain seperti kegiatan rumah
tangga. Air bersih yang dikonsumsi harus memenuhi standar tertentu untuk mengetahui
kelayakannya. Air yang digunakan untuk sanitasi adalah air yang berkualitas yang digunakan
untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya berbeda dengan air minum (Suryani, 2020).
Air bersih merupakan salah satu kebutuhan yang sangat penting dalam kehidupan
manusia dan menjadi sumber daya alam yang memiliki fungsi sangat vital. Berdasarkan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Rakyat No 09/PRT/M/2015 tentang penggunaan
sumber air menyebutkan bahwa air merupakan semua air yang terdapat di dalam atau berasal
dari sumber lain, baik di atas maupun di bawah permukaan tanah. Keputusan Menteri
Kesehatan RI nomor 1405/MenKes/SK/XI/2002 juga menyebutkan pengertian air bersih
yaitu air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan
kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dapat
diminum apabila dimasak. Air juga berperan dalam meningkatkan kesejahteraan dan
kemakmuran masyarakat. Kualitas air menjadi indikator mengetahui lingkungan yang baik
(Zulhilmi et al., 2019).
2.3. Sanitasi Layak
Ketentuan sanitasi yang layak telah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan
(Permenkes) Nomor 3 Tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, yang mana
fasilitas septik tank merupakan fasilitas yang harus ada pada setiap jamban. Septik
tank ini akan berfungsi sebagai tempat yang digunakan untuk menampung limbah
kotoran yang dihasilkan oleh setiap rumah sehingga penerapan dalam mengatasi
permasalahan sanitasi diberikan secara langsung kepada daerah masing – masing
(Muaja et al., 2020). Selain itu berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI)
2398:2017 menyebutkan jika septik tank yang dibangun harus kedap air dan dilengkapi
lubang kontrol, ventilasi, dan pipa untuk pengelolaan limbah yang akan dikirim ke
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT), hal tersebut bertujuan untuk memberikan proses
pengendapan benda padat menjadi benda larut air dan gas dan dalam pembangunan
septik tank yang aman sudah diatur yaitu harus dibangun dengan jarak 10-15 meter dari
sumber air bersih agar tidak mencemari sumber air bersih bagi rumah tangga, memiliki jarak
1,5 meter dengan bangunan atau rumah, dan memiliki jarak 5 meter dari sumur resapan air
hujan (Gerung et al., 2021). Sanitasi yang layak dinilai ketika memiliki fasilitas sanitasi
untuk buang air besar sendiri atau komunal dan memiliki septik tank sebagai tempat
pembuangan akhir air limbah.
BAB III
RANCANGAN KEGIATAN

3.1. Waktu dan Tempat


Program dilaksanakan pada Januari tahun 2023 di Kelurahan Tanjung Mas,
Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang, Jawa Tengah.

3.2. Nama Program Kegiatan


Revitalisasi Pengelolaan Air Limbah Domestik Untuk Mencegah Pencemaran Air
Bersih serta Pengadaan MCK sebagai Perwujudan Sanitasi yang Layak di Kelurahan Tanjung
Mas Kota Semarang.

3.3. Sasaran Program Kegiatan


Sasaran program ini adalah seluruh masyarakat di Kelurahan Tanjung Mas terutama
bagi rumah tangga yang tidak memiliki MCK dan septic tank.

3.4. Mitra Kegiatan


a. Nama Mitra :
1. Pemerintah setempat
2. Kepala Desa/Kelurahan
3. Perusahaan Daerah Air Minum
4. Dinas Kesehatan
5. Dinas Pemkot Semarang
b. Kontribusi mitra:
1. Memfasilitasi kebutuhan materiil
2. Memberikan materi dalam sosialisasi kegiatan
3. Memfasilitasi antara warga dengan pihak pemerintah kota

3.5. Metode Pelaksanaan


Metode pelaksanaan program ini berisi hal-hal berikut:
1. Perizinan dan pengkoordinasian dengan mitra, meminta izin dan berkoordinasi
dengan salah satu masyarakat Kampung Nelayan Desa Bandar.
2. Sosialisasi kegiatan yang ingin dilakukan, kegiatan tersebut antara lain:
a) Menyosialisasikan pentingnya sanitasi bagi kesehatan
b) Pelatihan Kader Masyarakat
3. Pembangunan IPAL (Instalasi Pengelolaan Air Limbah), pengelolaan limbah
agar tidak mencemari air bersih
4. Pembangunan MCK dan septic tank
5. Pembersihan Septic Tank

Tabel 1. Rencana usulan program kegiatan pencapaian SDGs No. 5


Masalah yang Target dan Tahapan dan Institusi yang Waktu yang Sumber
akan di tangani indikator cara terlibat, dibutuhkan Dana
ketercapaian pelaksanaannya termasuk untuk
mitra pelaksanaan
kegiatan

Kurangnya 100% - Memberikan - Tim 2 minggu Tim


kesadaran masyarakat sosialisasi pelaksana pelaksana
kebersihan dan Tanjung Mas terhadap
- Kader
sanitasi di tidak pentingnya air
masyarakat
masyarakat melakukan bersih,
BABs dan sanitasi yang - Seluruh

sadar akan layak, dan masyarakat

pentingnya Perilaku
sanitasi dan Hidup Bersih
kebersihan dan Sehat
(PHBS) dalam
kehidupan
sehari-hari

- Memberikan
pemahaman
terhadap
Buang Air
Besar
Sembarangan
(BABs)
Pengolahan 100% peserta - Menyediakan - RT pada 6 bulan APBD
Limbah mengolah unit tiap daerah
Terpadu limbah rumah pengolahan pemukiman
tangga dengan limbah rumah
- Dinas
baik tangga yang
Kesehatan
sesuai SNI
- Dinas
- Melakukan
Pemkot
monitoring
Semarang
terhadap
kualitas unit
pengolahan
limbah yang
masih dalam
kondisi baik

Terciptanya 100% peserta - Melakukan - RT pada tiap 6 Bulan APBD


tempat layak memiliki pendataan daerah
untuk buang Kamar mandi terhadap pemukiman
air dan jamban kondisi
- Dinas
yang Layak jamban di tiap
Pemkot
tiap rumah
Semarang
- Membenahi
kamar mandi
sesuai dengan
standar yang
tertulis
DAFTAR PUSTAKA

Gerung, J., Mauliyana, A., P. Kesmas dan U. Mandala. 2021. Pembuatan Septic Tank
Komunal di Desa Leppe Kec . Soropia Kab . Konawe Sulawesi Tenggara
Construction of Communal Septic Tanks in Leppe Village , Soropia District ,
Konawe Regency, Southeast Sulawesi. Jurnal Mandala Pengabdian Masyarakat
Journal., 2(1): 15–24.
Muaja, M., O. Pinontoan dan O. Sumampouw. 2020. Peran Pemerintah dalam
Implementasi Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Stop Buang Air Besar
Sembarangan. Journal of Public Health and Community Medicine., 1(3): 28–34.
Sofianto, A. 2019. Integrasi Target dan Indikator Sustainable Development Goals (SDGs) ke
dalam Perencanaan Pembangunan Daerah di Jawa Tengah. Jurnal Litbang Provinsi
Jawa Tengah., 17(1): 25-41.
Suryani, A. S. 2020. Pembangunan Air Bersih dan Sanitasi saat Pandemi Covid-19. Aspirasi:
Jurnal Masalah-Masalah Sosial I., 11(2): 199-214.
Zulhilmi, I. Efendy., D. Syamsul dan Idawati. 2019. Faktor yang Berhubungan Tingkat
Konsumsi Air Bersih pada Rumah Tangga di Kecamatan Peudada Kabupaten
Bireun. Jurnal Biology Education., 7(2): 110-126.

Anda mungkin juga menyukai