Anda di halaman 1dari 7

Policy Brief dalam Penanganan Air Bersih dan Sanitasi di Indonesia

Ditunjukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah:


Teori Pembangunan
Dosen Pengampu: Agustinus Subarsono, M.Si, MA, Ph.D.

Disusun Oleh:

Devangga Fajar P (18/424674/SP/28222)

Maulana Musa (18/430770/SP/28614)

DEPARTEMEN MANAJEMEN DAN KEBIJAKAN PUBLIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2019
Pendahuluan
Manusia pada dasarnya tidak bisa hidup tanpa air. Air yang dimaksud adalah air
bersih yang bisa digunakan untuk keperluan sehari-hari dan bisa dikonsumsi setelah dimasak
terlebih dahulu. Air bersih adalah air yang memenuhi persyaratan bagi sistem penyediaan air
minum. Air yang bersih adalah air yang aman, sehat, dapat dikonsumi, tidak berwarna, tidak
berbau, tidak berasa, dan tidak berbahaya. Kebutuhan air bersih sendiri bisa diambil dari
sungai, curah hujan, dan juga dari air permukaan maupun air bawah tanah.

Sedangkan sanitasi sendiri memiliki arti yakni sebuah usaha pembudayaan hidup
bersih dengan maksud mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan
buangan berbahaya lainnya agar kesehatan dan kelangsungan hidup manusia dapat terjaga.
Sanitasi sendiri memiliki tujuan dan fungsi untuk kebersihan secara umum terhadap
penyebab yang terletak pada factor lingkungan sendiri. Artinya sanitasi berusaha menjauhkan
kontak antara manusia dengan lingkungan yang dianggap bisa menyebabkan timbulnya
penyakit atau masalah kesehatan. Sanitasi diharapkan mampu menjamin kondisi yang
memenuhi persyaratan kesehatan. Aspek yang dibahas dalam sanitasi ini meliputi sampah
rumah tangga, air limbah domestic, dan pengelolaan drainase.

Air bersih dan sanitasi merupakan cara agar masyarakat dapat mempertahankan
hidupnya secara berkelanjutan serta menyadarkan masyarakat untuk menjaga sarana dan
prasarana air bersih dan sanitasi. Perlu ditekankan bahwa air bersih dan sanitasi merupakan
bagian penting dari kehidupan masyarakat. Indicator air bersih dan sanitasi di Sustainable
Development Goals (SDGS) ini merupakan salah satu cara mencapai pembangunan yang
berkelanjutan demi mendukung kesejahteraan masyarakat ke arah yang lebih baik.

Namun realita yang ada tidak seperti yang diharapkan pemerintah. Dalam pemenuhan
air bersih dan menjaga sanitasi tidak semudah seperti yang direncanakan. Pada saat ini, air
bersih sudah sangat sulit ditemui terutama daerah timur Indonesia yang kekurangan air
bersih. Ada beberapa alasan air bersih bisa terjadi di Indonesia yakni factor alam dan factor
manusia itu sendiri. Faktor alam terjadi karena musim kemarau yang panjang. Curah hujan
yang kecil memicu air semakin sedikit. Selain itu sungai sungai menjadi surut bahkan kering,
Hal ini berakibat pada minimnya pasokan air di permukaan dan di bawah tanah. Sedangkan
faktor manusia terjadi karena perilaku manusia yang tidak pernah puas dengan apa yang
sudah dimiliki. Contohnya penggundulan hutan besar besaran yang memicu persediaan air
dalam tanah berkurang dan mempercepat aliran air bawah tanah karena tidak ada pohon yang
menahan dan menampung air tersebut. Contoh lainnya adalah alih fungsi lahan dari hutan
menjadi industry atau perumahan yang dimana menghilangkan pasokan air bersih. Masalah
sanitasi sendiri termasuk sector yang sulit dalam mencapai harapan pemerintah. Pada 2014
dijelaskan bahwa Indonesia telah mencapai 59,71 % capaian akses sanitasi. Factor utama
sanitasi sulit dipenuhi adalah karena adanya kesenjangan social antara penduduk kota dan
desa yang keduanya menentukan perilaku masyarakat dalam mengolah air bersih dan
menjaga sanitasi. Disini terdapat perbedaan yang jelas antara yang kaya dan miskin dimana
yang punya uang cenderung mudah mengkonsumi air bersih dan menjaga sanitasi, sedangkan
yang miskin kesulitan mencari air bersih dan terbatas dalam pemenuhan sanitasi.

Dalam hal ini pemerintah melakukan berbagai upaya dalam memenuhi kebutuhan air
bersih dan sanitasi. Cara caranya meliputi penetapan Peraturan Presiden nomor 185 tahun
2014 tentang Percepatan Penyediaan Air Minum dan sanitasi, program PHBS (Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat) , alokasi APBD untuk menunjang sanitasi, kerja sama dengan
Lembaga internasional dan sebagainya.
Pembahasan
Air bersih dan sanitasi selalu menjadi masalah di Indonesia. Ada beberapa kendala
yang menjadi topik permasalahan meliputi persediaan air bersih yang tidak bisa
mengimbangi besarnya peningkatan konsumsi masyarakat, air tercemar, infrastruktur yang
kurang memadai, daerah kekurangan air, factor alam dan manusia yang memicu
berkurangnya persediaan air minum, dan kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya
air bersih dan sanitasi.
Pemerintah Indonesia dalam hal ini Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menjadikan
perbaikan sanitasi dan air bersih menjadi tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) yang
harus dicapai. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menunjang kebutuhan air bersih dan
perbaikan sanitasi bagi masyarakat. Berikut ini merupakan beberapa upaya yang dilakukan
pemerintah.
Upaya pertama adalah penetapan Perpres RI No 185 Tahun 2014 tentang Percepatan
Penyediaan Air Minum dan Sanitasi. Peraturan ini dibuat dengan alasan bahwa air munim
dan sanitasi merupakan kebutuhan dasar masyarakat yang harus dipenuhi dalam peningatan
derajat kesejahteraan masyarakat. Selain itu melihat dari adanya kendala mengenai air minum
dan sanitasi memaksa pemerintah untuk menerapkan percepatan penyediaannya untuk
mencapai universal acces pada akhir 2019. Peraturan ini dibentuk agar tercipta peningkatan
kualitas dan perluasan pelayanan sampah rumah tangga, air limbah domestic, dan
pengelolaan drainase yang terpadu dan berkelanjutan melalui perencanaan, kelembagaan,
pengimplementasian, dan pengawasan yang ketat. Aturan ini menerapkan prinsip air minum
non diskriminatif, terjangkau, melibatkan masyarakat, dan berkelanjutan. Dalam menjaga
sanitasi pemerintah mencoba meningkatkan teknologi infrastruktur yang mampu memenuhi
kebutuhan masyarakat mengenai air bersih dan sanitasi.

Upaya kedua adalah program PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat). Program ini
diselenggarakan dengan maksud untuk memberdayakan masyarakat agar sadar, mau, dan
mampu melakukan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan cara mensosialisasikan pada
masyarakat. Contoh yang diajarkan dari PHBS ini adalah mencuci tangan sebelum makan,
gosok gigi dua kali sehari, olahraga teratur, membuang sampah pada tempatnya, kerja bakti,
dan lainnya. Tujuan utama PHBS adalah terciptanya masyarakat yang sadar kesehatan dan
memiliki bekal pengetahuan dan kesadaran untuk menjalani perilaku hidup yang menjaga
kebersihan dan memenuhi standar kesehatan. PHBS ini diharapkan mampu diterapkan di
sekolah, rumah tangga, tempat kerja, dan masyarakat.

Upaya ketiga adalah alokasi APBD untuk kebutuhan air dan sanitasi. APBD tersebut
digunakan untuk pemenuhan kebutuhan air serta penunjangan lewat pembuatan sarana dan
fasilitas yang mendukung hal tersebut. Contoh fasilitasnya adalah Sistem Penyedia Air
Minum (Spam), menara air, dan Ground Reservoir (bak penampung dan penyimpan air).

Cara keempat adalah kerja sama dengan Lembaga internasional. Contoh Lembaga
internasionalnya meliputi PBB, WHO atau World Health Organization dan di lingkup
nasional ada Danone yang saat itu membantu ketersediaan air bersih di NTT. Hal ini agar
terpenuhinya kebutuhan air minum dan sanitasi yang merata dari bantun Lembaga
internasional ini.

Terakhir adalah Program Hibah Air Minum Perkotaan dan Perdesaan oleh
Kementerian PUPR dengan anggaran sebesar Rp 850 miliar yang diambil dari APBN tahun
2019. Anggaran terbagi menjadi dua yakni untuk kota dan desa. Untuk di perkotaan senilai
Rp 700 miliar dengan target 230.000 Sambungan Rumah (SR) dan perdesaan senilai Rp 150
miliar dengan target 75.000 SR. Hal ini dilakukan karena pertambahan jumlah penduduk
terutama di perkotaan, mengakibatkan kebutuhan prasarana air bersih dan sanitasi juga
meningkat. Program Hibah Air Minum Perkotaan dan Perdesaan merupakan upaya
pemerintah untuk meningkatkan akses aman air bersih di Indonesia. Program ini telah
dilaksanakan sejak tahun 2010 hingga 2018 dan telah menambah akses air bersih sebanyak
1,2 juta SR dengan jumlah penerima manfaat 6,1 juta jiwa tersebar di 232 Kota/Kabupaten di
32 Provinsi.

Program-program yang telah disampaikan di atas berguna untuk mencoba mengatasi


ketersediaan air bersih serta perawatan kebersihan/sanitasi. Semua dilakukan untuk
meningkatkan kualitas hidup dan kesejateraan masyarakat.
Penutup
Kesimpulan

Air bersih dan sanitasi adalah unsur terpenting yang menentukan kelangsungan hidup,
kondisi kesehatan dan kesejahteraan manusia. Air minum sanitasi dasar mempunyai peranan
yang penting sebagai indikator dalam pembangunan berkelanjutan. MDGs menempatkan
teriaminya persediaan air minum dan sanitasi ke dalam sasaran yang harus dicapai.
Pembiayaan untuk air minum dan sanitasi menjadi fokus pencapaian MDGs saat ini.
Pembangunan berkelanjutan tentang air bersih dan sanitasi demi kesejahteraan masyarakat
Indonesia perlu ditingkatkan agar masalah ini bisa terselesaikan dan tidak terus menerus
dialami oleh masyarakat Indonesia.

Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah dalam mengatasi permasalahan air
bersih dan sanitasi di Indonesia. Tentu saja diharapkan dengan penerapan kebijakan-
kebijakan tersebut permasalahan air bersih dan sanitasi di Indonesia dapat diatasi. Meskipun
kebijakan yang telah dibuat pemerintah sudah dinilai baik, namun dalam pelaksanaannya
harus dilakukan secara tepat.

Saran

Dalam penerapannya, program yang sudah direncanakan tidak bisa hanya dilakukan
oleh pemerintah saja, melainkan butuh keterlibatan masyarakat. Diharapkan pemerintah dan
masyarakat bisa saling bekerja sama dan tercipta peningkatan ketersediaan air minum dan
sanitasi. Tidak hanya itu, pemerintah harus melakukan pengawasan pada implementasi agar
sesuai yang diharapkan. Pelru juga memperhatikan sustainability mengenai ini agar
ketersediaan air bersih bisa dikonsumsi dalam jangka panjang.
Referensi
https://www.liputan6.com/health/read/3587692/matt-damon-sulitnya-akses-air-bersih-
rampas-potensi-kehidupan-anak-anak

https://www.slideshare.net/infosanitasi/kebijakan-dan-strategi-nasional-pembangunan-
sanitasi

Air Bersih dan Sanitasi dalam Sustainable Development Goals 2030. (2017).
http://www.sanitasi.or.id/?p=709, diakses pada tanggal 10 Desember 2018

Irianti, Sri dan Prasetyoputra, Puguh. 2015. Upaya Peningkatan Akses Dan Kualitas Untuk
Mencapai Cakupan Semesta Air Minum Di Indonesia Pada Tahun 2019. Research
Gate.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 185 Tahun 2014 Tentang Percepatan
Penyediaan Air Minum dan Sanitasi

Suyeno, et al. 2014. Implementasi Kebijakan Pelayanan Air Bersih Wilayah


PerkotaanBerbasis Kerja Sama Pemerintah dan Swasta di Kecamatan Mandau.
Wacana, Vol 17, no 1

Anda mungkin juga menyukai