Anda di halaman 1dari 4

A.

Dasar Pelaksanaan Labelisasi KPM PKH :

A. Permensos No. 1 Tahun 2018 Tentang Program Keluarga Harapan

B. Surat Direktur Jendral (Dirjen) Perlindungan Dan Jaminan Sosial, Kementrian


Sosial Republik Indonesia (Kemensos RI), nomor 1000/LJS/HM/01/6/2019,
tanggal 18 Juni 2019, tentang Labelisasi Keluarga Penerima Manfaat (KPM)-
Program Keluarga Harapan (PKH),

C. Surat Setda Nomor : 467/2491/20 Perihal Labelisasi KPM PKH Tanggal 14


Januari 2020

D. Surat Setda Tentang Pilokisasi masih dalam proses.

B. Waktu Pelaksanaan

Kegiatan dilaksanakan 9 November s.d. 10 Desember 2020

C. Tujuan Pelaksanaan
1. Meningkatkan keterbukaan / transparansi data para penerima bantuan sosial
Program Keluarga Harapan ( PKH ) kepada masyarakat.
2. Meningkatkan fungsi pengawasan oleh semua elemen masyarakat terhadap
Program Keluarga Harapan.
3. Menumbuhkan kesadaran dan budaya malu kepada KPM PKH yang mampu,
sejahtera dan sudah tidak berhak untuk mengundurkan diri dari kepesertaan
PKH.
4. Meningkatkan KPM PKH yang Graduasi Mandiri yaitu mengundurkan diri
dengan penuh kesadaran dan sukarela dengan membuat surat pernyataan
meskipun dikeluarga tersebut masih ada komponen atau kategori.

D. Sasaran Kegiatan
1. KPM PKH sejumlah 90 % dari jumlah total penerima dalam satu desa.
2. KPM PKH yang mampu dan sejahtera
Contoh : Jml KPM PKH Desa Karangsari 500 maka target pilokisasi 450
rumah.

E. Petugas Pelaksana
1. Kecamatan : 1 Petugas
2. Desa : 1 Petugas
3. Semua Pendamping PKH sesuai dampingannya masing-masing
F. Syarat Dikeluarkannya KPM PKH di E-PKH
1. Surat Pernyataan Pengunduran Diri
2. Surat Keterangan Mampu Dari Desa
3. Resertifikasi atau Pemutakhiran Data Sosial Ekonomi ( PDSE )

G. Pengertian Umum

1. Program Keluarga Harapan yang selanjutnya disingkat PKH adalah program


pemberian bantuan sosial bersyarat kepada keluarga dan/atau seseorang
miskin dan rentan yang terdaftar dalam data terpadu program penanganan
fakir miskin, diolah oleh Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial dan
ditetapkan sebagai keluarga penerima manfaat PKH.

2. Pemberi Bantuan Sosial adalah satuan kerja pada kementerian/lembaga pada


Pemerintah Pusat dan/atau satuan kerja perangkat daerah pada pemerintah
daerah yang tugas dan fungsinya melaksanakan program penanggulangan
kemiskinan yang meliputi perlindungan sosial, jaminan sosial, pemberdayaan
sosial, rehabilitasi sosial, dan pelayanan dasar.
3. Keluarga Penerima Pelayanan yang selanjutnya disebut Keluarga Penerima
Manfaat adalah keluarga penerima bantuan sosial PKH yang telah memenuhi
syarat dan ditetapkan dalam keputusan.
4. Transformasi Kepesertaan PKH merupakan proses pengakhiran sebagai
Keluarga Penerima Manfaat PKH dengan pendataan ulang dan evaluasi status
kepesertaan dan sosial ekonomi Keluarga Penerima Manfaat PKH sehingga
berstatus transisi atau graduasi.
5. Transisi merupakan kondisi Keluarga Penerima Manfaat PKH yang masih
memenuhi persyaratan, memiliki kriteria komponen, dan status ekonomi miskin.
6. Graduasi terdiri atas graduasi alamiah dan graduasi hasil pemutakhiran sosial
ekonomi.
7. Graduasi alamiah merupakan berakhirnya masa kepesertaan Keluarga
Penerima Manfaat PKH akibat tidak terpenuhinya kriteria kepesertaan.
8. Graduasi hasil pemutakhiran sosial ekonomi merupakan berakhirnya masa
kepesertaan Keluarga Penerima Manfaat PKH berdasarkan hasil pemutakhiran
sosial ekonomi.

H. Tujuan Program Keluarga Harapan ( Pasal2 )

1. untuk meningkatkan taraf hidup Keluarga Penerima Manfaat melalui


akses layanan pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan sosial;
2. mengurangi beban pengeluaran dan meningkatkan pendapatan
keluarga miskin dan rentan;

3. menciptakan perubahan perilaku dan kemandirian Keluarga Penerima


Manfaat dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan serta
kesejahteraan sosial;

4. mengurangi kemiskinan dan kesenjangan


5. mengenalkan manfaat produk dan jasa keuangan formal kepada Keluarga
Penerima Manfaat.

I. Kriteria Kemiskinan sesuai Keputusan Mensos No. . 146 tahun 2013 Tentang
Penetapan Kriteria dan Pendataan Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu.
1. Tidak mempunyai sumber mata pencaharian dan/atau mempunyai sumber
mata pencaharian tetapi tidak mempunyai kemampuan memenuhi kebutuhan
dasar;
2. Mempunyai pengeluaran sebagian besar digunakan untuk memenuhi
konsumsi makanan pokok dengan sangat sederhana;
3. Tidak mampu atau mengalami kesulitan untuk berobat ke tenaga medis,
kecuali Puskesmas atau yang disubsidi pemerintah;
4. Tidak mampu membeli pakaian satu kali dalam satu tahun untuk setiap
anggota rumah tangga;
5. Mempunyai kemampuan hanya menyekolahkan anaknya sampai
jenjang pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama;
6. Mempunyai dinding rumah terbuat dari bambu/kayu/tembok dengan kondisi
tidak baik/kualitas rendah, termasuk tembok yang sudah usang/berlumut atau
tembok tidak diplester;
7. Kondisi lantai terbuat dari tanah atau kayu/semen/keramik dengan kondisi
tidak baik/kualitas rendah;
8. Atap terbuat dari ijuk/rumbia atau genteng/seng/asbes dengan kondisi tidak
baik/ kualitas rendah;
9. Mempunyai penerangan bangunan tempat tinggal bukan dari listrik atau listrik
tanpa meteran;

10. Luas lantai rumah kecil kurang dari 8 m2/orang; dan


11. empunyai sumber air minum berasal dari sumur atau mata air tak terlindung/air
sungai/air hujan/lainnya.

Anda mungkin juga menyukai