Anda di halaman 1dari 20

Community Organizing (CO)

ISTILAH COMMUNITY ORGANIZING (CO) MASIH


DIPERGUNAKAN PADA LEMBAGA PENDIDIKAN DI INDONESIA
MAUPUN DI NEGARA-NEGARA LAIN. TULISAN INI AKAN
MENGURAIKAN 4 POIN TENTANG COMMUNITY ORGANIZING
DAN COMMUNITY DEVELOPMENT (CD), YAKNI (1) PERUBAHAN
ALUR PEMIKIRAN CO KE ARAH INTERVENSI KOMUNITAS, (2)
KRITIK TERHADAP CO, (3) SALAH SATU PENERAPAN
INTERVENSI KOMUNITAS DALAM BENTUK KEGIATAN
PENGEMBANGAN MASYARAKAT, DAN (4) PENERAPAN
KEGIATAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT DALAM
KAITANNYA DENGAN PEMIKIRAN CO. KEEMPAT POKOK INI
AKAN DIBAHAS DALAM MATERI INI
PENGORGANISASIAN
MASYARAKAT
Pengertian Pengorganisasian Masyarakat dapat ditemukan dalam tulisan Dave Beckwith &
Cristina Lopez (1997), yang dikutip oleh Wicaksono & Darusman (2001), CO dapat
didefinisikan sebagai:
“Proses membangun kekuatan dengan melibatkan konstituen sebanyak mungkin melalui proses
menemukenali ancaman yang ada secara bersama-sama, menemukenali penyelesaian-
penyelesaian yang diinginkan terhadap ancaman-ancaman yang ada; menemu-kenali orang dan
struktur, birokrasi, perangkat yang ada agar proses penyelesaian yang dipilih menjadi mungkin
dilakukan, menyusun sasaran yang harus dicapai; dan membangun sebuah institusi yang secara
demokratis diawasi oleh seluruh konstituen sehingga mampu mengembangkan kapasitas untuk
menangani ancaman dan menampung semua keinginan dan kekuatan konstituen yang ada.”
Perubahan alur pemikiran CO ke arah intervensi komunitas

Pengertian pengorganisasian masyarakat (CO) seperti yang digambarkan di atas tentunya memiliki
perkembangan alur pemikiran seiring dengan konteks situasi kemasyarakatan (Sisworaharjo, 2012).
Pada masa yang lalu, sebagaimana konselor keagamaan, mereka mengetahui masalah dan bagaimana
mengatasinya sebelum mereka sampai pada masyarakat yang akan menjadi
sasaran/tanggungjawabnya. Namun dalam perannya kemudian dikembangkan dasar pemikiran dan
alat dalam ilmu-ilmu sosial untuk memahami di mana dan bagaimana perubahan dapat dilakukan
dengan sesedikit mungkin dampak negatifnya, dan dengan dukungan yang sebesar-besarnya dari
masyarakat dalam CO. Disadari bahwa masyarakat sendiri harus berjuang dan bertahan untuk
menangani kebutuhannya. Sementara itu mereka juga menangani masalah-masalah yang kemudian
timbul.
a)      Perkembangan istilah

Adi (2008: 203-216) menguraikan latar belakang kehadiran model intervensi pengembangan
masyarakat (CD) sambil merujuk pada Brokensha dan Hodge (1969) dan sejarah pengorganisasian
masyarakat di Amerika (Cox dan Garvin, 1987). Model intervensi pengembangan masyarakat
berkaitan erat dengan disiplin Ilmu Pendidikan (education) dan Ilmu Kesejahteraan Sosial (social
welfare).
“Sejarah perkembangan masyarakat tidak bisa dilepaskan dari pengalaman bangsa Inggris
mengembangkan daerah koloni mereka. Istilah pengembangan masyarakat didefinisikan dan
diadopsi pada tahun 1948 untuk menggantikan istilah “pendidikan massa” (mass education)” (Adi,
2008: 203).
Istilah “pengembangan masyarakat” kemudian dirumuskan
sebagai “Suatu gerekan yang dirancang untuk meningkatkan
taraf hidup keseluruhan komunitas melalui partisipasi aktif
dan jika memungkinkan, berdasarkan inisiatif masyarakat….
Hal ini meliputi berbagai kegiatan pembangunan di tingkat
distrik, baik dilakukan oleh pemerintah ataupun lembaga-
lembaga nonpemerintah …. [pengembangan masyarakat]
harus dilakukan melalui gerakan yang kooperatif dan harus
berhubungan dengan bentuk pemerintahan lokal terdekat”
(Brokensha dan Hodge, dalam Adi, 2008: 204-205).
b)      Faktor tempat (place)

Selain di Inggris, awal dari pengembangan masyarakat ditemukan


juga di Amerika Serikat. Menurut Brokensha dan Hodge (1969,
dalam Adi, 2008: 206), pengembangan masyarakat bersumber dari
disiplin ilmu pendidikan, terutama perluasan pendidikan di tingkat
pedesaan (rural extension program) yang diperkenalkan pada akhir
abad ke-18. Program pada masa itu berfokus pada pendidikan
pertanian karena banyak warga Amerika yang tinggal di pedesaan.
Apabila dikaitkan dengan Ilmu Kesejahteraan Sosial, Brokensha
dan Hodge lebih melihat bahwa pengorganisasian masyarakat
(community organization) lebih banyak diterapkan di perkotaan.
Berdasarkan sejarah di atas, maka terlihat perbedaan
antara pengorganisasian masyarakat (CO) dan
pengembangan masyarakat (CD). Perbedaannya
terdapat pada faktor tempat (place), di mana
pengorganisasian masyarakat (CO) lebih mengarah ada
daerah perkotaan (yang relatif sudah berkembang) dan
pengembangan masyarakat (CD) lebih mengarah pada
daerah pedesaan (masyarakat relatif belum
berkembang).
c)      Faktor tenaga profesional

1. Sejarah pengorganisasian masyarakat di Amerika menggambarkan bahwa secara historis,


perkembangan pengorganisasian masyarakat (CO) di Amerika Serikat telah diawali sejak tahun 1865
(Cox dan Garvin, 1987, dalam Adi, 2008:206-207). Pada saat itu, kegiatan komunitas telah
melibatkan tenaga profesional yang bekerja sama dengan masyarakat dari komunitas lokal
(indigenous).
2. Pada periode 1865 – 1914 (periode perang saudara/civil war dan awal perang dunia I),
industrialisasi berkembang pesat dan mengakibatkan terjadinya urbanisasi, masalah imigrasi, dan
kependudukan. Aktivitas pengorganisasian masyarakat pada periode ini dilakukan oleh individu
ataupun institusi tertentu, seperti charity organization societies, yang bergerak dalam bidang sosial
ekonomi kelompok miskin, dan reformasi sosial melalui settlement houses.
3. Pada periode 1915 – 1929 (pasca Perang Dunia I) terjadi lonjakan urbanisasi dan sektor industry
yang potensial, serta semakin meningkatnya konflik sosial, dan muncul krisis yang berkaitan dengan
kebebasan masyarakat (civil liberties). Pada periode ini institusi yang bergerak di bidang
pengorganisasian masyarakat mengalami peningkatan dan terjalin kerjasama antar-institusi.
Kebutuhan lembaga terhadap pendanaan pun mengalami peningkatan, seperti Community Chest,
United Fund, dan council of social agencies yang kemudian beralih menjadi community welfare
council. Perkembangan profesi di bidang pengorganisasian masyarakat pada periode ini mulai
menjadi jelas, antara lain dengan dibuatnya buku “Community Organization) oleh Hart, yang pada
abad ke-20 masih didominasi oleh pelatihan tenaga caseworker. Pengorganisasian masyarakat kulit
hitam mulai muncul pada periode ini.
4. Periode 1929 – 1954 terjadi depresi akibat Perang Dunia II yang berdampak pada meningkatnya
angka pengangguran. Penekanan lembaga CO pada periode ini adalah pada usaha untuk menangani
depresi tersebut. CO mulai beralih dari tingkat lokal (yang lebih bersifat private) ke tingkat regional
maupun nasional (yang lebih bersifat publik) melalui pemerintah pusat. Pada periode ini tidak
banyak inovasi di bidang CO, namun tekanan lebih diarahkan pada upaya pengembangan kerangka
teori atau konseptualisasi pemikiran-pemikiran yang ada di seputar pengorganisasian masyarakat.
5. Pada periode 1955 – 1968 mulai muncul pergerakan pada hak-hak sipil (civil right movement)
yang dipelopori antara lain oleh Martin Luther King Jr., dan timbulnya perang Vietnam, serta
munculnya pergerakan mahasiswa menuntut hak-hak warga sipil. Perkembangan institusi CO mulai
mengarah pada bantuan untuk bidang kesehatan jiwa
6. Periode 1969 dan sesudahnya merupakan awal fase perkembangan CO yang baru. Hal ini
berkaitan dengan situasi politik Amerika Serikat ketika Nixon memasuki gedung putih. Nixon
memberi dorongan secara lebih lengkap kaitan antara masyarakat (komunitas) dan perencanaan
sosial, yang terwujud dalam program bantuan pengembangan masyarakat (community development
block grant program). Program ini dikembangkan secara lebih meluas pada masa kepemimpinan
Presiden Ronald Reagan yang terkait dengan filosofinya untuk mengurangi peranan pemerintah,
khususnya pemerintah pusat, dalam penanganan masalah sosial lokal.
d)      Intervensi komunitas

Sesudah tahun 1969 pemerintah pusat mulai mengadakan penarikan


bantuan dana untuk banyak kegiatan CO, dan mulai dihentikannya
banyak program pemerintah pusat yang berorientasi pada komunitas
lokal. Kebijakan ini memunculkan kerja sama antara kelompok lokal
dan organisasi regional maupun nasional yang semakin meningkat.
Peranan organisasi nonpemerintah dalam bidang CO pun mulai
meningkat. Perkembangan profesi dan pendidikan professional pada
periode ini ditandai dengan semakin ketatnya dana, penekanan pada
keterampilan untuk need assessment, group leadership, budgeting,
advokasi, dll.
Pendayagunaan perangkat keras seperti computer dan
berbagai macam teknologi yang terkait dengan manipulasi
data dan komunikasi juga semakin canggih. Sementara itu,
para mahasiswa pun diharuskan mempelajari hal-hal yang
terkait dengan manajemen dalam organisasi; mengorganisasi
masyarakat lokal (komunitas); implementasi kebijakan lokal
dan regional. Selain itu, pandangan mengenai keterkaitan
intervensi mikro dan makro pun berubah pada berbagai
sekolah pekerjaan sosial, di mana pandangan yang muncul
adalah upaya mengubah secara lebih terpadu melalui
perubahan sistem dan partisipasi klien.
KRITIK TERHADAP CO

 Perkembangan sejarah CO dan CD di atas saling melengkapi, baik dari yang


berkembang dari koloni Inggris (CD) maupun yang berkembang di Amerika
Serikat (CO). Namun, keduanya berkembang dari latar belakang sejarah yang
berbeda. Brokensha dan Hodge (1969, dalam Adi, 2008:216-218) melihat
perbedaan terletak pada dua hal, yakni pada cakupan wilayah, dan pada
tahapan proses. Perihal cakupan wilayah, pengorganisasian masyarakat di
Amerika Serikat pada mulanya lebih banyak berkembang di dalam negeri.
Sedangkan untuk bangsa Inggris, pengambangan masyarakat pada umumnya
diujicobakan di negara-negara koloni seperti Afrika.
 Sementara pada tahapan proses, proses pengembangan
masyarakat yang dilakukan pemerintah Inggris merupakan respon
pragmatis terhadap kebutuhan yang dirasakan daerah koloni
mereka, yang pada dasarnya merasa kurang mendapatkan layanan
yang memadai di bidang pendidikan, kesehatan, dan
kesejahteraan dalam arti sempit. Sedangkan di Amerika,
pengorganisasian masyarakat dimulai pada pengembangan sektor
pertanian, yang baru kemudian bergerak ke masalah perkotaan.
Kemudian, keduanya melihat bahwa pengorganisasian
masyarakat sebagai pendekatan lebih tepat digunakan pada
daerah perkotaan, sedangkan pengembangan masyarakat lebih
tepat digunakan untuk daerah pedesaan.
a)      Kritikan Dunham dan Milson

Kritikan muncul dari Dunham dan Milson (Dunham [1958], Milson [1974], dalam
Adi, 2008: 218-223). Dunham melihat bahwa apa yang dikenal sebagai
pengembangan masyarakat (community development) di Inggris, di Amerika dikenal
dengan nama peningkatan kondisi masyarakat (community improvement). Dunham
mendefinisikan pengembangan masyarakat sebagai “Berbagai upaya yang
terorganisasi yang dilakukan guna meningkatkan kondisi kehidupan masyarakat,
terutama melalui usaha yang kooperatif dan mengembangkan kemandirian dari
masyarakat pedesaan, tetapi hal tersebut dilakukan dengan bantuan teknis dari
pemerintah atau lembaga-lembaga sukarela.”
Ada 5 prinsip dari Dunham bagi mereka
yang berminat pada CO atau CD: (1)
pentingnya kesatuan kehidupan masyarakat,
(2) pendekatan antar-tim dan multi-lapisan,
(3) kebutuhan akan community worker yang
serba bisa di pedesaan, (4) pentingnya
pemahaman akan pola budaya masyarakat
lokal, dan (5) prinsip kemandirian dalam
pengembangan masyarakat.
 Sementara itu, Milson melihat bahwa istilah “pengembangan masyarakat” yag
digunakan pada berbagai literature di Inggris tersebut serupa dengan istilah
“pengorganisasian masyarakat” di Amerika Serikat. Selain itu, Milson melihat soal
penggunaan istilah pengembangan masyarakat di negara sedang berkembang dan di
negara yang sudah berkembang. Pada negara yang sudah berkembang (developed
countries), pengembangan masyarakat tidak terlalu difokuskan pada penyediaan
kebutuhan dasar masyarakat tetapi lebih diarahkan pada mengembangkan proses
demokrasi, memperbaiki proses demokrasi yang ada, dan mengembangkan konklusi
logis dari masalah-masalah yang ada. Tujuan utama pergerakan adalah pengembagan
harga diri (dignity) dan kepuasan partisipasi. Sedangkan pada negara yang sedang
berkembang, fokus perhatian dari pengembangan masyarakat lebih diarahkan pada
peningkatan kesehatan masyarakat, peningkatan kondisi ekonomi komunitas, pembuatan
fasilitas infrastruktur, membangun fasilitas rumah untuk kelompok ‘miskin’,
mengembangkan pendidikan dasar, menengah dan kejuruan, serta menyiapkan lapangan
kerja.
b)      Konteks Indonesia

 Adi (2008:224) melihat bahwa diskusi tentang CD dan CO di atas menimbulkan pertanyaan
“manakah yang lebih luas, apakah pengorganisasian masyarakat ataukah pengembangan
masyarakat?” Untuk konteks Indonesia, pada dasarnya ada dua sudut pandang yang terkait
dengan pertanyaan di atas, yaitu (1) pihak pertama, melihat bahwa pengorganisasian masyarakat
itu lebih luas dari pegembangan masyarakat, mereka menggunakan definisi yang dikembangkan
Rothman dan Tropman untuk menggambarkan model intervensi yang dikembangkan oleh
pengorganisasian masyarakat, di mana salah satunya adalah pengembangan masyarakat (seperti
yang didefinisikan pada beberaa negara yang sudah berkembang); (2) kelompok yang lain
menganggap pengorganisasian masyarakat dan pengembangan masyarakat adalah konsep yang
serupa, tetapi diterapkan pada negara yang berbeda. Mereka yang sependapat dengan hal ini,
antara lain menggunakan penjabaran Brokensha dan Hodge, serta Milson untuk mendukung
argumennya.
Melihat konteks Indonesia yang multicultural
dan sedang berkembang, saya melihat bahwa
CD lebih tepat untuk masyarakat di pedesaan,
sedangkan CO lebih tepat untuk masyarakat di
perkotaan. Masyarakat di pedesaan lebih diberi
tekanan pada pemenuhan kebutuhan dasar dan
fasilitas infrastruktur. Sedangkan masyarakat di
perkotaan lebih ditekankan pada aspek advokasi
bagi warga miskin dan kemandirian ekonomi.
SEKIAN DAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai