S
ETELAH PJPT I berakhir, di mana Revolusi hijau, dalam arti perubahan
· pembangunan telah dijalankan selama serentak produksi tanaman (hijau) pangan
duapuluh lima tahun, perubahan yang melalui penggunaan teknologi pertanian mo•
terjadi ternyata bukan melulu variabel• dern (bibit unggul, pupuk sintetis dan pesti•
variabel ekonomi, tetapi juga variabel• sida), yang selama ini menjadi motor pening·
variabel yang sifatnya sosiologis, Apalagi, katan produksi pangan, sebenarnya rnemang
hakikat dari pembangunan adalah perubah• ibarat kotak pandora. 1 Dari dalamnya bisa
an sosial yang terencanakan, sehingga peru• keluar apa saja, tidak semata sisi positi f kc•
bahan pada aspek fisik, lebih merupakan naikan produksi, melainkan juga sisi lain
conditio sine qua non dari perubahan sosial pada perubahan sosial. Dalarn kaitan ini
tadi. Pernbangunan adalah proses mengu• menjadi urgen dilihat, sejauh mana perubah·
bah manusia dan mengubah masyarakat. an sosial yang diakibatkannya memang se•
suai dengan cita-cita pernbangunan secara
Di sektor pertanian, prestasi nyata yang
menyeluruh.
tercapai adalah swasembada beras. Indone•
sia berubah dari status negara pengimpor Dengan menelusuri berbagai kasus hasil
beras, ke negara yang mampu mencukupi kajian empiris, tulisan ini bermaksud me•
kebutuhan beras penduduknya, bahkan nyajikan suatu deskripsi analitis rnengenai
rnampu mengekspor. Lebih dari itu, Indone• format struktur sosial di pedesaan pasca-re•
sia kemudian rnemperoleh penghargaan dari · volusi hijau, dan mencoba melihat kecende•
PBB, mengingat prestasinya yang spektaku• rungan-kecenderungan perubahan yang ke-
ler dalam ha! pengadaan pangan. lni adalah
I
perubahan produksi, perubahan ekonomi. Analogi '' Kotak Pandora" dcngan · revolusi hijau
pertama kali dlnyatakan olch Clifton J. Wharton (The
Sejauh mana perubahan ekonomi ini diikuti
Green Re11oluli<:Jn: Cornucopia or Pandora's Box,
perubahan sosial, dalam arti perubahan 1969), dengan pcnckanan pada perlunya disadari bahwa
struktur sosial dan dinamika mobilitas so• dari ."rcvolusi hijau. bisa muncul cfck·cfek lain di luar
sial? kenaikan drastis produksi.
46ARAH PERUBAHAN SOS!AL AN ALISIS CSIS, 1995-145
mungkinan terjadi di masa datang (P JPT (teknologi) baru oleh manusia tidaklah ber•
JI). Sebelum sarnpai ke deskripsi itu, diurai• langsung secara independen, dan bahwa
kan bagaimana format struktur sosial di pe• bukanlah teknologi itu yang menjadi penye•
desaan sebelum revolusi hijau berlangsung, bab awal berkembangnya pertanian. Menu•
dan skenario-skenario perubahan sosial rut Boserup tekanan penduduklah yang
yang terjadi selama fase revolusi hijau , mendorong manusia harus meningkatkan
Pada bagian penutup, disampaikan bebera• produksi pangannya, yang karena itu harus
pa kesimpulan dan pemikiran implikatif. menemukan teknologi baru dan bekerja le•
bih keras. Hipotesa ini terkenal sebagai push
population hypothesis: pertanian berkern•
bang karena jumlah manusia bertambah ,
Revolusi Hijau, Tekanan Penduduk
Dalam perkembangan pertanian lebih
dan Komersialisasi Pedesaan
lanjut, yang selain rnelibatkan segi teknis•
agronomis juga segi struktur sosial rnasyara•
Dalam berbagai hipotesa mengenai latar
kat petani. Dua faktor ini, cekanan pendu•
kondisi transformasi masyarakat praagraris
duk dan penemuan teknologi, ternyata juga
menuju masyarakat agraris maju, dua fak•
menjadi determinan. Terdapat desa-desa
tor yang menjadi fokus perhatian adalah te•
yang pertumbuhan penduduknya begitu
kanan penduduk dan daya tarik penemuan
tinggi, sehingga tekanan struktural yang di•
baru. Kalangan Malthusian mengajukan in•
akibatkannya begitu nyata mendorong peru•
vention pull hypothesis, bahwa perkembang•
bahan. Terdapat juga desa-desa yang adopsi•
an awal pertanian disebabkan oleh adanya
inovasi teknologinya cukup intensif, sehing•
penemuan-penemuan baru secara indepen•
ga berefek besar terhadap perubahan struk•
den oleh manusia sehingga memungkinkan•
tur sosial di pedesaan. Dalam kondisi ter•
nya berproduksi subsistensi lebih baik, yang
tentu, resultan pengaruh rekanan penduduk
dengan perbaikan kondisi pangan itu men•
dan adopsi-inovasi bisa juga bekerja bersa•
dorongnya meningkatkan populasi, lalu pe•
maan mendorong perubahan.
nemuan-penemuan berikutnya lebih intensif
2
dan populasi manusia lebih meningkat. De• Dinamika sosial masyarakat petani di In•
ngan dernikian, menurut hipotesa ini tekno• donesia ditandai oleh suatu tahap di mana
logi yang ditemukan secara independenlah tekanan penduduk menjadi pendorong awal
yang memungkinkan perbaikan kondisi pa• tekanan struktural di pedesaan sehingga pe•
ngan manusia, lalu karena surplus subsis• rubahan digerakkan.4 Ketika itu berbagai
tensi itu sehingga manusia leluasa rnernper•
besar populasi. cultural Growth (CQicago: Aid.inc, 196S) dan Popula-,
tion and Technological 'Change (Chicago: University of
Hipotesa ini kemudian tersanggah oleh Chicago Press, 1981).
temuan Ester Boserup, 13 bahwa penemuan 4
Uraian mcngcnai pcrtumbuhan pendi.Iduk di Jawa
tcrutama dapat dilihat dalam Widjoyo Nitisastro, Po•
1Lihat ura.ian Julian L. Simon, The Economics of pulation Trends in Indonesia (Ithaca: Cornell Universi•
Popu/Dlion Growth (New Jersey: Princeton University ty Press," 1970); J.C. Breman,' Jowa: Pertu�buhan
Press, 1977), llS.168. Ptnduduk dan Struktur Demogrqfi (Jakarta: Bharata,
3Tulisan Ester Boserup yang terkenal mcngcnai hal 1971) dan Bram Pepper, Pertumbuhon Penduduk Ja'NID
ini tercakup dalam bukunya The Conditions of Agri- (Jalcana: Bhratara, l97l).
46ARAH PERUBAHAN SOS!AL AN ALISIS CSIS, 1995-146
bentuk strategi adaptasi ditempuh oleh sistensi sebagai pengarah tindakan sosial•
petani dalam menyeimbangkan integrasi so• ekonomi kaum tani. Menurut Scott, petani
sialnya yang tergoncang karena tekanan akan susah menerima perubahan, karena
struktural tersebut, Pada masa Orde Baru, mereka lebih mementingkan keamanan sub•
setelah revolusi hijau digerakkan, semen• sistensi (safety first) dan cenderung enggan
tara program KB mulai dicanangkan untuk resiko (averse to risk). Petani tidak akan me•
menekan pertumbuhan penduduk, 5 faktor ngubah cara bertaninya yang tradisional de•
teknologi mulai berpengaruh. Pada tahap ngan teknik modern, karena dengan peru•
ini, tekanan penduduk bekerja bersamaan bahan terbawa ancaman terguncangnya sub•
dengan revolusi hijau sebagai determinan sistensi. Begitu pula dalam inovasi kelemba•
perubahan. gaan, mfsalnya dengan kehadiran KUD di
Mengiringi revolusi, hijau, moneterisasi pedesaan, petani tidak akan berpartisipasi di
dan marketisasi ekonomi melanda pedesaan. dalamnya, agar hubungannya dengan pa•
revolusi hijau adalah sebuah paket pernba• tron tidak terputus. Padahal, keamanan sub•
ngunan unggulan Orde Baru yang dilengkapi sistensinya dipelihara oleh patron. Memu•
perangkat aparatur terorganisasi (Bimas dan tuskan hubungan dengan patron berarti
penyuluhan), kelembagaan modern (kopera• menciptakan kerawanan subsistensi. Karena
si dan BRI), organisasi bentukan baru (ke• itu menurut asumsi pesimistik ini, revolusi
lompok tani dan P3A), ketersediaan sarana hijau dan komersialisasi di pedesaan tidak
produksi (pupuk dan pestisida) dan alat-alat akan mencapai keberhasilan, malah hanya
mekanisasi pertanian. Agar perangkat pe• merusak tatanan-tatanan mapan yang sela•
lengkap ini bisa fungsional, aliran dana dari ma ini menjamin harmoni sosial-ekonomi
pusat harus diintensifkan, sehingga perge• komunitas.
rakan uang di pedesaan rnenjadi lebih dina• Penjelasan kedua yang cukup optimistik,
mis. Terdapat tambahan kekayaan baru, se• menyatakan bahwa petani sebenarnya rasio•
hingga beberapa kelompok pelaku revolusi nal. Bila mereka berhubungan dengan pasar,
hijau bisa melakukan reakumulasi modal mereka mempunyai kemampuan untuk me•
dan keuntungan. lakukan adaptasi, sehingga perilaku ekono•
minya bisa kondusif bagi prinsip-prinsip
Menghadapi perubahan dari karakter
ekonomi pasar, seperti tindakan investasi
ekonomi tradisional menjadi sistem pasar,
dan efisiensi. Pandangan yang dimotori
terdapat dua penjelasan berbeda mengenai
Samuel L. Popkin7 ini menyatakan bahwa
bagaimana perilaku petani dalam memberi
respon, Penjelasan pertama dikembangkan cul dengan karyanya yang terkenal 11te Moral Economy
6
James C. Scott mengenai etika moral sub- of the Peasant: Rebellion and Subsistence in South East
Asia (New Haven: Yale University Press, 1976).
5Pada akhirnya, program KB temyara 1idak berpe•
7
Pemikiran Samuel Popkin sebagiannya telah
dile•
ngaruh nyata untuk mcngurangi tclcanan pcnduduk di
takkan dasar·dasarnya oleh Theodore Schultz. Tetapi,
pcdcsun. Ia hanya bisa "menahambat" kenailcan te•
buku Popkin berjudul 71,e Rational Peasant: The
lcanan pendudulc, tctapi tingkat tclcanan yang tcrlanjur
Political Economy of Rural Society in Vietnam
berat itu tidalc bisa lagi dilcurangi.
(California: University of California Press, 1979), yana
6Perticlasan pesimistik atas lcemajuan ckonomi peta• merupakan anti-tesis pernikiran Scott, menjadik:annya
ni tcrutama berawal dari tesis-tesis yana dik:embangk:an sebaaai ptlopor penjelasan optimistik: dampa.k revolusi
J.H. Boeke dan Clifford Gccrtz. Scott lccmudian mun- hijau dan komersialisasi.
48
ARAH PERUBAHAN SOSIAL 47
ANALISIS CSIS, 199l-1
asumsi tentang hubungan patron-klien dan batas, sekedar cukup untuk hidup sederhana
kegotongroyongan yang menciptakan har• sesuai dengan kelebihan populasi komunitas
moni dan jaminan subsistensi komunitas de• lama. Akibatnya, komunitas baru ini cepat
sa terlalu diromantisasi. Di batik ciri protek• mencapai daya dukung maksimal, saat te•
si subsistensi komunitas hubungan patron• kanan penduduk mendesak. Demikianlah,
klien dan kegotongroyongan, terdapat Pulau Jawa cepat dipenuhi persebaran ko•
unsur-unsur eksploitatif oleh patron atas munitas yang masing-masing berstruktur ho•
kliennya dan kelompok pembonceng bebas mogenik, terutama dalam penguasaan ta•
(free riders) yang menikmati hasil gotong ro• nah.
yong tetapi tidak berpartisipasi. Karena itu, Setelah ekspansi statis memenuhi pedesa•
revolusi hijau dan komersialisasi merupa• an Jawa, sementara penduduk terus bertam•
kan jalur yang tepat bagi transformasi pe• bah, adaptasi petani untuk memelihara
tani tradisional menjadi petani modern. homogenitas diarahkan ke dinamika internal
komunitas. Sebagaimana ditemukan Clif•
Pra-Revolusl Hijau: Memelihara Ho• ford Geertz,9 di bawah tekanan penduduk
mogenitas Sosial yang terus bertambah dan sumber daya yang
terbatas, masyarakat desa Jawa bukannya
Struktur sosial masyarakat petani, khu• terbelah rnenjadi dua yaitu golongan tuan
susnya di Jawa, pada masa pra- revolusi hi• tanah dan tunakisma (tidak bertanah), me•
jau umumnya berciri homogen. Berlaku lainkan mempertahankan homogenitas so•
suatu nilai yang mengutamakan kesederha• sial-ekonominya dengan cara membagi-bagi•
naan dan persamaan, sehingga norma dan kan "kue ekonomi" yang ada, sehingga ba•
pranata sosial yang dipatuhi bersifat pro• gian yang diperoleh masing-masing anggota
homogenik. Ketika tekanan penduduk me• masyarakat makin lama makin sedikit. Fe•
ningkat pada suatu komunitas, sehingga nomena inilah yang disebut sebagai proses
homogenitas mengarah ke diferensiasi, peta• "berbagi kemiskinan" (shared poverty).
ni akan menempuh ekspansi statis (static ex•
Berbagi kemiskinan demi lestarinya ho•
pansion) agar homogenitas tetap terpeliha•
mogenitas sosial terwujud sebagai imple•
ra. 8 Pemukiman dan pertanian baru dibuka mentasi lebih jauh dari komitmen nilai pro
secukupnya untuk memenuhi suatu tingkat
kesederhanaan dan kebersamaan. Komuni•
hidup sederhana, dan bila komunitas baru
tas sawah sebagai inti kebudayaan (culture
ini sudah terisi penuh karena tekanan popu•
core), dibiarkan menampung sejumlah
lasi ekspansi statis serupa berulang.
orang yang terus bertambah, sehingga struk•
Intensifnya ekspansi statis sehingga per• tur yang tercipta semakin [elimet ke dalam.
luasan wilayah berlangsung cepat, selain di• Akibatnya, meskipun dari segi produksi per
dorong tekanan penduduk, juga oleh nilai satuan luas pertanian Jawa terlihat mengala•
kesederhanaan dan pandangan hidup me• mi kemajuan, namun bila diukur per jumlah
ngenai kebutuhan terbatas (limited needs) orang yang terlibat di dalamnya sebenarnya
masyarakat Jawa. Karena falsafah limited kemajuan itu tidak nyata tercapai. Pertanian
3Lihat J. H. �ke, Dari Empat Juta Me,u'odi Empat «ss of Ecological Change in Indonesia (Califomia:
Pu/uh Empat Juta (Jakana: Bhratara. 1974). University of California Press, 1963).
48
ARAH PERUBAHAN SOSIAL 48
ANALISIS CSIS, 199l-1
Jawa telah berkembang secara involutif, 10 strategi adaptasi kaum tani rnenghadapi te•
berenang di ternpat. Tetapi, fenomena "ber• kanan populasi.
bagi kerniskinan" dan "involusi pertanian",
tidak bisa ditafsirkan sepenuhnya sebagai Fase Revolusi Hijau: Stratifikasi dan
akibat. Malah, ia lebih merupakan suatu
Polarisasi Sosial
reaksi, sebagai strategi adaptasi terhadap te•
kanan penduduk yang ditempuh petani un• Setelah revolusi hijau melanda pedesa•
tuk memelihara homogenitas sosialnya. an, strategi internal masyarakat petani un•
tuk rnemelihara homogenitas ternyata tidak
Memaknakan "involusi pertanian" dan
mempan Jagi. Cikal bakal diferensiasi sosial
"berbagi kemiskinan" sebagai strategi
yang sudah mulai terlihat pada akhir fase in•
menghadapi tekanan penduduk secara dina• volusi pertanian, 12 semakin nyata penarn•
mis, sebagai kelanjutan dari strategi "eks• pakannya pada fase revolusi hijau. Terda•
pansi stat is" dan "pembatasan kebutuhan" pat beberapa penjelasan mengenai signifi•
yang ditempuh sebelurnnya, menjadikan
kannya diferensiasi ini. Pertama, berdasar•
analisis yang menduga perubahan sosial eko•
kan asumsi yang dipegang kalangan penga•
nomi pedesaan Jawa berlangsung dalam ja•
nut teori ekonomi politik radikal, diseminasi
Jur evolusi dan bukan involusi, 11 mesti dipa•
teknologi pertanian ke pedesaan tidaklah
harni sebagai dugaan yang berfokus pada
netral skala, melainkan memberi kesernpat•
makna "involusi" dan "evolusi" sebagai
an lebih besar bagi petani berlahan Juas un•
suatu akibat. Kalaupun evolusi ingin dipa•
tu k rnenerima teknologi, sehingga rnenjadi•
hami dalam rnakna sebagai sebuah strategi,
kan mereka muncul sebagai kelompok ko•
maka yang bersifat evolutif adalah tahapan•
mersial, sementara di pihak lain terdapat ke•
tahapan strategi dari '' ekspansi statis" dan
lompok yang tetap berlahan sernpit dan sub•
"pembatasan kebutuhan" ke "involusi per•
sisten. 13
tanian" dan "berbagi kemiskinan". Dengan
demikian, arah perubahan sosial pedesaan Kedua, revolusi hijau tidak hanya me•
Jaw a pada masa pra- revolusi hijau meru• ngalihkan teknologi ke pedesaan, melainkan
pakan evolusi berbagai tahap dan bentuk juga sejumlah dana dan proyek pembangun•
an. Pihak yang menangkap peluang surplus
io,,Involuasi pcrtanian" adalah tesis paling populcr dana ini tidak merata ke semua petani, tetapi
dari Geertz mengcnai pcrtanian Indonesia, yang meski• hanya pada kelompok tertentu yang dekat
pun fokusnya adalah pcrubahan ckologi, tetapi feno• dengan birokrat desa atau jalur-jalur
mcna ini juga relevan dilihat scbagai stratcgi adaptas.i
hubungan lain dengan sumber dana itu.14 lni
petani Jawa atas tckanan struktural dari pcrtambahan
12
penduduk. Lihat, Amri Marz.ali, "Bcbcrapa Pcndckat• Lihat, "Kata Pengantar" Pror. Sajogyo dalam
an dalam Kajian Tcntang Respon Petani Tcrhadap Te• tcrjcmahan Indonesia Gecrtz, Invotust Pertanion: Pro•
kanan Pcnduduk di Jawa", dalam JIIS, PAU-IS.Ul ses Perubohon Ekologi di Indonesia (Jakarta: Bhratara
(Jakarta: Gramedia, 1993), ll-l2. Karya Aksara, 1983).
13Lihat, misalnya, William L. Gollier dkk., "Sistcm
11 Lihattanggapan Benyamin White tcrhadap Gccrtz
dalam Iufisannya "Population, Employment and lnvo• Tebasan, Bibit Unggul, dan Pcmbaharuan Dcsa di Ja•
wa, Prismo 3, no. 6 (1974), 13-39 dan Hatman M.
lution in Rural Java", Economic Development and
Siahaan, "Tckanan Slruktural dan Mobilit.as Petani di
Cultural Change, no. 7, 1976, 267-290; dan William L.
Pedesaan"', Prismo 12. no. II, 12 (1983). l0-63.
Collier," Agricultural Evolution in Java;', in Gerry E.
1
Hausen (ed.), Agricultural and Rural Development in •Kcnncth Young, "Birokrat Mcncngah, Pctani Me•
Indonesia (Colorado: Wcstvicw Boulder, 1981), 70. ncngah, Kelas Menengah: Oimensi Ekstra Pcrkotaan",
48
ARAH PERUBAHAN SOSIAL 49
ANALISIS CSIS, 199l-1
merupakan salah satu implikasi dari in• potensi pembentukan kelas dan polarisasi,
tegrasi pemerintahan desa ke dalarn negara, diperlukan stimulus keorganisasian dari luar
di satu sisi akarnya ke rakyat desa berku• untuk menanamkan kesadaran kelas ( class
rang, 15 tetapi di sisi lain ia menikrnati aliran consiousness), dan pemudaran fungsi-fungsi
dana dari negara dalam bentuk subsidi dan harmoni ikatan tradisional.
proyek pembangunan.
17 .
T emuan H ayarm. - Ki1k uc h"1 juga me-
Ketiga, ketika desa semakin terbuka ter• nyirnpulkan bahwa polarisasi sosial belum
hadap kota, lalu dinarnika ekonomi pasar mewujud di tengah diferensiasi sosial ma•
dan uang demikian intensif, kelompok yang syarakat desa. Yang nyata terlihat adalah
berkesempatan terlibat tetaplah mereka penggandaan lapisan petani dalam bentuk
yang mempunyai basis tradisional ekonomi hadirnya lapisan penyakap sebagai efek te•
yakni tanah. Para pemilik tanah luas adalah kanan penduduk, di mana fenomena ini di•
yang paling berpeluang "menginvestasikan" sebutnya sebagai proses stratifikasi, dan
surplus ekonomi rumah tangga ke bidang perubahan-perubahan kelembagaan sistem
usaha non-tani (membuka pabrik beras, usa• panen yang dalarn fungsi penerimaan tenaga
ha angkutan umurn, kios-kios toko saprodi) kerjanya menjadi terbatas. Tetapi, Hayami•
sehingga kelornpok ini pula yang semakin Kikuchi sebenarnya menggarisbawahi, bah•
mereakumulasi modal dan keuntungan. Pe• wa arah perubahan sosial di pedesaan ter•
tani berlahan sempit tetap bertahan di usaha nyata berada di persimpangan jalan (cross
tani, dengan produksi sekedar bertahan di road): stratifikasi dan polarisasi. Akan ada
tingkat aman subsistensi. kondisi di mana pada titik tertentu, stratifi•
Di balik diferensiasi penguasaan tanah, kasi bisa berbelok ke polarisasi. Bila ikatan
kesenjangan ekonomi semakin nyata. Per• tradisional makin memudar dan .srrata atas
soalannya adalah, apakah kesenjangan eko• desa makin tidak peduli kepada strata
nomi itu menyebabkan polarisasi sosial, da• bawah, sementara itu mereka lebih tertarik
lam arti terkutupnya masyarakat dalam dua menjalin hubungan dengan sumber-sumber
luar (kota), maka ketika itulah polarisasi
golongan melalui suatu garis kelas? Peneli•
tian Muh. Amaluddin di Jawa Tengah16 me• bisa merebak.
nemukan bahwa polarisasi sosial tidak ter• Jalur polarisasi sosial, dengan demikian,
jadi karena masih kuatnya ikatan-ikatan tra• akan terjadi pada desa-desa yang mengalami
disional masyarakat desa. Yang terjadi ada• gejala terciptanya kondisi pembelokan se•
lah perubahan sistem stratifikasi sosial, dari perti yang diisyaratkan Hayami. Temuan
yang berbasis penguasaan ranah kotnunal kc . Larnbang Trijono dan Nasikun18 di sebuah
penguasaan tanah individu. Kalaupun ada desa di Jawa Timur mendukung hal ini.
Mereka berkesimpulan bahwa meskipun per·
dalam Richard Tanter dan Kenneth Young, Pofitik
Kelas Menengah Indonesia (Jakna.: LP3ES, 1993). 17Yujiro Hayami dan Masao Kikuchi, Dilema Bko•
"Prijono Tjiptoherijanto dan Yumiko M. Prijono, nomi Deso: Suatu Pettdetatan Ekonomi Teffladap Pe•
Demokrasi di �esaan Jawo (Jakarta: Sinar Harapan, ruballan Kelembagaan di Pede.soon (Jak:ana: Yayasan
1983). Obor Indonesia, 1987).
1
6Muh. A.maluddin, Kemiskinan dan Polaris4Si So• 11 �ban.a: Trijono dan Na.sikun, Proses Pero bah an
sial: Studi Kasus di Deso Bulugede, Kendal, Jawa Te• Sosiol di Deso Jawo: Surplus Produksi don Ptrgeseran
ngah (Jakarta: UJ Pross, 1987). Okwpa,i (Jakarta: Rajawali, 1992).
so ANALISIS CSIS, I99S.J
sebaran teknologi pertanian bersifat netral polarisasi sosial yang terjadi disebabkan
skala di bawah pengaturan birokrat yang ke• oleh kesenjangan ekonomi yang akarnya
tat, ternyata kesenjangan sosial di pedesaan adalah ketimpangan penguasaan lahan, De•
tetap signifikan. Ini karena adanya konsoli• ngan demikian, terjadinya polarisasi karena
dasi struktural antara luas penguasaan sa• konflik kelas antara pemilik tanah dengan
wah, status sosial dan kekuasaan alas desa, buruh tani, sebagai akibat kontradiksi inter•
sehingga petani berlahan luas mampu meng• nal dalam organisasi produksi pertanian,
konsolidasikan surplus dari adopsi teknologi merupakan kesimpulan yang dilatari oleh
dengan kekuasaan yang efektif untuk meng• pendekatan ekonomi politik radikal. 21
akumulasi keuntungan lebih besar. Dalam
menghadapi peluang ekonomi baru di luar
pertanian, petani berlahan luas rnampu me• Pasca Revolusi Hijau: Multi Basis
nernpuh strategi akumulasi modal, sedang dan Arah
petani berlahan sempit dan buruh tani hanya
mampu memanfaatkan peluang tersebut se• Kondisi pedesaan saat ini merupakan po•
batas demi strategi mernelihara subsistensi. tret basil perubahan selama duapuluh lima
tahun · revolusi hijau berlangsung, Struktur
Dengan demikian, arah perubahan sosial
sosial yang terwujud bervariasi antarkasus
masyarakat petani menurut penelitian ini bu•
desa tertentu, dari tingkat homogenitas so•
kanlah proses stratifikasi melainkan polari•
sial yang paling sederhana sampai ke tingkat
sasi. Polarisasi sosial dimaksud terjadi seba•
diferensiasi sosial yang paling kompleks.
gai konsekuensi tergantungnya ekonomi
Dalam pada itu, proses stratifikasi ataupun
desa pada ekonomi luar desa atau perekono•
polarisasi memang tidak lagi berbasis tung•
mian nasional, dan polarisasi ini akan ber•
gal penguasaan tanah, karena tata produksi
kembang jika kesempatan bid up di luar per•
pedesaan sudah tidak sepenuhnya pertanian.
tanian semakin terbatas menampung mereka
Terdapat berbagai cara produksi luar perta•
yang tergeser dari pertanian, Konflik akan
nian yang semakin berkembang dengan mo•
terjadi, karena semakin sernpitnya katup pe•
dal produksi bukan tanah: uang, kekuasaan,
ngaman dan terbatasnya peluang untuk me•
relasi sosial atau pendidikan formal.
manfaatkan sumber ekonomi luar pertani•
an.19
Ada beberapa skenario terjadinya proses
Ternuan ini berbeda dengan bentuk dari keragaman okupast (occupational multiplici•
polarisasi sosial yang dirumuskan basil pene• ty) di pedesaan, Pertama, perluasan bidang
litian empiris sebelumnya. Dengan asumsi usaha ekonomi kelompok bersurplus hasil
bahwa diseminasi teknologi pertanian ber• revolusi hijau ke usaha- usaha non-tani (ja-.
sifat bias skala, di mana petani berlahan luas sa, dagang dan industri kecil). Kelompok ini•
maju lebih progresif dan adaptif terha• lah yang menikmati mobilitas sosial secara
dap inovasi dibanding petani kecil, 20 maka vertikal, bukan hanya melalui kenaikan pro•
duksi usaha tani karena revolusi hijau, te•
19Lambang Trijono, "Pasca Revolusi Hijau di Pe•
tapi diperkuat oleh sumbu ekonomi baru
desaan Jawa Timur", Pri.sma, no. 3, Maret, 1994,
23-31.
yang dibangun dari modal surplus usaha
tani,
20iiCTman Socwarcl.i, Respons Masyorakot Deso Ter•
hadap Modernisasi Produksi Pertanian, Terutama Padi 21William Collier dkk., ibid.; Hotman Siahaan,
(Bandun.g: Disenasi Unpad, 1972). ibid.
ARAH PERUBAHAN SOSIAL . lI
Kedua, kelompok okupasi baru yang me• masing secara internal, sehingga basis strati•
ngalami penguatan melalui aliran dana dari fikasi atau polarisasi juga makin beragam.
pusat ke desa sebagai akibat hubungannya Diferensiasi sosial ekonomi tidak lagi ber•
dengan birokrat desa pengelola aliran dana lingkup internal satu tata produksi, tetapi
tersebut. Terdapat tambahan modal secara meluas ke skala antartata produksi. Dalam
akumulatif di desa melalui berbagai format kerangka ini, yang kemudian patut ditelu•
subsidi pembangunan, dan yang paling me• suri adalah: tata produksi apa sebenarnya
nikmati adalah kelompok yang dekat de• yang dominan di pedesaan -- dalam arti me•
ngan birokrat desa.22 Dengan tambahan mo• miliki kekuatan mengarahkan dinamika so•
dal itu kelompok ini mengelola berbagai sial saat ini? Masihkah sektor pertanian me•
"proyek": penyaluran dana kredit, alih rupakan tata produksi dominan, sehingga
fungsi dan penjualan tanah, penyaluran sa• dengan melihat perubahan struktur sosial
rana produksi, perdagangan beras, dan lain• masyarakat petani berarti kita juga telah
lain. melihat perubahan sosial pedesaan secara
keseluruhan?
Ketiga, kelompok rumah tangga tani
yang mengalami proses kehilangan tanah Memasuki P JPT II, masyarakat tani ha•
(landlesnessl sebagai akibat makin timpang• nyalah salah satu unsur masyarakat pedesa•
nya land-man ratio, sehingga mereka terge• an. Kelompok birokrat desa, pedagang dan
ser dari pertanian. Karena begitu banyaknya enterprenuer desa, kelompok buruh, migran
jumlah kelompok ini, peluang berburuh tani sirkuler, rumah tangga industri kecil, para
sudah begitu sempit sehingga sebagian besar tengkulak dan rentenir adalah juga pelaku•
bekerja di sektor informal kota secara semi• pelaku sosial ekonomi desa yang berada di
permanen ataupun sirkuler, terutama seba• luar jalur hubungan penguasaan tanah seba•
gai buruh bangunan atau pedagang kaki H• gai modal produksi. Pada kelompok-kelom•
rna. Meskipun kelompok ini bergeser pok ini pun terstruktur suatu stratifikasi
okupasi, tetapi secara sosial ekonomi mere• (dan kemungkinan polarisasi), dan dinamika
ka sebenarnya tidak mengalami mobilitas struktural pada masing-masing kelompok
vertikal. 23 Mereka cenderung hanya berpin• itu juga adalah bagian dari dinamika pede•
dah dari kemiskinan di pertanian ke kemis• saan,
kinan di luar pertanian secara horizontal. 24 lndustrialisasi pedesaan, termasuk di da•
Di tengah keragaman okupasi di pedesa• lamnya pengembangan agroindustri, meru•
an, struktur stratifikasi (antarlapisan) atau• pakan jalur paling prospektif untuk perge•
25
pun struktur polarisasi (antarkelas) menjadi seran dan peragaman okupasi di pedesaan.
Bila industri pedesaan atu agroindustri ber•
lebih kompleks, Setiap tata produksi me•
kembang pesat, berarti kewiraswastaan ma•
nampilkan basis diferensiasi sosial masing-
syarakat desa akan terpacu, minimal melalui
22
Kenneth Youna, ibid. kegiatan agribisnis. Hadirnya industrialisasi
2lHananto Sigit, ''Transfonnasi Ketenagakerjaan_di desa tidak hanya akan mengubah struktur
Indonesia", Prisma, Mei 1989. okupasi, melainkan juga tatanan nilai, nor-
14Dannawan Salman, '' Pergescran Ketcnqakerjaan "ounawan Sumodiningrat dan Mudrajat Kuncoro.
di Pcdcsaan'', Analisfs.CSIS, Septcmbcr-Oktober, "Stratcgi Pmtbangunan Pertanian dan Industri: Me�
199!. cari Pola Simbiosl.S", Pri.sma, no. 2, 1990.
ANALISIS CSIS, 1995-1
52