Anda di halaman 1dari 5

RESUME PERTEMUAN 7

Pada pertemuan ke-7, tepatnya pada hari sabtu 30 November 2019 dilakukan bedah
buku. Buku yang dibedah ada dua yaitu : “Memancing Harimau Turun Gunung” dan
“Rekayasa Sosial”. Maka dari itu, tulisan ini untuk mengulas kembali pembahasan mengenai
2 buku tersebut pada saat bedah buku.

Buku “Memancing Harimau Turun Gunung” ditulis oleh Gao Yuan mengenai strategi
yang dilakukan pada saat perang cina kuno yang dapat diimplementasikan oleh para pebisnis
dalam bidang kewirausahaan dan juga mengandung pengimplementasian dari teori-teori
kepemimpin bagaimana cara bertindak dalam berbagai situasi. Di dalam buku ini terdapat 36
strategi yang banyak menggunakan pepatah cina. Dengan kata lain, buku ini bertujuan
sebagai referensi agar supaya para pembaca dapat menganalisa situasi dan kondisi secara
tepat dalam kewirausahaan contohnya. Meskipun banyak diantara siasat-siasat di dalam buku
tersebut mencerminkan sesuatu yang tidak pantas atau tidak manusiawi akan tetapi ini
hanyalah sebagian acuan berpikir kita dan tergantung para pembaca dalam menyikapi hal
tersebut.

Seperti yang di jelaskan dalam Buku “Memancing Harimau Turun Gunung” terdapat
beberapa siasat yang akan saya tuliskan berdasar dalam buku tersebut yakni : 1. Ketika
Berposisi Lebih Unggul dibagi menjadi 6 siasat yaitu a). Mengecoh Langit Menyebrangi
Lautan, ini seperti kita melakukan hal terang-terangan akan tetapi ada hal lain bersembunyi
dibaliknya, b). Menyerbu Kerajaan Wei untuk menyelamatkan Kerajaan Zhao, maksudnya
adalah kita harus tahu mengenai seni pendekatan langsung dan tdak langsung, berarti tak
selamanya menyerang secara frontal lebih baik, pikirkan hal yang mungkin lebih baik dengan
perencanaan, c). Membunuh dengan Pisau Pinjaman, berarti kita harus memanfaatkan situasi
yang ada, baik yang dihasilkan oleh lawan dengan kata lain segala sumber daya dapat kita
gunakan meskipun itu berasal dari pihak lawan, d). Relaks Selagi Musuh Menghabiskan
Tenaga, tidak selamanya dengan kekuatan kita bisa mengatasi segala hal, diperlukan pula
ketenangan dan juga dapat di analogikan bagai ranting yang lemah diterpa angin hanya akan
mengikuti arah angin sedang ranting yang terlalu kaku akan diterbangkan oleh angin, e).
Menjarah Rumah yang sedang terbakar, ini berarti memanfaatkan situasi kacau yang dimiliki
oleh lawan dengan begitu akan lebih mudah mengalahkannya, f). Berpura-pura Menyerang
ke Timur Padahal Menyerang ke Barat, dapat dikatakan ini merupakan taktik pengalihan.
2. Siasat Melancarkan Konfrontasi. Adapun menurut KBBI Konfrontasi adalah
suatu ara menentang musuh atau kesulitan dengan berhadapan langsung dan terang-terangan,
jadi maksud dari siasat kedua ini adalah Siasat yang seperti halnya suatu tipu muslihat atau
sesuatu yang tidak terang-terangan. Siasat yang kedua ini terbagi menjadi 6 yakni :
Menciptakan Sesuatu dari Ketiadaan, Berpura-pura menempuh Suatu Lorong Padahal
Menyelinap ke Lorong yang Lain, Menonton Kobaran Api yang Melintasi Sungai,
Menyembunyikan Pisau Belati dalam Senyuman, Mengorbankan Pohon Plum Demi Pohon
Persik, Memanfaatkan Peluang Mencuri Kambing Jantan.

3. Siasat Menyerang. Siasat ketiga ini terbagi menjadi enam, yakni : Menggebah
Rumput Mengagetkan Ular, Menghidupkan Mayat, Memancing Harimau Turun Gunung,
Menangkap Musuh dengan Melepaskannya dari Kail, Membuat Batu Bata untuk Memikat
Batu Giok, Menangkap Pemimpin Gerombolan untuk Menyergap Kawanan Bandit.

4. Siasat untuk Situasi Kacau. Siasat keempat ini, yakni : Mencuri Kayu Bakar dari
Bawah Periuk, Menangkap Ikan di Air Keruh, Menanggalkan Kulit Jangkrik, Menutup Pintu
untuk Menangkap Pencuri, Bersahabat dengan Negara yang Jauh Sementara Menyerang
Negara Tetangga, dan Memperoleh Lintasan yang Aman untuk Menaklukkan Kerajaan Guo.

5. Siasat Mendapatkan Penerimaan Lawan. Yang dimana siasat kelima, yakni :


Menggantikan Balok dan Tiang dengan Kayu Lapuk, Menunjuk Murbei dan Memaki
Belalang, Berpura-pura Bodoh Padahal Cerdik, Turunkan Tangga Sesudah Menaikinya,
Mendandani Pohon dengan Bunga-Bunga Palsu, dan Membuat Tuan Rumah dan Tamu
Bertukar Tempat.

Adapun siasat yang terakhir 6. Siasat Untuk Situasi Yang Sulit. Maksud dari siasat ini
merupakan apabila posisi kita tidak menguntungkan dibandingkan pihak lawan. Di siasat ini
terbagi, yakni : Menggunakan Perempuan Untuk Memikat Lelaki, Buka Lebar-Lebar Pintu
Gerbang Kota yang Kosong, Biarkan Mata-Mata Musuh Menyebarkan Perselisihan dalam
Kubu Musuh, Melukai Diri Sendiri untuk Mendapatkan Kepercayaan Musuh, Ikat Jadi Satu
Kapal-Kapal Perang Musuh, dan Lari.

Dari semua siasat di atas dapat kita simpulkan bahwa dalam semua pengambilan
keputusan harus dipikirkan dengan baik oleh pemimpin untuk kelancaran perintah yang ia
lontarkan kepada anggota atau bawahannya. Harus pandai dalam mengatur dan
merencanakan strategi kemudian memikirkan taktik yang dapat dilakukan untuk kelancaran
strategi tersebut dan juga harus diberi siasat agar dapat melengkapinya. Pemimpin harus
dapat mengambil keputusan yang tepat di segala kondisi yang mungkin saja terjadi.

Kemudian lanjut ke buku selanjutnya yaitu Buku “Rekayasa Sosial : Reformasi,


Revolusi atau Manusia Besar?” yang ditulis oleh Jalaluddin Rakhmat. Buku ini mengenai
perubahan-perubahan sosial yang terjadi sejak dulu pada era orde baru hingga sekarang yang
penulis sebut sebagai Perubahan Sosial yang direncanakan atau Rekayasa Sosial.

Pembukaan dalam buku ini dimulai dengan pemaparan 7 Kesalahan Berpikir.


Menurut Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya “Rekayasa Sosial : Reformasi, Revolusi atau
Manusia Besar?” ada 7 Kesalahan dalam Berpikir yakni : 1. Fallacy of dramatic
instance (Pola Pikir yang menjadikan satu atau dua kasus bahkan condong kepengalaman
pribadi sebagai dasar untuk menyimpulkan sesuatu), 2. Fallacy of retrospective
determinisme (pola pikir yang memanfaatkan masa lalu sebagai bentuk kepasrahan), 3. Post
hoc ergo propter hoc (pola pikir dengan pola sesudah ini-karena itu oleh sebab itu) 4. Fallacy
of misplaced concretness (pola pikir yang berusaha mengkonkritkan hal yang abstrak), 5.
Argumentum ad verecundiam (berargumen dengan otoritas), 6. Fallacy of composition (pola
pikir yang meneladani seseorang untuk ke semua orang), 7. Circular Reasoning ( pola pikir
yang berputar-putar ).

Dan juga di dalam bukunya terdapat mitos. Untuk mitos terbagi dua yaitu, mitos
sosial yang menyatakan masyarakat itu statis, tidak berubah, stabil dan yang kedua mitos
trauma yaitu perubahan itu menimbulkan krisis emosional dan stress mental.

Menurut penulis rekayasa sosial ada kerena adanya permasalahan sosial dan tidak
menutup kemungkinan permasalahan individu akan menjadi permasalahan sosial atau dengan kata
lain permasalahan individulah salah satu faktor timbulnya permasalahan sosial. Solusi yang
ditawarkan penulis dalam penyelesaian masalah merupakan aksi koletif atau kerja sama antar
masyarakat.

Kemudian sumber dari adanya perubahan sosial disebabkan karena


: poverty (kemiskinan), crimes (kejahatan), dan konflik. Di dalam buku ini juga membahas
mengenai Homo Orbaicus atau semacam trauma atau sindrom dimana pemikiran-pemikiran
mengenai orde baru belum pudar atau masih ada sampai sekarang. Juga di jelaskan mengenai
Revolusi yang mana Revolusi berjalan lebih cepat dibandingkan dengan reformasi yang
katanya lebih cepat. Ketika ekspektasi dan harapan sudah tidak sesuai dengan realita yang
terjadi maka sudah sewajarnya dilakukan suatu tindakan perubahan.

Dari buku ini juga berkaitan dengan sikap kepemimpinan pada bagian dimana di
dalamnya terdapat beberapa pembahasan mengenai pola pikir yang sebaiknya dan juga
dicontohkan pemimpin yang di dalam buku ini disebut orang-orang besar. Dapat disimpulkan
bahwa bagaimana ide atau pola pikir dari pemimpin dapat mempengaruhi masyarakat dan
menimbulkan perubahan dalam struktur masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Yuan, Gao. 1993. Memancing Harimau Turun Gunung. PT Utama Pustaka Grafiti : Jakarta.

Rakhmat, Jalaludin. 1999. Rekayasa Sosial : Reformasi, Revolusi, atau Manusia Besar?. PT
Remaja Rosdakarya : Bandung.

Anda mungkin juga menyukai