Anda di halaman 1dari 35

Hanya satu kata : D I n a m i k !

B O N G K A R

PUSAT
liar

Bila ada yang menuhankan manusia maka ia terjebak dalam hatinya, bila ada yang memanusiakan tuhan maka ia terjebak dalam pikirannya, Pusat !

MANIFESTO PUSAT Dengan liar kita Bongkar..!!! Istilah liar seringkali dipahami sebagai perilaku tak beraturan dan jauh dari tanggungjawab, pendek kata negatif. Padahal liar sebagai sikap berfikir belum tentu senada dengan pemahaman di atas, pemahaman tersebut barangkali lahir lantaran liar sebagai sebuah penegasan sikap dipandang keluar dari tata nilai yang tengah berlaku. Untuk meluruskan ambiguitas tersebut, perlu ditegaskan bahwa liar sebagai sebuah sikap amat jauh dari stigma di atas. Liar tak lain merupakan sebuah sikap yang lahir sebagai respon atas realitas yang lapuk dan keropos, lantaran tiadanya kebaruan-kebaruan, salah satunya berupa gagasan segar. Liar sendiri memuat seperangkat tata nilai sebagai antitesis keadaan berupa; independen, inklusif, impulsif dan kritis. Dengan ini maka keliaran yang kami pilih dan tawarkan bukan sesuatu yang tuna tata nilai dan aturan, melainkan kami coba merumuskan sebuah tata nilai baru untuk mendekonstruksi realitas yang lapuk dan keropos. Bongkar, Liar, dan Double Movement(BLD) Tuhan, buatlah kami menjadi ragu pada segala hal, termasuk engkau, karna dengan begitu kami mau berfikir, lalu sadar akan adanya kami. Awalnya istilah bongkar selalu kita pertanyakan bentuk pemikirannya, namun saat ini kita masih belum menemukannya bentuk itu, kebingungan kita untuk menjawab hal itu disebabkan karana tiadanya suatu pemahaman terhadap realitas. Bongkar juga bukan suatu respon akan suatu realitas, sebab kita tidak memahami realitas itu sendiri, Namun bonkar itu sendiri ialah suatu respon atas kemandekan berfikir, atau kediaman berfikir yang kemudian melahirkan suatu kejenuhan dalam diri kita. Oleh karena itu saudara-saudara seperjuangan harus faham benar, bahwa bongkar ialah suatu respon atas kediaman berfikir yang berusaha untuk mencapai suatu respon terhadap realitas dengan syarat memahami realitas itu sendiri Melalui diskisu yang intent. Ia ialah suatu upaya, bukan hasil suatu pemikiran atau bentuk suatu pemikiran tertentu.

Lalu apa itu liar? Ia merupakn suatu sifat berfikir yang independent, inklusif, impulsif, dan kritis sebagai mana yang telah disebutkan dalam tulisan awal. Namun itu bukan sebagai tanda bahwa kita sudah Liar, bahwa kita sudah mencapai sifat-sifat yang demikian itu. Oleh karnanya, untuk mencapapai Liar adalah mutlak membutuhkan suatu cara, suatu jembatan untuk sampai pada Liar. Atas dasar itu, maka kita telah menemukannya untuk sementara waktu tenntang suatu metode untuk mencapai Liar. Ia ialah Double Movement. Apa itu Double Movement? Ide ini bukanlah ide lahir dari ruang kosong, juga bukan ide kamar mandi, tapi ide warung kopi yang lahir dari proses memperhatikan suatu kenyataan bahwa kebanyakan dari kita itu menerima suatu ideologi atau isme tertentu tanpa dasar pemahaman atas isme itu, akan tetapi atas dasar kekaguman retorika-sejarah ideologi. Dan bahwa juga kita melihat suatu kenyataan bahwa kebanyakn kita itu menolak suatu isme tertentu yang telah terlanjur kita lempar jauh tanpa dasa pemahaman, akan tetapi sentimen idelogi. Oleh karena itu kita menemukan Double Movement untuk kembali ke dasar, untuk merombak jaring-jaring simbolik, kekaguman dan sentimen dengan cara gerakan berfikir Double(Double Movement), artinya kita mencoba untuk memahami suatu isme yang sudah terlanjur kita terima atas dasar kekaguman itu, disisi lain juga kita mencoba untuk memahami suatu isme yang terlanjur kita tolak itu atas dasar sentimen. Denngan cara begitu kita akan mencapai sifat liar yang kita maksud sehingga istilah bongkar tidak menjadi otopia, akan tetapi menjadi nyata. Tapi tetaplah ingat, bahwa semua itu ialah hipotesis saja, bukan hasil berfikir yang tidak bisa di bantah, karena semua ide-ide yang diungkapakn diatas bukan suatu ide absolut, akan tetapi suatu ide historis yang relatif. Bukan untuk diyakini, bukan untuk melahirkan suatu sentimin baru, bukan untuk menciptakan suatu retorika untuk dikagumi. Akan tetapi merupak suatu sintesis yang kemungkinan menjadi tesis baru untuk dipersoalkan guna mencari kebenaran yang lebih pasti, karna salah satu sifat liar ialah suatu cara berfikir yang terus berkembang.

PUSAT

Sekedar Mukadimah Belaka

GMNI, sekedar mendengar namanya, rasarasanya kita akan mahfum bahwa organisai yang berdiri pada 23 Maret 1954 ini terlahir sebagai organisasi perjuangan yang hendak merajut basis di kalangan kaum pelajar/ cendekiawan. Namun agaknya jika kita menelisik pada fenomena yang bertebaran, titel ini terlihat bias, mengingat diskursus yang mencuat tak beranjak dari konflik internal, romantisme buta, glorifikasi person, dan tak jarang juga pseudo heroisme. Fenomena ini mudah ditangkap pada momen-momen seperti kaderisasi dan diskusi, ataupun pada sesuatu yang sifatnya eksistensial, taruhlah aspek struktural dan kultural. Tulisan ini mungkin terdengar sinis dan apriori, kendati sukar untuk menampik fakta bahwa sebagai organisasi pergerakan, GMNI tampak sempoyongan dengan beragam konflik tak berkesudahan dan terlihat gagap dalam merajut dinamika yang berkembang. Titel sebagai pewaris api Bung Karno, agaknya masih sekedar berupa titel atau bahkan mungkin klaim belaka. Ajaran Bung Karno berupa Marhaenisme-nya masih menjadi konsepsi minus eksplorasi, seolah Bung Karno memaklumkan ajarannya sebagai sesuatu YANG SUDAH JADI, dan bukannya sesuatu YANG MENJADI. Parahnya, Marhaenisme kemudian lebih tampak sebagai hapalan yang minus tindakan- ideologi sekedar dekorasi organisasi-, padahal ideologi seyogianya diperlakukan sebagai suluh atau bintang penuntun, yang pada gilirannya akan menjelma sebagai KEYAKINAN YANG BEROIRENTASI TINDAKAN. Sesuai dengan hakikatnya, Ideologi memberi landasan berfikir dan bertindak, selain juga identitas organisasi. Tak elok rasanya jika ada yang berseloroh: kaum marhaen hanya dibicarakan, tapi nyaris tidak pernah diajak bicara. Tanpa bermaksud menjustifikasi, dengan berkaca pada horison pergerakan, krisis memang tidak hanya mendera GMNI, tapi juga organisasi pergerakan mahasiswa lainnya. Adalah wajar kiranya jika masyarakat kemudian bertanya tentang posisi dan potensi gerakan mahasiswa dalam menjawab panggilan sejarah, taruhlah meminjam bahasa Lenin: What its to be

done?. Jawaban yang tersaji sangat mungkin akan jauh dari kata memadai. Fenomena yang terhampar memang seolah menegaskan kasak-kusuk yang beredar tentang problem akut pelbagai organ pergerakan: jangankan melakukan perubahan, sekedar survive dan membenahi persoalan internal pun kelabakan. Alih-alih bergegas menuntaskan perubahan dan menyediakan haribaan terang masa depan, energi organisasi seolah habis untuk dan didalam dirinya sendiri. Akan dibawa kemana GMNI kedepan? pertanyaan ini sering mencuat, kendati jarang terjawab. GMNI tampak mengidap semacam situasi akut berupa dis-orientasi, yang membuatnya kelimpungan menata visi. Sebagaimana juga pertanyaan, GMNI itu tengah terpuruk atau sedang mencari bentuk?. Ada dua aspek penting dalam menjaga api pergerakan; aksi dan refleksi (kaum kiri lumrah menyebutnya kritikotokritik). Aksi minus refleksi berujung pada aktifisme; aksi yang seolah-olah untuk aksi itu sendiri, taruhlah kecenderungan seremonial. Refleksi tanpa aksi rentan pada keterjebakan permenungan, tentu GMNI tidak menghendaki kader-kadernya hidup layaknya resi yang menyepi. Sebagai organisasi yang mengusung yel-yel Progresif-Revolusioner tentunya GMNI dituntut untuk bisa keluar dari selubung masalah, untuk menuntaskan tugas sejarah: membumikan cita-cita revolusi. Ya utopia kadang lebih visioner ketimbang realistis. Pusat, Mato Kopi, 12-03-2013.

PUSAT

AKTIVIS GADUNGAN KADER PENGKHIANAT* Awalnya kita tidak saling mengenal. Ada jarak yang memisahkan kita. Jarak itu, aku pun tak tahu kawan. Hingga suatu saat kita bertemu dalam sebuah payung organisasi yang katanya kiri. Kenapa kiri? Kenapa bukan kanan? Aku tidak memiikirkan hal itu, kiri selama ini sering dimaknai oleh kawan-kawan sebagai simbolik perlawanan terhadap segala bentuk penindasan, sehingga, kala dirimu mengajak daku untuk bergabung dalam organisasimu itu, aku pun mau, karena aku tidak mau kelak aku sudah mati, aku bertanya pada sukmaku, apakah selama aku hidup aku benar-benar ada dan berguna bagi semesta ini? Waktu terus berputar, kita pun terbawa dalam perputaran itu. Semakin aku mengenal, tapal batas yang engkau letakkan di antara kita selama ini, ideology. Dijalanan aku melihatmu membawa TOA dan berteriak atas nama rakyat yang terindas, rakyat marhaen, tapi ideologimu itu telah membungkusmu dalam bungkusan seperti seekor anjing yang kelaparan dan terus menggonggong. Dasar anjing!. Sungguh, kamu tampil bak seorang artis tapi hakikat yang kamu perjuangkan sesungguhnya tak ada. Nol. Lebih ngerinya lagi, kamu tak ubahnya seekor kerbau yang dicocot hidungnya oleh pemiliknya. Perjuanganmu selama ini, ternyata bukan karena kamu sadar bahwa ada penindasan, bukan karena sudah matang historis materialism-mu akan kenyataan yang ada, melainkan oleh karena saku/dompetmu butuh teman, butuh isi, butuh kertas. Kita berdiskusi dari warung kopi ke warung kopi, dari tempat sesepuh ke sesepuh, dari kost teman ke kost teman, hingga akhirnya kita lelah sendiri. Mandul. Lantas, aku Tanya, apa konsepsimu? Berulangkali kita bertekad, ingin mematerialiskan ide selama ini yang kita puja-puja, ujung-unjungnya pada loyo, lemas, tak berdaya. Lah, apa gunanya kita berorganisasi, turun ke jalan, berdiskusi, dan sebagainya? Engkau malah menyibukkan diri dengan berbagai aktivitas yang tak berguna. Sibuk mengatasnamakan organisasi untuk mencari jejaring karena takut tidak mendapat pekerjaan nantinya. Inikah kristalisasi perjuanganmu kawan?

Maaf kalau lancang, aku melihat, mendengar dan merasakan (seperti seorang saksi di depan sidang pengadilan) perilakumu selama kita bersama. Kelak aku bersaksi bahwa aku tidak pernah melihatmu dalam wujud yang sebenarnya. Keberadaanmu selama ini adalah Hororr! Bukan bermaksud mengutuk, mental pejuang dan pembela marhaen hanya aku lihat saat mulutmu yang bau amis itu berbicara, tapi aku tidak bisa menghindari kemungkinan yang ada nantinya bahwa engkau akan menjadi penghisap-penghisap darah mereka kembali yang mengalir bercucuran mengikuti arahan jantung yang berdetak dalam setiap saat. Kawan, aku tidak pesimis melihat raut mukamu yang kering tak karuan itu. Kenyataan yang ada selama ini, membuat aku berpikir berkali-kali kala engkau berucap, apakah benar atau tidak? Konsistensimu untuk mengangkat harkat dan martabat manusia yang tertindas telah luntur sejak dini. Terlalu prematurkah aku berkata seperti ini? Terserah apa katamu dan kata duniamu/kaummu. Aku sudah tak percaya dengan ocehan/pepesan kosongmu itu. Dalam keadaan terpaksa, ijinkanlah aku berteriak mengingatkanmu pada tujuan awal saat kita bertemu dalam organisasi ini, Merdeka!!!...Jaya!!!...Menang!!! -salam rimba!!!!! Bongkarrr.!!!

PUSAT

KEBERMANFAATANNYA Ketika sekolah dulu, penyelesaian soal yang berbau matematis biasanya sebagian besar soal memiliki cara penyelesaian yang sederhana dengan ketepatan hasil yang benar,kita lebih mengenalnya dengan istilah carcep atau cara cepat. biasanya carcep ini bisa di gunakan hanya jika soal berupa pilihan ganda, dimana penilaan hanya terletak pada pilihan hurup A,B,C,D atau E yang termuat di dalamnya hasil jawaban yang benar.bila carcep di gunakan pada soal berupa esai maka hasil jawaban yang di dapat dari Carcep itu pun di tolak oleh guru dengan alasan jalan perhitungan yang kamu gunakan adalah salah. Lalu bagaimana mungkin,realitas yang sama-sama menampakan dirinya berupa jawaban yang benar tetapi di anggap salah ? Referensi pun mulai di kumpulkan,warung kopi pun mulai sesak penuh desak dengan diskusi.ini bukan permasalahan untuk mendapatkan Nilai yang bagus dari guru, melainkan tentang Apa itu realitas? dengan jalan penyelesaian yang berbeda mengapa menghasilkan jawaban yang sama? Bukankah di luaran sana juga banyak hal yang seperti ini?. dengan tersirat menunjukkan subtansi dari sebuah mater tidak ada. logika sederhana matematis yang di klaim adalah sesuatu yang pasti juga di pukul telak dengan konsepkonsep yang di buat manusia terhadap dunianya. ilmuwan, sains atau singkatnya dunia modern mengkonsepkan dunia ini dengan pikirannya, lalu meletakkan dasar-dasar pijakan manusia untuk menilai realita yang di anggap benar ataupun salah dengan menunjukkan bukti berupa tegnologi yang telah di ciptakan.pikirannya mekanik, saya kira atas dasar inilah guru membuat keputusan penyelesaian soal esai dengan cara carcep adalah salah. Kasus itu pun menjadi polemik di pusat. Emanuel kant telah meletakkan dasar ilmu pengetahuan.bagi saya apa yang tampaknya paling penting dalam filsafat kant adalah bahwa falsafat itu mengungkapkan konsep-konsep apriori dalam ilmu. kemudian dia meletakkan logika (intelek) dari akal budi dengan membagi 12 katagori untuk mengambil putusanputusan untuk menyusun pengetahuan secara menyeluruh berdasarkan aksioma-aksioma atau postulat-

postulat. Ke 12 katagori itu tetap menggunakan dasar logika formal yaitu,hukum identitas,hukum kontradiksi dan hukum tiada jalan tengah. Logika formal adalah dasar pikiran manusia, hukum logika ini berjalan begitu saja tanpa memperdulikan ke validtan premis,dia bekerja di luar realita. Salah satu kemampuan logika adalah menganalisa,mengurutkan,dan membuat pola. Pola-pola yang telah di susun membentuk simbol-simbol untuk di pahami oleh akal budi sehingga menjadi bahasa,yang merupakan usaha manusia untuk mengenali realita atas keberadaannya di dunia.disinilah muncul kesadaran. Dengan begitu, kesadaran manusia tergantung pada simbol-simbol yang di buatnya dan di pahaminya sendiri.misalanya kita melihat awan di langit, logika membentuk pola-pola tertentu dari awan sehingga muncul simbul-simbul dan mengambil putusan,taruhlah simbul itu di bahasakan adalah Hantu . Hantu di pamahi sebagai sosok yang menakutkan sehingga kita takut keluar rumah. Namun, apakah realita itu benar-benar menampakkan dirinya sebagai Hantu? Hukum fisika menunjukkan awan merupakan hasil kondensasi sehingga membentuk gumpalan di langit.gumpalan itu terdiri dari air (molekul2), dan mengapa kita tidak mengatakan bahwa gumpalan di langit itu air, mengapa kita membahasakannya awan? Bila pertanyaan ini kita sodor kan pada guru,apa yang benar, gumpalan di langit itu apakah awan, hantu atau air...? dari ketiga konotasi kata itu memiliki arti yang berbeda,yang mewujud materi berupa bahasa dalam pikiran dari fenomena yang tampak.bila memang demikian maka realita sendiri harus di pahami sabagai pengalaman manusia, sejauh apa dia mampu memasuki sebuah realita. Kant mengatakan realita di kenali dengan Apriori,apriori ini yang menunjukan realita pada kesadaran untuk di serahkan pada logika agar menyusunnya menjadi simbol-simbol untuk di pahami,yaitu sejauh pengalaman manusia. Apriori di pertegas oleh fenomenologi, fenomenologi memberikan metode, hussel menyatakan bahwa manusia terhampar dalam realitas tak terbatas, dalam ketidak terbatasan realitas dibutuhkan penegasan sikap.penegasan sikap yang datang dari pembacaan

PUSAT

terhadap realitas,kesadaran selalu tentang sesuatu dengan konsepnya intesionalitas menunjukkan pada kita bahwa realita bisa di temukan nomenanya jauh lebih dalam bila kita terus mengenali realita dengan back to thinks them self.disini fenomenologi menekankan bahwa realita menampakkan dirinya yang berkebalikan dengan konsep kant. Baik hussel maupun kant menunjukkan pada kita bahwa kebenaran itu ada di luar, pada realita yang di kenali dengan apriori dan logika membentuknya dalam sebuah simbol.barang tentu, hukum logika pada carcep juga mendapatkan jawaban yang benar terhadap realita,bukan benar karena materi itu menunjukkan subtansi di dalam dirinya.bila Guru tetap menganggapnya salah,bagi kita apakah hukum-hukum logika yang harus di ragukan atau realitas itu sendiri? Di atas telah di ulas sedikit tentang logika yang menghasilkan pola-pola yang membentuk suatu simbul untuk di pahami,dalam keseharian manusia simbol itu mewujud dalam kata-kata (bahasa) yang hanya mengggambarkan keadaan realita,kata-kata mewujud menjadi materi yang menghadirkan kembali realitas dalam pikiran.kata-kata bukanlah senyata keadaan yang di gambarkan.kata-kata sekedar simbol-simbol.realitas simbol adalah realitas ilusi,namun di dalam realitas inilah kita hidup. Meskipun realitas sejauh pengalaman manusia yang tak terbedakan namun tetap bisa di ungkapkan dengan menggunakan simbol-simbol yang bersifat keseluruhan dan merupakan satu kesatuan.Realita itu hanya satu. Matematika seperti juga halnya bahasa indonesia,juga merupakan sebuah bahasa. Matematika tersusun atas simbol-simbol.yang paling jauh bisa kita pahami dari sebuah simbol adalah diskripsi yang maksimal tetapi tidak lengkap.analisis matematis atas fenomena tidak lebih baik dar analisis simbolik lain,karena simbol-simbol tidak mengikuti aturan-aturan yang sama seperti pengalaman (realita).Simbol-simbol mengikuti aturannya sendiri.Ringkasnya persoalan tidak terletak pada bahasa,tetapi pada bahasa itu sendiri. Pengalaman murni tidak mungkin hanya di batasi oleh dua kemungkinan (logika formal) konseptualisasi kita tentang suatu keadaan bisa menciptakan ilusi bahwa

setiap dilema hanya mempunya dua buah simalakama,tetapi ilusi ini disebabkan oleh asumsi bahwa pengalaman aturan-aturan yang sama dengan simbol-simbol.dalam dunia simbol segala sesuatu adalah ini dan itu,dalam dunia pengalaman tersedia lebih banyak arternatif.namun arternatif ini tidak datang serampangan dengan membantah logika formal seenaknya tanpa mengenali realita.yang perlu di pahami adalah bahwa logika itu membentuk simbol yang di jadikan premis untuk menarik putusan. Tak peduli dengan premis itu benar atau salah logika akan tetap mengeksekusinya,dan juga premis atau simbul itu bukan harga mati,melainkan hanya konseptualisasi kita tentang realita yang di pahami.konsep2 ini merupakan deskripsi dari suatu keadaan yang tidak sepenuhnya mencermikan pengalaman sehingga konsep itu benar bila di anggap mungkin, semakin besar kemungkinannya maka semakin besar pula nila kebenarannya.disini hukum-hukum logika menunjukkan sesuatu yang pasti dengan putusan yang di ambil bersifat Fakta Potensial.dengan intesionalitas sebuah premis bisa lebih di kenali. Kebenaran sebuah pernyataan seharusnya sangat terkait erat dengan realitas.tetapi tidak demikian adanya. Kebenaran dari konseptualisasi manusia tidak ada sangkut pautnya dengan realita yang sebenarannya.sebuah teori ilmiah benar jika konsisten dan secara tepat berkorelasi dengan pengalaman (bisa memprediksi peristiwa).singkatnya,ketika seorang ilmuwan (guru)berkata sebuah teori benar,maksudnya adalah bahwa teori itu secara tepat berkorelasi dengan pengalaman dan karenanya bermanfaat.jika kita mengganti kata benar dengan kata bermanfaat maka haruslah di lihat dari perspektif yanmg tepat.sebagai seorang guru sikapnya adalah tepat,soal esai di anggap salah.dan carcep bisa di lihat kebermanfaatannya. -salam rimba!!!!! Bongkarrr.!!!

PUSAT

MENGENANG KEMBALI MENJELANG PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang diproklamirkan oleh Ir Soekarno dan Drs. Muhammad Hatta pada hari Jumat, 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta 62 tahun silam, merupakan sejarah bangsa yang perlu dipelajari, dipahami dan dikenang karena merupakan lahirnya Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdaulat. Sejarahwan Bali Prof. Dr. A.A. Gde Putra Agung, SU. mengungkapkan melalui Bali Post edisi 12 Agustus 2007, pemahaman sejarah perjuangan bangsa diharapkan tetap dipelajari sehingga semangat dan jiwa patriotisme itu bisa ditiru dan diimplementasikan dalam kehidupan modern. Terkait dengan pengungkapan tersebut, pada kesempatan ini menjelang peringatan HUT ke 62 kemerdekaan RI perlu mengenang kembali saat-saat penting menjelang lahirnya bangsa Indonesia. Sebagaimana dimaklumi selama kurun waktu ratusan tahun Belanda Menjajah Bumi pertiwi ini dan digantikan oleh Jepang, dan setelah Hirosima di bom atom oleh pasukan Sekutu pada tanggal 6 Agustus 1945 arah politik di Indonesia sudah mengarah kepada pemikiran untuk memerdekan diri dan pada tanggal 7 Agustus 1945 BPUPKI berganti nama menjadi Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) dengan Soekarno dan Hatta selaku pimpinan. Selanjutnya 9 Agustus 1945 Jepang kembali digoncang bom dengan meledaknya kota Nagasaki membuat Jepang bertekuk lutut kepada sekutu, kesempatan ini disikapi oleh para pimpinan kita dan berangkatlah Soekarno, Hatta dan RadjimanWedyodiningrat ke Dalat Vietnam untuk bertemu dengan Marsekal Terauchi, katanya akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Sementara di Indonesia pada tanggal 10 Agustus 1945 Sutan Syarir mendengar kekalahan Jepang dari Sekutu, berita ini menyebar dilingkungan para pemuda pejuang pendukung Sutan Syarir, sehingga para pejuang dibawah tanah ini ingin sesegera mungkin memproklamasikan kemerdekaan RI dan menolak bentuk kemerdekaan pemberian Jepang Pada tanggal 12 Agustus 1945, Jepang melalui Marsekal Terauchi di Dalat Vietnam

mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan segera memberi kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi kemerdekaan akan dilaksanakan pada tanggal 24 Agustus 1945. Setibanya Soekarno, Hatta dan Radjiman di tanah air pada tanggal 14 Agustus 1945, Syarir mendesak agar segera memproklamasikan kemerdekaan karena menurut Syarir pertemuan Dalat hanya tipu musliat Jepang. Karena menurut Syariri PPKI adalah badan buatan Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya merupakan hadiah dari Jepang. Namun Soekarno belum yakin bahwa Jepang telah menyerah dan apabila proklamsi kemerdekaan dilaksanakan saat itu akan menimbulkan pertumpahan darah yang sangat besar dan dapat berakibat fatal dan para pejuang Indonesia belum siap. Jepang resmi menyerah kepada tentara Sekutu pada tanggal 15 Agustus 1945, tetapi tentara dan angkatan laut Jepang masih berkuasa di Indonesia dan Jepang mau mengembalikan kedaulatan Indonesia kembali ke tangan Belanda, Sutan Syarir seorang tokoh pemuda mendengar kabar itu dan selanjutnya golongan muda menuntut golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, namun golongan tua tidak mau buru-buru. Menyikapi tuntutan itu Soekarno, Hatta bersama Soebardjo menemui penguasa militer Jepang Laksamana Maeda di Jalan Imam Bonjol. Maeda menyampaikan ucapan selamat atas keberhasilan pertemuan Dalat dan masih menunggu instruksi dari Tokyo. Dan setelah pertemuan tersebut Soekarno dan Hatta mempersiapkan rapat PPKI pada taanggal 16 Agustus 1945 guna membicarakan segala sesuatunya yang berhubungan dengan UUD yang telah disiapkan oleh Hatta. Pada tanggal 16 Agustus 1945 terjadi gejolak menuntut segera pengambil alihan kekuasaan oleh Indonesia, rencana rapat PPKI pada Pukul 10 urung dilaksanakan karena Soekarno dan Hatta diculik oleh para tokoh pemuda pejuang seperti Chaerul Saleh, Shodanco Singgih seorang anggota PETA yang dikenal dengan Peristiwa Rengasdengklok tujuanya penculikan ini oleh para pemuda pejuang agar Soekarno dan Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Sedangkan di Jakarta golongan muda Wikana bersama golongan tua Mr. Ahmad Soebardjo melakukan perundingan dan menyetujui memproklamirkan kemerdekaan Indonesia di Jakarta,

PUSAT

maka diutuslah Yusuf Kunto untuk mengantar Ahmad Soebardjo ke Rengasdengklok untuk menjemput Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta. Setelah mereka tiba di Jakarta, malam harinya Soekarno dan Hatta bertemu dengan Letjen Moichiro Yamamoto, Myjen Otoshi Nishimura pada pertemuan tersebut diketahui bahwa Jepang tidak punya wewenang lagi untuk memberikan kemerdekaan kepada Indonesia karena sudah kalah dari sekutu. Setelah mendapat kepastian bahwa Jepang tidak bisa memberikan kemerdekaan, maka bertempat dikediaman laksamana Maeda para pemimpin seperti Soekarno, Hatta, Ahmad Soebardjo, Soekarni dan Sajuti Melik mengadakan rapat mempersiapkan teks Proklamasi, teks yang disusun oleh Soekarno yang diketik oleh Sajuti Melik yang menurut rencana akan dibacakan di Lapangan Ikada Pagi hari pada pukul 10 pagi, tanggal 17 Agustus 1945 bertempat dikediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta yang dihadiri antara lain Soewirjo, Wilopo, Gafar Pringgodigdo, Trabani dan Trimurti, Seokaarno membacakan proklamasi kemerdekaan Indonesia yang didampingi oleh Moh. Hatta dan untuk pertama kalinya bendera kebangsaan Indonesia Bendera Merah Putih berkibar yang dijarit oleh Ibu Fatmawati dan dikibarkan oleh prajurit PETA Latief Hendraningrat yang dibantu oleh Seohoed, setelah bendera Merah Putih berkibar dilanyutkan dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya yang digubah oleh WR. Supratman. Dan pada tanggal 18 Agustus 1945 PPKI dalam rapatnya mengambil keputusan untuk mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) sebagaai Dasar Negara Republik Indonesia, yang selanyutnya dikenal sebagai UUD 45. Dengan demikian terbentuklah Pemerintah Negara Kesatuan Indonesia yang berbentuk Republik (NKRI) dengan kedaulatan di tangan rakyat yang dilakukan sepenuhnya oleh Mejelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Dan setelah itu Soekarno dan Hatta terpilih secara aklamasi oleh PPKI sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia yang pertama. Demikian sekilas saat-saat penting perjalanan waktu menjelang proklamasi kemerdekaan RI untuk dikenang kembali, guna menumbuh kembangkan rasa patriotisme terhadap tanah air tercinta.

-salam rimba!!!!! Bongkarrr.!!!

PUSAT

Piranti lunak Perang Ekonomi Global Ketidakberdayaan (wehrlosigkeit) musuh yang disebut oleh Von Clausewitz sebagai tujuan perang memerlukan tidak hanya menghancurkan angkatan perang musuh tetapi juga menghancurkan dan menguasai setiap potensi yang dapat membantu musuh mengakhiri ketidakberdayaannya. Karenanya tidak sedikit perjanjian perdamaian berdengung dimana-mana tidak lebih dari unsur-unsur genjatan senjata, sementara mengandung unsur-unsur yang dapat disebut sebagai kelanjutan perang dengan menggunakan piranti lain. Perjanjian Versailles tidak saja mengandungi demiliterisasi Jerman yang kalah perang, tetapi juga reparasi yang menurut John M.Keynes sendiri, yakni seorang Perunding Inggris dalam konperensi perdamaian Paris, melebihi kemampuan Jerman dan hanya beberapa Tahun kemudian menjadikan ladang subur bagi nasionalisme terbiadab yang pernah disaksikan oleh seluruh Dunia. Dengan kata lain, ketidakberdayaan musuh memerlukan juga penggunaan perlengkapan non-militer. Frekuensinya dapat justru meningkat karena dipastikan bahwa kedashyatan perang militer yang oleh Von Clausewitz dianggap tidak dapat menghindari Hukum eskalasi (Zweite Wechselwirkung), sudah semakin prohibitif dalam arti sangat menakutkan. Kenyataannya paruh Abad-21 yang oleh banyak orang disebut sebagai masa interdependensi sudah menyaksikan berbagai perang non-militer. Itu semua kerena dalam perang non-militer dapat dimasukkan perang propaganda yang dapat semakin penting dalam hidup yang justru padat akan informasi. Seperti yang terjadi pada tahun 1980-an yang lalu banyak Negara termasuk Indonesia memboikot Olympiade Moskow sebagai balasan terhadap penyerbuan Afganistan oleh Uni-Soviet, setahun sebelumnya dan pertiwa ini hanya satu diantara banyak peristiwa serupa yang terjadi pasca-1980. Namun yang menarik perhatian dari tulisan ini adalah hanya perang yang menggunakan perlengkapan ekonomik dan kerena itu disebut sebagai perang ekonomi (economic warfare) justru mempengaruhi stabilitas social, perpolitikan, dan kebudayaan itu sendiri.

Holsti misalnya mengatakan bahwa perang ekonomik adalah kebijakan-kebijakan ekonomi yang dipergunakan sebagai tambahan pada operasi-operasi militer selama masa perang berlangsung. Tujuannya adalah agar pasukan-pasukan militer dapat beroperasi dengan kekuatan masksimal atau mencegah musuh, menguasai sumber-sumber strategis sehingga pasukanpasukan militer dapat beroperasi dengan kekuatan yang maksimal. Akan tetapi batasan pengertian ini sangat sempit karena mengatakan bahwa hanya dalam masa perang (militer) saja ada perang ekonomik. Sebaliknya dalam Encyclopedia Americana dengan menggunakan perang economik untuk menamai berbagai bentuk persaingan antar-bangsa-bangsa. Tarif, kuota impor atau alat lain yang bermaksud memperbaiki posisi ekonomi atau financial suatu bangsa, menurut pengertian ini adalah perlengkapan perang ekonomik. Agak berlebihan kiranya pengertian ini terlalu luas. Tarif atau bahkan kuota impor mungkin saja dikenakan oleh suatu bangsa tanpa niat bermusuhan dengan bangsa lain. Sangat penting adalah tujuan yang hendak dicapai melalui penggunaan perlengkapan ekonomik tertentu. Kalau ia bersifat ekonomik saja seperti peminjaman penawaran dalam negeri dan pemajuan produksi dalam negeri , penggunaan kata perang kiranya salah tempat. Lain halnya dengan penggunaan perlengkapan ekonomik adalah tujuan nonekonomik, maka kejadian ini disebut perang ekonomik meskipun pembatasan pengertian ini tidak bebas dari kesembarangan. Tujuan non-ekonomik tersebut dapat sangat beraneka-ragam, ia dapat berupa penyadaran bahwa Negara tertentu sudah melanggar asas tertentu, seperti ultimatum Obama diawal terpilihnya Ahmadinejad dalam pemilu Iran pada 2009 yang lalu dianggap melanggar asas demokrasi atas tuduhan media oposisi dalam faksi politik Iran terhadap kecurangan Ahmadinejad dan kekhawatiran Dunia atas program nuklirnya dikemudian hari. Begitupun presiden Carter sendiri tidak percaya bahwa embargo padi-padian yang dikenakannya akan mengubah sikap Uni-Soviet tentang Afganistan. Namun demikian, Perang ekonomik terlalu mahal jika hanya bertujuan menunjukkan sikap. Dalam kebanyakan hal yang dikejar melalui perang ekonomik

PUSAT

adalah lebih daripada sekedar unjuk-rasa , ia dapat berupa hukuman seperti embargo dan boikot seperti yang terjadi pada 1948 oleh Uni-Soviet dan Negaranegara komunis lain atas Yoguslavia karena ketidakmauan sekelompok Gerilyawan Tito untuk mengakui dominasi Uni-Soviet dalam hal-hal yang menyangkut Idiologi dan Politik. Amerika Serikat menggunakan sanksi-sanksi ekonomi atas Kuba dalam tahun-tahun belakangan lebih banyak sebagai hukuman daripada sebagai upaya untuk memutar roda sejarah di Kuba. Tetapi dalam kebanyakan hal, tujuan perang ekonomik tidak kurang daripada perubahan sikap Negara sasaran dalam arti agar Negara itu mengambil sikap yang didiktekan oleh Negara pemrakarsa. Uni-Soviet menghentikan perdagangan dengan Findlandia dalam bulam November 1958 untuk memaksa Finlandia membentuk suatu pemerintahan yang lebih bersahabat dengan Moskow. Tahun 1948 Uni-Soviet menutup semua jalan darat ke Berlin Barat dalam apa yang dikatakan sebagai Blokade Berlin dengan pengumpamaan bahwa Berlin Barat tidak akan dihidupi oleh sekutu Barat melalui jembatan Udara, Uni-Soviet kemudian memaksa Amerika Serikat, Inggris dan Perancis untuk meninggalkan Berlin Barat atau menyerahkannya ke pangkuan Uni-Soviet. Presiden Carter memblokir harta Iran di Bank-bank Amerika Serikat didalam maupun diluar negeri untuk memaksa Imam Khomeini mengakhiri penyanderaan yang melatarbelakangi boikot ini. OPEC (Organization of Arab Petroleum Exporting) mengenakan embargo minyak atas Negara-negara Industri dengan tujuan untuk melemahkan dukungan mereka atas Israel. Dari tahun 1956 sampai 1979 Perserikatan Bangsa Bangsa mengenakan sanksi-sanksi ekonomi atas Rhodesia untuk penolakan deklarasi independen unilateral tahun 1965, dan pengakhiran apartheid adalah tujuan dari sanksisanksi yang dikenakan oleh PBB, commonwealth, masyarakat Eropa dan kelompok lain atas Afrika Selatan. Akhirnya, hubungan ekonomi Timur-Barat adalah contoh hubungan ekonomi yang sangat rawan terhadap perang ekonomik, sejak tahun 1949, secara rahasia Amerika Serikat dan sekutunya melalui COCOM

(Coordinating Committee) mengenakan larangan ekspor teknologi tinggi dan/atau berkegunaan-ganda (dual use) ke Negara-negara komunis untuk memperlambat kemajuan teknologi yang bersangkutan di Negara-negara komunis, dalam tahun 1981-1983 terjadwal ulang Hutang Polandia kepada Barat digunakan oleh Barat untuk meraih konsesi dari pemerintahan Polandia dalam hubungan dengan Martial Law dan Gerakan buruh solidaritas. Singkatnya penggunaan piranti ekonomi dengan tujuan mengejar tujuan non-ekonomik sudah hampir merupakan sesuatu yang lumrah. Dalam hal tertentu perjanjian Versailles yang hampir terulang dalam rencana Morgenthau, yang dikejar tersebut bahkan tidak kurang dari pelumpuhan suatu bangsa. Tentu saja ada perbedaan pendapat tentang kewajaran pengejaran tujuan-tujuan non-ekonomik dengan bantuan perlengkapan ekonomik. Perbedaan ini tidak mudah ditelusuri karena dipengaruhi oleh sangat banyak factor sperti pandangan politik dasar seseorang, partai seseorang, bahkan profesi seseorang. Antara pandangan dasar politik dan perkiraan tentang keampuhan perang ekonomik tampaknya ada hubungan timbal-balik. yang menganggap perang ekonomi sebagai sesuatu yang wajar akan menganggapnya sebagai perlengkapan yang efektif dan sebaliknya. Tidak heran bahwa penerusan perang dengan perlengkapan ekonomik yang tampaknya sudah setua civilisasi manusia sendiri senantiasa diliputi oleh kontroversi. Ada yang menganggapnya sebagai yang perlu diantara unsur-unsur strategi suatu bangsa dalam berhubungan dengan bangsa lain, tetapi seperti yang telah disinggung sebelumnya ada yang menganggapnya sebagai cermin ketidakberdayaan menghadapi bangsa lain. Dalam kelompok yang kedua ini termasuk AdlerKarlsson dan Margaret Doxey, seperti yang dikatakan Doxey: . Alat-alat tumpul yang mungkin tidak mengenai sasarannya yang benar dan bahkan memakan tuan. Namun Ada juga yang menentangnya jika dikenakan atas Negara lain seperti Afrika Selatan. Diskusi mengenai niat baik Amerika Serikat menggagalkan proyek pipa gas dari Ural ke Eropa Barat dan ekspor gandum Amerika Serikat ke Uni-Soviet serta Boikot dan Sabotase perekonomian luar negeri Iran menjelang 2010 mengungkapkan dengan jelas bahwa

PUSAT

sikap tentang perang ekonomik dipengaruhi lebih banyak oleh kepentingan nasional Negara yang sering sangat tergantung pada situasi di samping didefinisikan secara sembarangan oleh yang berkuasa, daripada oleh seorang Idiolog. -salam rimba!!!!! Bongkarrr.!!!

10

PUSAT

MEREKA YANG BALIK BADAN Nama Budiman Sudjatmiko agaknya tak terlalu asing di telinga pegiat pergerakan, sebuah nama yang seolah melegenda di mata generasi muda dulu, atas keberaniannya pasang badan- bersama barisan PRDnyamelawan tiranik kekuasaaan. Namun Budiman yang sekarang bukanlah Budiman yang dulu, kekuasaan agaknya telah menyantunkannya seiring keputusannnya yang balik badan pada kekuasaan. Tanpa bermaksud menghakimi, sosoknya yang dulu garang, bersahaja dan pemberani terlihat berubah menjadi sosok yang santun, kompromi dan seolah lupa pada ideologi yang dulu mati-matian dibelanya. Dalam pelbagai kesempatan, Budiman berkata ikhwal perubahannya: dulu saya bersuara ketika banyak orang terlelap tidur, sekarang ketika telah terbangun, suara saya seolah hilang di tengah-tengah keramaian. Tapi Budiman tidaklah sama dengan Vaclak Havel- penyair Hungaria yang dipenjara atas syair kritisnya-, karena ia adalah gembong pergerakan. Tragedi Budiman adalah cerita kesekian dari mereka yang balik badan, mereka yang seolah lupa bahwa perjuangan bukan ibarat tiket untuk merapat ke beranda kekuasaan. Melalui catatan harian-nya, Shoe Hoek Gie mengaku terpukul dengan kawan seperjuangannya yang dulu begitu lugas melawan ketidak-adilan, namun seolah amnesia sesudah mendapat bagian roti kekuasaan. Gie pun sempat mengekspresikan rasa kecewannya dengan mengirimi paket berisi bedak dan lipstiik pada kawan-kawannya di Senayan; sebuah satirisme agar mereka berdandan molek dihadapan penguasa. Dengan miris Gie berkata; lebih baik diasingkan ketimbang menyerah pada kemunafikan, faktanya Gie memang terasing; ada yang dengan menganggapnya kebablasan idealis, yang membuatnya bersikap realistis. Secara pribadi saya sepakat bahwa Politik itu pilihan, kendati saya memandang bahwa pilihan iu adalah pilihan sadar dan bernilai- bukannya pilihan yang didasarkan oleh pragmatism dan pundi-pundi-. Pandangan ini mungkin kedengarannya naf dan hipokrit apabila bila dihadapkan pada bekerjanya realita-politik dewasa ini. Saya huma hendak bersenandung bahwa

dalam politik ada suatu keindahan dan bukan hanya kekotoran, ada nilai luhur dan bukan hanya tipu muslihat, ada cita-cita besar yang dipertaruhkan dalam berbagai langkah kecil, dan bukan hanya kepentingankepentingan kecil yang diucapkan dalam kata-kata besar. Hal-hal inilah yang mendorong saya untuk memandang bahwa politik memilik dimensi yang suci, bukan sekedar kalkulasi strategi. Romantisme pemuda memang lekat dengan kisah herois-nya, tapi toh tragedy Budiman Cs seolah menampar keras segala kisah dibalik lipatan heroisme tersebut. Tragedy Budiman dalam arti juga sebagai symbol- saya anggap perlu dihadirkan, agar pemuda tidak jatuh pada romantisem buta, karenanya tidak bersikap kritis terhadapnya. Sejarah perjuangan pemuda seyogianya juga perlu dipandang dalam dua kacamata yang berbeda; kontiunitas ataukah diskontuinitas, dalam arti apakah pegiat pergerakan dewasa ini merupakan kontiunitas dari tragedy Budiman, ataukah ia adalah diskontiunitas darinya. Terlalu dini untuk menjawab, agaknya sepenggal petuah J.M Keynes layak dipertimbangkan; masa depan tak sepenuhnya dapat ditebak, sebab masa kini pun ada yang luput dari penglihatan. -sekian-

-salam rimba!!!!! Bongkarrr.!!!

11

PUSAT

PENJARA Di dalam sebuah sel penjara yang sempit lagi pengap, Pablo Picasso, pelukis besar Spanyol yang hidup di masa rezim desposit Franco, menulis surat yang ditujukan pada rekan Marxis-nya di Prancis; penjara justru tak mengurung-kan semangatku dan makin mengasah kesadaranku atas makna kebebasan sebagai manusia. Pablo Picasso adalah salah satu dari sederet seniman di dunia yang turut menceburkan diri dalam gerakan pembebasan. Kisah yang hampir serupa juga terjadi di Chile, tepatnya sewaktu rezim Sosialis J. Allende berkuasa, penyair Pablo Neruda secara tegas melayangkan dukungannya pada Allende, menuliskan syair-syair yang senafas dengan upaya Allende yang hendak mewujudkan Sosialisme di bumi Chile. Apa yang tengah dikerjakan Allende tak pelak membuat negara-negara Kapitalis berang, lewat sebuah skenario yang rapi dan sistematis, kaum kapitalis- utamanya Amerika- menyokong penuh Augusto Phinocet- seorang pimpinan militer yang memang haus kekuasaan- dalam melancarkan kudeta militer di tahun 1971. Akhir cerita, cita-cita Sosialisme kemudian turut mati berbarengan dengan hukuman mati yang diterima Allende. Pablo Neruda pun kemudian turut gugur direnggut berondongan peluru, menarik untuk dicatat bahwa kelak di kemudian hari terkuak fakta bahwa kudeta yang dilancarkan Pinochet bersandikan Operasi Jakartasebagai tambahan arsitek ekonomi era Pinochet dijuluki sebagai mafia Chicago, seperti juga era Suharto dikenal mafia Barkeley-, sebuah fakta yang agaknya bukan satu kebetulan belaka- lantaran apa yang dialami oleh Allende hampir-hampir mirip dengan apa yang diterima Bung Karno. Penjara bagai hantu bagi mereka-mereka yang hendak mengusahakan kemerdekaan, banyak orang yang tumpas didalamnya, tapi tak sedikit anomali- yang justru makin meranum karenanya. Hugo Chaves garagara kedeta gagalnya pada 1992, harus mendekam di penjara dan baru dibebaskan pada 1995 karena besarnya dukungan publik terhadapnya. Chaves adalah bagian dari anomali itu, sebab namanya justru kian melambung selama mendekam di penjara. Berkat gagasan segarnya akan sosialisme abad 21 Chaves berhasil mendulang dukungan dari masyarakat yang memang terpinggirkan

dari laju pembangunan. Terhitung pada 1997 Chaves melenggang mulus ke tampuk kekuasaan, dan melalui sebuah referendum Chaves berhasil meletakan dasar konstitusional yang memungkinkan dirinya mewujudkan gagasan-gagasannya. Tak mau gagasannya mengalami nasib yang serupa dengan Allende dan Sukarno, dalam sebuah pidatonya di depan civitas akademika Universitas Simon Bolivar di tahun 2003 Chaves mengingatkan kita jangan sampai meletakan cita - cita sosialisme di pundak satu orang, agar apa terjadi di Chile dan Indonesia tidak terulang, yakni cita-cita sosialisme tamat-setamat riwayat pemimpinnya. Istilah penjara memang kerap membuat berdiri bulu roma dan menerbitkan kesan angker manakala berandai andai meringkuk di dalamnya. Namun bagi sebagian kecil orang penjara mungkin justru menjadi ruang dimana ia bisa meranum, dekat dan mengenal dirinya sendiri, mendorongnya untuk berkembang sampai tapal batas kemampuannya bahkan bukan mustahil melampauinya. Kisah Gramschi seolah menyuguhkan bukti pada dunia bahwa penjara hanya sekedar tirani belaka bagi raganya, namun tidak bagi jiwanya. Syahdan di balik jeruji-lah Gramsci kemudian makin mengukuhkan namanya sebagai pemikir Marxis terkemuka, kendati penjara telah merenggut nyawanya, toh sukar dipungkiri bahwa penjara juga turut memberi andil atas kebesaran namanya. Di Indonesia, nama Pramodya seperti menyambung tali cerita Gramsci, yang di penjara atas tuduhan yang sukar dimengerti- bahkan dikemudian hari tak terbukti. Kekukuhan Pram dalam medukung dan memperjuangkan tuntasnya cita-cita revolusi berujung pada konsekuensi berupa pembuangan, nasib yang kadangkala disebut sebut lebih mending ketimbang nasib yang menimpa kawankawan seperjuangnnya; yang dieksekusi tanpa disertai kejelasan bukti. Di tempat pembuanganya yang keras di pedalaman rimba pulau Buru, Pram - begitu ia biasa disebut- makin menegaskan dirinya sebagai sastrawan terkemuka Indonesia. Di waktu-waktu senggangnya sebagai pekerja paksa, Pram banyak menulis karya; satu di antaranya adalah Tetratologi Pulau Buru; sebuah roman sejarah yang mengambil setting tentang embrio kesadarannasionalisme.

12

PUSAT

Suara lantang Sukarno yang menuntut kemerdekaan, membuat merah telinga penguasa. Sebuah tindakan tangan besi diambil, Sukarno beserta kedua kawannya di tangkap pada 1929, ia pun dijebloskan ke dalam Penjara Sukamiskin. Di balik bilik sel-nya yang konon menurut Roso Daras juga digunakan sebagai tempat berak dan kencing, Sukarno menuliskan sebuah pledoinya yang termashur; Indonesia Menggugat. Lewat Pledoi ini, Sukarno bukan saja menghentak kesadaran atas kekejian kolonialisme, tapi juga terbersit ajakan pada masyarakat agar berani pasang badan untuk merontokan penjajahan. Lain halnya dengan Hatta ketika dikirim ke Digoel- sebuah penjara yang berada di kawasan epidemi malaria-, ia konon membawa dua peti besar berisi buku-buku. Sepertinya Hatta yakin bahwa ia akan lama mendekam di penjara, sehingga ia bersiapsiap membawa sahabat setianya berupa buku-buku. Hatta tak saja membaca, tapi juga menulis, salah satu bukunya; Alam Pikiran Yunani merupakan karya penjaranya. Apa yang dilakukan Hatta juga berlaku pada Sjahrir dan Sukarno; memanfaat-kan waktu senggang penjara untuk memperdalam dan memperluas horison keilmuan, serta berpikir ulang atas pergerakan yang sudah dilakukan. Jika suguhan di atas berisi skesta tentang kisah paripurna di balik penjara, dalam arti-an fisik, ada juga penjara yang berupa pikiran. Seperti tragedi yang menimpa Galileo bermula dari penolakannya atas dogma gereja yang menurutnya berlawanan dengan realita, suara kritis yang dilontarkan oleh Galileo kemudian berturut-turut diamini oleh sebagian kecil orang sezamannya- bahwa pembingkaian gereja atas kebebasan berpikir mesti dibatasi. Galileo- baik sebagi pribadi ataupun symbol- telah membuka kran kebebasan berfikir yang menjadi zeitgheist atau semangat zaman dari modernisme. Seabad berikutnya, Deschartes mengukuhkan suara kritis Galileo yang tercermin melalui nukilan terkenalnya; aku berfikir maka aku ada. Modernisme dengan rasionalisme-nya yang memberi penekanan atas kemajuan, kebebasan dan kebahagiaan manusia secara pelan tapi pasi telah mengakhiri penjara Theosentrisme ala gereja di abad pertengahan. Rasionalisme yang kebablasan kemudian hari pun bermuara pada idealisme buta yang tercermin melalui

kredo-nya; tak ada realitas diluar pikiran atau sederhananya pikiran sebagai sumber dan bukannya alat. Modernisme yang semula hendak membebaskan manusia dari penjara dogma gereja lambat laun justru menjelma sebagai penjara itu sendiri. Karl Marx yang semula begitu kepincut dengan gagasan Hegel dan modernisme, di kemudian hari justru balik badan menentang Hegel yang dituduhnya menyesatkan orang pada idealisme. Senada dengan Marx, Soren Kierkegaard pun mengkritisi Modernisme yang menurut-nya kebablasan, atas pengagungan berlebih pada rasionalitas; tak semua hal bisa dinalar dan bahwa yang diluar nalar itu murni adanya. Kierkegaard di satu sisi seperti mengajak manusia modern bahwa pencarian atas kebenaran itu relative sifatnya, sedang disisi lain mengajak manusia untuk menghayati keberadaannya sebagai manusia yang selalu dihadapkan pada pergulatan berupa kegelisahan, pencarian, ketakutan, dan pada akhirnya keyakinan atas jalan yang ditemukannya. Friedrich Nietze- filsufyang kelak disebut-sebut sebagai algojo Modernisme- secara lantang mengkritik kemampuan dan kesanggupan rasio dalam mencari serta menemukan kebenaran. Nietze dengan sinis menuduh bahwa modernisme dengan pengagungan rasionalitasnya telah membunuh dimensi lain pada diri manusia yang juga penting berupa elan vital dan keberanian menjebol batas. Sebagai konsekuensi atas pandangannya, Nietze menolak tata-nilai atau system yang menurutnya tak ubahnya penjara. Spirit yang dikobarkan Nietze kemudian turut diwarisi oleh Edmun Husserl; pemikir yang disebut-sebut sebagai bapak fenomenologi. Huserl menyebut bahwa modernisme turut membawa penjara pikiran yang disebutnya sebagai keterjebakan kategoris. Kerancuan epistemologi modernisme berakibat pada ironi berupa bengkoknya cita-cita meodernisme itu sendiri. Kembalikan kesadaran pada realita menjadi slogan dari proyek Huserl, menurutnya manusia terlempar pada realita tak terbatas- sedang kemampuan manusia itu terbatas; menimpali pernyataanya; Husserl menambahkan bahwa dibalik keluasan ada kedalaman, kedalaman berangkat dari keluasan; intensionalitas manusia dalam menggeluti realita yang tak dikenalinya akan bermuara pada kesadaran intuitif. Proyek fenomenologi rintisan

13

PUSAT

Husserl- yang masih di tataran epistemology - kemudian makin diperkuat oleh muridnya; Martin Heidegger yang coba meletakan pondasi ontology. Spirit fenomenologi di Jerman, kemudian turut merangsang berkembangnya sebuah mahzab yang dikenal dengan Mahzab Frankrut. Melalui catatan kritis-nya atas Modernsime dan Marxsisme, para gembong mahzab Frankrut seperti Adorno, Horkmheier, Habermas harus diakui telah menorehkan tinta tersendiri dalam dinamika khazanah keilmuan kekinian. Di kemudian hari, tepatnya di bumi Ceko, Milan Kundera berseloroh; manusia berfikir Tuhan tertawa. Sebuah seloroh yang menyiratkan maksud berupa ketika manusia berpikir tak harus selalu berarti mencari kebenaran, melainkan mendengar Tuhan tertawa dan menertawakan diri. Rasionalitas yang terlalu keblinger memburu kebenaran toh kemudian harus terbentur pada dinding kokoh yang bernama enigma. Sebuah nukilan dari mendiang Widji Thukul barangkali layak disuguhkan; seorang pemberani bisa dipenjarakan, tapi keberenaian itu sendiri tak bisa dipenjara **Marilah kita mulai mungkin**- J. Derridadengan yang tak

-salam rimba!!!!! Bongkarrr.!!!

14

PUSAT

ABAD PASIFIK Apabila, Samudera Pasifik merah oleh darah, dan bumi di sekelilingnya menggelegar oleh ledakan bom dan dinamit. Di saat itulah rakyat Indonesia menjadi bangsa yang merdeka, ucap Soekarno ketika berpidato di depan peserta rapat Permufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia di kota Solo, 29 Desember 1929 silam sebagaimana dituturkan kepada Cindy Adams dalam buku Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia.[i] Ia dituding menghasut rakyat melawan pemerintah Belanda. Bung Karno ditangkap di Yogyakarta, beberapa jam seusai berpidato di Solo. Esoknya, dengan kereta api, sang tokoh pergerakan ini diboyong ke Bandung dijebloskan ke pejara Banceuy. Ia diadili di Landraad (Pengadilan) Bandung, bersama tiga tokoh Partai Nasionalis Indonesia (PNI), yakni Gatot Mangkuprojo, Maskun Sumadireja, dan Supriadinata. Dalam pangadilan, Bung Karno tetap berkeyakinan, bahwa Perang Pasifik akan terjadi. Keyakinan itu yang diungkapan lewat pledoinya yang bertajuk Indonesia Menggugat pada 18 Agustus 1930.[ii] (lihat posting sebelumnya, Bukan Putera Sang Fajar) Seorang Pemimpin mestinya mampu membangun etos bangsa ketika bangsa itu dihadapkan dengan berbagai perubahan-perubahan yang muncul di luar atau di sekitar tempat hidupnya, apapun itu dimaknainya, baik sebagai peluang maupun ancaman, karena dalam peluang maupun ancaman kedua-duanya pada dasarnya menyimpan adanya suatu kesempatan atau harapan. Di tahun 1930 dengan mengamati perubahan-perubahan dunia internasional yang terjadi serta mempelajari dari buku-buku, Soekarno melihat ada kesempatan yang disebut sebagai Samudera Pasifik merah oleh darah, dan bumi di sekelilingnya menggelegar oleh ledakan bom dan dinamit ketika rantai kapitalisme mencapai titik yang paling lemah karena antar-mereka perang sendiri, saat itu adalah kesempatan yang tidak boleh dilewatkan bangsa Indonesia untuk menjadi bangsa merdeka. Jika kita lihat situasi sekarang, prediksi munculnya Abad Pasifik sudah lama bergulir dan faktafakta yang muncul-pun mendukung hal ini, tetapi pertanyaannya adalah: mengapa Rakyat seperti

dibiarkan saja oleh pemimpinnya dalam menghadapi perubahan-perubahan di tingkat global ini? Contoh kongkret adalah: ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA) yang berlaku per Januari 2010 ini sebenarnya sudah ditandatangani sejak akhir 2002 dan dikuatkan oleh Pemerintahan Yuhoyono di akhir tahun 2004, tetapi: apa yang telah anda perbuat untuk mempersiapkan Rakyat Indonesia dalam menghadapi ini, Pak Presiden? Coba kita lihat di Korea Selatan, salah seorang teman memotret satu tulisan besar yang ditulis dalam huruf-huruf ukuran besar, tertulis di depan sebuah pabrik elektronik, bunyinya: Kalahkan Panasonic! Mari kita lihat cerita Sukardi Rinakit ketika berkunjung ke China dan berkesempatan menanyakan kepada seorang anak kecil, apa cita-cita-mu? Jawab si-anak: Mengalahkan Amerika! Ini adalah, katakanlah, sebuah puncak gunung es yang di bawahnya terdapat bagian besar-nya yang tak langsung tampak, dan itu adalah etos bangsa. Christiantono Wibisono benar ketika dia mengatakan bahwa segala kegaduhan yang terjadi akhirakhir ini sebaiknya lekas diselesaikan sehingga bangsa ini dapat menjadi tenang dan mempersiapkan diri dalam menghadapi tantangan ke depan, tetapi juga akan menjadi tidak bertanggung jawab jika kita terlalu memberikan maaf kepada Pemerintahan terdahulu, 2004-2009 yang katakanlah dalam kasus pelaksanaan AC-FTA per januari 2010 telah membiarkan Rakyat Indonesia ini terjerembab dan menjadi gagap dan terkaget-kaget dalam menghadapinya. Menyalahkan ketidak-siapan Rakyat dalam menghadapi ini sebenarnya adalah sama dengan men-deligitimasi mandat memerintahnya karena bukankah Rakyat memilih supaya yang dipilih itu untuk berani berdiri paling depan dalam melangkah menjawab tantangan yang ada? Apa yang di kita lihat dalam sejarah, berpihak pada Rakyat itu bukannya tanpa resiko dan ini bisa kita lihat pada Bung Karno seperti yang sudah ditulis pada awal tulisan ini. Taruhannya adalah: Bung Karno ditangkap, diadili dan diseret ke penjara. Berpihak pada Rakyat dengan all out menyiapkan Rakyat dalam menghadapi AC-FTA (baik soft-ware: ethos bangsa maupun hard-ware: infrastruktur dan yang terjadi

15

PUSAT

adalah justru de-industrialisasi yang berlanjut!) yang berlaku per Januari 2010 akan bisa berakibat sedikit berseberangan dengan kepentingan Amerika Serikat (Bush saat itu), dan kiranya ini-lah juga yang menyebabkan Presiden Yudhoyono tidak all out selama lima tahun terakhir ini menyiapkan Rakyat Indonesia menghadapi AC-FTA ini. Tidak ada keberanian! Berikut adalah petikan dari tulisan Prof. Budi Winarno dalam buku Globalisasi Peluang atau Ancaman bagi Indonesia, diterbitkan oleh Penerbit Erlangga, tahun 2008. Pada bagian di bawah kita bisa melihat bagaimana Abad Pasifik benar-benar harus kita perhatikan. Buku yang menarik, silahkan beli untuk menambah wawasan kita. *** (KNPK, 15/02/2010) Makna Abad Pasifik [iii] Dalam beberapa tahun terakhir ini, telah diberikan perhatian yang besar pada implikasi perkembangan global bagi perkembangan ekonomi kawasan yang spektakuler. Istilah Abad Pasifik, yang semakin tampak dalam banyak tulisan akademik, laporan-laporan media, dan pidato-pidato tampaknya dipakai untuk menandai pergeseran pusat gravitasi dunia dari Atlantik ke Pasifik. Fokus perhatian yang baru ini tidak hanya memperluas ruang lingkup pembahasan mengenai kawasan sekarang ini, tetapi sekaligus mempunyai pengaruh penting pada ekonomi politik hubungan internasional dalam kawasan Pasifik itu sendiri (Soesastro, 1994). Sementara konsekuensi-konsekuensi dari pergeseran geopolitik dipandang begitu dramatik, proses melalui mana pergeseran itu terjadi tidak diberikan perhatian yang cukup. Ini mungkin merupakan refleksi dari berpengaruhnya aliran pikiran yang melihat pergeseran ini sebagai tidak terelakkannya sejarah. Dalam suatu pidato radio, Perdana Mentri Jepang, Nakasone, secara jelas mendukung pandangan ini, pada waktu dia menyatakan bahwa Era Pasifik adalah tidak terelakkannya sejarah. (Linder, 1986) Namun, jauh sebelum pernyataan ini diberikan, telah muncul di Jepang suatu keyakinan kuat yang menegaskan bahwa abad ke-21 akan menjadi abad Pasifik. Beberapa referensi merujuk teori-teori sejarawan

Inggris, Toynbee, dan bahkan merujuk teori-teori sejarawan Jerman, Spengler. Tokuyama (1979) telah menggunakan secara sungguh-sungguh teori Toynbee pada waktu mengulangi pandangan bahwa Peradabanperadaban Barat dan Timur timbul dan tenggelam secara bergantian dalam setiap siklus 800 tahun, dan bahwa putaran Eropa sekarang ini, yang dimulai pada abad ke13 kini sudah cenderung menurun dan abad ke-21 berikutnya akan menjadi saksi dari berkembangnya peradaban Asia-Pasifik. Sebenarnya, beberapa sarjana Jepang telah mulai berupaya mempelajari secara sungguh-sungguh makna penting Abad Pasifik bagi masa depan ekonomi Jepang (Saeki, 1977) Beberapa visi yang serupa telah dinyatakan pula di AS. Presiden Roosevelt, yang menganut pandangan geopolitik yang tengah berkembang pada akhir abad ke19, merupakan salah satu visionaris utama. Presiden AS itu mengatakan pada tahun 1898, pada waktu AS merebut Filipina dari tangan Spanyol, bahwa Era Atlantik akan segera kehabisan sumber-sumber yang dikuasainya, sedangkan era Pasifik yang ditakdirkan akan menjadi yang terbesar dari semuanya, sedang berada dalam tahapan fajar yang menyingsing (Coker, 1986: 6). Roosevelt mengulangi pandangannya pada tahun 1905 ketika perang Rusia-Jepang berakhir dengan menyatakan bahwa abad ke-20 akan menjadi abad Pasifik (Kaneko, 1988: 67) Dua perang dunia dan revolusi-revolusi komunis, di antaranya dikatakan telah menyebabkan sejarah menyimpang dari ramalan Roosevelt. Pada era pemerintahan Roosevelt, Menlu Hay juga disebut-sebut pernah meramalkan Atlantik sebagai Lautan masa sekarang, pada suatu waktu di masa depan memberi jalan pada Pasifik sebagai Lautan era mendatang (Kraus dan Luetkenhorst, 1986: 131). Pada era pemerintahan Lincoln, Menlu Seward, bahkan memberikan pernyataan lebih awal bahwa Lautan Pasifik akan menjadi panggung utama peristiwaperistiwa dalam kekuatan besar dunia setelah ini, dan selanjutnya, perdagangan Eropa, pemikiran Eropa dan hubungan-hubungan Eropa, sekalipun menjadi semakin erat, akan tenggelam makna pentingnya (Kotkin dan Kishimoto, 1988: 51). Dalam beberapa tahun terakhir, Presiden Reagen dan Presiden Bush telah memberikan

16

PUSAT

pandangan-pandangan yang serupa (Department of State, 1984) Tidak ada keterangan yang jelas yang diberikan oleh pada visionaris mengenai mengapa pergeseran geopolitik akan terjadi, dan mekanisme apa yang akan diperlukan bagi suatu pergeseran yang terjadi. Pemikiran kedua yang juga populer dalam beberapa tahun terakhir, menawarkan suatu penjelasan yang menekankan pengaruh besar kekuatan-kekuatan ekonomi. Pemikiran atau pandangan kedua ini memberikan penjelasan bahwa suatu pergeseran dalam pusat gravitasi ekonomi dunia akan secara otomatis diikuti oleh pergeseran dalam pusat gravitasi politik dunia. Para futurologis atau visionaris ilmiah seperti mereka yang berhubungan dengan The Hudson Institute di AS telah menerima pandangan ini. Sekalipun demikian, ramalan-ramalan itu didasarkan pada penafsiran-penafsiran sejarah. Dalam salah satu studi yang paling awal di AS mengenai pergeseran pusat gravitasi dunia ke Pasifik, Overholt (1974: 516) melihat kebangkitan kawasan Pasifik terutama dari perspektif sejarah. Dia berpendapat bahwa sepanjang sejarah, beberapa kawasan yang berbeda telah menjadi pusat dinamisme ekonomi dunia. Pada masa lampau, pusat-pusat dinamisme ekonomi dunia adalah Cina, kemudian Timur Tengah, kawasan Laut Tengah atau Mediterania, dikuti oleh Inggris, Laut Utara, dan Atlantik Utara. Dalam beberapa tahun ini, pusat dinamisme telah bergeser ke Jepang dan negaranegara tetangganya di Asia Timur. Lebih lanjut, dia juga mengatakan bahwa dalam setiap kasus, akselerasiakselerasi ekonomi ini telah sangat mempengaruhi sejarah politik dan budaya -salam rimba!!!!! Bongkarrr.!!!

17

PUSAT

Memasuki samudra penuh gelora** Sutan Takdir Alysahbana*** Sepotong sajak diatas, yang ditulis kira-kira pada tahun 1935, merupakan sebentuk cerminan dari sebuah situasi sarat gesekan atau taruhlah persinggungan budaya, yang kemudian menerbitkan semacam kehendak untuk beranjak dari keadaan yang menurut STA (baca; Sutan Takdir Alysahbana) ibarat pulau tenang nan sunyi menuju ke pulau seberang dengan melewati samudra penuh gelora. STA mengibaratkan budaya timur sebagai pulau tenang nan sunyi, yang lebih menekankan pada dimensi religiusitas, harmoni, mitos, dll- untuk beranjak ke modernitas/ kemajuan yang ia ibaratkan sebagai pulau seberang dan untuk mencapainya menuntut sebuah konsekuensi berupa gairah, pergulatan, rasionalitas, ketegangan layaknya samudra penuh gelora- keras, penuh goncangan dan benturan-. Lepas setuju atau tidak setuju dengan STA, yang seringkali dituduh lupa daratan lantaran keblingerannya atas modernitas, saya melihat bahwa Ia adalah manusia cetakan zamannya, yang besar di era ketika Tradisi dan Modernisasi tengah bertemu dan berbenturan. Kalau dalam narasi sejarah, STA kemudian turut terlibat dalam polemik seputar; apakah sebagai sebuah Idea, bangsa Indonesia itu merupakan sesuatu yang betul-betul baru ataukah hanya kelanjutan dari sebelumnya. Melalui sepenggal sajak di atas, saya (mungkin) tidak sekedar hendak menyuguhkan sebuah romantisme, tapi juga ajakan untuk beranjak dari realitas sarat gesekan antara keadaan tempat kita berpijak dengan kehendak atas perubahan, yang kalau boleh mensitir ucapan Shindunata kira-kira berbunyi; Kita terbiasa didikte untuk tak berani liar, lantaran kita hidup dalam sebuah dunia yang berada, bukan menjadi- napas yang kita kirup hanya akan membuat kita sekedar berada sebagai manusia, bukan menjadi manusia. Dunia yang seperti inilah yang seolah mengepung kita dari pelbagai penjuru, taruhlah dunia pendidikan, politik, sosial, ekonomi,dll, yang seperti terlihat alergi dengan adanya perubahan berarti- kendati Ia selalu berupaya tampil dengan wajah yang berbeda, tapi toh wataknya tetap sama-. Agaknya dengan berangkat dari pengandaian inilah maka menjadi sesuatu yang logis bila kerja perubahan itu ibarat upaya untuk beranjak dari

pulau tenang nan sunyi menuju ke pulau seberang, dengan konsekuensi berupa keharusan melewati samudra penuh gelora; menuntut pergulatan, ketegangan, elan vital dan pada akhirnya keberanian memikul resiko. Sebagai epilog, yang kalau boleh mensitir dan memparafrasekan sepenggal ucapan Bung Karno; dunia yang kita injak sekarang seperti sekedar membangun tapi khilaf menjebol, sehingga yang muncul sekedar kesinambungan ironi-ironi, maka agaknya menjadi perlu untuk menciptakan semacam dunia tandingan yang menurut saya akan mustahil berwujud tanpa upaya untuk berproses di tengah-tengah samudra penuh gelorabahkan kalau bisa menjadi gelora itu sendiri. Tentu akan terdengar senonoh kalau membincang kerja perubahan, taruhlah dalam level personal, organisasi, system, atau mungkin negara tanpa ada tahapan untuk melewati segala proses ketegangan, perbenturan dan penjebolan. ** Kalau toh hidup itu perlu etika, maka Ia adalah etika yang menolak diam dan tertunduk** -salam rimba!!!!! Bongkarrr.!!!

18

PUSAT

Thinking Out Of The Box (Belajar Berfikir Bebas ) Secara garis besar, manusia itu di berikan pikiran untuk memecahkan masalah, akan tetapi tragisnya manusia banyak tidak berani menguakan pemikirannya sendiri, dengan kata lain mudah Terdoktrinisasi, dan juga kurang pemahaman terhadap apa yang akan dia jalani. Untuk itu, perlu adanya usaha Indoktrinisasi pemikiran mahasiswa yang kini larut dalam budaya aktivisme dalam artian ia hanya aktif dengan kegiatan yang miskin makna. Salah satu usaha tersebut yakni kita perlu belajar untuk thinking out of the box, agar pemikiran-pemikiran kita dapat disegarkan dari belenggu-belenggu yang lama-kelamaan akan berkarat dan berlumut di otak kita. Belajar berfikir bebas atau Thinking Out of The Box adalah bagaimana kita berfikir merdeka dan berdaulat secara pemikiran dan tindakan. Selama ini kita selalu dikungkung oleh nilainilai, norma-norma, bahkan sistem dan ideologis yang sudah mapan. Seakan-akan kita sangat ber`dosa, dicap Subversif dan dituduh pembangkang jika kita berfikir berbeda dari nilai, norma, sistem dan ideologi yang sudah mapan. Disinilah dunia ini berbalik menjadi dunia mistik, dipenuhi dengan mitos yakni mitos modern atau mitos gaya baru. Dimana mitos itu tercipta dari sakralisasi gagasan manusia dan sakralisasi aktivitas. Di era Modernisasi dan Globalisasi saat ini yang katanya dunia ini dihuni oleh manusia rasional masih banyak orang yang terbelenggu oleh mitos merupakan tindakan sangat ironis. Apakah kita akan menyerah pada sakralisasi gagasan manusia, yang membuat kita takut untuk berfikir dan bertindak secara otonom? Sangat mengingkari jiwa pemuda, jika kita menyerah pada keadaan seperti demikian. Sangat mengingkari sejarah pemuda, dimana perubahan bangsa ini dimotori oleh gerakan pemuda yang menuntut perubahan. Jika kita menyerah pada keadaan, lalu bergegaslah bertanya pada hati kita yakni pemuda macam apa kita ini? Apakah seperti Boy Band? Yang hanya membanggakan rambutnya seperti tirai jendela? Paling tidak kita terbebas dari aktivitas kita yang monoton, terbebas dari kesuntukan-kesuntukan dunia kampus yang semakin lama semakin menggerogoti

peran kita sebagai insan yang revolusioner. Sudah saatnya keadaan yang menina-bobokan perlu kita berangus dan bongkar semua aktivitas yang membelenggu. Sudah saatnya kita thinking out of the box untuk merubah hidup ini semakin bermakna. Hanya akan menambahkan dalam bentuk doa. Oh tuhan, jika engkau menghalangi kemerdekaan berfikir, dengan bangga engkau termasuk bagian yang akan kami lawan. -salam rimba!!!!! Bongkarrr.!!!

19

PUSAT

Pemuda indonesia Di kala semua sibuk masing-masing aku mencoba meluangkan waktu, untuk memahami yang tidak ada kesenambungan, dahulu kala dimana banyak pergolakan yang mengakibatkan timbulnya perubahan, keadaan ini tidak terlepas dangan hadirnya nama pemuda, sejarah pun mencatat dengan pernyataan bahwa pada tahun ..1928. terjadi sumpah yang mungkin dulu sakral dan membuat perubahan yang begitu luar biasa, sumpah pemuda ini yang dimotori oleh beberapa elemen perwakilan yang menyatakan dari penjruru suku jawa , papua dan lain-lain, kendati demikian saya juga masih penasaraan atas terjadinya sumpah pemuda yang diwakili para pemuda penjuru nusantara, namun saya mencoba melihat perjuangan dan dampak yang ditimbulkan dari sumpah yang sakral ini, begitu hebatnya sumpah ini sampai-sampai mengakibatkan terjadinya pergolakan dan situasi pergolakan, dengan demiakian Nation-State telah disepakati sehingga perjuangan dan arah tidak lagi semarta-merta bersifat kedaerahan. Sembari demikian keadaan ini tidak terjadi setelah berlalunya sumpah pemuda, pasca kemerkaan sumpah yang seharusnya semakin memompa semangat kaum pemuda dalam memperjuangkan dan menjaga negeri tempat kita berteduh, setelah beralihnya kepemimpinanan semakin jauh juga peran pemuda, dengan embel-embel di bentuklah karang taruna guna menjauhkan mereka agaknya benar yang dikatakan pramoedya "Kalian pemuda, kalau kalian tidak punya keberanian, sama saja dengan ternak karena fungsi hidupnya hanya beternak diri" sampai sekarang pun masih mengalami kemunduran, seandainya pemuda sekarang memahami lebih dalam peristiwa sumpah pemuda dahulu agaknya sangat pemuda sekarang seharusnya bukan lagi hanya merayakan dan memperingati sumpah pemuda hanya dengan panjat pinang dan lomba joget, kendati demikian saya selalu optimis terhadap kesadaran pemuda terutama yang mulai kesadaranya terhadap pergolakan bangsa ini. Sebagai mana pesan bungkarno terhadap pemuda Kalau pemuda sudah berumur 21, 22, sama sekali tidak berjuang, tak bercita-cita, tak giat untuk tanah air dan bangsaPemuda yang begini baiknya digunduli saja kepalanya keadaan inilah yang nanti akan membangkitkan kesadaraan pemuda indonesia kendati

sekarang semua berpikir pragmatis dan gaya hidup yang hedunis, karena masih ad pemuda yang progresif dn revolisioner yang melakukan pergerakan bawah tanah. -salam rimba!!!!! Bongkarrr.!!!

20

PUSAT

Pandangan umum asia. analisis itu mulai mulai menggairahkan, memberi motivasi untuk terus menggali lebih dalam terkait semua kerangka berfikir sampai menghasilkan suatu kesimpulan yang di klaim benar menyangkut keadaan masa depan asia atau Abad Pasifik.benar tidaknya analisa itu, apa pun yang terjadi dengan masa depan asia yang tidak pasti ini, sesungguhnya asia itu mengenai Pertumbuhan Ekonomi yang cepat,Kekurangan Energi, dan Persaingan Senjata tampaknya akan menghasilkan ikatan ekonomi dan pola geostrategi baru yang tidak mampu di kendalikan amerika yang selama ini kita kenal .Situasi yang berkembang di asia merupakan kesempatan dan bahaya baru yang nyata bagi kekuatan besar global lainnya,khususnya negara-negara yang berada di kawasan asia pasifik. Dengan surutmya kendali amerika,yang berkaitan dengan energi,pasar energi asia akan sangat berubah,dengan munculnya negara-negara importir baru yang besar seperti china,dan kompetensi regional bagi pasokan terbatas yang semakin hebat. Elemen yang menjadi paling dinamis dan meningkat secara cepat adalah hubungan antara china sebagai importir minyak dengan negara-negara teluk persia,terutama Iran.dengan adanya hubunga-hubungan yang bertentangan antara china-iran-korut termasuk ekspor senjata bantuan nuklir dan bantuan pengembangan senjata di tambah menjauhnya amerika dengan iran maka peranan PUSAT di masa yang akan datang bisa jadi sangat penting. Dalam melunakkan ataupun mempercepat terbentuknya perjanjian antara islam dan komunis yang merupakan Lawan amerika. Dengan semakin seimbangnya kekuatan di asia pasifik, hal ini dapat memiliki dampak militer yang serius dan sangat potensial, terutama dalam bidang angkatan laut. Ada kemungkinan peningkatan perlombaan senjata angkatan laut di sepanjang jalur laut energi yang rapuh. China, korea, jepang india,indonesia dan negara kecil lainnya dapat terperangkap dalam persaingan tersebut. Di sini salah satu geostrategi indonesia sebagai penentu kebangkitan indonesia menyongsong abad pasifik,terlihat dengan jelas jalur laut

indonesia merupakan jalur perdagangan,misalnya selat malaka. dari ketiga dasar berfikir itu (pertumbuhan ekonomi yang cepat, kekurangan energi, persaingan senjata) membuat kita bisa menganalisa lebih jauh, walau terkesan menerka-nerka atau lebih kernnya konspirasi namun dasar berfikir ini sedikit-banyaknya memberi terang kepada kita tentang labilnya keadaan di asia pasifik. . Di Asia Pasifik, Indonesialah yang memiliki cadangan terbukti atas bahan-bahan mentah. Oleh karena itu, posisi Indonesia yang berada di antara dua benua dan dua samudera, menjadi ajang rebutan kepentingan nasional dari negara-negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang besar. India dan Cina tentu saja yang paling berkepentingan, karena memiliki posisi yang lebih dekat dengan Indonesia, yakni sebagai sesama negara Asia. Meskipun, dengan mencermati gelagat yang ada, Cina sejak awal sudah menunjukkan agresifitasnya ekspansinya. Selain kedua negara itu, Amerika Serikat sudah pasti juga tidak akan tinggal diam. Negara pendukung utama kapitalisme ini, mau tidak mau harus bersaing dengan Cina untuk mempertahankan atau mendapatkan posisi strategis Indonesia. Alhasil, Indonesia berpotensi menjadi wilayah persaingan yang sengit dari negara-negara besar tersebut. Persoalannya bagaimana Indonesia menghadapi perkembangan itu? -salam rimba!!!!! Bongkarrr.!!!

21

PUSAT

BRICS VS G-7 : Meramal Datangnya Abad Pasifik Sejak runtuhnya Uni Soviet dalam Perang Dingin, pasca perang dingin geopolitik dunia hanya dikuasai oleh kekuatan besar yakni Amerika Serikat. Amerika Serikat muncul semakin perkasa menguasai pertumbuhan ekonomi global, berhasil menarik keuntungan dalam skala raksasa dari perdagangan dan investasi global serta berhasil membangun pengaruh dan dominasinya. Prestasi gemilang AS dan Sekutunya adalah berhasil menancapkan kepentingannya dan dominasinya melalui Organisasi internasional yang bergerak di bidang keuangan seperti IMF dan World Bank. Lembaga Keuangan Internasional selama ini lebih merupakan ekspresi kepentingan Amerika Serikat dengan mendiktekan program-program, bantuan-bantuan dan donor-donor kepada Negara-negara berkembang agar kebiajakan nasionalnya senafas dengan kepentingan Amerika Serikat. Amerika Serikat beserta koncokonconya tergabung dalam kelompok G7 (Amerika, Jerman, Perancis, Italia, Inggris, Kanada, dan Jepang). Konon menurut beberapa analisa para ekonom dunia, peta geopolitik dunia berubah. Terjadi perang dingin ekonomi di atas percaturan global. Terutama yang mencengangkan adalah munculnya kekuatan ekonomi baru yang kini semakin besar pengaruhnya dan masif ekspansinya. Kekuatan tersebut adalah BRICS (Brazil, Rusia, India, China dan South Africa). BRIC sendiri mewakili 25% PDB global dan 40% populasi dunia. Perekonomian dunia sedang mengalami pergeseran, dengan negara emerging dan berkembang kini memberikan kontribusi penting terhadap pertumbuhan global. Sementara situasi perekonomian AS yang mulai limbung dan sulit untuk bangkit, stabilitas menjadi sulit diharapkan bertumpu pada perekonomian AS. BRICS mencoba menurunkan dominasi ekonomi AS dalam peta ekonomi dunia. Mengharapkan kekuasaan ekonomi dunia lebih unipolar sebagai pengganti tata ekonomi dunia yang cenderung bipolar (AS dan blok Eropa Barat, plus Jepang). Dimana China telah mempu mempengaruhi banyak kawasan dunia. Diperkirakan, China mengantongi sekitar 2.000 miliar dolar atau sekitar 30% dari total cadangan devisa dunia. Jika ditambah dengan tiga negara BRICS lainnya, Brasil, Rusia, dan India,maka empat negara tersebut

menguasai 42% cadangan devisa dunia. Dengan demikian, jika indikator cadangan devisa ini dipakai, sebetulnya kegiatan ekonomi dunia sudah tidak sehegemoni seperti dua dasawarsa yang lalu, di mana perekonomian dikuasai oleh AS, Jepang, dan Eropa Barat. Cadangan devisa itu sebagian besar menggambarkan kemampuan daya saing perdagangan internasional suatu negara, BRICS menguasai 42% perdagangan dunia (Ahmad Erani Yustika, 2010). Tampaknya, format baru ekonomi dunia segera akan terbentuk. BRICS sangat aktif dalam melakukan kritik terhadap dominasi ekonomi yang berporos pada AS. Pertama, ia ingin mematahkan monopoli dollar atas keuangan dunia. Atau Perlunya diversifikasi sistem moneter internasional, tidak terfokus lagi pada US Dollar sebagai mata uang internasional. Kedua, Reformasi institusi keuangan internasional seperti IMF dan Bank Dunia agar dapat lebih menampung aspirasi negara-negara berkembang. Para pemimpin BRICS, lima negara berkembang, bertekad mengakhiri 65 tahun monopoli AS dan Eropa dalam kepemimpinan di Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional. Demikian draf kesepakatan BRICS. Brasil dan Rusia merupakan dua negara yang pernah merasa jadi korban resep ekonomi IMF. Keduanya gencar menyerukan reformasi atas badan itu. Anggota BRICS mengatakan bahwa lembagalembaga seperti Bank Dunia, IMF dan Dewan Keamanan PBB tidak bertindak efektif dalam menangani masalah-masalah ekonomi global. BRICS juga menyerukan reformasi tentang porsi keterwakilan di tubuh PBB. Ini bertujuan memberi kesempatan untuk bersuara bagi negara berkembang atas isu global. Selama ini porsi dan kesempatan bersuara negara-negara berkembang sangat kurang dibandingkan dengan negara maju. Ketiga, bergerak maju meninggalkan neoliberalisme menuju model lain. Sistem kapitalisme global yang Bretton Woods mengakibatkan pengangguran sangat tinggi dan krisis hutang menyandera banyak negara, termasuk di Eropa. BRICS menginginkan pola perdagangan dengan pasar berkembang yang memfasilitasi alokasi, efisien dan efektif sumber daya terbatas guna menciptakan

22

PUSAT

perdagangan yang adil, merata, inklusif sehingga mendukung pembangunan ekonomi global, dengan keterlibatan negara-negara ekonomi baru dan negara berkembang. BRICS mengutamakan Investasi di bidang infrastruktur, energi bersih dan sumber daya alam membantu memastikan bahwa negara-negara BRICS akan terus berfungsi sebagai mesin kuat dari pertumbuhan ekonomi global. Negara BRICS pun bersepakat memperbaiki sistem jaminan sosial. BRICS tidak perlu diragukan lagi karena dalam waktu yang tidak terlalu lama akan merangsek menjadi poros ekonomi dunia yang sangat kuat. BRIC pada 2050 diprediksi akan menjadi raksasa ekonomi dunia dan dari segi PDB bisa menggusur ekonomi AS,Jepang,Uni Eropa maupun negara-negara yang tergabung di dalam G-7, seperti yang diramalkan oleh ekonomi Goldman Sachs. Secara politik, BRICS sadar bahwa ekonomi AS sekarang sudah mulai melemah. Karena itu,mereka beranggapan, tidak pada tempatnya apabila seluruh regulasi ekonomi global diserahkan kepada intervensi AS. Dapat dipastikan BRICS akan menjadi pemain utama percaturan ekonomi global dan percaturan politik dunia. Disinilah indikasi bahwa Kekuatan Dunia beregeser ke arah Pasifik yakni China sebagai poros utama dan terkuat dalam BRICS. Bagaimana dengan posisi Indonesia? Indonesia mempunyai potensi yang sangat penting di perkembangan perekonomian global akan tetapi Indonesia tidak ambil-bagian dalam gerakan multipolarisme ini. Indonesia di bawah Rezim SBYBudiono masih rela menjadi pasien Washington Consensus dan tetap rela berada di bawah ketiak imperialisme AS.

-salam rimba!!!!! Bongkarrr.!!!

23

PUSAT

Refleksi Umar Said meminjam istilah sosiologi -- reifikasi -- untuk menggam-barkan eksistensi kekuasaan Orde Baru. Reifikasi adalah suatu proses di mana hasil rekayasa (bikin-bikinan kutak-katik otak manusia -dalam hal ini otak Suharto dan pendukungnya), berproses lama-kelamaan dianggap sebagai kebenaran dan pada akhirnya dianggap sebagai kenyataan, diterima sebagai suatu realitas. Abstraksi dianggap dan kemudian diterima sebagai realitas yang nyata dan benar ada. Fenomena reifikasi ini berjalan sepanjang kekuasaan Orde Baru. Dimulai dengan anggota Gerwani menyiletnyilet jendral, kemudian setiap lima tahun para wartawan, para pakar ilmu sosial, politisi, dengan mesin mass media yang dikuasai, menulis, mengkaji, menganalisis dengan segala kecanggihan daya fikir mereka bahwa "tidak bisa tidak kita memerlukan ABRI, lembaga terbaik organisasinya dengan para anggotayang paling berpen-didikan, dan tidak bisa tidak hanya jendral Suharto orangnya yang tepat menjadi Presiden lagi". Maka jadilah dia presiden selama tigapuluh tahun secara sah konstitusional. Masih ingat, bukan? Itulah namanya murni reifikasi, abstraksi diterima sebagai kebenaran. Ironi paling besar : justru Suharto sendiri membuktikan bahwa semua itu adalah nonsens, tidak lain daripada abstraksi, rekayasa yang dirasionalisasi. Ketika dia lengser, dia menyerahkan kuasa-kepresidenan pada seorang sipil; setelah itu masih menyusul lagi dua presiden sipil lain. Kok bisa? Kok bisa Indonesia dipimpin presiden yang bukan ABRI? Memang pasti bisa, akan tetapi kaum intelektual kita yang tigapuluh tahun terkontaminasi reifikasi dan serba penyeragaman, sudah mandul berpikir -- sudah tidak punya kemampuan lagi membedakan antara abstraksi dan realitas, antara kebohongan dan kebenaran, antara isapan jempol dan jempolnya sendiri. 16 Agustus 2012 pukul 0:41 -salam rimba!!!!! Bongkarrr.!!!

24

PUSAT

BONGKAR: PARADIGMA ATAU RETORIKA.

Di tengah-tengah kelesuan berfikir dan beraktifitas, bongkar hadir dengan maksud sebagai sebuah gerakan paradigmatik yang menawarkan ajakan bagi kita bersama untuk melakukan dekonstruksi atas apa yang sudah terlanjur diyakini dan dijalani. Terkenang dengan wejangan Bung Karno dalam Mencapai Indonesia Merdeka: Membangun tanpa menjebol itu ironi, menjebol tanpa membangun itu anarki. Lewat wejangan ini kiranya dapat ditegaskan bahwa bongkar sama sekali bukan gerakan destruktif yang dengan beringas tanpa tedeng aling-aling membabat, bongkar juga bukan gerakan anarkisme berfikir yang alergi membuka diri. Kendati oleh sebagian orang (mungkin), bongkar dipandang sebagai gerakan sambil lalu atau spontanitas yang akan segera berstatus almarhum, setidak-tidaknya bongkar sempat hadir sebagai jembatan dialog (kendati monolog) yang bukan saja hendak mengajak kita untuk membangun tanpa alpa menjebol, tapi juga menjebol tanpa khilaf membangun. Marx mengintrodusir bahwa realitas-lah yang membentuk pikiran, bukan sebaliknya. Pendapat ini benar adanya, kendati Marx lupa bahwa intensitas-lah yang pada gilirannya relatif membedakan konstruksi berfikir antara orang yang satu dengan lainnya. Sebagaimana bongkar yang hadir sebagai respon atas kelesuan berfikir dan beraktifitas, semata-mata bukan sekedar digerakan oleh realitas, tapi juga intensitas-lah yang menyebabkan respon itu mekar bak jamur di musim penghujan. Dekonstruksi agaknya menjadi sebuah jalan tak terelakan untuk menyiasati masalahmasalah yang agaknya mengerucut pada dua hal berupa: dis-orientasi ideologi dan stagnasi kultural yang seolaholah membuat kita berjalan di lorong sempit, sedang perubahan ibarat terletak di jalan tol. Pertama Dis-orientasi ideologi tampak kentara bukan saja pada kegamangan dalam mencermati situasi, tapi juga (tragisnya) tidak terejawentah pada perilaku, padahal sebagaimana diintrodusir oleh Althusser bahwa ideologi bukan sekedar konsep atau paradigma, tapi juga

tercermin sebagai perilaku, bahkan menjadi perilaku itu sendiri. Kedua Stagnasi kultural juga nyaris mendekati titik akut, kalau tidak boleh dikatakan menjemukan, salah satunya tercermin pada kuatnya tendensi untuk terjebak pada hal-hal fisik melulu dan aktifitas yang seolah-olah hanya untuk aktifitas itu sendiri. Stagnasi lainya juga tampak pada ranah intelektual yang seolah mati suri lantaran ketidakberanian untuk melakukan oto-kritik dan mencari alternatif. Sampai disini, kita sampai pada pertanyaan menggelitik berupa apakah bongkar yang semula hadir dengan maksud sebagai gerakan paradigmatik betulbetul mencerminkan spirit fitrah-nya tersebut? atau jangan-jangan bongkar sekedar sebagai gerakan sloganistik yang gemar dengan kata-kata, kata yang antara bunyi dan maknanya tidak sama, kata-kata yang tidak perlu lantaran perubahan itu terwujud bukan karena kegemaran retorika. Barangkali masih segar dalam ingatan kita, sebagaimana disepakati bahwa gerakan bongkar memuat kaidah-kaidah yang berupa sikap iknlusif, independen, impulsif dan kritis. Manakala kaidah ini betul-betul di-ejawentahkan dalam perilaku, niscaya bongkar akan dapat menepis kemungkinan sebagai gerakan sloganistik. Tentu tulisan ini tidak (sama sekali) bermaksud mengklaim diri sebagai kebenaran, apalagi menghendaki taklid buta dan karena itu menutup pintu ber-dialektika, bahkan agaknya tulisan ini sangat jauh dari kesan intelektual dengan susunan bahasa serampangan. Tapi setidak-tidaknya tulisan ini hadir sebagai pengejewentahan atas kekhwatiran pada asumsi bahwa aksi tanpa refleksi itu hanya aktivisme. Karena itu ada baiknya manakala dikritik secara tercerahkan, dan tulisan ini memang hakekatnya hadir untuk dikritik. -salam rimba!!!!! Bongkarrr.!!!

25

PUSAT

Keruntuhan atau awal kebangkitan? Umumnya orang mengira bahwadengan runtuhnya Uni Soviet, praktis benteng kokoh dari Sosialisme runtuh, dan hanya menyisakan sederet benteng-benteng kecil bernama Kuba, Vietnam, Laos dan KoreaUtara. Sosialisme tamat dilumat ketidakmampuan mereka dalam menjawab harapan manusiaatas keadilan dan kemakmuran, kapitalisme pun didaulat sebagai pemenang tunggal. Akan tetapi Sangat mungkin orang keliru, bahwa dengan menganggap keruntuhan Uni Soviet maka secaraotomatis dipandang sebagai kiamat dari Sosialis tersebut. Padahal jikalau dicermati baik-baik, Sosialisme ala Soviet hanya menjadi salah satu varian dari sekian banyak varian Sosialisme yang di terapkan di pelbagai negara. Keruntuhan Soviet justru dipahami sebagai ajakan bagi para teoritikus dan aktivis Sosialisme untuk dapat merumuskan ideology kesejahteraan tersebut untuk menjadi tidak dogmatis, teori atau pun praktik. Fenomena di Amerikalatin dengan munculnyarezimrezim yang senafas dengan sosialisme setidaknya dapat menggugurkan pandangan umum tersebut, terlebih jika mencermati krisis hebat yang melanda Eropa nampaknya telah membawa angin segar bagi banyak pihak untuk meninjau ulang atau lebih jauh lagi berpaling dari Kapitalisme. Memang krisis yang tak berkesudahan di Eropakian mengaburkan dan menggugurkan harapan orang atas janji manis Kapitalisme, sebab dampak paling terasa dari krisis terutama adallah kalangan pekerjadan orang miskin, yang notabene adalah mayoritas. Miris memang, bahwa di negara yang dalam kategori maju pun, seperti Jerman, Italy, Prancis, Spanyol dan lain-lain ternyata juga tidak kebal dari cengkeraman krisis. Barangkali benar ucapan Goenawan Mohamad; kalau bukan pada sosialisme, kemana lagi kita punya harapan di hari depan. Orang boleh menganggap pernyatan ini sebagai argumentasi pribadi, tapi marilah direnungi katakata itu dengan jernih. Bahwadalam sosialisme lah orang akan di orangkan, berdiri samatinggi-duduk sama rendah, kesejahteraan menjadi hak dari setiap orang dan pastinya tak ada tempat bagi para penindas. Optimism memang kian terang di langit sosialisme, dan itulah yang mesti didaratkan dalam bentuk kerja. Sosialime adalah ajaran menomor satukan orang banyak, tapi praksis gerakanya mestilah juga didasarkan pada semangat

kemanusiaan dan persaudaraan. Sebab jikalau abai terhadap duaprinsip tersebut, duka mendalam seperti yang pernah terjadi di Uni Soviet dulu (dimana banyak orang dibantai dan dipekerja-paksakan di Siberia lantaran dianggap sebagai musuh revolusi) dan di banyak negara Komunis lainnya potensial terulang kembali. Sosialisme, baik teori maupunpraxsis gerakan memang belum selesai (ekstrem-nya tidak bisa selesai ). Khazanah sejarah setidaknya memberi bukti, betapa dialektika umat manusiasetidaknya menunjukan bahwa yang kiri punbisa banting setir menjadi kanan, ketika merasaselesai, entah teori ataupun praxsis. Milovan Djilas melalui bukunya Kelas Baru setidaknyamenegaskan hal tersebut; revolusi sosialis memang berhasil merombak tatanan lama, tapi tatanan baru tersebut kemudian malah justru melahirkan borjuasi baru dan penindasan-penindasan baru, yakni penindasan pejabat negara atas namasosialisme. Disinilah self-kritik menjadi penting, manakala kontradiksi-kontradiksi justru bersarang pada jantung sosialisme. Kontradiksi memang wajar, tapi harus pula ada kelanjutannya yang wajar; dalam arti ada kerja untuk meletakan-nya kembali pada rel dass sollen-nya. salam rimba!!!!! Bongkarrr.!!!

26

PUSAT

KURSI- KURSI NAN MAHAL Mungkin rakyat tidak asing lagi mendengar kursi, semua memiliki kursi meskipun dalam keadaan reot. Namun yang saya maksud bukan lah kursi- kursi yang terdapat di dalam rumah kita, yang saya makssud adalah kursi-kursi politk yang mana sekarang sedang hangat dalam perbincangan para aktor yang akan berjuang untuk mendapatkan kursi- kursi tersebut. Sebuah sistem demokrasi yang membuat kursi-kursi tersebut begitu sakral nan mahal, mengapa saya katakan sakral nan mahal, karena hanya orang-oarang yang memiliki bajet banyak yang bisa mendapatkan dan menduduki kursikursi tersebut. Ia bisa kita lihat ketika rezim orde baru runtuh dan demokrasi bergulir berapa partai dan orangorang mencari simpati terhadap rakyat dan mengucurkan miliran uang guna menduduki kursi-kursi yang begitu sakral nan mahal. Keadaan ini lah membuat negeri ini miskin para pemimpin yang memang memiliki jiwa kepemimpinan yang tidak bisa menduduki kursi- kursi tersebut, sebut saja untuk duduk di legislatif saja harus menyiapkan uang yang ratusan juta, apalagi eksekutif mungkin miliaran. Lantas dengan begitu sakralnya dan mahal ini membuat yang duduk di atasnya lupa akan tanggung jawab untuk membangun negeri ini , bagaimana ketika seorang yang dianggap leder oleh rakyat tidak bisa karena terhambat dengan keuangan. Jika kursi- kursi ini masih tetap mahal dan sakral maka orang- orang yang duduk hanya akan sibuk untuk mengembalikan uang mereka yang telah di keluarkan. Sudah bnayak dilakukan oleh orang-orang yang mendapatkan kursi tersebut melakukan perbuatan menyeleng akibat mahalnya untuk duduk diatasnya seperti kurupsi, study banding. Keadaan ini di perparah dengan kegagapan yang sangat sistemik sntara yang duduk dan di wakili, seringkali mereka mengelontarkan sebuah arguman yang menurut sya hanya sebuah kepeuasan untuk menjadi sorotan, negeri ini bukan lagi masa remaja yang semua harus di titiru atau di manjakan namun negeri ini sudah bisa di katakan tua dalam perjalanan, hiruk pikuk demokrasi yang semakin mencuat mengakibatkan hlangnya tujuan utama, yang kuat akan menguatkan dan yang lemah melobi kepada yang kuat, hingga timbul di benak untuk siapa kursi tersebut dan akan kah semua ini harus di dapat dengan kucuran uang. Jika keadaan ini semakin larut agak nya

sulit untuk melihat kebawa karena di sibukan lobi untuk mendapatkan kembali apa yang tlah di keluarkan,ea kita tunggu saja waktunya kapan semua ini tidak mahal lagi atau harus kah terjadi perebutan yang di kembalikan pada eksistensinya. salam rimba!!!!! Bongkarrr.!!!

27

PUSAT

Membangun Konspirasi Di Warung Kopi. Ditengah kesibukan ku sebagai pengusaha muda aku memiliki jadwal yang padat. namun pada suatu kesempatan aku di undang oleh beberapa petinggi Partai DEMOKRACI dan di dalam pertemuan tersebut ada Kapolri, dan Ibrani namun Adnan sendiri sebagai ketua Umum Demokraci tidak kelihatan. Perbincangan dimulai dengan diskusi santai saling tukar pengalaman dan informasi tentang dunia bisnis, maklum yang hadir dalam pertemuan tersebut selain sebagai politisi juga sebagai pengusaha. Perbincangan yang berlangsung kurang lebih 1 jam tersebut ternyata mereka lagi menunggu kedatangan Adnan dan Presiden PSK. setelah semuanya sudah ada di tempat rapatpun segera dimulai. Pertemuan tersebut diawali oleh BY. BY mengawali dengan mengatakan bahwa pertemuan kita kali ini selain membahas Kasus Korupsi yang dilakukan oleh oknum-oknum Demokraci juga membahas tentang rencana Amandemen UUD 1945 yang ke 5 lima kalinya, BY mengatakan bahwa ia masih ingin mencalonkan diri sebagai Presiden pada Pemilu 2014 namun UUD kita tidak membolehkan. Dalam pertemuan tersebut BY menghimbau kepada Kapolri dan Ibrani untuk tidak melakukan penyelidikan lebih lanjut terhadap kasus korupsi di kubu Partai Demokraci jika tidak mau lengser dari jabatan masing-masing. Kapolri dan Ibrani pun mengiyakan statemen dari BY bahwa mereka berdua selalu tunduk dan siap melaksanakan instruksi dari Presiden. Dalam pertemuan tersebut BY juga menghimbau kepada Adnan agar mengurungkan niatnya untuk mencalonkan diri sebagai Presiden pada pemilu 2014, selain karena saya (BY) secara pribadi tidak sepakat, Adnan sendiri juga tidak mampu membawa Partai Demokraci kearah yang lebih maju, namun menghancurkan integritas Demokraci dimata publik. BY mengatakan bahwa Adnan telah mengecewakan dirinya karena partai yang selama ini dibangun dengan susahpaya dan menghabiskan banyak anggaran kini ditangan Adnan menjadi hancur akibat ulah Adnan dan oknum-oknum di internal Partai Demokraci yang tamak. BY juga mengatakan bahwa Adnan seharusnya berterimakasih padanya karena dia telah mengalihkan

perhatian publik dari isu korupsi ke isu narkoba yang melibatkan beberapa penghibur (artis). Hal itu dilakukan semata-mata karena ingin melindunggi Adnan dan Demokraci. BY juga menghimbau kepada presiden PSK agar Konsisten dalam membangun koalisi dan jangan bersikap seperti anak kecil. Sikap PSK yang sering kali menyerang Dermokraci merupakan sikap keanakanakan. BY menambahkan bahwa PSK dan demokraci sekarang ditimpah masalah yang sama (korupsi), untuk itu demi menyalamatkan partai masing-masing kita harus membangun strategi konspirasi untuk mendeskreditkan parpol lain bukannya saling menyerang seperti TOM & JERRY. Pada kesempatan itu BY juga mengatakan bahwa jika plen B (Amandemen UUD) yang dimaksudkan tidak terealisasikan maka BY sudah menyiapkan Abas untuk menggantikan dirinya sebagai Capres. Untuk itu saya sudah menginstruksikan kepada Abas untuk segera mengundurkan diri dari anggota legislatif dan fokus pada perbaikan internal partai dan mempersiapkan diri dalam menghadapi Pemilu. Kata BY hal ini disampaikan di forum ini agar tidak terkejut ketika mendengarkan nama Abas muncul sebagai Capres. BY menghimbau kepada Adnan dan petinggi-petinggi Demokraci yang hadir diforum tersebut untuk bekerja semaksimal mungkin demi kemenangan Abas dan Demokraci pada Pemilu 2014. Selain itu, BY juga menanmbahkan Adnan tidak perlu cemas karena posisinya di Demokraci tidak akan digantikan dan kasus Korupsinya juga akan ditutup, selain itu perusahannya juga bebas dari pajak. Saya sendiri diberikan tugas oleh BY untuk membangun konsolidasi untuk menyatukan seluruh pengusaha-pengusa di Indonesia guna menopang anggaran kampanye Abas dan Demokraci. dan Dildilannya perusahaan saya bebas pajak, selain itu saya juga diberikan iming-imingan untuk menjadi Menteri BUMN. Setelah BY selesai mempresentasikan maksud dan keinginannya, saya langsung bersuara dengan lantang memonalak smua keinginan BY tersebut, saya mengatakan bahwa apa yang disampaikan oleh BY menunjukan sikap yang tidak berintelektual Selain itu

28

PUSAT

sikap BY juga bukan seorang negarawan, bukan seorang warga negara yang baik karena tidak patuh terhadap konstitusi negara. Namun sikapnya tidak ubah seperti seekor binatang buas yang siap memangsa apapun yang ada didepannya. Sikap BY tersebut termanifestasi dalam bentuk kebijakan negara yang selama ini menindas rakyat dan menjadikan bangsa ini semakin tidak berdaulat. Kawan-kawan seharusnya berani menentang semua rencana busuknya BY yang bertentangan dengan idealisme kawan-kawan. Manopo, anda diangkat sebagai pimpinan polisi di negeri ini untuk menjalankan undangundang bukannya berkonspirasi untuk menghancurkan negara ini. Adnan samat anda di percayakan oleh rakyat memimpin lembaga KPK untuk mengusut dan menyelesaikan kasus-kasus korupsi yang merugikan negara. BY, Adnan, Presiden PSK atau siapapun itu harus ditahan jangan takut kehilangan jabat. Anda (Ibrani) membangun konspirasi karena takut kehilangan jabatan, itu tidak bisa dipungkiri oleh anda. Saya disini dengan tegas menolak semua rencana busuk anda, dan saya tidak akan mematuhi semua instruksi dan tidak terlena dengan iming-imingan anda (BY) berikan. Kepada Presiden PSK anda seharusnya konsisten denga ideologi anda tidak perlu takut dengan intimidasi. Korupsi yang anda lakukan sudah diketahuai oleh seluruh rakyat jadi harus berani mempertanggungjawabkan semua perbuatan anda. Statemen saya memperkeruh suasana forum. BY rupanya sangat terkejut dan langsung merespon dengan mengklarifikasi statemen sambil memberikan intimidasi terhadap saya. Namun saya tetap berdebat karena saya mengangap apa yang dilakukan oleh BY bertentangan dengan Idealisme saya. Setalah saya melihat Forum semakin keruh, saya pun kemudian pergi meninggalkan forum tersebut. Satu jam kemudian saya ditelpon oleh Ibrani katanya dia dan Kapolri mau bertemu dengan saya, saya pun mengiyakan. Sayakemudian bertemu dengan mereka di salah satu rumah warga yakni Bapak Edy. Pertemuan tersebut Ibrani dan Kapolri menuturkan bahwa sebenarnya mereka juga tidak sepakat dengan keinginan BY namun mereka di intimidasi olehnya (BY). Saya dengan tegas mengatakan kepada mereka berdua bahwa kalu kalian tidak sepakat kenapa di forum kalian tidak

menolak ajakan BY dan sekarang kalian berbicara seperti ini pun sudah sia-sia karena tidak ada yang mendengarkan. Sikap kalian berdua bisa saya katakan oportunis dan haus kekuasaan. Kalian berdua adalah warga negara yang tidak beradap. Indonesia tidak layak dihuni oleh orang-yang tidak beradap seperti kalian. Setelah saya berbicara seperti itu kemudian saya pamitan tapi sebelimnya saya meninggalkan pesan kepada mereka berdua agar jangan mau berkonspirasi dengan BY dan Demokraci. Saya pun langsung meneju Mobil balik kerumah. Dalam perjalanan saya ditelpon oleh Adnan dan Presiden PSK katanya mereka mau bertemu dengan saya. Pertemuan kita berlangsung di salah satu angkringan yang agak sepi karena menghindar dari kecaran wartawan. Dalam pertemuan tersebut Adnan mengutarakan kekecewaannya terhadap BY, karena dia juga memiliki keinginan untuk maju sebagai presiden pada pemilu 2014. Dan kata Adnan dia tetap berusaha untuk menggagalkan renacana busuk BY karena dia yakin bahwa petinggi Demokraci pasti mendukung dia untuk maju sebagai Capres ketimbang Abas. Selain itu Adnan juga memohon kepada saya untuk membantu menyelesaikan kasusus korupsinya. Adnan juga mengatakan bahwa korupsi yang dilakukanya itu untuk kepentingan Demokraci dan uang tersebut di bagibagikan kepada petingggi Demokraci jadi bukan untuk saya (Adnan) sendiri. Saya mengatakan bahwa keinginan anda untuk maju sebagai Presiden adalah hak anda sebagai warga negara, namun anda juga harus mempertanggungjawabkan perbuatan anda jangan jadi pecundang. Perbuatan andah telah merugikan negara dan menyingsarakan ratusan juta rakyat Indonesia. Ketika anda tidak mau mempertanggungjawabkan perbuatan anda dan tetap ngotot untuk maju menjadi Presiden saya bisa pastikan bahwa negara ini akan semakin rusak jika dipimpin oleh para koruptor seperti anda, dan saya dengan tegas menolak tidak akan membantu penyelesaikan kasus anda. Saya juga tidak akan mendukung anda sebagai Capres. Setelah saya berbicara seperti itu Adnan langsung meneteskan air mata sambil bermohon kepada saya untuk membantunya namun saya tetap tidak perduli.

29

PUSAT

Setelah itu Presiden PSK pun menuturkan ketidaksepakatannya terhadap rencana BY namun sekarang dirinya lagi galau karena posisinya sebagai ketum PSK mau digantikan oleh Partainya. Dia juga menuturkan bahwa kasus korupsi yang dia lakukan bukkan karena insiatifnya, tapi atas desakan pihal lain. Hasil korupsinya pun tidak diperentukan bagi dirinya sendiri tapi dibagi-bagikan kepihak lain dan juga untuk kepentingan parpolnya. Namun ketika semuanya sudah terkuak saya tidak dilindunggi, malah saya dijadikan sebagai kambing hitam. Presiden PSK juga memohon kepada saya sambil meneteskan air mata agar mau membantu dalam menyelesaikan kasusnya, namun saya menolak membantunya. Saya dengan tegas menyatakan perbuatan yang anda lakukan harus mampu dipertanggungjawabkan jangan cengeng seperti anak kecil dong. Setelah menyampaikan seperti itu saya pun langsung pergi menuju mobil kembali ke rumah. Sekitar Jam 5 soreh BY menlpon saya mau ngajak ketemuan, kemudian saya menolak dengan alasan kecapean dan mau istrahat. Namun karena BY terus memaksa akhirnya saya pun mau bertemu, namun waktu dan tempat saya yang tentukan. Saya sarankan untuk bertemu pada jam 8 malam di Angkringan Dowo. Pertemuan tersebut BY tidak sendirian ternyata dia mengajak anaknya Abas untuk ikut dalam pertemuan. Perbincangan diawli oleh BY. BY memaksa saya untuk bersedia membantunya dalam merealisasikan tujuannya dan dia akan memberikan imbalan berupa jabatan Menteri dan perusahaan saya bebas dari pajak jika Abas menjadi Presiden. Hal itu kemudian dikuatkan oleh Abas bahwa omongan Ayahnya itu serius, Abas kemudiam meminta saya untuk bersedia membantu mereka. Selain itu BY juga mengajak saya untuk berkonspirasi guna mengkriminalisasikan Adnan, Ibrani, dan petinggi Demokraci lain yang tidak sejalan dengannya. Kemudian saya menannyakan bentuk kriminalisasinya seperti apa? BY menjawab bentuk konspirasinya seperti Antasari Ashar dan Nasarudian, tapi kali ini katanya kita buat lebih save dan elegan biar tidak ketahuan. Namun keinginan BY tersebut saya tolak karena asumsi saya sikap seperti itu tidak ubahnya seperti bintang yang mengesampingkan sisi humanisme. Dalam hati saya berakata setelah Adnan dan yang lain

giliran berikutnya adalah saya. Atas dasar itu saya kemudian dengan tegas menolak maksud BY tersebut dan saya mengatakan. Saya bukan seperti orang yang lain yang mudah dipengaruhi dengan jabatan atau materi saya tidak butuh itu semua, saya hanya mengiginkan agar negeri ini dipimpin oleh yang benar dan jujur bukan seperti anda. Tidak menguranggi rasa terimakasi saya kepada anda. Ajakan anda saya tidak tertarik, jadi sebaiknya anda cari orang lain yang bisa diajak kerja sama. Setelah saya berbicara seperti itu BY dan anaknya bermohon kepada saya sambil meneteskan air mata, namun saya tetap pada konsistensi saya untuk tidak mau menerima meskipun harus mati dari pada harus bekerja sama seperi orang-orang yang bwajah manusia namun berhati binatang. Setelah itu saya kemudian pamit dan pergi meninggalkan mereka berdua. Sesampainya saya di rumah, saya kemudian merenung jika negara ini kedepan masih dipimpin sama mereka-mereka negara ini kan digadaikan untuk memenuhi nafsu birahi mereka dan rakyat semakin menderita. Dan kelicikan mereka baru saya ketahui setelah terlibat dalam forum mereka. Kemudian saya berani berani berkesinpulan bahwa negara sekarang seperti ini karena di pimpin oleh orang-orang tamak sehingga negara kita tidak bisah maju seperti negaranegara lain. Negara ini butuh pemimpin yang visioner, tegas dan egaliter sehingga mampu membawa perubahan bagi negara ini kedepan. Sebelum semuannya terjadi kita harus mengembalikan negara ini pada relnya. Rel negara kita adalah Pancasila dan UUD 1945. Karena itu, kita harus mengembalikan UUD 1945 pada rohnya. bukankah UUD sekarang sudah jauh dari cita-cita awal ketika negara ini didirikan. Pancasila yang menjadi jiwa dan panutan bangsa harus di manifestasikan secara ril bukan untuk diperdebatkan. saya yakin para pendiri bangsa ini pasti menangis melihat kondisi bangsa seperti sekarang. melihat perilaku generasi bangsa yang semakin tamak dan alay... Cerita Dari Negeri Sebelah

30

PUSAT

Problema Demokrasi Tentunya menarik taktala membincang demokrasi dengan segala premis-premis manisnya, dan tentu benar adanya bahwa demokrasi menawarkan sebuah optimism berupa mekanisme kontrol yang tidak dimiliki oleh system lainnya, taruhlah Totaliterianisme.. Tapi toh di tengah-tengah optimisme tersebut, keraguan terhadap kesanggupan demokrasi dalam mewujudkan harapan manusia belum sepenuhnya gugur, tak terkecuali juga di negara-negara barat, yang notabene merupakan rahim demokrasi. Lepas dari setuju tidaknya, Alan Badiou pernah mengingatkan bahwa: demokrasi sering hanya menjadi oligarki dari para penguasa modal, para politikus dan para pengarah acara dalam televisi. Artinya, demokrasi kerapkali diplintir hanya sebagai prosedur, dimana elit penguasaha (penguasa dan pengusaha) memainkan peran dan memperjuangkan kepentingannya. Demokrasi yang hanya menyentuh level permukaan, tak ubahnya dekorasi dari keadilan dan kerakyatan. Andre Gords dalam sebuah kesempatan menyebut bahwa seyogyanya kita waspada melihat perkembangan demokrasi, terutama ketika pihak-pihak tertentu menitipkan kepentingannya lewat media masa, yang efeknya tentu mudah ditebak; pengarahan opini massa. Hal ini tentu berbahaya, terutama jika menimbang situasi zaman yang acapkali mendudukan media sebagai juru tafsir kebenaran. Disinilah Gords menyebut bahwa Demokrasi memiliki tendensi kea rah Totaliterianisme terselubung, sebuah pembacaan cerdas mengingat pandangan ini dikemukakan pada decade 70an. Kran demokrasi di satu sisi memang menyediakan terbukanya ruang bagi suara kritis dan oposan, tapi disisi lain juga menjadikannya ibarat menu sehari-hari, dalam arti bahwa suara-suara ketidakpuasan menjadi sesuatu yang lumrah, karena memang diperkenankan oleh konstitusi. Tentunya kisah Vaklak Havel, presiden Rumania pertama pasca lengsernya rezim komunis sukar terulang di negara demokratis, demikian tulis Goenawan Muhhamad. Vaklak Havel merupakan seorang penyair yang naik daun berkat suara kritisnya yang membuat merah telinga

penguasa. Tentu menjadi sesuatu yang sukar ketika kata tidak lagi menjadi senjata, lanjut GM. Senada dengan Andre Gords bahwa, media masa kerapkali enggan menyorot suara-suara yang berlawanan dengan kehendaknya, dan inilah agaknya menjadi satu kerancuan ketika media tidak lagi netral, sebagaimana yang diidealisir demokrasi modern. Premis-premis manis demokrasi memang memerlukan prasyarat-prasyarat tertentu dalam pengejawantahannya, dan negara-negara yang memiliki tradissi demokrasi yang panjang relatif memiliki hal ini; pertama kekuatan ekonomi, kedua kemajuan pendidikan, ketiga system hukum yang lugas dan terahir kebebasan warga negara. Dua aspek yang pertama akan memperkuat dua aspek berikutnya. Memang tidak sertamerta berarti bahwa jika prasyarat-prasyarat ini terpenuhi maka premis ideal demokrasi juga akan terejawentah, setidak-tidaknya kritik Alan Badiou diatas dapat menggoyang asumsi ini. Mendiang Gus Dur pernah berolok dimasa pemerintahannya, bahwa DPR itu tak ubahnya Taman Kanak-kanak, olok-olok yang tentu menyengat telinga para wakil rakyat. Sekilas olok-olok Gus Dur memang terdengar keterlaluan, namun dibaliknya sebetulnya terdapat sebuah kritik mendasar terhadap gaya demokrasi yang dijalankan para wakil rakyat. Wakil rakyat kelihatan tidak kompeten dan minus integritas, sebuah tradisi yang agaknya terwariskan hingga saat ini. Menyambung olok-olok Gus Dur, dalam konteks Demokrasi yang berlaku di negeri ini tentunya menjadi miris ketika premis ideal demokrasi tidak berkorelasi secara kualitatif, baik pada level legislative dan eksekutif. Yang terjadi justru mencuatnya pambangunan citra, baik pemerintah ataupun pihak oposan yang tidak lebih sebagai dekorasi belaka. Di tengah-tengah era Reformasi yang menurut Komarudin Hidayat disebut-sebut sebagai politik panjat pinang, karena kiprah dari institusi politik yang berjuang mirip dengan perlombaan yang biasanya digelar pada peringatan HUT Proklamasi: sewaktu dalam proses perlombaan, sebuah tim kompak bersatu, namun ketika berhasil memenangkan perlombaan, di antara mereka sibuk berebut hadiah. Tentunya analogi

31

PUSAT

ini mungkin kurang tepat, kendati realitas politik acapkali senada dengan analogi ini; mereka yang menang dalam pemilu satu sama lain berebut kekuasaan, lantaran politik bukan lagi sebagai sebuah pengabdian, melainkan tiket untuk kekuasaan. Mungkin ada kata pengabdian sendiri menjadi kian tak populis di tengahtengah masa yang bersemboyan Time is Money. Tentunya sebuah kritik atas demokrasi bukan berarti alergi terhadapnya, kritik ini tentunya lahir ketika dalam kosakata politik kita seolah demokrasi menjadi tameng ketika dikonfrontasikan terhadap aspek-aspek laiinya; kesejahteraan, kesehatan, keadilan, dll. Agaknya benar bahwa demokrasi yang tengah mencari bentuknya di Indonesia ibarat sebuah bangunan yang minus pondasi kuat, dalam artian bahwa prasyarat-prasyarat yang diperlukan belumlah memadai. Teringat sebuah ocehan seorang kawan yang berkata bahwa orang lapar tidak bisa kenyang karena demokrasi. Tentunya pembacaan radikal atas demokrasi- entah yang ideal ataupun yang real- menjadi sebuah urgensi, utamanya ketika dikaitkan dengan kebuntuan-kebuntuan yang terpampang selama ini. akhirul kata demokrasi bukan sebuah "kredo" suci layaknya surata lllahi,,,

-Pusat- Kebun Laras- 29 Januari salam rimba!!!!! Bongkarrr.!!!

32

PUSAT

Menolak lupa: Mozaik Nasionalisme Akrab sudah telinga kita atas istilah Nasionalisme, terutama di era kekinian yang tengah dipertanyakan kadar dan relevansinya. Menjadi relevan manakala nasionalisme mampu mewujud menjadi laku dari semua warga negara dalam merealisasikan cita-cita kemerdekaan, namun tidak/kurang relevan seumpama Cuma menjadi bunyi dan slogan semata, serta ketidakmampuan menginterpretasikan dan mengimplementasikannya di tengah zaman yang terus berubah ini. Pertanyaan seputar apa arti menjadi Indonesia sekarang dan kelak, apakah nasionalisme hanya berarti satu dalam arti tak tercerai-berai tanah dan manusianya dalam bingkai NKRI tanpa adanya satu rasa: entah itu mewujud dalam satu dalam arti kesetaraan ekonomi, politik, sosial, hukum, dll. Contoh logisnya taruhlah bagaimana kita bisa merasa sebagai satu nation bila semisal di daerah x gelap gulita, melarat& termarginalkan secara sosial-politik, sedang di daerah y terang benderang, melimpah ruah dan dominatif. Bagaimana Nasionalisme ini bisa dibangunkembangkan tanpa disertai dengan pemerataan pembangunan, pendidikan, kesehatan, dll. Bagaimana muncul rasa persaudaran buat segenap anak bangsa manakala ketimpangan berada dsana-sini, sedang elit tertentu berpesta pora diatas kegelimang harta kuasa. Bagaimana bisa bangunan nasionalisme ini dapat bertahan bila budaya dialog di tengah realitas masyarakat yang beragam ini tak diupayakan terusmenerus. Sungguh benar argument yang menyatakan bahwa keragaman yang dimiliki Indonesia bak pisau bermata dua, satu sisi ia bisa menjadi kekayaan manakala dikelola dengan baik, tapi juga bisa menjadi petaka bila salah urus dan diabaikan. Bineka Tunggal Ika pun salah-salah bisa menjadi bumerang manakala interpretasi dan implementasinya keliru, yakni jika yang ditekankan Cuma semangat persatuan, sedang spirit penghargaan terhadap ke-Bhinekaan yang ada kurang/tidak ada sama sekali. Sering halnya pihak luar dijadikan kambing hitam dari keruhnya suasana kebangsaan, ini memang benar adanya, tapi manakala dijadikan sebagai satusatunya penyebab, maka salah-salah kita akan

kurang/tidak bisa mendiagnosa masalah yang ada dan kian terbuai pada teori konspirasi. Padahal Faktor dari dalam perut Indonesia pun kalau ditilik tak kalah gawatnya: korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, money politik, lemahnya budaya dialog, keblingeran sebagian orang akan jabatan, makin menguatnya budaya kekerasan, dan lain sebagainya. Masalah internal bangsa ini kemudian dihubungkan dengan krisis kepemimpinan, ketidakmampuan dunia pendidikan untuk menghasilkan kader bangsa, sampai dengan kurang/tidak adanya budaya malu pada tataran elite. Barangkali benar ucapan Mochtar Lubis: keteladanan adalah sesuatu yang hilang dari kita. Catatan tersendiri adalah budaya malu, terutama ditujukan pada kultur kepemimpinan yang faktanya jauh dari budaya tersebut. Tak sekedar musnahnya korupsi dari bumi Indonesia, budaya malu pun menjadi patut diberi tempat dalam diskursus nasionalisme kontemporer. Malu manakala gagal, malu manakala tak dipercaya, malu manakala menyelewengkan amanah dan lain sebagainya. Memimpin itu tak sekedar maju, tapi juga tahu kapan harus mundur, demikian kata Nelson Mandela. Tragisnya nyaris tak ada pemimpin yang mencerminkan petuah dari Mandela tersebut. Adalah benar bahwa proses menjadi sebuah bangsa tak pernah dapat menyentuh definisi final atau selesai, namun rumusan-rumusan yang bersifat sementara tetaplah diperlukan sebagai pedoman hidup ditengah zaman yang terus-menerus berputar ini. salam rimba!!!!! Bongkarrr.!!!

33

PUSAT

Menelanjangi Nasionalisme Akrab sudah telinga kita atas istilah Nasionalisme, terutama di era kekinian yang tengah dipertanyakan kadar dan relevansinya. Menjadi relevan manakala nasionalisme mampu mewujud menjadi laku dari semua warga negara dalam merealisasikan cita-cita kemerdekaan, namun tidak/kurang relevan seumpama Cuma menjadi bunyi dan logan semata, serta ketidakmampuan menginterpretasikan dan mengimplementasikannya di tengah zaman yang terus berubah ini. Pertanyaan seputar apa arti menjadi Indonesia sekarang dan kelak, apakah nasionalisme hanya berarti satu dalam arti tak tercerai-berai tanah dan manusianya dalam bingkai NKRI tanpa adanya satu rasa: entah itu mewujud dalam satu dalam arti kesetaraan ekonomi, politik, sosial, hukum, dll. Contoh logisnya taruhlah bagaimana kita bisa merasa sebagai satu nation bila semisal di daerah x gelap gulita, melarat& termarginalkan secara sosial-politik, sedang di daerah y terang benderang, melimpah ruah dan dominatif. Bagaimana Nasionalisme ini bisa dibangunkembangkan tanpa disertai dengan pemerataan pembangunan, pendidikan, kesehatan, dll. Bagaimana muncul rasa persaudaran buat segenap anak bangsa manakala ketimpangan berada dsana-sini, sedang elit tertentu berpesta pora diatas kegelimang harta kuasa. Bagaimana bisa bangunan nasionalisme ini dapat bertahan bila budaya dialog di tengah realitas masyarakat yang beragam ini tak diupayakan terusmenerus. Sungguh benar argument yang menyatakan bahwa keragaman yang dimiliki Indonesia bak pisau bermata dua, satu sisi ia bisa menjadi kekayaan manakala dikelola dengan baik, tapi juga bisa menjadi petaka bila salah urus dan diabaikan. Bineka Tunggal Ika pun salah-salah bisa menjadi bumerang manakala interpretasi dan implementasinya keliru, yakni jika yang ditekankan Cuma semangat persatuan, sedang spirit penghargaan terhadap ke-Bhinekaan yang ada kurang/tidak ada sama sekali. Seringkali pihak luar dijadikan kambing hitam dalam keruhnya suasana kebangsaan, ini memang benar adanya, tapi jika dijadikan sebagai satu-satunya penyebab maka salah-salah kita akan kurang/tidak bisa

mendiagnosa masalah yang ada dan semakin terbuai pada teori konspirasi. Faktor dari dalam perut Indonesia pun kalau ditilik tak kalah gawatnya: korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, money politik, lemahnya budaya dialog, keblingeran sebagian orang akan jabatan, makin menguatnya budaya kekerasan, dan lain sebagainya. Masalah internal bangsa ini kemudian dihubungkan dengan krisis kepemimpinan, ketidakmampuan dunia pendidikan untuk menghasilkan kader bangsa, sampai dengan kurang/tidak adanya budaya malu pada tataran elite. Barangkali benar ucapan Mochtar Lubis: keteladanan adalah sesuatu yang hilang dari kita. Catatan tersendiri adalah budaya malu, terutama ditujukan pada kultur kepemimpinan yang faktanya jauh dari budaya tersebut. Tak sekedar musnahnya korupsi dari bumi Indonesia, budaya malu pun menjadi patut diberi tempat dalam diskursus nasionalisme kontemporer. Malu manakala gagal, malu manakala tak dipercaya, malu manakala menyelewengkan amanah dan lain sebagainya. Memimpin itu tak sekedar maju, tapi juga tahu kapan harus mundur, demikian kata Nelson Mandela. Tragisnya nyaris tak ada pemimpin yang mencerminkan petuah dari Mandela tersebut. Memang benar bahwa menjadi sebuah bangsa tak pernah dapat menyentuh definisi final atau selesai, namun rumusan-rumusan yang bersifat sementara tetaplah diperlukan sebagai pedoman hidup ditengah zaman yang terus-menerus berputar ini. Menjadi Indonesia, menurutku dengan mengutip perkataan dari Sjahrir: Hidup yang tidak dipertaruhkan, adalah hidup yang tak pernah dimenangkan. Dan arti menang disini adalah keberanian dan ketabahan untuk bergulat dengan dinamika kehidupan (termasuk sebagai bangsa) apapun pertaruhannya, entah itu kerja keras, mewakafkan diri atau apapun juga. Lantaran hidup tanpa pergulatan adalah mustahil. salam rimba!!!!! Bongkarrr.!!!

34

PUSAT

Anda mungkin juga menyukai