ٱلرِنَٰمۡح ه ه
ٱَّلل ِ ه
ٱلرحِي ِم ِمۡسِب
اما بعد. وىلع اهل واصحابه امجعني. الصالة و السالم ىلع رسول اَّلل.احلمد َّلل رب العالمني
Segala puji dan syukur bagi Allah SWT. Tuhan Semesta Alam, atas segala
karunia dan rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaiakan makalah dari mata
kuliah Filsafat Sosial tentang Aliran Pemikiran Filsafat Sosial Individualisme.
Kesejahteraan dan keselamatan semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, serta keluarganya, sahabatnya, tabi’in, dan akhirnya sampai
kepada kita semua selaku umat yang mengikuti ajarannya.
Terwujudnya risalah ini tiada lain karena berkat pertolongan Allah SWT
serta bantuan dan bimbingan dari dosen terkait yang telah memberikan saran dan
bimbingan dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami berharap mahasiswa dan pembaca sekalian tidak merasa puas dengan
penjelasan yang ada pada makalah ini, tetapi terus mencari dan menggali literature
yang berkaitan dengan materi pada sumber-sumber lainnya.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi saya khususnya, dan
bermanfaat juga bagi para pembaca pada umumnya.
Penyusun,
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
malah sebaliknya, dimana sikap individualisme mulai menjangkit pada
masyarakat-masyarakat dalam bangsa Indonesia. Keramah tamahan yang
merupakan salah satu ciri khas bangsa Indonesia mulai tidak didukung oleh
individu-individu yang memiliki sikap individualisme.
B. Rumusan Masalah
Apa itu Individualisme?
Bagaimana Filsafat Individualisme lahir?
Siapa tokoh pemikiran filsafat Individualisme?
Bagaimana aliran pemikiran filsafat sosial Individualisme?
Bagaimana perkembangan pemikiran filsafat Individualisme?
Bagaimana sikap Islam terhadap pemikiran filsafat Individualisme?
C. Tujuan Penulisan
Mampu berkenalan dengan aliran pemikiran filsafat sosial Individualisme,
Mengetahui sejarah filsafat sosial Individualisme lahir,
Mengetauhi Tokoh-tokoh yang berpengaruh dalam pemikiran filsafat
Individualisme,
Mengetahui pendapat para tokoh ahli tentang pemikiran filsafat
Indivdualisme,
Mengetahui perkembangan pemikiran filsafat Individulisme khusunya di
Indonesia, dan
Mengetahui bagaimana sikap agama Islam terhadap pemikiran filasfat
Individualisme.
2
BAB II PEMBAHASAN
1
E. Fernando M. Manullang, Menggapai Hukum Berkeadilan: Tinjauan Hukum Kodrat
dan Antinomi Nilai (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2007), hal. 110.
2
John William Ward, “Individualism”, dalam ibid.
3
W. Friedmann,Teori dan Filsafat Hukum: Hukum dan Masalah-masalah Kontemporer
(Susunan III) ,diterjemahkan dari “Legal Theory” oleh Mohamad Arifin (Jakarta: Rajawali
Pers, 1990), hal. 46.
4
Op. cit., hal. 109.
3
setidak-tidaknya dalam mazhab Syafi’i.5 Sedangkan kita tahu, hak milik pribadi
merupakan salah satu elemen penting individualisme.
Hal ini berkesuaian dengan tesis Takeo Dei tentang Amae (ketergantungan)—
ketika ia berbicara soal nilai-nilai bangsa Jepang yang erat kaitannya dengan nilai-
nilai bangsa Indonesia sebagai sama-sama bangsa Timur—bahwa “individu tetap
tidak mampu untuk melampaui kerangka hidup berkelompok”.9
5
Lihat, misalnya, esai-esai antropologis yang ditulis Abdurrahman Wahid soal pandangan kiai-kiai
dilingkungan pesantren Nahdlatul Ulama dalam Abdurrahman Wahid, Kiai Nyentrik Membela
Pemerintah (Yogyakarta: LKiS, 2010), hal. 10.
6
Bertrand Russel, “A History of Western Philosophy”, dalam loc. cit.
7
Menurut Thomas Hobbes, kehendak adalah selera, satu dari “dorongan atas keamauan
sendiri” (voluntarymotions) yang memiliki “awal interior” di dalam pikiran; itu merupakan
kemampuan deliberatif manusia untuk berbuat atau menahan diri. Lihat Ian Shapiro, Evolusi Hak
dalam Teori Liberal, diterjemahkan dari “The Evolution of Rights in Liberal Theory” oleh Masri
Maris (Jakarta: Freedom Institute, 2006), hal. 49.
8
Loc. cit.
9
Satjipto Rahardjo, Sisi-sisi Lain dari Hukum di Indonesia (Jakarta: Penerbit Buku
Kompas, 2006), hal. 38.
4
B. Definisi Individualisme
Indivudualisme menurut KBBI Online, Arti kata Individualisme in-di-vi-
du-al-is-me adalah paham yg menganggap manusia secara pribadi perlu
diperhatikan (kesanggupan dan kebu-tuhannya tidak boleh disamaratakan); paham
yg meng-hendaki kebebasan berbuat dan menganut suatu kepercayaan bagi setiap
orang; paham yg mementingkan hak per-seorangan di samping kepentingan
masyarakat atau negara; paham yg menganggap diri sendiri (kepribadian) lebih
penting dari pada orang lain.
Sebelum kita mengetahui lebih dalam tentang apa itu individualisme, lebih
baik kita mengetahui dahulu istilah-istilah yang masih berkenaan dengan kata
individualisme. Sehingga istilah-istilah yang masih mengakar pada
kata Individu dapat membantu kita agar lebih bisa memahami faham tersebut.
Individu : Secara epistimologi individu dalam bahasa latin
berarti individuus ( tidak dapat di bagi ) dari kata in (tidak) dan dividuus (dapat di
bagi). Beberapa pengertiannya sebagai berikut :
Suatu entitas, yang ada sebagai suatu kesatuan tersendiri, yang tidak dapat di
bagi secara aktual dan secara konseptual tanpa kehilangan identitasnya.
Hal khusus lawan dari hal umum (universal)
Hal tunggal
Pribadi: diri; ego10
Individual : bersifat perorangan/orang seorang; bersifat individu.
Individualistis : bercorak individualisme
10
Lorens Bagus, Kamus fisafat , cet.1 (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1996) hal. 336.
5
Sementara individualisme berasal dari kata individu yang mana
ada beberapa pengertian tentang Individualisme seperti:
Secara umum adalah suatu sistem dari faham yang lebih menitik beratkan
individu dari pada aspek kolektivitas (“ajaran atau faham yang tidak
menghendaki adanya hak milik perseorangan, baik atas modal, tanah, maupun
alat-alat produksi semua harus dijadikan milik bersama, kecuali barang
konsumsi), baik dari sudut politik maupun dari sudut filsafat. Individualisme
meletakkan nilai sangat tinggi pada individu seseorang dengan individu yang
lain. Masyarakat diharapkan menunjang dalam memberikan kemerdekaan
perkembangan masing-masing individu tersebut.11
Individualisme adalah paham yg menghendaki kebebasan berbuat dan
menganut suatu kepercayaan bagi setiap orang; paham yg mementingkan hak
per-seorangan di samping kepentingan masyarakat atau negara.12
Teori pandangan yang menekankan individu yang bebas, atau kekuatan
pengarahan sendiri bagi setiap individu, paham pribadi yang menganggap diri
sendiri lebih penting dari pada orang lain.
Dalam fisafat sosial merupakan pandangan mengenai masyarakat yang semakin
menekankan nilai individu, sehingga masyarakat menjadi semata-mata jumlah
individu-individu, tetapi tidak merupakan suatu keseluruhan atau kesatuan
nyata. Dalam pandangan ini hak dan kebebasan individu diandaikan hanya
dapat dibatasi oleh hak yang persis sama dari pribadi-pribadi lainnya dan bukan
oleh hubungan internal dengan komunitas. Dengan demikian, tatanan dapat di
mantapakan hanya bila kepentingan pribadi setiap individu menghasil sejenis
kerjasama atau harmoni. Namun dalam kenyataanya yang kuat melahaap yang
lemah.dan sebagai ganti masyarakat yang bebas muncullah penggunaan
kekuasaan tiranik dan tidak bertanggung-jawab dengan kedok kebebasan dan
kesamaan.[11] Dalam abad ke-19 bentuk individualisme macam ini ( dalam
politik disebut liberalisme ) sangat dominan baik dalam pemikiran sosial
maupun ekonomi dan kemudian merosot dan tidak di hargai.
Dalam teori politik :
- Teori yang menyatakan bahwa urusan pokok dari semua kelompok politik
adalah untuk memelihara hak, menjamin kemerdekaan dan memperluas
perkembangan pribadi. Negara adalah sarana yang dipakai individu dalam
mencapai tujuan dan tidak pernah menjadi tujuan dalam dirinya sendiri.
Masyarlkat ada untuk kepentingan perseorangan.
11
Dr. Mochtar Effendy, S.E , Ensiklopedi Agama Dan Filsafat. Cet.1 (Palembang: PT.WIDYADARA,
2001) 453.
12
www.artikata.com/arti-330637-individualisme.html.
6
-Pemerintah tidak boleh mencampuri kepentingan individu kecuali
kepentingan itu menggangu individu yang lain.
- Pemerintah harus membiarkan individu mengarahkan dan mengatur diri
sendiri dan tidak boleh memaksa peraturan.13
Didalam etika, individualisme berpendirian bahwa dasar kehidupan etis adalah
pribadi perorangan. Normanya adalah kepentingan pribadi perorangan.
Tujuannya adalah menjaga dan mengembangkan pribadi perorangan dan
kepentingannya. Cara yang ditempuh adalah memberi kebebasan sebesar-
besarnya kepada setiap orang dan menyediakan ruang yang seluas-luasnya
untuk inisiatifnya dalam perkara pribadi, sosial, ekonomi, politik, dan agama.
Didalam ekonomi, suatu teori yang membela pendirian (individu) itu harus
bebas dari pengawasan pemerintah dan negara, dimana tujuannya adalah
mencari keuntungan yang sebesar-besarya sehingga dapat mensejahterakan
individu yang bersangkutan; atau sering disebut Kapitalisme.
Jadi secara garis besar individualisme adalah faham filsafat yang menitik
beratkan segala sesuatu pada individu atau dengan kata lain, faham
individualismemenegaskan bahwasanya semua orang mempunyai hak dan
kedudukan yang sama, dan mempunyai kesempatan yang sama pula dalam
mengejar kebahagiaan. Di buku “Islam Marxisme Liberalisme Nasionalisme”
dijelaskan bahwa Individualisme merupakan salah satu aliran filsafat yang
menempatkan individu sebagai pusat dan titik berat dari segala macam kehidupan
politik, agama, ekonomi dan sosial. Dan menurut Dagobert D Runes dalam
“Dictionary of Philosophy”, menjelaskanindividualisme hendaknya dibedakan
dari individualistis. Individualisme adalahsalah satu faham filsafat yang menempa
tkan kemerdekaan individu di atas segala-galanya. Sedangkan individualistis
adalah satu kata sifat yang dikenakan kepada seseorang yang mementingkan diri
sendiri.
13
Ali Mudhofir, Teori Dan Aliran Dalam Filsafat Dan Teologi, cet 1(Yogyakarta: GADJAH
MADA UNIVERSITY PRESS,1996) hal. 110.
7
termasuklah holisme, kolektivisme dan statisme, antara lain. Falsafah ini juga
kurang senang segala standard moral yang dikenakan ke atas seseorang kerana
peraturan-peraturan itu menghalang kebebasan seseorang.
14
https://ms.wikipedia.org/wiki/Individualisme
8
Jean Jacques Rosseau termasuk pemikir filsafat terkemuka di dalam
peradaban Eropa. Ia bersama Thomas Hobbes, John Locke, dan Montesquieu,
merupakan pemikir yang mengembangkan gagasan mengenai kontrak sosial, yaitu
ikatan antar individu terkait kehidupan politiknya.
Yang menarik dari Rosseau adalah ia adalah pemikir yang secara tegas
menggunakan istilah Kontrak Sosial (sebuah perjanjian antara rakyat dengan para
pemimpinnya, atau antara manusia-manusia yang tergabung di dalam komunitas
tertentu), dan ini merupakan hal unik mengingat pemikir lainnya tidak secara tegas
menggunakan istilah ini, melainkan menggunakan istilah compact atau covenant,
seperti halnya Thomas Hobbes dan John Locke. Sebenarnya Montesquieu tidak
pernah menggunakan istilah sejenis, namun apabila menelusuri pemikirannya
dalam The Spirit Of Law, maka esensi Hukum adalah penyatu individu,
masyarakat, dan negara.15
Maka dengan pemikiran Rousseau dan ketiga filosof inilah muncul paham
invidualisme, yang nanti akan menimbulkan banyak perselisihan dan faham baru,
entah yang menyetujui dan menentang pemikiran mereka.
D. Tokoh Individualisme
Banyak filsuf yang mempunyai corak individualis , tetapi itu semua tidak
lepas dari pengaruh besar dari beberapa tokoh filsuf terkenal yang sangat kental
akanindividualitasnya. Berikut beberapa tokoh yang dianggap besar pengaruhnya
dalam penyebaran faham ini.
J.J rousseau
Seorang perancis yang menulis tentang politik, masyarakat, pendidikan,
dan seni. Dia berpangkal pada konsep megenai : Alam Murni”sebagai sumber
segala kebaikan. Semua yang tidak baik atau kurang sempurna disebabkan oleh
agama dan masyarakat, ilmu pengetahuan dan seni seperti yang diajarkan di
Akadami kesenian.
Manusia yang baik seperti manusia purba, karena mereka masih hidup pada
keadaan Murni, yang belum disesatkan, hidup berbahagia karena belum terkait pada
masyarakat. Dia menerangkan “asal usul masyarakat” sebagai akibat Contract
Social ( diterbitkan 1762 M , buku ini memiliki karakter yang sangat berbeda dari
sebagian besar tulisannya; ia sedikit memuat sentimentalis dan lebih mendekati
panalaran intelektua ). Oleh karena terpaksa guna kebutuhannya, manusia
itu menyerahkansebahagian kebebasannya kepada pimpinan masyarakat.
Mengenai bentuk Negara rousseau adalah merupakan bentuk dari kemauan
15
http://filsafat.kompasiana.com/2012/02/16/jean-jacques-rosseau-diskriminasi-atas-nama-
humanisme/.
9
umum. Kemauan umum terjadi karena adanya “kemauan-kemauan individual
mengadakan semacam kontrak. Kemauan Umum bukan penjumlahan belaka dari
kemauan-kemauan individual. Teori ini yang mengilhami Revolusi Perancis dan
muncul paham Liberalisme. Pada periode revolusi Prancis, Rousseau
adalah filsafat terpopuler di antara anggota Jacobin Club. Dia dimasukan sebagai
pahlawan nasional di Panthéon Paris, pada tahun 1794, enam belas tahun setelah
kematiannya.16
Dalam bukunya Rousseau social contract, ia mengatakan: “manusia terlahir
bebas, dan di mana-mana ia terbelunggu. Seseorang merasa sebagai tuan yag
berkuasa atas orang lain, namun keadaannya lebih menyerupai budak ketimbang
orang yang dikuasai”. Kebebasan merupakan tujuan nominal dari pemikiran
Rousseau, namun dalam kenyataannya kesetaraanlah yang dihargai dan yang dia
upayakan dengan mempertaruhkan kebebasan.
Thomas Hobbes(1588-1679 M)
Thomas Hobbes lahir di inggris pada tahun 1588 M. Ia adalah putra dari
pastor yang membangkang dan suka berdebat. Keluarganya terpaksa lari dari
daerahnya akibat situsi yang kurang mendukung. Thomas Hobbes adalah sosok
yang cerdas, terbukti pada umur 6 tahun sudah menguasai bahasa yunani dan latin
dengan amat baik dan umur 15 tahun sudah belajar di Oxford University.17
Masterpiece hobbes yaitu Leviathan merupakan karyanya dalam filsafat
politik, karya tersebut sebagai upaya untuk menjustifikasi absolutisme penguasa
saat itu. Lebih dari itu, ia berusaha meletakkan fondasi teoritis bagi pemerintahan
yang absolute secara umum, baik monarki, kediktatoran, maupun parlemen.
Di dalam buku tersebut ia membahas tentang kontrak social, disebutkan
dalam bukunya bahwa manusia selalu berusaha mementingkan diri sendiri telah
menjadi prinsip dominan, keadilan tidak dikenal. Potret dunia seperti ini dilukiskan
bagai manusia adalah serigala, saling makan satu dengan lainnya.18
Belakangan, akhirnya tumbuh suatu kesepakatan antara lelaki dan
perempuan yang bernama kontrak sosial. Tujuannya adalah untuk keselamatan dan
keuntungan masing-masing. Mereka menyerahkan beberapa wewenang mereka
yang tidak terlalu besar kepada sang penguasa, raja yang memerintah bukan Tuhan
dalam urusan publik sesuai dengan kesepakatan umum. Dengan kesepakatan ini
akhirnmya manusia dilindungi ide keadilan. Keadilan disini adalah produk
kesepakatan bersama.
16
http://id.wikipedia.org/wiki/Jean-Jacques_Rousseau
17
Henry J. Schmandt, FilsafatPoltik, hal. 304-309.
18
Ali Maksum, PengantarFilsafat .....hal. 125.
10
Namun demikian, perlu kita lihat lagi konsep Hobbes tersebut, dan kita
tinjau beberapa sifat dari definisi kontrak sosial menurut Hobbes.
- Perjanjian yang ada bukanlah perjanjian ruler (penguasa) dengan ruled (yang
dikuasai/rakyat), tetapi kesepakatan diambil dari individu-individu untuk mengakhiri
keadaan alamiyah dan membentuk masyarakat sipil.
- Perjanjian dibuat oleh masing-masing individu yang terisolisir secara alamiah dan
anti-sosial.
- Orang yang terlibat dalam perjanjian tersebut merupakan konsekuensi dari kedaulatan
daripada sumber kedaulatan.
- Tidak ada kebulatan suara dalam kontak sosial versi Hobbes.
Sebagai catatan akhir, teori Hobbes menunjukan konsekuensi logis dari
pandangan anti-tradisional bahwa manusia tidak mempunyai disposi untuk
menempatkan keinginan dan dorongannya di bawah prinsip rasional. Akal dan
pikiran hanyalah instrumen, bukan penetu menang-kalah. Terlepass dari
kecendrungan absolutisme, Hobbes merupakan pelopor individualisme modern dan
ia menghilangkan segala bentuk standarisasi utilitarian dan pragmatisme. Filsafat
sosial yang dirumuskan berakhir dengan menghapuskan kewajiban-kewajiban
moral dari wilayah politik. Dalam filsafat politik Hobbes terasa kental dengan
individualitasnya. Fahamnya telah banyak memengaruhi banyak murid dan filsuf
lainnya. Beliau meninggal pada tahun 1679.
John Locke (1632-1704)
Locke lahir di inggris pada tanggal 29 agustus1632 M di Wrington, dekat
Bristol dan meninggal pada 28 Oktober 1704 M. Ayahnya adalah seorang
pengacara yang berjuang di pihak parlemen melawan Raja Charles 1. Locke sendiri
sepanjang hidupnya juga membela sistem parlementer. Ia mendapat pendidikan
klasik dengan disiplin ketat di Weestminster school dari tahun 1646-1652, ketika ia
berpindah ke Crist Church, Oxford. Ia merasa bahwa pendidikan di Westminster
terlalu berorientasi ke massa lalu. Demikian juga di Oxford, ia menjadi benci pada
pendidikan yang terpaku pada bentuk skoalistik. Minatnya akan filsafat timbul
karena membaca secara pribadi karya Descartes dan bukan karena pengajaran di
Oxford. Ia menyelesaikan B.A pada tahun 1656, dan M.A. pada tahun 1658. Pada
tahun 1659 Locke ditunjuk sebagai Senior Student di Oxford. Posisi itu dipegang
sampai tahun 1684 ketika ia harus berhenti karena alassan politik.19
19
A.Widyamartaya, Kuasa Itu Milik Rakyat, (yogyakarta: KANISIUS 2002) hal. 06-07.
11
Pada tahun 1675 ia pergi ke paris sampai tahun 1680. Selama di paris ia
bertemu dengan para pengikut Descartes dan ia banyak mendapat pengaruh dari
Gassendi (1592-1655). Ketika di parislah ia berfilsafat dalam hal politik, dan mulai
mengkonsep tentang kontrak sosial.
Tulisan Locke yang terpenting adalah Eassy Concerning Human
understanding (terbit 1690 M), bersamaan dengan itu Locke juga menerbitkan
karyanya dalam bidang politik, Two Treatises of Civil Goerments. Karya lainnya
antara lain, Some Thoughts Concerning Education (1695), The Reasonableness
of Christianity (1695) dan pada tahun 1989 ia menerbitkan secara anonim Letter
on Toleration.20
Locke menolak pandangan bahwa manusia punya sifat kodrat untuk saling
memangsa. Menurutnya, pada zaman dahulu, manusia menganut hukum-hukum
alam, dan ketika hukum-hukum alam bersifat terlalu mambatasi dan tidak mampu
mamaksakan otoritasnya terhadap individu, maka manusia membuat sebuah
kontrak sosial. Mereka memberikan sebahagian kecil haknya kepada institusi yang
mereka anggap representatif, yaitu negara. Negara sebagai bentukan masyarakat ini
dibuat untuk melindungi hak-hak warga negara. Negara tidak absolut, karena
individu hanya menyerahkan sedikit saja dari hak-haknya, yaitu “hak untuk
melakukan hukuman” terhadap orang yang melanggar hukum hasil konsensus
bersama.
Menurut Locke, hak-hak manusia adalah haknya sebagai pribadi dan, oleh
karena itu, tidak dapat diserahkan kepada orang lain. Kekuasaan negara dibatasi
dengan tujuan pembentukannya. Negara tidak berkuasa absolut, ia adalah alat untuk
menjaga supaya hak-hak individu tetap dihormati, atau singkatnya negara adalah
“penjaga malam”. Teori ini mengharuskan negara menghormati hak-hak warganya.
Montesquieu
Charles-Louis de Secondat, Baron de La Brède et de Montesquieu, atau
lebih dikenal dengan Montesquieu, adalah pemikir politik Perancis yang
hidup pada Era Pencerahan. Ia terkenal dengan teorinya mengenai pemisahan
kekuasaan yang banyak disadur pada diskusi-
diskusi mengenai pemerintahan dan diterapkan padabanyak konstitusi di seluruh d
unia. Ia lahir pada 18 januari 1689, ia mulai terkenal setelah menulis “Persian
Letters” pada tahun 1721, yang berupa satire atas politik dan kondisi sosial
Perancis.
Karyanya yang terpenting berjudul “The Spirit of Law”. Di dalam buku itu,
ia membagi sistem pemerintahan di dunia menjadi tiga, yaitu republik, monarki,
dan despotisme. Montesquie juga menyatakan ada hubungan antar iklim, geografi,
20
A.Widyamartaya, Kuasa Itu Milik Rakyat ..... hal. 07.
12
dan kondisi sebuah negara dengan bentuk pemerintahan di negara itu. Selain itu,
dalam buku ini beliau juga menyampaikan pendapatnya yang amat terkenal, yaitu
bahwa kekuasaan dalam pemerintah harus dibagi-bagi agar hak-hak dan
kemerdekaan individu dapat terjamin.
Catatan: walaupun masih banyak para Fisuf yang kental dengan
Individualisme, tetapi empat orang filosof inilah yang sangat berpengaruh dalam
penyebaran faham ini.
13
telah diangggap oleh penduduk Amerika bukan hanya sebagai pilihan pribadi yang
utama namun telah menjadi kepemilikan yang eksklusif dan tak biasa.”
Filsuf aristrokratis Perancis Alexis de Tocqueville (1805–59) menjelaskan
individualisme sebagai egoisme moderat yang mengatur manusia hanya untuk
lingkaran keluarga dan temannnya. Dengan meneliti kaya tradisi demokrasi
Amerika untuk Democracy in America (1835-49), Tocqueville menulis dengan
judul “setiap warga mengisolasi dirinya dari sekelilingnya dan menjauhkan diri dari
keluarga dan teman”, individualisme melemahkan “nilai kehidupan publik” di
mana nilai ini merupakan obat mujarab bagi individualisme. Bagi sejarawan Swiss
Jacob Burckhardt (1818–97) menandakan penyembahan pribadi privasi yang
digabungkan dengan kepentingan pribadi telah memicu “perkembangan pribadi
tertinggi” yang tumbuh pesat saat Renaisme Eropa.
Sosiologis Perancis Émile Durkheim (1858–1917) mengidentifikasi dua
jenis individualism: egoism utilitarian milik Sosiologis Inggris dan filsuf Herbert
Spencer (1820–1903), yang menurut Durkheim menurunkan nilai komunitas
menjadi hanya sebagai alat untuk produksi dan pertukaran uang.
Jenis kedua adalah rasionalisme Immanuel Kant (1972-1804), filsuf
Perancis Jean-Jacques Rousseau (1712–1788), dan Deklarasi Revolusi Perancis
mengenai Hak Warga Negara (1789) telah menjadi “dogma utama dalam otonomi
alasan dan alasan untuk kebebasan pribadi”. Ekonom Austria, F.A. Hayek (1899–
1992), yang lebih menyukai proses pasar, mencurigai campur tangan pemerintah
sebagai individualisme yang membedakan individualisme yang “benar” dan
“salah”.
Individualisme yang salah yang diartikan penulis Perancis dan Eropa
sebagai “kepercayaan yang berlebihan terhadap kekuatan pribadi” dan cakupan
rencana sosial yang efektif dan juga merupakan “sumber utama sosialisme
modern”; kebalikannya individualisme yang benar adalah individualisme yang di
dalamnya termasuk pemikir John Locke (1632–1704), Bernard de Mandeville
(1670–1733), David Hume (1711–76), Adam Ferguson (1723–1816), Adam Smith
(1723–90), dan Edmund Burke (1729–97).
Paham individualisme ini menggagas ide ”kolaborasi spontan orang-orang
bebas kadang dapat menciptakan hal yang di luar nalar pribadi” serta menerima
bahwa individu harus tunduk kepada “kekuatan masyarakat yang buta dan terlihat
tidak rasional.”
Aspek lain dari individualisme adalah diskusi dalammembedakan hubungan
kolektif dan individual. Diskusi tersebut berfokus kepada bagaimana perilaku
kelompok mengenai proses dan kejadian sosial skala besar itu dijelaskan.
Mengenai individualisme metodologis, filsuf Austria Karl Popper (1902–
94), menjelaskan bahwa penjabaran diskusi tersebut harus dijelaskan mengenai
fakta tentang individu tentang kepercayaan, keinginan, dan aksi. Individualisme
14
metodologis termasuk penjelasan faktor sosial yang tidak bisa dijelaskan secara
individualistis.
Contohnya adalah peneletian klasik Emile Durkheim mengenai tingkat
bunuh diri yang berbeda dalam klasifikasi sosial yang berbeda serta jumlah
pergerakan protes dalam sebuah atmosfer politik. Individualisme ontologikal
membedakan banyak hal yang melihat institusi dan kolektif sebagai “sesuatu yang
riil” contohnya adalah pandangan korporasi atau negara sebagai agen dan
pandangan peran birokratis mampu memengaruhi perilaku individu.
Diskusi lainnya yang muncul dalam bahasan individualime adalah
bagaiman objek yang berharga atau nilai (seperti kepentingan) dalam kehidupan
moral dan politik diartikan. Beberapan teoritekus, yang dikenal sebagai atomis,
berpendapat bahwa tidak ada suatu kepentingan yang bersifat umum atau komunal.
Ini juga berarti bahwa hanya ada kepentingan individu. Menurut pandangan
ini, moralitas dan politik hanya merupakan alat bagi individu untuk memenuhi
kepentingannya sendiri. Salah satu contohnya dalah konspepsi otoritas politik yang
diperoleh dari pembenaran “kontrak” hipotesis antar individu sebagaimana
dijelaskan dalam filosofi politis Thomas Hobbes (1588–1679). Paham lain adalah
dalam ekonomi atau bidang yang dipengaruhi ekonomi, kebanyakan institusi dan
hubungan sosial dapat dipahami sebagai perilaku sosial yang dimotivasi semata-
mata oleh kepentingan pribadi.
Individualisme sebagaimana yang dipahami Tocqueville, dengan fokus
kepada kesenangan pribadi, kuasa pribadi, dan penolakan keterlibatan publik dan
komunal, telah dikritisi dari berbagai sudut pandang baik itu dari pemikrian kiri dan
kanan serta pemikiran religius ataupun sekuler.
Kritik yang jelas dilontarkan oleh pihak komunitarisme yang menyamakan
individualism dengan narsisme dan egoisme. Demikian juga, pemikir republik—
yang menurut kekuasan yang lebih baik dipisahkan. Mereka merasa tergangu
dengan pemikiran bahwa individualism menghilangkan tingkat keterlibaran aktif
warga negara yang juga merusak institusi demokratis.
Individualisme juga dipahami untuk membedakan komunitas modern
dengan komunitas premodern dan non-Barat seperti India dan Cina di mana negara-
negara tersebut menganggap negara atau komunitas lebih tinggi dari individu dan
peran individu dalam ekonomi dan politik. Lebih jauh, peran mereka lebih
ditentukan oleh kasta atau kelas tertentu.(Steven M. Lukes).21
pengetahuan terkait dengan gerakan civic-Islam-Indonesia. Sumber resmi tulisan ini bisa dibaca
http://www.britannica.com/EBchecked/topic/286303/individualism
15
F. Perkembangan pemikiran filsafat Individualisme di
Indonesia
Dalam perkembangannya faham individualism berkembang menjadi faham
liberalisme, dan pada bidang ekonomi faham ini menimbulkan Kapitalisme. Dan
banyak aliran muncul sebagai perlawanan dari faham individualisme itu sendiri
antara lain Sosialisme, Nasionalisme, Marxisme.
Faham ini banyak mengilhami revolusi di berbagai benua. Akibat dari
paham/semangat individualisme melahirkan Revolusi Prancis tahun 1879 yang
bersemboyankan LIBERTY, EGALITY, FRATERNITY (kebebasan, persamaan,
dan persaudaraan), revolusi perancis menjadi dasar bagi lahirnya Demokrasi Barat
yang kemudian melahirkan ideologi Liberal untuk bidang politik dan Kapitalisme.
Dan pada zaman sekarang ia muncul sebagai HAM di mana negara harus
menghormati hak-hak setiap warga negara/individu dalam negara tersebut. Faham
ini lebih memunculkan masyarakat yang bergejolak karena, faham ini banyak
dimanfaatkan oleh banyak orang hanya untuk kepentingan pribadi dan mencari
keuntungan bagi dirinya sendiri.
22
Dr. Mochtar Effendy, S.E, Ensiklopedi Agama Dan Filsafat ..... hal. 453-454.
16
yang lain, karena setiap individu berhak atas kebebasan masing-masing. Bahkan
kebebasan itu sendiri terlepas dari apa yang diwajibkan dan diperintahkan Tuhan
atas setiap manusia.
Dengan hal yang seperti itu maka tidak dipungkiri lagi bahwasanya dengan
kebebasan yang ada menyebabkan manusia lupa akan kodratnya. Mereka merasa
terlepas dari segala hal yang memberatkan individu dalam hal apapun. Sementara
manusia dengan fitrahnya yang membutuhkan orang lain mulai ditinggalkan dan
mengakitbatkan ingin menang sendiri tanpa melihat orang lain. Sementara islam
dengan konsep individu sebagai hamba dan bagian dari masyarakat, mengharuskan
melihat segala tindakannya tanpa meninggalkan hak dan kewajibannya sebagai
hamba dan manusia.
17
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Benang merah yang dapat di ambil dari penjelasan di atas yaitu:
Aliran Pemikiran filsafat Sosial Individualisme merupakan paham yang
menekankan pada individu atau paham segala sesuatu “aku” sebagai sumbernya.
Pemikiran Individualisme ini lahir bersama dengan kejadian Renaissence di Eropa yang
dicetuskan oleh pemikiran pemikiran J.J Rousseau, dkk. Individualisme lahir karena
sistem pemerintahan pada waktu itu kurang memenuhi hak individu,aliran ini muncul
terutama ketika Rousseau mengungkapkan pikirannya tentang kontrak sosial (sebuah
perjanjian antara masyarakat dengan pemimpinnya atau perjanjian manusia yang
berada dalam komunitas tertentu).
Filsuf-filsuf yang kental akan Individualisme anatara lain; J.J rousseau, Thomas
Hobbes, John locke, dan Montesqueiu.
Aliran pemikiran filsafat ini berkembang menjadi liberalisme, Kapitalisme,
kesamaan gender, HAM.
Paham ini tidak sesuai denggan ajaran islam karena paham ini menitik beratkan dan
memusatkan segala sesuatu pada individu, sedangkan dalam ajaran Islam sendiri
terdapat Istilah Attakaful Ijtima’i (kewajiban sosial). Keterangan yang dijelaskan oleh
Ibnu Hibban didalam bukunya Miftahul Ulum; demikian banyak kewajiban sosial
setiap muslim itu, antara lain: menegakan keadilan, mengurus mu’amalah dengan baik,
meninggalkan kemudharatan, bertolong-tolongan (ta’awun) mawaddah (Cinta-
mencintai sesama manusia).
B. Saran
Saya berharap mahasiswa dan pembaca sekalian tidak merasa puas dengan
penjelasan yang ada pada makalah ini, tetapi terus mencari dan menggali literature
yang berkaitan dengan materi pada sumber-sumber lainnya.
Tentunya pada penulisan dan penyajian makalah ini memang jauh dari
kesempurnaan, sebagai manusia yang diciptakan saling membutuhkan terhadap
orang lain penyusun berharap adanya kritik atau saran yang bersifat membangun
guna perbaikan makalah selanjutnya.
18
DAFTAR PUSTAKA
Bagus, Lorens. Kamus fisafat . PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. 1996.
Effendy,Mochtar. EnsiklopediAgamaDanFilsafat. PT.WIDYADARA: Palem
bang. 2000.
http://yasinganasti.blogspot.com/2015/11/saya-masih-peduli-agama-saya.html
https://www.academia.edu/1366021/Individualisme_Kolektivisme_dan_Kejujuran
https://ms.wikipedia.org/wiki/Individualisme
http://www.civicislam.id/2015/07/memahami-individualisme.html
digilib.uinsby.ac.id
Bahan bacaan :
Emerson, Ralph Waldo (1847). Self-Reliance. London: J.M. Dent & Sons Ltd.
ISBN.
Dumont, Louis (1986). Essays on Individualism: Modern Ideology in
Anthropological Perspective. Chicago: University Of Chicago Press. ISBN 0-226-
16958-8.
Lukes, Steven (1973). Individualism. New York: Harper & Row. ISBN 0-631-
14750-0.
Renaut, Alain (1999). The Era of the Individual. Princeton, NJ: Princeton
University Press. ISBN 0-691-02938-5.
Rand, Ayn (1964). The Virtue of Selfishness. Signet Book. ISBN 0-451-16393-1.
Shanahan, Daniel. (1991) Toward a Genealogy of Individualism. Amherst, MA:
University of Massachusetts Press. ISBN 0-870-23811-6.
Watt, Ian. (1996) Myths of Modern Individualism. Cambridge: Cambridge
University Press. ISBN 0-521-48011-6.
Wikipedia.
19