Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

‫ٱلرِنَٰمۡح ه‬ ‫ه‬
‫ٱَّلل ِ ه‬
‫ٱلرحِي ِم‬ ‫ِمۡسِب‬

‫ اما بعد‬.‫ وىلع اهل واصحابه امجعني‬.‫ الصالة و السالم ىلع رسول اَّلل‬.‫احلمد َّلل رب العالمني‬

Segala puji dan syukur bagi Allah SWT. Tuhan Semesta Alam, atas segala
karunia dan rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaiakan makalah dari mata
kuliah Filsafat Sosial tentang Aliran Pemikiran Filsafat Sosial Individualisme.
Kesejahteraan dan keselamatan semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, serta keluarganya, sahabatnya, tabi’in, dan akhirnya sampai
kepada kita semua selaku umat yang mengikuti ajarannya.

Terwujudnya risalah ini tiada lain karena berkat pertolongan Allah SWT
serta bantuan dan bimbingan dari dosen terkait yang telah memberikan saran dan
bimbingan dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami berharap mahasiswa dan pembaca sekalian tidak merasa puas dengan
penjelasan yang ada pada makalah ini, tetapi terus mencari dan menggali literature
yang berkaitan dengan materi pada sumber-sumber lainnya.

Dengan segala kerendahan hati, saya menyadari dalam penyusunan makalah


ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan dalam penulisan makalah
selanjutnya.

Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi saya khususnya, dan
bermanfaat juga bagi para pembaca pada umumnya.

Bandung, 24 Oktober 2018

Penyusun,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
A. Berkenalan dengan Individualisme .............................................................. 3
B. Definisi Individualisme ................................................................................ 5
C. Sejarah .......................................................................................................... 8
D. Tokoh Individualisme .................................................................................. 9
E. Aliran Pemikiran Filsafat Individualisme menurut para ahli ..................... 13
F. Perkembangan pemikiran filsafat Individualisme di Indonesia ................. 16
G. Sikap Islam terhadap Individualisme ......................................................... 16
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 18
A. Kesimpulan ................................................................................................ 18
B. Saran ........................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 19
Bahan bacaan : ................................................................................................... 19

ii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk soisal yang hidup bermasyarakat (zoon politicon).


Sebagai makhluk social (homo socialis), manusia tidak hanya mengandalkan
kekuatannya sendiri, tetapi membutuhkan manusia lain dalam beberapa hal
tertentu. Manusia tidak dapat mencapai apa yang diinginkan dengan dirinya
sendiri. Karena manusia menjalankan perannya dengan menggunakan symbol
untuk mengkomunikasikan pemikiran dan perasaannya. Manusia tidak dapat
menyadari individualitas, kecuali melalui medium kehidupan sosial dan pandangan
dari orang-orang disekitarnya. Saat ini tanpa kita sadari sikap individualisme telah
mewabah dalam kehidupan sehari-hari seseorang, banyak orang yang mengabaikan
dan tidak memperdulikan lingkungan sekitarnya.

Individualisme merupakan satu filsafat yang memiliki pandangan moral,


politik atau sosial yang menekankan kemerdekaan manusia serta kepentingan
bertanggung jawab dan kebebasan sendiri. Seorang indvidualis akan melanjutkan
pecapaian dan kehendak pribadi. Mereka menentang intervensi dari masyarakat,
Negara dan setiap badan atau kelompk atas pilihan pribadi mereka. Oleh itu,
individualisme melawan segala pendapat yang menempatkan tujuan suatu
kelompok sebagai lebih penting dari seseorang individu yang dengan sendiri
adalah dasar kepala setiap badan masyarakat. Pendapat-pendapat yang ditentang
termasuk holism, kolektivisme dan statisme ,antara lain. Filsafat ini juga kurang
senang dengan segala standard moral yang berlaku ke atas seseorang karena
peraturan-peraturan itu menghalangi kebebasan seseorang. Singkatnya sikap
individualisme artinya sikap yang tidak ingin bekerjasama atau sikap yang
mementingkan diri sendiri.

Sikap individualisme ini sendiri sebenarnya bukan baru-baru ini terjadi


dimasyarakat. Seiring dengan perkembangan zaman sikap individualisme ini mulai
merambak dalam kehidupan masyarakat, terutama dalam kalangan sehingga tidak
menyadari bahwa sikap individualisme itu telah timbul dalam dirinya. Apa itu
sikap individualisme? anak muda dalam maupun luar negeri. Tidak dapat
dipungkiri bahwa pengaruh yang sangat besar dalam pembentukkan sikap
individualime ini adalah pengaruh teknologi, yang didikung oleh tempat tinggal
dan lingkungan tempatnya berasal. Perlu kita ketahui bahwasanya Indonesia
terkenal sebagai negara yang masyarakatnya memiliki sikap keramah tamahannya
yang mendominasi setiap individunya. Akan tetapi semakin kedepan yang terjadi

1
malah sebaliknya, dimana sikap individualisme mulai menjangkit pada
masyarakat-masyarakat dalam bangsa Indonesia. Keramah tamahan yang
merupakan salah satu ciri khas bangsa Indonesia mulai tidak didukung oleh
individu-individu yang memiliki sikap individualisme.
B. Rumusan Masalah
 Apa itu Individualisme?
 Bagaimana Filsafat Individualisme lahir?
 Siapa tokoh pemikiran filsafat Individualisme?
 Bagaimana aliran pemikiran filsafat sosial Individualisme?
 Bagaimana perkembangan pemikiran filsafat Individualisme?
 Bagaimana sikap Islam terhadap pemikiran filsafat Individualisme?
C. Tujuan Penulisan
 Mampu berkenalan dengan aliran pemikiran filsafat sosial Individualisme,
 Mengetahui sejarah filsafat sosial Individualisme lahir,
 Mengetauhi Tokoh-tokoh yang berpengaruh dalam pemikiran filsafat
Individualisme,
 Mengetahui pendapat para tokoh ahli tentang pemikiran filsafat
Indivdualisme,
 Mengetahui perkembangan pemikiran filsafat Individulisme khusunya di
Indonesia, dan
 Mengetahui bagaimana sikap agama Islam terhadap pemikiran filasfat
Individualisme.

2
BAB II PEMBAHASAN

A. Berkenalan dengan Individualisme


Pertama-tama, marilah kita awali bahasan ini dengan mengerti apa itu
individualisme. Pengertian yang diharap-dapatkan mestinya bukan pengertian
yang dangkal, yang pada akhirnya malah akan melahirkan distorsi pemahaman,
sehingga muncul pandangan yang berbagai-bagai Pengetahuan tentang
individualisme saya letakkan dalam objek bahasan pertama untuk menunjukkan—
atau sebanyak-banyaknya, membela—sampai sejauh mana kita tersesat oleh
stereotip negatif yang dilekatkan orang pada paham ini.Individualisme, oleh
kebanyakan orang, dipahami sebagai paham yang memenangkankepentingan
pribadi di atas kepentingan umum. Pengertian semacam itu memang benar,
tetapitidak sepenuhnya tepat. Itu adalah pengertian individualisme secara negatif
dan sempit,karena menganggapnya tak lain sebagai egoisme.1

Padahal, perkembangan individualisme selanjutnya di dalam masyarakat


Baratcenderung positif. Masyarakat Barat memandangnya sebagai sikap
optimisme yang utamadalam individu.2 Saya hendak mengutip pendapat seorang
sarjana Amerika Serikat, W.Friedmann, yang, antara lain, pernah mengemukakan
bahwa:3
“Evolusi individu sebagai ukuran akhir segala sesuatu, dan pertimbangan-pertimbangan
pemerintah dankekuasaan, tidak sebagai hak pemberian Tuhan atau tujuan dalam dirinya sendiri,
tetapi sebagai alat untuk mencapai perkembangan individu, dapat digambarkan sebagai dasar
politik dan tujuan hukum darimasyarakat Barat modern…”

Jelaslah, dalam masyarakat Barat, hak-hak individu adalah jaminan mutlak


yang tak bisa ditawar. Revolusi Prancis dan Amerika merupakan peristiwa
bersejarah di Barat yangmembuktikan adanya pengakuan terhadap nilai-nilai
individualisme.4

Dalam tinjauan keagamaan, individualisme mempunyai pijakan yang


cukup kokoh.Dalam Islam, misalnya, tidak ada pembatasan hak milik pribadi—

1
E. Fernando M. Manullang, Menggapai Hukum Berkeadilan: Tinjauan Hukum Kodrat
dan Antinomi Nilai (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2007), hal. 110.
2
John William Ward, “Individualism”, dalam ibid.
3
W. Friedmann,Teori dan Filsafat Hukum: Hukum dan Masalah-masalah Kontemporer
(Susunan III) ,diterjemahkan dari “Legal Theory” oleh Mohamad Arifin (Jakarta: Rajawali
Pers, 1990), hal. 46.
4
Op. cit., hal. 109.

3
setidak-tidaknya dalam mazhab Syafi’i.5 Sedangkan kita tahu, hak milik pribadi
merupakan salah satu elemen penting individualisme.

Ajaran Kristen juga menekankan, “wajah” manusia merupakan suatu citra


“sewajah”dengan Tuhan—bentuk adanya pengakuan atas eksistensi individual
manusia.6

Di lapangan kebudayaan kita, individualisme kurang menjadi perhatian


khusus lantaranstereotip “asing” yang memang disandangnya. Ia dikatakan
sebagai bukan jatidiri bangsa,bertentangan dengan nilai-nilai kekeluargaan
dan gotong-royong. Individualisme—se-“nasib”dengan liberalisme—kurang
populer di mata masyarakat kita yang masih berpedoman padanilai-nilai tradisi,
bahkan ia dianggap sebagai momok menakutkan sehingga layu sebelum
berkembang.

Gagasan sentral individualisme yang memandang manusia


memiliki kemerdekaan (ataudalam bahasa lain: kehendak bebas7) untuk merdeka
terhadap dirinya sendiri8 “tergadaikan”oleh persepsi masyarakat bahwa orang
mesti selalu memerhatikan kepentingan orang lain. Dan sebagai individu yang
“tergantung” pada orang lain, ia tak bisa lepas dari “kewajiban”atas orang lain
tersebut.

Hal ini berkesuaian dengan tesis Takeo Dei tentang Amae (ketergantungan)—
ketika ia berbicara soal nilai-nilai bangsa Jepang yang erat kaitannya dengan nilai-
nilai bangsa Indonesia sebagai sama-sama bangsa Timur—bahwa “individu tetap
tidak mampu untuk melampaui kerangka hidup berkelompok”.9

5
Lihat, misalnya, esai-esai antropologis yang ditulis Abdurrahman Wahid soal pandangan kiai-kiai
dilingkungan pesantren Nahdlatul Ulama dalam Abdurrahman Wahid, Kiai Nyentrik Membela
Pemerintah (Yogyakarta: LKiS, 2010), hal. 10.
6
Bertrand Russel, “A History of Western Philosophy”, dalam loc. cit.
7
Menurut Thomas Hobbes, kehendak adalah selera, satu dari “dorongan atas keamauan
sendiri” (voluntarymotions) yang memiliki “awal interior” di dalam pikiran; itu merupakan
kemampuan deliberatif manusia untuk berbuat atau menahan diri. Lihat Ian Shapiro, Evolusi Hak
dalam Teori Liberal, diterjemahkan dari “The Evolution of Rights in Liberal Theory” oleh Masri
Maris (Jakarta: Freedom Institute, 2006), hal. 49.
8
Loc. cit.
9
Satjipto Rahardjo, Sisi-sisi Lain dari Hukum di Indonesia (Jakarta: Penerbit Buku
Kompas, 2006), hal. 38.

4
B. Definisi Individualisme
Indivudualisme menurut KBBI Online, Arti kata Individualisme in-di-vi-
du-al-is-me adalah paham yg menganggap manusia secara pribadi perlu
diperhatikan (kesanggupan dan kebu-tuhannya tidak boleh disamaratakan); paham
yg meng-hendaki kebebasan berbuat dan menganut suatu kepercayaan bagi setiap
orang; paham yg mementingkan hak per-seorangan di samping kepentingan
masyarakat atau negara; paham yg menganggap diri sendiri (kepribadian) lebih
penting dari pada orang lain.

Sebelum kita mengetahui lebih dalam tentang apa itu individualisme, lebih
baik kita mengetahui dahulu istilah-istilah yang masih berkenaan dengan kata
individualisme. Sehingga istilah-istilah yang masih mengakar pada
kata Individu dapat membantu kita agar lebih bisa memahami faham tersebut.
Individu : Secara epistimologi individu dalam bahasa latin
berarti individuus ( tidak dapat di bagi ) dari kata in (tidak) dan dividuus (dapat di
bagi). Beberapa pengertiannya sebagai berikut :

 Suatu entitas, yang ada sebagai suatu kesatuan tersendiri, yang tidak dapat di
bagi secara aktual dan secara konseptual tanpa kehilangan identitasnya.
 Hal khusus lawan dari hal umum (universal)
 Hal tunggal
 Pribadi: diri; ego10
Individual : bersifat perorangan/orang seorang; bersifat individu.
Individualistis : bercorak individualisme

Individualitas : jumlah keseluruhan dari ciri2 seorang individu. Yang


membedakannya dari pribadi orang lain. Istilah individualitas terkenal dalam
Idealisme pada abad ke-19. Beberapa filsuf mempunyai pandangan yang berbeda
tentang hal ini.

 Max Stirner : menganjurkan keunikan setiap individu, dan tujuan hidup


adalah pengembangan individualitas itu sendiri.
 Bosanquet : suatu analisis individu dan penegasan individualitas.
 Royce : individualitas dan eksistensi secara bersama-sama
merupakan bagian dari suatu kesatuan yang tak terbatas.
 Individualis : orang yang mementingkan diri sendiri. Orang yang
senantiasa mempertahankan kepribadian dan kebebasan diri. Penganut paham
individualisme.

10
Lorens Bagus, Kamus fisafat , cet.1 (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1996) hal. 336.

5
Sementara individualisme berasal dari kata individu yang mana
ada beberapa pengertian tentang Individualisme seperti:

 Secara umum adalah suatu sistem dari faham yang lebih menitik beratkan
individu dari pada aspek kolektivitas (“ajaran atau faham yang tidak
menghendaki adanya hak milik perseorangan, baik atas modal, tanah, maupun
alat-alat produksi semua harus dijadikan milik bersama, kecuali barang
konsumsi), baik dari sudut politik maupun dari sudut filsafat. Individualisme
meletakkan nilai sangat tinggi pada individu seseorang dengan individu yang
lain. Masyarakat diharapkan menunjang dalam memberikan kemerdekaan
perkembangan masing-masing individu tersebut.11
 Individualisme adalah paham yg menghendaki kebebasan berbuat dan
menganut suatu kepercayaan bagi setiap orang; paham yg mementingkan hak
per-seorangan di samping kepentingan masyarakat atau negara.12
 Teori pandangan yang menekankan individu yang bebas, atau kekuatan
pengarahan sendiri bagi setiap individu, paham pribadi yang menganggap diri
sendiri lebih penting dari pada orang lain.
 Dalam fisafat sosial merupakan pandangan mengenai masyarakat yang semakin
menekankan nilai individu, sehingga masyarakat menjadi semata-mata jumlah
individu-individu, tetapi tidak merupakan suatu keseluruhan atau kesatuan
nyata. Dalam pandangan ini hak dan kebebasan individu diandaikan hanya
dapat dibatasi oleh hak yang persis sama dari pribadi-pribadi lainnya dan bukan
oleh hubungan internal dengan komunitas. Dengan demikian, tatanan dapat di
mantapakan hanya bila kepentingan pribadi setiap individu menghasil sejenis
kerjasama atau harmoni. Namun dalam kenyataanya yang kuat melahaap yang
lemah.dan sebagai ganti masyarakat yang bebas muncullah penggunaan
kekuasaan tiranik dan tidak bertanggung-jawab dengan kedok kebebasan dan
kesamaan.[11] Dalam abad ke-19 bentuk individualisme macam ini ( dalam
politik disebut liberalisme ) sangat dominan baik dalam pemikiran sosial
maupun ekonomi dan kemudian merosot dan tidak di hargai.
 Dalam teori politik :
- Teori yang menyatakan bahwa urusan pokok dari semua kelompok politik
adalah untuk memelihara hak, menjamin kemerdekaan dan memperluas
perkembangan pribadi. Negara adalah sarana yang dipakai individu dalam
mencapai tujuan dan tidak pernah menjadi tujuan dalam dirinya sendiri.
Masyarlkat ada untuk kepentingan perseorangan.

11
Dr. Mochtar Effendy, S.E , Ensiklopedi Agama Dan Filsafat. Cet.1 (Palembang: PT.WIDYADARA,
2001) 453.
12
www.artikata.com/arti-330637-individualisme.html.

6
-Pemerintah tidak boleh mencampuri kepentingan individu kecuali
kepentingan itu menggangu individu yang lain.
- Pemerintah harus membiarkan individu mengarahkan dan mengatur diri
sendiri dan tidak boleh memaksa peraturan.13
 Didalam etika, individualisme berpendirian bahwa dasar kehidupan etis adalah
pribadi perorangan. Normanya adalah kepentingan pribadi perorangan.
Tujuannya adalah menjaga dan mengembangkan pribadi perorangan dan
kepentingannya. Cara yang ditempuh adalah memberi kebebasan sebesar-
besarnya kepada setiap orang dan menyediakan ruang yang seluas-luasnya
untuk inisiatifnya dalam perkara pribadi, sosial, ekonomi, politik, dan agama.
 Didalam ekonomi, suatu teori yang membela pendirian (individu) itu harus
bebas dari pengawasan pemerintah dan negara, dimana tujuannya adalah
mencari keuntungan yang sebesar-besarya sehingga dapat mensejahterakan
individu yang bersangkutan; atau sering disebut Kapitalisme.

Jadi secara garis besar individualisme adalah faham filsafat yang menitik
beratkan segala sesuatu pada individu atau dengan kata lain, faham
individualismemenegaskan bahwasanya semua orang mempunyai hak dan
kedudukan yang sama, dan mempunyai kesempatan yang sama pula dalam
mengejar kebahagiaan. Di buku “Islam Marxisme Liberalisme Nasionalisme”
dijelaskan bahwa Individualisme merupakan salah satu aliran filsafat yang
menempatkan individu sebagai pusat dan titik berat dari segala macam kehidupan
politik, agama, ekonomi dan sosial. Dan menurut Dagobert D Runes dalam
“Dictionary of Philosophy”, menjelaskanindividualisme hendaknya dibedakan
dari individualistis. Individualisme adalahsalah satu faham filsafat yang menempa
tkan kemerdekaan individu di atas segala-galanya. Sedangkan individualistis
adalah satu kata sifat yang dikenakan kepada seseorang yang mementingkan diri
sendiri.

Individualisme merupakan satu falsafah yang mempunyai


pandangan moral, politik atau sosial yang menekankan kemerdekaan manusia serta
kepentingan bertanggung jawab dan kebebasan sendiri. Seorang individualis akan
melanjutkan percapaian dan kehendak peribadi. Mereka menentang campur tangan
luaran dari masyarakat, negara dan sebarang badan atau kumpulan ke atas pilihan
pribadi mereka. Oleh itu, individualisme menentang segala pendapat yang
meletakkan matlamat sesuatu kumpulan sebagai lebih penting dari matlamat
seseorang individu yang dengan sendiri adalah asas kepada mana-mana badan
masyarakat. Pendapat-pendapat yang di tentang

13
Ali Mudhofir, Teori Dan Aliran Dalam Filsafat Dan Teologi, cet 1(Yogyakarta: GADJAH
MADA UNIVERSITY PRESS,1996) hal. 110.

7
termasuklah holisme, kolektivisme dan statisme, antara lain. Falsafah ini juga
kurang senang segala standard moral yang dikenakan ke atas seseorang kerana
peraturan-peraturan itu menghalang kebebasan seseorang.

Hubungan di antara individualisme dan egoisme telah menghasilkan satu


perdebatan yang hebat. Walaupun sesetengah individualis adalah juga egois,
mereka tidak menyatakan bahawa sifat mementingkan diri sendiri adalah sesuatu
sifat yang terpuji dengan sendirinya. Disebaliknya, mereka percaya yang
seseorang individualis tidak terikat kepada takat moral yang diguna pakai oleh
masyarakat dan individualis adalah bebas untuk mementingkan diri sendiri, hidup
dengan altruisme atau apa-apapun cara hidup yang mereka gemar. Yang lain pula
mengatakan bahawa matlamat individualisme tidak mementingkan diri sendiri
jika mereka tidak mengacam orang lain. Ada pula seperti Ayn Rand yang
menekankan relatifisme moral dan yang sifat mementingkan diri sendiri adalah
satu sifat terpuji.14
C. Sejarah
Faham Individualisme muncul bersamaan dengan mulainya abad
renaissence. Maka kemunculannya tidak jauh dari sebab yang melatar belakangi
kemunculan zaman Renaissence; yaitu pengekangan akan hak-hak individu,
bedanya individualisme lebih condong muncul akibat pengekangan negara terhadap
hak-hak individu, pemerintah yang semena-mena, dan pengaruh dari pikiran
Rousseau, Locke, Hobbes, dan Montesque pada bidang politik sosial.

Sejarah manusia mengenal Revolusi Perancis (1789- 1793) yang dipandang


sebagai puncak kegelisahan dari rakyat yang tertindas dan dirampas hak miliknya.
dengan dendam yang sangat dalam dan kemarahan yang sangat luar biasa, mereka
menghancurkan Universalisme yang mengikat batang leher mereka selama ini.
Namun, akibatnya buruk. Bukan saja mereka memusuhi kaum agama dan feodal,
tetapi juga menjatuhkan nama suci Tuhan yang selalu dipergunakan sebagai kedok
kedua golongan diatas, yang semua itu tak lepas dari pemikiran individualisme.
Akibat dari pemerintahan yang sangat membatasi hak-hak individu inilah maka
mulailah orang memberontak, mulai dari perlawanan fisik sampai pemikiran.

Di perancis dan banyak kerajaan dan negara Eropa melakukan


pemerintahannya yang otoriter. Yang mana pada akhirnya atas ketidakpuasaan
itulah terjadi revolusi terhadap kerajaan. Semua itu tidak lepas dari
pemikiran Hobbes, Rousseau, John locke, Montesque yang memberi paham
tentang kontrak sosial. Dimana negara harus melindungi hak-hak individu.

14
https://ms.wikipedia.org/wiki/Individualisme

8
Jean Jacques Rosseau termasuk pemikir filsafat terkemuka di dalam
peradaban Eropa. Ia bersama Thomas Hobbes, John Locke, dan Montesquieu,
merupakan pemikir yang mengembangkan gagasan mengenai kontrak sosial, yaitu
ikatan antar individu terkait kehidupan politiknya.

Yang menarik dari Rosseau adalah ia adalah pemikir yang secara tegas
menggunakan istilah Kontrak Sosial (sebuah perjanjian antara rakyat dengan para
pemimpinnya, atau antara manusia-manusia yang tergabung di dalam komunitas
tertentu), dan ini merupakan hal unik mengingat pemikir lainnya tidak secara tegas
menggunakan istilah ini, melainkan menggunakan istilah compact atau covenant,
seperti halnya Thomas Hobbes dan John Locke. Sebenarnya Montesquieu tidak
pernah menggunakan istilah sejenis, namun apabila menelusuri pemikirannya
dalam The Spirit Of Law, maka esensi Hukum adalah penyatu individu,
masyarakat, dan negara.15
Maka dengan pemikiran Rousseau dan ketiga filosof inilah muncul paham
invidualisme, yang nanti akan menimbulkan banyak perselisihan dan faham baru,
entah yang menyetujui dan menentang pemikiran mereka.

D. Tokoh Individualisme
Banyak filsuf yang mempunyai corak individualis , tetapi itu semua tidak
lepas dari pengaruh besar dari beberapa tokoh filsuf terkenal yang sangat kental
akanindividualitasnya. Berikut beberapa tokoh yang dianggap besar pengaruhnya
dalam penyebaran faham ini.

 J.J rousseau
Seorang perancis yang menulis tentang politik, masyarakat, pendidikan,
dan seni. Dia berpangkal pada konsep megenai : Alam Murni”sebagai sumber
segala kebaikan. Semua yang tidak baik atau kurang sempurna disebabkan oleh
agama dan masyarakat, ilmu pengetahuan dan seni seperti yang diajarkan di
Akadami kesenian.
Manusia yang baik seperti manusia purba, karena mereka masih hidup pada
keadaan Murni, yang belum disesatkan, hidup berbahagia karena belum terkait pada
masyarakat. Dia menerangkan “asal usul masyarakat” sebagai akibat Contract
Social ( diterbitkan 1762 M , buku ini memiliki karakter yang sangat berbeda dari
sebagian besar tulisannya; ia sedikit memuat sentimentalis dan lebih mendekati
panalaran intelektua ). Oleh karena terpaksa guna kebutuhannya, manusia
itu menyerahkansebahagian kebebasannya kepada pimpinan masyarakat.
Mengenai bentuk Negara rousseau adalah merupakan bentuk dari kemauan

15
http://filsafat.kompasiana.com/2012/02/16/jean-jacques-rosseau-diskriminasi-atas-nama-
humanisme/.

9
umum. Kemauan umum terjadi karena adanya “kemauan-kemauan individual
mengadakan semacam kontrak. Kemauan Umum bukan penjumlahan belaka dari
kemauan-kemauan individual. Teori ini yang mengilhami Revolusi Perancis dan
muncul paham Liberalisme. Pada periode revolusi Prancis, Rousseau
adalah filsafat terpopuler di antara anggota Jacobin Club. Dia dimasukan sebagai
pahlawan nasional di Panthéon Paris, pada tahun 1794, enam belas tahun setelah
kematiannya.16
Dalam bukunya Rousseau social contract, ia mengatakan: “manusia terlahir
bebas, dan di mana-mana ia terbelunggu. Seseorang merasa sebagai tuan yag
berkuasa atas orang lain, namun keadaannya lebih menyerupai budak ketimbang
orang yang dikuasai”. Kebebasan merupakan tujuan nominal dari pemikiran
Rousseau, namun dalam kenyataannya kesetaraanlah yang dihargai dan yang dia
upayakan dengan mempertaruhkan kebebasan.
 Thomas Hobbes(1588-1679 M)
Thomas Hobbes lahir di inggris pada tahun 1588 M. Ia adalah putra dari
pastor yang membangkang dan suka berdebat. Keluarganya terpaksa lari dari
daerahnya akibat situsi yang kurang mendukung. Thomas Hobbes adalah sosok
yang cerdas, terbukti pada umur 6 tahun sudah menguasai bahasa yunani dan latin
dengan amat baik dan umur 15 tahun sudah belajar di Oxford University.17
Masterpiece hobbes yaitu Leviathan merupakan karyanya dalam filsafat
politik, karya tersebut sebagai upaya untuk menjustifikasi absolutisme penguasa
saat itu. Lebih dari itu, ia berusaha meletakkan fondasi teoritis bagi pemerintahan
yang absolute secara umum, baik monarki, kediktatoran, maupun parlemen.
Di dalam buku tersebut ia membahas tentang kontrak social, disebutkan
dalam bukunya bahwa manusia selalu berusaha mementingkan diri sendiri telah
menjadi prinsip dominan, keadilan tidak dikenal. Potret dunia seperti ini dilukiskan
bagai manusia adalah serigala, saling makan satu dengan lainnya.18
Belakangan, akhirnya tumbuh suatu kesepakatan antara lelaki dan
perempuan yang bernama kontrak sosial. Tujuannya adalah untuk keselamatan dan
keuntungan masing-masing. Mereka menyerahkan beberapa wewenang mereka
yang tidak terlalu besar kepada sang penguasa, raja yang memerintah bukan Tuhan
dalam urusan publik sesuai dengan kesepakatan umum. Dengan kesepakatan ini
akhirnmya manusia dilindungi ide keadilan. Keadilan disini adalah produk
kesepakatan bersama.

16
http://id.wikipedia.org/wiki/Jean-Jacques_Rousseau
17
Henry J. Schmandt, FilsafatPoltik, hal. 304-309.
18
Ali Maksum, PengantarFilsafat .....hal. 125.

10
Namun demikian, perlu kita lihat lagi konsep Hobbes tersebut, dan kita
tinjau beberapa sifat dari definisi kontrak sosial menurut Hobbes.
- Perjanjian yang ada bukanlah perjanjian ruler (penguasa) dengan ruled (yang
dikuasai/rakyat), tetapi kesepakatan diambil dari individu-individu untuk mengakhiri
keadaan alamiyah dan membentuk masyarakat sipil.
- Perjanjian dibuat oleh masing-masing individu yang terisolisir secara alamiah dan
anti-sosial.
- Orang yang terlibat dalam perjanjian tersebut merupakan konsekuensi dari kedaulatan
daripada sumber kedaulatan.
- Tidak ada kebulatan suara dalam kontak sosial versi Hobbes.
Sebagai catatan akhir, teori Hobbes menunjukan konsekuensi logis dari
pandangan anti-tradisional bahwa manusia tidak mempunyai disposi untuk
menempatkan keinginan dan dorongannya di bawah prinsip rasional. Akal dan
pikiran hanyalah instrumen, bukan penetu menang-kalah. Terlepass dari
kecendrungan absolutisme, Hobbes merupakan pelopor individualisme modern dan
ia menghilangkan segala bentuk standarisasi utilitarian dan pragmatisme. Filsafat
sosial yang dirumuskan berakhir dengan menghapuskan kewajiban-kewajiban
moral dari wilayah politik. Dalam filsafat politik Hobbes terasa kental dengan
individualitasnya. Fahamnya telah banyak memengaruhi banyak murid dan filsuf
lainnya. Beliau meninggal pada tahun 1679.
 John Locke (1632-1704)
Locke lahir di inggris pada tanggal 29 agustus1632 M di Wrington, dekat
Bristol dan meninggal pada 28 Oktober 1704 M. Ayahnya adalah seorang
pengacara yang berjuang di pihak parlemen melawan Raja Charles 1. Locke sendiri
sepanjang hidupnya juga membela sistem parlementer. Ia mendapat pendidikan
klasik dengan disiplin ketat di Weestminster school dari tahun 1646-1652, ketika ia
berpindah ke Crist Church, Oxford. Ia merasa bahwa pendidikan di Westminster
terlalu berorientasi ke massa lalu. Demikian juga di Oxford, ia menjadi benci pada
pendidikan yang terpaku pada bentuk skoalistik. Minatnya akan filsafat timbul
karena membaca secara pribadi karya Descartes dan bukan karena pengajaran di
Oxford. Ia menyelesaikan B.A pada tahun 1656, dan M.A. pada tahun 1658. Pada
tahun 1659 Locke ditunjuk sebagai Senior Student di Oxford. Posisi itu dipegang
sampai tahun 1684 ketika ia harus berhenti karena alassan politik.19

19
A.Widyamartaya, Kuasa Itu Milik Rakyat, (yogyakarta: KANISIUS 2002) hal. 06-07.

11
Pada tahun 1675 ia pergi ke paris sampai tahun 1680. Selama di paris ia
bertemu dengan para pengikut Descartes dan ia banyak mendapat pengaruh dari
Gassendi (1592-1655). Ketika di parislah ia berfilsafat dalam hal politik, dan mulai
mengkonsep tentang kontrak sosial.
Tulisan Locke yang terpenting adalah Eassy Concerning Human
understanding (terbit 1690 M), bersamaan dengan itu Locke juga menerbitkan
karyanya dalam bidang politik, Two Treatises of Civil Goerments. Karya lainnya
antara lain, Some Thoughts Concerning Education (1695), The Reasonableness
of Christianity (1695) dan pada tahun 1989 ia menerbitkan secara anonim Letter
on Toleration.20
Locke menolak pandangan bahwa manusia punya sifat kodrat untuk saling
memangsa. Menurutnya, pada zaman dahulu, manusia menganut hukum-hukum
alam, dan ketika hukum-hukum alam bersifat terlalu mambatasi dan tidak mampu
mamaksakan otoritasnya terhadap individu, maka manusia membuat sebuah
kontrak sosial. Mereka memberikan sebahagian kecil haknya kepada institusi yang
mereka anggap representatif, yaitu negara. Negara sebagai bentukan masyarakat ini
dibuat untuk melindungi hak-hak warga negara. Negara tidak absolut, karena
individu hanya menyerahkan sedikit saja dari hak-haknya, yaitu “hak untuk
melakukan hukuman” terhadap orang yang melanggar hukum hasil konsensus
bersama.
Menurut Locke, hak-hak manusia adalah haknya sebagai pribadi dan, oleh
karena itu, tidak dapat diserahkan kepada orang lain. Kekuasaan negara dibatasi
dengan tujuan pembentukannya. Negara tidak berkuasa absolut, ia adalah alat untuk
menjaga supaya hak-hak individu tetap dihormati, atau singkatnya negara adalah
“penjaga malam”. Teori ini mengharuskan negara menghormati hak-hak warganya.

 Montesquieu
Charles-Louis de Secondat, Baron de La Brède et de Montesquieu, atau
lebih dikenal dengan Montesquieu, adalah pemikir politik Perancis yang
hidup pada Era Pencerahan. Ia terkenal dengan teorinya mengenai pemisahan
kekuasaan yang banyak disadur pada diskusi-
diskusi mengenai pemerintahan dan diterapkan padabanyak konstitusi di seluruh d
unia. Ia lahir pada 18 januari 1689, ia mulai terkenal setelah menulis “Persian
Letters” pada tahun 1721, yang berupa satire atas politik dan kondisi sosial
Perancis.
Karyanya yang terpenting berjudul “The Spirit of Law”. Di dalam buku itu,
ia membagi sistem pemerintahan di dunia menjadi tiga, yaitu republik, monarki,
dan despotisme. Montesquie juga menyatakan ada hubungan antar iklim, geografi,

20
A.Widyamartaya, Kuasa Itu Milik Rakyat ..... hal. 07.

12
dan kondisi sebuah negara dengan bentuk pemerintahan di negara itu. Selain itu,
dalam buku ini beliau juga menyampaikan pendapatnya yang amat terkenal, yaitu
bahwa kekuasaan dalam pemerintah harus dibagi-bagi agar hak-hak dan
kemerdekaan individu dapat terjamin.
Catatan: walaupun masih banyak para Fisuf yang kental dengan
Individualisme, tetapi empat orang filosof inilah yang sangat berpengaruh dalam
penyebaran faham ini.

E. Aliran Pemikiran Filsafat Individualisme menurut para ahli


Istilah individualisme dan istilah yang setara seperti sosialisme dan isme-
isme yang lain lahir pada abad ke-19.
Individualisme pernah menjadi variasi nasional yang menarik, namun
variasi tersebut kini menyatu. Diikuti dengan revolusi Perancis, individualisme
hanya digunakan di Perancis untuk menandakan sumber pembubaran sosial dan
anarki dan juga tingginya kepentingan pribadi di atas kepentingan kolektif. Istilah
konotasi negatif kepada individualisme diciptakan oleh kaum pembangkang
Perancis, nasionalis, konservatif, liberal, dan sosialis, walaupun mereka memiliki
memiliki pandangan yang berbeda mengenai aturan sosial yang ingin diraih.
Di Jerman, paham keunikan individu (Einzigkeit) dan realisasi-diri secara
keseluruhan, yang juga merupakan gagasan individualitas kaum Romantic—
berkontribusi kepada pemujaan berlebihan kepada kepintaran pribadi dan kemudian
bertransformasi menjadi teori organis mengenai komunitas nasional.
Menurut pandangan paham ini, negara dan komunitas bukan merupakan
konstruksi artifisial yang dihasilkan menurut dasar kontrak sosial namun
merupakan kesatuan budaya yang unik dan menyeluruh.
Di Inggris, individualisme meliputi kaum antiagama (seperti kaum anti-
Gereja Inggris) dan liberalisme dalam berbagai jenis, termasuk di antaranya
pendekatan laissez-faire dan negara modern intervensionis. Di Amerika Serikar,
individualisme telah menjadi ideologi utama pada abad ke-19, yang menyatukan
pengaruh kaum Puritan Inggris Jeffersonianisme serta hak alamiah paham tersebut.
Individualisme Amerika Serikat adalah universalis dan idealis namun
memperoleh paham yang lebih keras karena dipengaruhi oleh elemen sosial
Darwinisme (seperti paham yang kuat yang menjadi pemenang). “Individualisme
kasar” yang digagas oleh Herbert Hoover saat pidato kepresidenan pada 1828—
berasosiasi dengan nilai tradisional Amerika seperti kebebasan pribadi, kapitalisme,
dan kekuasaan pemerintah yang terbatas.
Sebagaimana yang ditulis James Bryce (1907-13), duta besar Inggris untuk
Amerika Serikat dalam The American Commonwealth (1988), “Individualisme,
yang merupakan cinta kepada pihak swasta, dan kebangggan kebebasan pribadi

13
telah diangggap oleh penduduk Amerika bukan hanya sebagai pilihan pribadi yang
utama namun telah menjadi kepemilikan yang eksklusif dan tak biasa.”
Filsuf aristrokratis Perancis Alexis de Tocqueville (1805–59) menjelaskan
individualisme sebagai egoisme moderat yang mengatur manusia hanya untuk
lingkaran keluarga dan temannnya. Dengan meneliti kaya tradisi demokrasi
Amerika untuk Democracy in America (1835-49), Tocqueville menulis dengan
judul “setiap warga mengisolasi dirinya dari sekelilingnya dan menjauhkan diri dari
keluarga dan teman”, individualisme melemahkan “nilai kehidupan publik” di
mana nilai ini merupakan obat mujarab bagi individualisme. Bagi sejarawan Swiss
Jacob Burckhardt (1818–97) menandakan penyembahan pribadi privasi yang
digabungkan dengan kepentingan pribadi telah memicu “perkembangan pribadi
tertinggi” yang tumbuh pesat saat Renaisme Eropa.
Sosiologis Perancis Émile Durkheim (1858–1917) mengidentifikasi dua
jenis individualism: egoism utilitarian milik Sosiologis Inggris dan filsuf Herbert
Spencer (1820–1903), yang menurut Durkheim menurunkan nilai komunitas
menjadi hanya sebagai alat untuk produksi dan pertukaran uang.
Jenis kedua adalah rasionalisme Immanuel Kant (1972-1804), filsuf
Perancis Jean-Jacques Rousseau (1712–1788), dan Deklarasi Revolusi Perancis
mengenai Hak Warga Negara (1789) telah menjadi “dogma utama dalam otonomi
alasan dan alasan untuk kebebasan pribadi”. Ekonom Austria, F.A. Hayek (1899–
1992), yang lebih menyukai proses pasar, mencurigai campur tangan pemerintah
sebagai individualisme yang membedakan individualisme yang “benar” dan
“salah”.
Individualisme yang salah yang diartikan penulis Perancis dan Eropa
sebagai “kepercayaan yang berlebihan terhadap kekuatan pribadi” dan cakupan
rencana sosial yang efektif dan juga merupakan “sumber utama sosialisme
modern”; kebalikannya individualisme yang benar adalah individualisme yang di
dalamnya termasuk pemikir John Locke (1632–1704), Bernard de Mandeville
(1670–1733), David Hume (1711–76), Adam Ferguson (1723–1816), Adam Smith
(1723–90), dan Edmund Burke (1729–97).
Paham individualisme ini menggagas ide ”kolaborasi spontan orang-orang
bebas kadang dapat menciptakan hal yang di luar nalar pribadi” serta menerima
bahwa individu harus tunduk kepada “kekuatan masyarakat yang buta dan terlihat
tidak rasional.”
Aspek lain dari individualisme adalah diskusi dalammembedakan hubungan
kolektif dan individual. Diskusi tersebut berfokus kepada bagaimana perilaku
kelompok mengenai proses dan kejadian sosial skala besar itu dijelaskan.
Mengenai individualisme metodologis, filsuf Austria Karl Popper (1902–
94), menjelaskan bahwa penjabaran diskusi tersebut harus dijelaskan mengenai
fakta tentang individu tentang kepercayaan, keinginan, dan aksi. Individualisme

14
metodologis termasuk penjelasan faktor sosial yang tidak bisa dijelaskan secara
individualistis.
Contohnya adalah peneletian klasik Emile Durkheim mengenai tingkat
bunuh diri yang berbeda dalam klasifikasi sosial yang berbeda serta jumlah
pergerakan protes dalam sebuah atmosfer politik. Individualisme ontologikal
membedakan banyak hal yang melihat institusi dan kolektif sebagai “sesuatu yang
riil” contohnya adalah pandangan korporasi atau negara sebagai agen dan
pandangan peran birokratis mampu memengaruhi perilaku individu.
Diskusi lainnya yang muncul dalam bahasan individualime adalah
bagaiman objek yang berharga atau nilai (seperti kepentingan) dalam kehidupan
moral dan politik diartikan. Beberapan teoritekus, yang dikenal sebagai atomis,
berpendapat bahwa tidak ada suatu kepentingan yang bersifat umum atau komunal.
Ini juga berarti bahwa hanya ada kepentingan individu. Menurut pandangan
ini, moralitas dan politik hanya merupakan alat bagi individu untuk memenuhi
kepentingannya sendiri. Salah satu contohnya dalah konspepsi otoritas politik yang
diperoleh dari pembenaran “kontrak” hipotesis antar individu sebagaimana
dijelaskan dalam filosofi politis Thomas Hobbes (1588–1679). Paham lain adalah
dalam ekonomi atau bidang yang dipengaruhi ekonomi, kebanyakan institusi dan
hubungan sosial dapat dipahami sebagai perilaku sosial yang dimotivasi semata-
mata oleh kepentingan pribadi.
Individualisme sebagaimana yang dipahami Tocqueville, dengan fokus
kepada kesenangan pribadi, kuasa pribadi, dan penolakan keterlibatan publik dan
komunal, telah dikritisi dari berbagai sudut pandang baik itu dari pemikrian kiri dan
kanan serta pemikiran religius ataupun sekuler.
Kritik yang jelas dilontarkan oleh pihak komunitarisme yang menyamakan
individualism dengan narsisme dan egoisme. Demikian juga, pemikir republik—
yang menurut kekuasan yang lebih baik dipisahkan. Mereka merasa tergangu
dengan pemikiran bahwa individualism menghilangkan tingkat keterlibaran aktif
warga negara yang juga merusak institusi demokratis.
Individualisme juga dipahami untuk membedakan komunitas modern
dengan komunitas premodern dan non-Barat seperti India dan Cina di mana negara-
negara tersebut menganggap negara atau komunitas lebih tinggi dari individu dan
peran individu dalam ekonomi dan politik. Lebih jauh, peran mereka lebih
ditentukan oleh kasta atau kelas tertentu.(Steven M. Lukes).21

Diterjemahkan oleh Edwin Iskandar. Penerjemahan ini semata-mata untuk penyebarluasan


21

pengetahuan terkait dengan gerakan civic-Islam-Indonesia. Sumber resmi tulisan ini bisa dibaca
http://www.britannica.com/EBchecked/topic/286303/individualism

15
F. Perkembangan pemikiran filsafat Individualisme di
Indonesia
Dalam perkembangannya faham individualism berkembang menjadi faham
liberalisme, dan pada bidang ekonomi faham ini menimbulkan Kapitalisme. Dan
banyak aliran muncul sebagai perlawanan dari faham individualisme itu sendiri
antara lain Sosialisme, Nasionalisme, Marxisme.
Faham ini banyak mengilhami revolusi di berbagai benua. Akibat dari
paham/semangat individualisme melahirkan Revolusi Prancis tahun 1879 yang
bersemboyankan LIBERTY, EGALITY, FRATERNITY (kebebasan, persamaan,
dan persaudaraan), revolusi perancis menjadi dasar bagi lahirnya Demokrasi Barat
yang kemudian melahirkan ideologi Liberal untuk bidang politik dan Kapitalisme.
Dan pada zaman sekarang ia muncul sebagai HAM di mana negara harus
menghormati hak-hak setiap warga negara/individu dalam negara tersebut. Faham
ini lebih memunculkan masyarakat yang bergejolak karena, faham ini banyak
dimanfaatkan oleh banyak orang hanya untuk kepentingan pribadi dan mencari
keuntungan bagi dirinya sendiri.

G. Sikap Islam terhadap Individualisme


Islam bertolak pada tanggung jawab setiap muslim mengenai kewajibannya
terhadap Al-Kholiq, terhadap sesama manusia, terhadap keluarga, dan terhadap
makhluk lain. Islam mengajarkan kewajiban setiap orang untuk manusia lain yang
disebut Attakaful Ijtima’i (kewajiban sosial). Menurut Ibnu Hibban didalam
bukunya Miftahul Ulum; demikian banyak kewajiban sosial setiap muslim itu,
antara lain: menegakan keadilan, mengurus mu’amalah dengan baik, meninggalkan
kemudharatan, bertolong-tolongan (ta’awun) mawaddah (Cinta-mencintai sesama
manusia). Firman Allah : “mereka akan ditimpa kehinaan dimana saja berada,
kecuali mereka berpegang teguh kepada agama Allah dan Perdamain (cinta-
mencintai) sesama manusia” (Q.S.Ali Imran: 112). Sabda Rasul: “tidak beriman
salah seorang diantara kemu sebelum dia mencintai saudaranya seperti mencintai
dirinya sendiri” (Muttafaqun Alaihi).22
Dengan melihat faham individualism yang menitik beratkan segala sesuatu
pada individu membuat faham ini bertolak belakang dengan islam itu sendiri. Islam
melihat individu sebagai kesatuan dari masyarakat dan memiliki kewajiban
terhadap orang lain, yang mana semua itu bertolak dari kewajiban individu terhadap
Tuhannya, atau semuanya terpusat dari perintah Tuhan kepada individu sebagai
hamba-Nya. Sementara dalam faham individualisme individu menjadi pusat
dengan segala hal menjadi hak individu itu sendiri tanpa harus melihat manusia

22
Dr. Mochtar Effendy, S.E, Ensiklopedi Agama Dan Filsafat ..... hal. 453-454.

16
yang lain, karena setiap individu berhak atas kebebasan masing-masing. Bahkan
kebebasan itu sendiri terlepas dari apa yang diwajibkan dan diperintahkan Tuhan
atas setiap manusia.
Dengan hal yang seperti itu maka tidak dipungkiri lagi bahwasanya dengan
kebebasan yang ada menyebabkan manusia lupa akan kodratnya. Mereka merasa
terlepas dari segala hal yang memberatkan individu dalam hal apapun. Sementara
manusia dengan fitrahnya yang membutuhkan orang lain mulai ditinggalkan dan
mengakitbatkan ingin menang sendiri tanpa melihat orang lain. Sementara islam
dengan konsep individu sebagai hamba dan bagian dari masyarakat, mengharuskan
melihat segala tindakannya tanpa meninggalkan hak dan kewajibannya sebagai
hamba dan manusia.

17
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Benang merah yang dapat di ambil dari penjelasan di atas yaitu:
Aliran Pemikiran filsafat Sosial Individualisme merupakan paham yang
menekankan pada individu atau paham segala sesuatu “aku” sebagai sumbernya.
Pemikiran Individualisme ini lahir bersama dengan kejadian Renaissence di Eropa yang
dicetuskan oleh pemikiran pemikiran J.J Rousseau, dkk. Individualisme lahir karena
sistem pemerintahan pada waktu itu kurang memenuhi hak individu,aliran ini muncul
terutama ketika Rousseau mengungkapkan pikirannya tentang kontrak sosial (sebuah
perjanjian antara masyarakat dengan pemimpinnya atau perjanjian manusia yang
berada dalam komunitas tertentu).
Filsuf-filsuf yang kental akan Individualisme anatara lain; J.J rousseau, Thomas
Hobbes, John locke, dan Montesqueiu.
Aliran pemikiran filsafat ini berkembang menjadi liberalisme, Kapitalisme,
kesamaan gender, HAM.
Paham ini tidak sesuai denggan ajaran islam karena paham ini menitik beratkan dan
memusatkan segala sesuatu pada individu, sedangkan dalam ajaran Islam sendiri
terdapat Istilah Attakaful Ijtima’i (kewajiban sosial). Keterangan yang dijelaskan oleh
Ibnu Hibban didalam bukunya Miftahul Ulum; demikian banyak kewajiban sosial
setiap muslim itu, antara lain: menegakan keadilan, mengurus mu’amalah dengan baik,
meninggalkan kemudharatan, bertolong-tolongan (ta’awun) mawaddah (Cinta-
mencintai sesama manusia).

B. Saran
Saya berharap mahasiswa dan pembaca sekalian tidak merasa puas dengan
penjelasan yang ada pada makalah ini, tetapi terus mencari dan menggali literature
yang berkaitan dengan materi pada sumber-sumber lainnya.
Tentunya pada penulisan dan penyajian makalah ini memang jauh dari
kesempurnaan, sebagai manusia yang diciptakan saling membutuhkan terhadap
orang lain penyusun berharap adanya kritik atau saran yang bersifat membangun
guna perbaikan makalah selanjutnya.

18
DAFTAR PUSTAKA
 Bagus, Lorens. Kamus fisafat . PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. 1996.
 Effendy,Mochtar. EnsiklopediAgamaDanFilsafat. PT.WIDYADARA: Palem
bang. 2000.
 http://yasinganasti.blogspot.com/2015/11/saya-masih-peduli-agama-saya.html
 https://www.academia.edu/1366021/Individualisme_Kolektivisme_dan_Kejujuran
 https://ms.wikipedia.org/wiki/Individualisme
 http://www.civicislam.id/2015/07/memahami-individualisme.html
 digilib.uinsby.ac.id

Bahan bacaan :

 Emerson, Ralph Waldo (1847). Self-Reliance. London: J.M. Dent & Sons Ltd.
ISBN.
 Dumont, Louis (1986). Essays on Individualism: Modern Ideology in
Anthropological Perspective. Chicago: University Of Chicago Press. ISBN 0-226-
16958-8.
 Lukes, Steven (1973). Individualism. New York: Harper & Row. ISBN 0-631-
14750-0.
 Renaut, Alain (1999). The Era of the Individual. Princeton, NJ: Princeton
University Press. ISBN 0-691-02938-5.
 Rand, Ayn (1964). The Virtue of Selfishness. Signet Book. ISBN 0-451-16393-1.
 Shanahan, Daniel. (1991) Toward a Genealogy of Individualism. Amherst, MA:
University of Massachusetts Press. ISBN 0-870-23811-6.
 Watt, Ian. (1996) Myths of Modern Individualism. Cambridge: Cambridge
University Press. ISBN 0-521-48011-6.

Wikipedia.

19

Anda mungkin juga menyukai