Anda di halaman 1dari 11

ِ‫ٱلر ِح ِيم‬

َ ِ‫ن‬ِِ ‫ٱلر ۡح َٰم‬ َِ ِ‫ِب ۡس ِِم‬


َ ِِ‫ٱّلل‬
Ayat-ayat Tentang Dakwah

1. Q.S At-Taubah [9] : 71


ۡ ‫وفِوي ۡنه ۡونِع ِن‬
ِ‫ِٱل ُمنك ِر‬ ِ ‫ضِي ۡأ ُم ُرونِ ِب ۡٱلمعۡ ُر‬ ُ ۡ‫و ۡٱل ُم ۡؤ ِمنُونِو ۡٱل ُم ۡؤ ِم َٰنتُ ِبع‬
ٖۚ ۡ‫ض ُه ۡمِأ ۡو ِليا ٓ ُءِبع‬
َِ ‫ن‬
ِ‫ِٱّلل‬ ُۗ َ ‫سول ٖۚ ٓۥهُِأ ُ ْو َٰلٓئِكِسي ۡرح ُم ُه ُم‬
َِ ِ‫ِٱّللُِإ‬ َ ‫ِٱلزك َٰوةِوي ُِطيعُون‬
ُ ‫ِٱّللِور‬ َ ‫صل َٰوةِوي ُۡؤتُون‬ َ ‫ويُ ِقي ُمونِٱل‬
ٌ ‫ع ِز‬
ِ ِ‫يم‬ٞ ‫يزِح ِك‬
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka
(adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh
(mengerjakan) yang ma´ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat,
menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan
diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”
(Q.S At-Taubah : 71)
 Tafsir Jalalyn :
(Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan sebagian mereka
adalah menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh mengerjakan
yang makruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan salat, menunaikan zakat
dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh
Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa) tiada sesuatu pun yang dapat
menghalang-halangi apa-apa yang akan dilaksanakan oleh janji dan ancaman-Nya
(lagi Maha Bijaksana) Dia tidak sekali-kali meletakkan sesuatu melainkan persis
pada tempat yang sesuai.
2. Al-Mu’minun [23] : 73

ِ ِ‫ِص َٰرطِ ُّم ۡست ِقيم‬ ُ ‫ِوإِنَكِلت ۡد‬


ِ ‫عو ُه ۡمِإِل َٰى‬
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar menyeru mereka kepada jalan yang lurus
“(Q.S Al Mu’minun : 73)
 Tafsir Jalayn :
(Dan sesungguhnya kamu benar-benar menyeru mereka kepada jalan)
tuntunan (yang lurus) yaitu agama Islam.
3. Al-Fussilat [41] : 33
ۡ ‫يِمن‬
ِ ِ‫ِٱل ُم ۡس ِل ِمين‬ َٰ ‫ىِٱّللِِوع ِمل‬
ِ ِ‫ِص ِل احاِوقالِإِنَن‬ ِ ‫وم ۡنِأ ۡحس ُنِق ۡو اٗل‬
َ ‫ِم َمنِدعآِإِل‬
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada
Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk
orang-orang yang menyerah diri? (Q.S Fussilat : 33)
Tidak ada yang perkataannya lebih baik daripada orang yang mengajak
mengesakan Allah dan menaati- Nya serta berbuat baik, sembari mengatakan,
sebagai pengakuan atas akidah yang dipeluknya, "Aku benar- benar termasuk
dalam golongan orang yang mematuhi perintah-perintah Allah."
4. Al-Ahzab [33] : 46

‫ىِٱّللِِ ِبإ ِ ۡذنِ ِهۦِو ِسر ا‬


ِ ِ‫اجاِ ُّم ِن ايرا‬ َ ‫ودا ِعيًاِ ِإل‬
“Dan untuk jadi penyeru kepada Agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi
cahaya yang menerangi (Q.S Al Ahzab : 46)
Tafsir Jalalyn :
(Dan untuk jadi penyeru kepada Allah) untuk taat kepada-Nya (dengan
izin-Nya) dengan perintah-Nya (dan untuk jadi pelita yang menerangi)
sebagaimana pelita yang memberi petunjuk ke jalan agama Allah.
Tafsir Quraish Shihab :
Juga sebagai penyeru seluruh makhluk kepada agama Allah sesuai dengan
perintah-Nya. Kamu adalah penerang manusia dari jalan keraguan yang gelap.
5. Al-Maidah [5] : 79

ِ ِ‫كانُواِْٗلِيتناه ۡونِعنِ ُّمنكرِفِعلُو ٖۚهُِل ِب ۡئسِماِكانُواِْي ۡفعلُون‬


“Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka
perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu” (Q.S Al
Ma’idah : 79)
Ayat ini menjelaskan salah satu bentuk kedurhakaan mereka, khususnya ulama
dan cerdik cendekia mereka, sekaligus menjelaskan pertanyaan yang mungkin
muncul dalam benak, yakni bagaimana satu umat secara keseluruhan dapat
dikutuk? Ini dijelaskan dan dijawab dengan firman-Nya di atas
bahwa: mereka senantiasa dan sejak dahulu hingga kini tidak saling melarang
tindakan mungkar yang mereka perbuat, yakni tidak saling melarang mengulangi
perbuatan mungkar yang diperbuat oleh sebagian mereka. Sungguh amat buruklah
apa yang selalu mereka perbuat itu
6. At-Tahrim [66] : 6
ٓ
ٌِ‫اس ِو ۡٱل ِحجارة ُ ِعل ۡيهاِم َِٰل ِئكة‬
ُ َ‫َٰيٓأيُّهاِٱلَذِين ِءامنُواْ ِقُ ٓواْ ِأنفُس ُك ۡم ِوأ ۡه ِلي ُك ۡم ِن ااراِوقُودُهاِٱلن‬
ِ ِ‫ِٱّللِمآِأمر ُه ۡمِوي ۡفعلُونِماِي ُۡؤم ُرون‬
َ ‫صون‬ُ ۡ‫ َِٗلِيع‬ٞ‫ظِ ِشداد‬ٞ ‫ِغَل‬
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang
kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan” (Q.S At-Tahrim :
6)
(Hai orang-orang yang beriman, peliharalah diri kalian dan keluarga
kalian) dengan mengarahkan mereka kepada jalan ketaatan kepada Allah swt.
Allah Maha kasih sayang kepada para hamba-Nya. Jika Dia memberikan perintah,
pasti itu merupakan kebaikan dan bermanfaat, dan jika Dia memberikan larangan,
pasti itu merupakan keburukan dan berbahaya. Maka sepantasnya manusia
memperhatikan perintah-perintah-Nya.
Abdullah bin Mas’ud dan para ulama salaf berkata, “ Jika engkau
mendengar Allah Azza wa Jalla berfirman dalam Al-Qur’an “Hai orang-orang
yang beriman’, maka perhatikanlah ayat itu dengan telingamu, karena itu
merupakan kebaikan yang Dia perintahkan kepadamu, atau keburukan yang Dia
melarangmu darinya.”
kebaikan yang Allah perintahkan dalam ayat ini, adalah agar kaum
mukminin menjaga diri mereka dan keluarga mereka dari api neraka. Bagaimana
caranya? Abdullah bin Abbas berkata: “Lakukanlah ketaatan kepada Allah dan
jagalah dirimu dari kemaksiatan-kemaksiatan kepada Allah, dan perintahkan
keluargamu dengan dzikir, niscaya Allah swt akan menyelamatkanmu dari
neraka”. Maksudnya, ajarilah keluargamu dengan melakukan ketaatan kepada
Allah yang dengannya akan menjaga diri mereka dari neraka. Para ahli tafsir
mengatakan seperti yang kami katakan ini.”
(dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia) orang-orang kafir.

‫( والحجارة‬dan batu) seperti berhala-berhala yang mereka sembah adalah sebagian


dari bahan bakar neraka itu. Atau dengan kata lain, api neraka itu sangat panas
sehingga hal-hal tersebut dapat terbakar. Imam as-Syaukani berkata: “Yaitu api
neraka yang sangat besar, dinyalakan dengan manusia dan batu, sebagaimana api
yang lain dinyalakan dengan kayu bakar”[4]. Imam Ibnu Katsir berkata: “Yaitu
kayu api neraka yang dilemparkan ke dalamnya adalah anak-anak Adam, dan
batu, ada yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan batu adalah patung-
patung yang dahulu disembah (di dunia) berdasarkan firman Allah swt.
7. An-Nahl [16] : 125

ِ‫ِٱلحسن ِۖ ِة ِو َٰجد ِۡل ُهمِ ِبٱلَتِيِ ِهي ِأ ۡحس ٖۚ ُن ِ ِإ َن ِربَك‬


ۡ ‫ۡٱدعُِ ِإل َٰى ِس ِبي ِل ِر ِبك ِ ِب ۡٱل ِح ۡكم ِة ِو ۡٱلم ۡو ِعظ ِة‬

ِ ِ‫ُهوِأ ۡعل ُمِ ِبمنِض َلِعنِسبِي ِل ِهۦِو ُهوِأ ۡعل ُمِبِ ۡٱل ُمهۡ تدِين‬
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang
lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk (Q.S An-Nahl : 125)
Allah Ta’ala berfirman seraya memerintahkan Rasul-Nya, Muhammad
saw. agar menyeru umat manusia dengan penuh hikmah. Ibnu Jarir mengatakan:
“Yaitu apa yang telah diturunkan kepada beliau berupa al-Qur’an dan as-Sunnah
serta pelajaran yang baik, yang di dalamnya berwujud larangan dan berbagai
peristiwa yang disebutkan agar mereka waspada terhadap siksa Allah Ta’ala.

Firman-Nya: wa jaadilHum bil latii Hiya ahsanu (“Dan bantahlah mereka dengan
cara yang lebih baik,”) yakni, barangsiapa yang membutuhkan dialog dan tukar
pikiran, maka hendaklah dilakukan dengan cara yang baik, lemah lembut, serta
tutur kata yang baik. Yang demikian itu sama seperti firman Allah Ta’ala: “Dan
janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling
baik, kecuali dengan orang-orang dhalim di antara mereka,” dan ayat seterusnya.
Dengan demikian, Allah Ta’ala memerintahkannya untuk berlemah
lembut, sebagaimana yang Dia perintahkan kepada Musa as. dan Harun as. ketika
Dia mengutus keduanya kepada Fir’aun, melalui firman-Nya: “Maka bicaralah
kamu berdua dengan kata-kata yang lemah lebut. Mudah-mudahan dia ingat atau
takut.”

Firman Allah Ta’ala: inna rabbaka Huwa a’lamu biman dlalla ‘an
sabiiliHii (“Sesungguhnya Rabbmu, Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa
yang tersesat dari jalan-Nya,” )dan ayat seterusnya. Maksudnya, Dia mengetahui
siapa yang sengsara dan siapa pula yang bahagia. Hal itu telah Dia tetapkan di
sisi-Nya dan telah usai pemutusannya. Serulah mereka kepada Allah Ta’ala,
janganlah kamu bersedih hati atas kesesatan orang-orang di antara mereka, sebab
hidayah itu bukanlah urusanmu. Tugasmu hanyalah memberi peringatan dan
menyampaikan risalah, dan perhitungan-Nya adalah tugas Kami.

8. An-Nisa [4] : 63

ِ‫ضِع ۡن ُه ۡمِو ِع ۡظ ُه ۡمِوقُلِلَ ُه ۡمِفِ ٓيِأِنفُ ِس ِه ۡمِق ۡو اٗل‬ َ ‫أ ُ ْو َٰلٓئِكِٱلَذِينِيعۡ ل ُم‬


ۡ ‫ِٱّللُِماِفِيِقُلُو ِب ِه ِۡمِفأ ۡع ِر‬
‫ب ِل ا‬
ِ ‫يغا‬

"Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati
mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran,
dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka."
(QS.An-Nisa :63)
 Tafsir jalalain :
(Mereka itu adalah orang-orang yang diketahui Allah isi hati mereka)
berupa kemunafikan dan kedustaan mereka dalam mengajukan alasan (maka
berpalinglah kamu dari mereka) dengan memberi mereka maaf (dan berilah
mereka nasihat) agar takut kepada Allah (serta katakanlah kepada mereka tentang)
keadaan (diri mereka perkataan yang dalam) artinya yang berbekas dan
mempengaruhi jiwa, termasuk bantahan dan hardikan agar mereka kembali dari
kekafiran.
 Tafsir Quraish syihab
Orang-orang yang bersumpah bahwa mereka hanya menginginkan
kebaikan dan petunjuk itu, Allah mengetahui kebohongan serta hakikat yang ada
di dalam hati mereka. Oleh karena itu, jangan hiraukan ucapan mereka dan
ajaklah mereka kepada kebenaran dengan nasihat yang baik. Katakan kepada
mereka kata-kata yang bijak dan penuh arti, hingga merasuk ke dalam kalbu
mereka.
9. Al-Anfal [8] : 25

ِ ِ‫ب‬ ۡ ‫ِٱّللِشدِيد‬
ِِ ‫ُِٱل ِعقا‬ ۡ ‫ص ا ِۖةِو‬
َ ‫ٱعل ُم ٓواِْأ َن‬ َ ٓ ‫ِمن ُك ۡمِخا‬ ِ ُ ‫وٱتَقُواِْ ِف ۡتن اة َِٗلِت‬
ِ ْ‫صيب َنِٱلَذِينِظل ُموا‬

"Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-
orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras
siksaan-Nya."(QS.Al-Anfal : 25)
 Terjemah tafsir al-jalalain :
(Dan peliharalah diri kalian daripada siksaan) jika siksaan menimpa kalian
(ia tidak khusus menimpa orang-orang yang lalim saja di antara kalian) bahkan
siksaan itu merata kepada mereka dan selain mereka. Dan cara untuk memelihara
diri supaya jangan tertimpa siksaan ialah membenci penyebabnya, yaitu perkara
mungkar. (Dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaan-Nya) terhadap orang-
orang yang melanggar perintah dan larangan-Nya.
 Terjemah tafsir Quraishi syihab :
Lindungilah diri kalian dari dosa-dosa besar yang merusak tatanan
masyarakat. Jauhilah sikap enggan berjihad di jalan Allah, perpecahan, dan rasa
malas melaksanakan kewajiban melakukan amar makruf nahi munkar. Karena,
akibat buruk dosa itu akan menimpa semua orang, tidak khusus hanya orang yang
berbuat kejahatan saja. Yakinlah bahwa siksa Allah di dunia dan akhirat itu amat
keras.
10. Yasin [36] : 20-21
ۡ ْ‫ل ِي ۡسع َٰى ِقال َِٰيق ۡو ِم ِٱت َ ِبعُوا‬ٞ ‫اِٱلمدِين ِة ِر ُج‬
َ ‫ ِٱت َ ِبعُواْ ِم‬٢٠ِ ‫ِٱل ُم ۡرس ِلين‬
ِ‫نِٗل‬ ۡ ‫ِم ۡن ِأ ۡقص‬
ِ ‫وجآء‬
ِ ِ٢١ِ‫ي ۡسِلُ ُك ۡمِأ ۡج اراِو ُهمِ ُّمهۡ تدُون‬

Danِdatanglahِdariِujungِkota,ِseorangِlaki-lakiِdenganِbergegas-gegasِiaِ
berkata,ِ"Haiِkaumku,ِikutilahِutusan-utusanِitu,ِikutilahِorangِyangِtiadaِmintaِ
”.balasanِkepadamu;ِdanِmerekaِadalahِorang-orangِyangِmendapatِpetunjuk
(Q.S Yasin : 20-21)
IbnuِIshaqِdalamِriwayatnyaِyangِbersumberِdariِIbnuِAbbas,ِKa'bulِ
Ahbar,ِdanِWahbِibnuِMunabbihِtelahِmengatakanِbahwaِsesungguhnyaِ
pendudukِnegeriِtersebutِhampirِsajaِmembunuhِutusan-utuanِmereka,ِtetapiِ
telanjurِdatangِseorangِlaki-lakiِdariِpinggiranِkotaِyangِdatangِberlariِdenganِ
.cepatِuntukِmenolongِrasul-rasulِituِdariِancamanِkaumnya
Menurutِmerekaِbertiga,ِlelakiِtersebutِbernamaِHabib,ِseorangِtukangِ
tenunِdanِsakit-sakitan.ِSakitِyangِdideritanyaِadalahِlepra.ِDiaِseorangِyangِ
banyakِbersedekah,ِseparoِdariِhasilِkerjanyaِselaluِiaِsedekahkan,ِdanِdiaِ
adalahِseorangِyangِberpikiranِlurus IbnuِIshaqِtelahِmengatakanِdariِseorangِ
lelakiِyangِsenamaِdengannya,ِdariِAl-Hakam,ِdariِMiqsamِatauِdariِMujahid,ِ
dariِIbnuِAbbasِr.a.ِyangِmengatakanِbahwaِnamaِlelakiِyangِdisebutkanِdiِ
.dalamِsuratِYasinِadalahِHabib,ِdiaِmenderitaِpenyakitِlepraِyangِcukupِparah
As-SauriِtelahِmeriwayatkanِdariِAsimِAl-Ahwal,dariِAbuِMujlaz,ِbahwaِnamaِ
.lelakiِituِadalahِHabibِibnuِMurri
SyabibِibnuِBisyrِtelahِmeriwayatkanِdariِIkrimah,ِdariِIbnuِAbbasِr.a.ِyangِ
mengatakanِbahwaِnamaِlelakiِyangِdisebutkanِdiِdalamِsuratِYasinِadalahِ
HabibunِNajjar,ِlaluِlelakiِituِdibunuhِolehِkaumnya.ِAs-Saddiِmengatakan,ِ
.lelakiِituِadalahِseorangِtukangِcelupِkain
UmarِibnulِHakamِmengatakanِbahwaِHabibِadalahِseorangِuskup.ِ
Qatadahِmengatakan,ِiaِseorangِahliِibadah,ِyangِmenghabiskanِusianyaِuntukِ
.beribadahِdiِsalahِsatuِguaِyangِadaِdiِpinggiranِnegeriِtersebut
ْ ُ‫{قالِياِق ْو ِمِات َ ِبع‬
}‫واِال ُم ْرس ِلين‬
Iaِberkata,ِ"Haiِkaumku,ِikutilahِutusan-utusanِitu".ِ(Yasin:ِ20)
Diaِmenganjurkanِkepadaِkaumnyaِagarِmengikutiِparaِrasulِtersebutِyangِ
.datangِkepadaِmerekaِmemberiِperingatan

}‫{اتَبِعُواِم ْنِٗلِيسْألُ ُك ْمِأ ْج ًرا‬


ikutilahِorangِyangِtiadaِmintaِbalasanِkepadamu.ِ(Yasin:ِ21)
.Yakniِupahِsebagaiِimbalanِdariِpenyampaianِrisalahnyaِkepadaِmereka

}‫{و ُه ْمِ ُم ْهتد ُون‬


danِmerekaِadalahِorang-orangِyangِmendapatِpetunjuk.ِ(Yasin:ِ21)
MerekaِmendapatِpetunjukِdariِAllahِSwt.,ِkarenanyaِmerekaِmenyeruِkalianِ
.untukِmenyembahِAllahِsemata,ِtiadaِsekutuِbagi-Nya
11. Al-An’am [6] : 90

‫ن أ ْج ًرا عل ْي ِِه أسْئلُ ُك ِْم آل قُل‬ ِ ‫ِل ْلعال ِمينِ ِذ ْكرى ِإ‬
ِْ ِ‫ٗلَ ُهوِ إ‬

“Katakanlah: “Aku tidak meminta upah kepadamu dalam menyampaikan (Al


Qur`an)”. Al Qur`an itu tidak lain hanyalah peringatan untuk segala umat.” [Al
An’am : 90].
Karena, jika Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta upah, maka hal
itu akan menyebabkan umat menjadi keberatan dan menjauh. Syaikh
Abdurrahman bin Nashir As Sa’di t berkata di dalam tafsirnya: “Yaitu: Aku tidak
meminta pajak atau harta dari kamu sebagai upah tablighku dan dakwahku kepada
kamu; karena itu akan menjadi sebab-sebab penolakan kamu. Tidaklah upahku,
kecuali atas tanggungan Allah”. [Taisir Karimir Rahman, surat Al An’am : 90].

12. Ath-Thur [52] : 40

ِ‫ُّمثْقلُونِ َم ْغرمِ ِمن ف ُهم أ ْج ًرا تسْئلُ ُه ِْم أ ْم‬


“Ataukah engkau meminta upah kepada mereka sehingga mereka dibebani dengan
hutang”. [Ath Thur : 40].
Dakwah dengan tanpa meminta upah, itu merupakan bukti kebenaran
dakwah tersebut. Allah Azza wa Jalla mengisahkan tiga rasul-Nya yang diutus
bersama-sama, kemudian semuanya diingkari oleh kaum mereka.
13. Yusuf [12] : 108
ِ ‫ٱّللِ ِوما ِٓأن ۠ا‬
ِ‫ِمن‬ َِ ِ ‫س ۡب َٰحن‬ ِِۖ ‫صيرة ِأن ۠ا ِوم ِن ِٱتَبع ِن‬
ُ ‫ي ِو‬ ِ ‫ٱّللِ ِعل َٰى ِب‬ ُ ‫ل ِ َٰه ِذ ِِهۦ ِس ِبي ِل ٓي ِأ ۡد‬
َِٖۚ ِ‫ع ٓواْ ِ ِإلى‬ ِۡ ُ‫ق‬
ِ ِِ‫ۡٱل ُم ۡش ِر ِكين‬
“Katakanlah: ‘Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku
mengajak (mu) kepada Allah diatas bashirah (hujjah yang nyata), Mahasuci Allah,
dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik.” (QS. Yusuf: 108)

Allah berfirman kepada Rasul-Nya yang diutus kepada manusia dan jin,
memerintahkan kepadanya agar memberitahu kepada manusia bahwa inilah
jalannya, maksudnya adalah cara, jalan dan sunnahnya, yaitu dakwah kepada
syahadah bahwa tidak ada Ilah yang haq selain Allah yang Mahaesa tidak ada
sekutu bagi-Nya, dengan jalan itu dia mengajak kepada Allah berdasarkan bukti,
dalil, dan keyakinan.

la dan orang-orang yang mengikutinya menyerukan apa yang diserukan


oleh Rasulullah saw. berdasarkan kebenaran, keyakinan, dan argumentasi rasional
dan syari’at. Wa subhaanallaaHi (“Mahasuci Allah.”) Yakni Mahabersih, Maha-
agung, Mahabesar dan Mahakudus dari memiliki sekutu, atau penyetara, pesaing,
atau yang menyamai, atau anak, atau bapak, atau isteri, atau pembantu, atau
penasehat. Dia Mahasuci, Mahabersih, Mahatinggi dari semua hal tersebut
setinggi-tingginya.

13. Al-Hajj [22] : 67

ُ ‫ل ِأ ُ َمة ِجع ۡلناِمنس ًكاِ ُه ۡم ِنا ِس ُكو ِۖهُ ِفَل ِي َُٰن ِز‬
ِ‫عنَك ِفِيِ ۡٱۡل ۡم ِِٖۚر ِوِ ۡٱدعُِ ِ ِإل َٰى ِر ِب ِۖك ِ ِإنَك ِلعل َٰى‬ ِِ ‫ِل ُك‬
ِ ِ‫هُدا ىِ ُّم ۡست ِقيم‬

“Bagi tiap-tiap umat telah Kami tetapkan syari´at tertentu yang mereka lakukan,
maka janganlah sekali-kali mereka membantah kamu dalam urusan (syari´at) ini
dan serulah kepada (agama) Tuhanmu. Sesungguhnya kamu benar-benar berada
pada jalan yang lurus” (Q.S Al-Hajj : 67)

 Tafsir surat Al-Hajj ayat 67


Yang berbeda-beda dalam sebagian masalah, namun asasnya sama yaitu
tauhid (beribadah kepada Allah saja dan menjauhi sesembahan selain-Nya), dan
masing-masing syariat sama-sama menyeru kepada keadilan dan kebijaksanaan.

Yakni dalam masalah syariat, misalnya dalam penyembelihan, dengan


mengatakan, “Apa yang dibunuh Allah (yakni mati sendiri) lebih berhak kamu
makan daripada apa yang dibunuh kamu (dengan disembelih).”Atau seperti
perkataan, “Jual beli sama dengan riba,” dsb. Orang yang suka membantah seperti
ini jika maksudnya adalah hendak mencari petunjuk, maka perlu dikatakan
kepadanya, “Pembicaraan ini tergantung apakah anda mempercayai risalah atau
tidak? Jika tidak mempercayai, maka cukup sampai di sini dan berarti tujuan anda
membantah adalah untuk melemahkan dan mencari-cari kesalahan.” Oleh karena
itulah Allah memerintahkan Rasul-Nya untuk tetap mengajak manusia kepada
agama-Nya dengan hikmah dan nasehat yang baik, dan tetap meneruskan
dakwahnya baik mereka merintangi atau tidak, karena Beliau di atas jalan yang
lurus yang sampai ke tempat tujuan. Sama dalam hal ini firman-Nya, “Sebab itu
bertawakkallah kepada Allah, Sesungguhnya kamu berada di atas kebenaran
yang nyata.” (Terj. An Naml: 79)

Kalimat, “Sungguh, engkau (Muhammad) berada di jalan yang lurus” tedapat


petunjuk agar menjawab orang-orang yang membantah Beliau tentang masalah
syariat dengan akal, karena syariat sudah maklum baiknya, adil dan bijaksananya
berdasarkan akal dan fitrah yang masih sehat, dan hal ini dapat diketahui dengan
memikirkan perintah dan larangan yang rinci.

SUMBER :

https://alquranmulia.wordpress.com/2015/09/21/tafsir-ibnu-katsir-/

https://almanhaj.or.id/2713-tugas-dakwah.html/

Anda mungkin juga menyukai