14.08 | | 16 comments
Artinya : maka demi tuhanku, kami akan menanyakan mereka semua, tentang apa yang mereka
kerjakan dahulu.
Artinya : dan sangkakalapun ditiup maka matilah semua (makhluk) yang dilangit dan Dibumi
kecuali mereka yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sekali lagi(sangkakala itu) maka seketika
itu mereka bangun(dari kuburnya) menunggu (keputusan Allah.
Artinya : dan apa bila kamu melihat( keadaan ) disana(surga), niscaya kamu akan melihat berbagai
macam kenikmatan dan kerajaan yang besar
Artinya : kemudian sesungguhnya kamu, wahai orang-orang sesat lagi mendusta! pasti akan
memakan buah zaqqun maka akan penuh perutmu dangannya setelah itu kamu akan meminum
air yang sangat panas.
Artinya : dan kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat maka
Tidak seorangpun dirugikan walau sedikitpun; sekalipun hanya sebesar biji
Sawi, pasti kami akan mendatangkan (pahala). Dan cukuplah kami yang
Membuat perhitungan
Sirat yaitu jembatan yang akan dilewati oleh manusia setelah dihisab dan
ditimbang amal baik dan buruknya. Disini akan ditentukan manusia akan
masuk neraka atau surga.
Surga yaitu tempat balasan bagi orang yang beriman kepada Allah SWT..(Q.S.
Al Hajj : 23 )
Neraka yaitu tempat balasan bagi orang yang ingkar kepada Allah
SWT.“ (Q.S. Az Zumar : 32 )
Dalil Naqli
Naqli menurut bahasa adalah dari ( )نقل الشيءyakni mengambil sesuatu dari satu
tempat ke tempat lain, dan ( )نَقَلَة الحديثyakni mereka yang menuliskan hadist-hadist
dan menyalinkannya dan menyandarkannya kepada sumber-sumbernya.
· Naqli secara istilah identik dengan dalil-dalil yang di nukil atau di ambil dari Kitab
Allah yang Maha Mulya dan dari sunnah yang suci atau dalil-dalil yang diriwayatkan
kepada kita oleh perawi-perawi.
Diantara landasan utama ditetapkannya al-Qur'an dan sunnah sebagai dalil naqli
oleh para ulama adalah sebuah hadist Rasulullah saw: "Telah aku tinggalkan dua
perkara, yang apabila kalian berpegang kepada keduanya maka kalian tidak akan
tersesat : Kitab Allah (al-Qur'an) dan Sunnah Nabi-Nya".
· Namun ketika naqli dihubungkan dengan ilmu tafsir maka disebut tafsir bi al-
manqul atau bi al-ma'tsur, yaitu penafsiran al-Qur'an yang disandarkan kepada
riwayat-riwayat yang sahih secara tertib, atau dengan cara menafsirkan al-Qur'an
dengan al-Qur'an atau menafsirkannya dengan as-Sunnah atau menafsirkannya
dengan riwayat-riwayat yang di terima dari para sahabat atau para tabi'in, seperti
penafsirannya At-Thabari dan Ibnu Katsir.
Berikut ini dalil atau ayat Al-Qur'an yang menguatkan adanya hari akhir.
c. Al-Quran surat al-Maidah (5) ayat 69 : َارى َم ْن آ َمن َ ص َّ إِ َّن الَّذِينَ آ َمنُواْ َوالَّذِينَ هَادُواْ َوال
َ َّصابِؤُونَ َوالن
َف َعلَ ْي ِه ْم َوالَ ُه ْم َيحْ زَ نُون
ٌ صا ِل ًحا فََلَ خ َْو ِ ِباّللِ َو ْال َي ْو ِم
َ اآلخ ِر و َع ِم َل
Artinya : Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, Shabiin dan
orang-orang Nasrani, siapa saja (di antara mereka) yang benar-benar beriman
kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, maka tidak ada kekhawatiran
terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.(Q.S. al Maidah ayat 69)
Dalil Aqli
Kata 'aqli secara bahasa berasal dari kata bahasa Arab ()عقل: akal yang
mempunyai beberapa makna, di antaranya: ()الدية: denda, ()الحكمة: kebijakan, dan
()حسن التصرف: tindakan yang baik atau tepat.
· Secara istilah akal memiliki beberapa definisi diantaranya:
1. Cahaya nurani, yang dengannya jiwa bisa mengetahui perkara-perkara yang
penting dan fitrah.
2. Aksioma-aksioma rasional dan pengetahuan-pengetahuan dasar yang ada
pada setiap manusia.
3. Kesiapan bawaan yang bersifat instinktif dan kemampuan yang matang.
· Kata 'Aqli ketika dihubungkan dengan kajian ilmu-ilmu agama identik dengan
dalil-dalil yang berdasarkan akal fikiran manusia yang sehat dan obyektif, tidak
dipengaruhi oleh keinginan, ambisi atau kebencian dari emosi.
· Dan ketika 'Aqli dihubungkan secara khusus dengan disiplin ilmu tafsir, maka
disebut tafsir bi al-ma'qul atau bi ar-ra'yi, yaitu penafsiran al-Qur'an yang lebih
dititikberatkan kepada kemampuan akal fikiran yang sehat dan obyektif (ijtihad)
daripada disandarkan kepada periwayatan-periwayatan. Dalam hal ini seorang
mufassir akan menggunakan kemampuan akalnya (ijtihadnya) dengan bantuan ilmu-
ilmu bahasa Arab, ilmu qiraah, ilmu-ilmu Al-Qur'an, hadits dan ilmu hadits, ushul fikih
dan ilmu-ilmu lain untuk menerangkan maksud ayat dan mengembangkannya
dengan bantuan perkembangan ilmu-ilmu pengetahuan yang ada, sehingga
tersusunlah bentuk tafsir yang sesuai dengan masa dimana mufassir tersebut hidup.
Beberapa tafsir yang terkenal dalam bentuk ini antara lain: Tafsir Al-Jalalain, Tafsir
Ar-Razi, Tafsir Al-Baidhawi, dll.
· Syari’at Islam telah memberikan nilai dan urgensi yang amat tinggi terhadap
akal manusia, sebagaimana dapat dilihat pada beberapa point berikut ini:
1. Allah mengkhususkan penyampain kalam-Nya hanya kepada orang yang
berakal, karena hanya mereka yang dapat memahami agama dan syariat-Nya. Allah
swt berfirman:"…dan merupakan peringatan bagi orang-orang yang mempunyai
akal".
2. Syarat utama yang harus ada dalam diri manusia untuk dapat menerima taklif
(beban kewajiban) dari Allah swt yang berkenaan dengan hukum-hukum syari’at
Islam adalah akal. Oleh karena itu ketika ia kehilangan akalnya dikarenakan gila
misalnya, maka ia tidak tidak menerima taklif itu. Rasulullah saw bersabda: "Pena
(catatan pahala dan dosa) diangkat (dibebaskan) dari tiga golongan; orang yang
tidur sampai bangun, anak kecil sampai bermimpi, orang gila sampai ia kembali
sadar (berakal)".
3. Allah swt mencela orang yang tidak menggunakan akalnya. Misalnya celaan
Allah terhadap ahli Neraka yang tidak menggunakan akalnya. Allah swt
berfirman:"Dan mereka berkata: "Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan
(peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni Neraka yang
menyala-nyala".
21/01/2015
AuthorAyat Al Akrash
Kapan manusia akan meninggal? Akankah sesuatu itu akan berlanjut atau
terhenti? Hanya Dialah yang dapat mengetahuinya. Semua yang berjalan dan
bergerak di muka bumi ini berada di bawah pengawasan Allah SWT. Berjalan
dan berhentinya, serta hidup dan matinya jiwa, semuanya Allah jadikan di
balik itu semua penuh dengan berbagai hikmah.
Kiamat-kiamat kecil yang terjadi sepanjang perjalanan kehidupan manusia itu
semuanya sebagian ujian dan cobaan. Sebagaimana firman-Nya:
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu
dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan
hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (QS. Al-Anbiyaa: 35).
Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa prospek kehidupan seseorang di alam
baru (kubur/akhirat) sangat bergantung pada perbuatannya di dunia. Jika
baik, maka akan baik pula balasannya, begitulah sebaliknya. Untuk lebih dapat
memahami permasalahan pokok tersebut, maka berikut ini akan dipaparkan
dalil-dalil naqli (Al-Qur’an dan Sunah) dan aqli.
1. Dalil Al-Qur’an
Dalam Al-Qur’an banyak sekali terdapat ayat-ayat yang berhubungan
dengan fenomena kiamat kecil di antaranya adalah:
“Dan penghuni neraka menyeru penghuni surga: ‘Limpahkanlah kepada kami
sedikit air atau makanan yang direzekikan Allah kepadamu’. Mereka (penghuni
surga) menjawab: “Sesungguhnya Allah telah mengharamkan keduanya itu
atas orang-orang kafir. (Yaitu) orang-orang yang menjadikan agama mereka
sebagai main-main dan senda gurau, dan kehidupan dunia telah menipu
mereka sebagaimana mereka melupakan pertemuan mereka dengan hari ini,
dan sebagaimana mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami.” (QS. Al-A’raaf:
50-51).
“Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat kedustaan
terhadap Allah atau yang berkata: ‘Telah diwahyukan kepada saya’, padahal
tidak ada diwahyukan sesuatu pun kepadanya dan orang yang berkata: “Saya
akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah.” Alangkah dahsyatnya
sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada) dalam
tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat memukul dengan
tangannya, (sambil berkata): “Keluarkanlah nyawamu”. Di hari ini kamu
dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan karena kamu selalu
mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu
selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya.” (QS. Al-An’aam: 93).
“Di antara orang-orang Arab Badui yang di sekelilingmu itu ada orang-orang
munafik; dan (juga) di antara pendudukan Madinah. Mereka keterlaluan dalam
kemunafikannya. Kamu (Muhammad) tidak mengetahui mereka, (tetapi)
Kamilah yang mengetahui mereka. Nanti mereka akan Kami siksa kepada azab
yang besar.” (QS. At-Taubah: 101).
“Dan sesungguhnya kamu datang kepada Kami sendiri-sendiri sebagaimana
kamu Kami ciptakan pada mulanya dan kamu tinggalkan di belakangmu
(dunia) apa yang telah Kami karuniakan kepadamu; dan Kami tiada melihat
besertamu pemberi syafa’at yang kamu anggap bahwa mereka itu sekutu-
sekutu Tuhan di antara kamu. Sungguh telah terputuslah (pertalian) antara
kamu dan telah lenyap daripada kamu anggap (sebagai sekutu Allah).” (QS. Al-
An’aam: 94).
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang
teguh itu dalam kehidupan di dunia dan akhirat; dan Allah menyesatkan orang-
orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.” (QS. Ibrahim:
27).
2. Dalil Hadist
“Jika seseorang hamba telah diletakkan di dalam kuburnya dan para
sahabatnya telah meninggalkanya, serta ia mendengar suara pijakan sandal
mereka. Kedua malaikat tersebut berkata. “Bagaimanakah pendapatmu
mengenai Muhammad (Rasulullah SAW)?” Adapun orang mukmin, ia akan
menjawab: “Aku bersaksi bahwa dia hamba Allah, dan Rasul-Nya”, kemudian
dikatakan padanya: “Lihatlah kursimu di neraka, Allah telah menggantinya
untukmu dengan kursi dari surga.” Orang mukmin bisa melihat kedua kursi
tersebut, sedangkan kepada orang munafik atau kafir, malaikat bertanya pada
keduanya, “Bagaimanakah pendapatmu mengenai Muhammad?” Orang kafir
tersebut menjawab (dengan penuh rasa bingung), “Aku tidak tahu karena aku
tidak mengikutinya.” Kemudian ia dipukul dengan sebilah martil dengan
pukulan yang membuatnya berteriak histeris, sehingga sampai didengar oleh
makhluk-makhluk lain yang berdekatan dengannya (selain manusia dan
jin).” (Diriwayatkan Al-Bukhari, Muslim, An-Nasai, Abu Daud dan
Ahmad).
“Jika salah seorang dari kalian meninggal dunia, maka kursinya diperlihatkan
kepadanya pada saat pagi-sore hari. Jika ia termasuk ahli surga, maka ia akan
melihat jelas gambaran dirinya sebagai ahli neraka. Dikatakan kepadanya, “Ini
kursimu hingga Allah membangkitkanmu pada hari Kiamat.” (Al-Bukhari).
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, dari siksa neraka, dari
fitnah kehidupan, dari fitnah kematian, dan fitnah Al-Masih Dajjal.” (HR.
Bukhari).
“Sesungguhnya kedua orang yang berada di dalam kuburan tersebut sedang
disiksa. Hal tersebut bukanlah karena disebabkan dosa besar, melainkan salah
satu dari keduanya telah melakukan perbuatan provokator. Sedangkan yang
lainnya tidak mengenakan tutup ketika melakukan buang air kecil.” (HR.
Bukhari).
3. DALIL AKAL
Keimanan seorang hamba kepada Allah SWT, malaikat-malaikat –Nya, dan
akhir mengharuskannya pula beriman kepada siksa alam kubur,
kenikmatannya, dan apa saja yang terjadi di dalamnya. Sebab, itu semua
termasuk bagian dari perkara-perkara gaib. Jika seseorang memercayai
sebagian sesuatu, maka menurut akal ia harus mengimani sebagian lainnya.
Sumber: https://www.syahida.com/2015/01/21/1506/kiamat-kecil-sughra/#ixzz5NGvOyGkb
Follow us: @syahidacom on Twitter | syahidacom on Facebook