Anda di halaman 1dari 21

Analisa Kualitatif Ca Metode Uji Nyala

A. Tujuan : Membedakan unsur-unsur alkali dan alkali tanah dengan reaksi nyala

B. Dasar Teori
Setiap unsur mempunyai ciri serta karakteristik yang berberbeda, seperti logam-
logam kelompok alkali dan alkali tanah yang memberi beberapa warna yang khas jika
dibakar. Salah satu alasan warna yang khas ini muncul ialah karena konfigurasi atom-atom
itu karena tiap-tiap atom mempunyai konfigurasi yang berlainan dan karakteristik atau sifat-
sifat khas dari kelompok itu. Warna nyala dihasilkan dari reaksi kimia pergerakan elektron
dalam ion-ion logam yang ada dalam senyawa. Masing-masing perpindahan elektron ini
melibatkan beberapa energi dilepaskan sebagai energi sinar dengan panjang gelombang yang
khas. Panjang gelombang yang spesifik inilah yang menyebabkan perbedaan warna sinar
yang dihasilkan. Besarnya energi yang dihasilkan dari lompatan/perpindahan elektron ini
beragam antara satu ion logam dengan ion logam lainnya. Ini berarti bahwa tiap-tiap logam
akan mempunyai pola garis-garis spektrum yang berbeda dan menghasilkan warna nyala
yang tidak sama pula

D. Alat dan Bahan

 Plat tetes

 Kawat nikrom

 Lampu spirtus

 Gelas kimia

 HCl

 Batu gamping halus


E. Langkah Kerja
1. Tempatkan batu gamping halus pada plat tetes dengan menggunakan spatula
2. Masukkan HCl pekat ke dalam gelas kimia
3. Celupkan ujung kawat nikrom ke dalam HCl lalu bakar
4. Celupkan kembali ujung kawat nikrom ke dalam HCl kemudian ke dalam sampel batu
gamping halus yang akan diuji sehingga ada kristal yang menempel
5. Masukkan ujung kawat tersebut ke dalam nyala api, uji positif apabila nyala api
berwarna merah.
Analisa Kuantitatif Ca Metode Gravimetri

1. Tujuan Praktikum

Siswa mampu memahami dan menguasai teori analisis gravimetri.

2. Dasar Teori

Metode gravimetri untuk analisa kuantitatif didasarkan pada stokiometri reaksi pengendapan,
yang secara umum dinyatakan dengan persamaan:

aA + pP → Aa Pp

“a” adalah koefisien reaksi setara dari reaktan anlit (A), “p” adalah koefisien reaksi setara
dari reaktan pengendap (P) dan AaPp adalah rumus molekul dari zat dari zat kimia hasil
reaksi yang tergolong sulit larut (mengendap) yang dapat ditentukan bertnya dengan tepat
setelah proses pencucian dan penyaringan. Penambahan rektan pengendap P umumnya
dilakukan secara berlebih agar dicapai proses pengendapan yang sempurna.

Misalnya, pengendapan ion Ca2+ dengan menggunakan reaktan pengendap ion oksalat C2O42-
dapat dinyatakan dengan persamaan reaksi berikut :

Reaksi yang menyertai pengendap = Ca2+ + C2O42- (s)

Reaksi yang menyertai pengeringan =CaC2O4(5)→CaO(5)+CO2(9)+CO(g)

Cara gravimetri pada dasarnya dapat dilakukan dengan cara-cara berikut: Gravimetri cara
penguapan, gravimetri elektrolisa, dan gravimetri metode pengendapan.[1]

Gravimetri dalam ilmu kimia merupakan salah satu metode kimia analitik untuk menentukan
kuantitas suatu zat atau komponen yang telah diketahui dengan cara mengukur berat
komponen dalam keadaan murni setelah melalui proses pemisahan. Analisis gravimetri
melibatkan proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsur atau senyawa tertentu. Metode
gravimetri memakan waktu yang cukup lama, adanya pengotor pada konstituen dapat diuji
dan bila perlu faktor-faktor koreksi dapat digunakan.[2]

Dalam menghitung hasil analisa dibutuhkan faktor gravimetri. Dimana faktor gravimetri
adalah jumlah berat analit dalam 1gr berat endapan. Hasil kali dari endapan P dengan faktor
gravimetri sama dengan berat analit.

Presentase berat analit A terhadap sampel dinyatakan dengan persamaan :

% A = x 100%
Berat analit A = berat endapan P x faktor gravimetri

%A=

Faktor gravimetri dapat di hitung bila rumus kimia analit dari endapan diketahui dengan tepat.

Partikel hasil proses pengendapan ditentukan oleh proses nukleasi dan pembentukan nukleus.
Dalam analisa gravimetri harus selalu diupayakan agar terdapat endapan yang murni dan
partikel-partikelnya cukup besar sehinggamudah disaring dan dicuci.

3. Alat Dan Bahan

3.1 Alat

1.Gelas Beaker

2.Corong

3.Penangas

4.Gelas Ukur

5.Batang Pengaduk

6.Erlenmeyer

7.Pipe Tetes

8.Termometer

9.Neraca Aanalitik

10.Eksikator

11.Kaca Arloji

12.Tabung Reaksi

13. Mortal dan alu

14. Tisu

3.2 Bahan

1. HCl encer

2. Batu kapur
3. Amonium oksalat

4. H2O (aquades)

5. AgNO3

6. BaCl2

7. HNO3

4. Prosedur kerja

Batu Gamping

- Menimbang Batu Gamping yang telah halus sebanyak 0,2000 gram

- Menambahkan HCl encer hingga sampel larut

- Memanaskan pada penangas air hingga suhu 700 – 800C

- Mengendapkan dengan NH4C2O4 hingga sempurna

- Memanaskan kembali diatas penangas air ± 1 jam,

- Menyaring dengan kertas saring yang telah diketahui bobot kosongnya

- Mencuci endapan hingga bebas klor dengan menggunakan larutan

- Memanaskan dalam oven pada suhu 1000 – 1100C selama 1 jam

- Mendinginkan dalam eksikator,

- Menimbang kembali endapan


Uji Kualitatif Besi (Fe 3+)

A. Tujuan

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan adanya ion Besi pada sampel pasir

B. Dasar Teori

Tiap jenis ion, positif maupun negatif mempunyai sejumlah sifat khas misalnya:
ukuran, bentuk, muatan dan warnanya. Tiap ion bereaksi secara khas baik dalam bentuk
larutan maupun padatan. Pengetahuan mengenai ion-ion menyebabkan kita dapat mengenal
garamnya. Beberapa sifat utama dari ion ialah reaksi-reaksi kimia yang dapat digunakan
untuk mengidentifikasi ion tersebut.

Besi lebih reaktif daripada kedua anggota yang lain seperti halnya golongan triad-
triad lainnya, misalnya reaksi dengan asam non-oksidator maupun asam oksidator. Ion
besi(III) berukuran 6elative kecil dengan rapatan muatan 349 mm-3 untuk low-spin dan 232 C
mm-3 untuk high-spin, hingga mempunyai daya mempolarisasi yang cukup untuk
menghasilkan ikatan berkarakter kovalen. Semua garam besi(III) larut dalam air
menghasilkan larutan asam. Rapatan muatan kation yang 6elative tinggi (232 C mm-1)
mampu mempolarisasi cukup kuat terhadap molekul air sebagai ligan yang berakibat lanjut
molekul air yang lain sebagai pelarut dapat berfungsi sebagai basa dan memisahkan proton.

Besi adalah logam yang berasal dari bijih besi dan jarang ditemukan dalam keadaan
unsur bebas. Besi banyak digunakan untuk kehidupan manusia sehari-hari dan juga
mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Besi adalah logam paling melimpah nomor dua
setelah setelah alumunium. Bumi kita ini juga mengandung unsur Besi. Selain itu, besi juga
memiliki sifat fisika dan sifat kimia.

C. Alat
1. Tabung reaksi
2. Pipet Ukur
3. Labu ukur 25 ml
4. Pipet Tetes

D. Bahan
1. larutan FeSO4 0,1 M
2. larutan K3Fe(CN)6 (kalium heksa siano ferrat III) 0,1 M
3. larutan 0,1 M FeCl3
E. Prosedur Kerja

Ÿ 1. Dalam sebuah tabung reaksi, ambil larutan sampel sebanyak 1 ml, kemudian
tambahkan 5 tetes larutan 0,1 M K3Fe(CN)6 (kalium heksa siano ferrat III), terbentuknya
endapan biru tua (biru Turnbull) menandakan adanya ion Fe2+.

Ÿ 2. Dalam sebuah tabung reaksi, ambil larutan sampel sebanyak 1 ml, kemudian
tambahkan 5 tetes larutan 0,1 M K4Fe(CN)6 (kalium heksa siano ferrat II), terbentuknya
endapan warna biru-terang (biru Berlin) menandakan adanya ion Fe3+.
Uji Kuantitatif Kadar Besi pada Sampel Pasir Metode Spektrofotometri

F. Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan kadar besi (Fe) sebagai
kompleks tiosianat dalam sampel pasir dengan spektrofotometri UV-Vis.

G. Dasar Teori

Besi lebih reaktif daripada kedua anggota yang lain seperti halnya golongan triad-
triad lainnya, misalnya reaksi dengan asam non-oksidator maupun asam oksidator. Ion
besi(III) berukuran relatif kecil dengan rapatan muatan 349 mm-3 untuk low-spin dan 232 C
mm-3 untuk high-spin, hingga mempunyai daya mempolarisasi yang cukup untuk
menghasilkan ikatan berkarakter kovalen. Semua garam besi(III) larut dalam air
menghasilkan larutan asam. Rapatan muatan kation yang relatif tinggi (232 C mm-1) mampu
mempolarisasi cukup kuat terhadap molekul air sebagai ligan yang berakibat lanjut molekul
air yang lain sebagai pelarut dapat berfungsi sebagai basa dan memisahkan proton.
Besi adalah logam yang berasal dari bijih besi dan jarang ditemukan dalam keadaan
unsur bebas. Besi banyak digunakan untuk kehidupan manusia sehari-hari dan juga
mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Besi adalah logam paling melimpah nomor dua
setelah setelah alumunium. Bumi kita ini juga mengandung unsur Besi. Selain itu, besi juga
memiliki sifat fisika dan sifat kimia.
Spektrofotometri UV-Vis
Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spektrometer
dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang
tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang
diabsorbsi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi
tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi fungsi dari panjang
gelombang.
Panjang gelombang cahaya ultraviolet dan tampak jauh lebih pendek daripada
panjang gelombang inframerah. Satuan yang digunakan untuk memberikan panjang
gelombang ini adalah nanometer (1 nm = 10-9 m). Spektrum tampak terentang dari 400 nm
(ungu) ke 750 nm (merah), sedangkan ultraviolet berjangka dari 200-400 nm. Baik radiasi
ultraviolet maupun tampak berenergi lebih tinggi daripada radiasi inframerah. Panjang
gelombang cahaya ultraviolet atau tampak bergantung pada mudahnya promosi elektron.
Molekul-molekul yang memerlukan lebih banyak energi untuk promosi elektron, akan
menyerap pada panjang gelombang yang lebih pendek. Molekul-molekul yang memerlukan
energi yang lebih sedikit akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih panjang.
Senyawa yang tak menyerap cahaya dalam daerah tampak (yakni senyawa berwarna)
mempunyai elektron yang lebih mudah dipromosikan daripada senyawa yang tak menyerap
pada panjang gelombang ultraviolet.
Pasir adalah contoh bahan material butiran. Butiran pasir umumnya berukuran antara
0,0625 sampai 2 milimeter. Materi pembentuk pasir adalah silikon dioksida, tetapi di
beberapa pantai tropis dan subtropis umumnya dibentuk dari batu kapur.

H. Alat dan Bahan


1. Alat
 spektrofotometer UV-Vis
 neraca analitik
 gelas kimia 2000 mL
 300 mL dan 100 mL
 labu takar 50 mL dan 100 mL
 pipet skala 5 mL 10 mL dan 25 mL
 bulp
 botol semprot
 batang pengaduk
 pipet tetes
2. Bahan
 amonium tiosianat (NH4CNS) 0,02 M
 asam nitrat (HNO3) 4 M
 aquabides
 aquades
 padatan besi(III) klorida (FeCl3.6H2O) p.a
 sampel pasir

I. Prosedur Kerja

1. Preparasi Sampel

a. Sampel dimasukkan ke dalam beaker glass 250 ml


b. Menambahkan 20 ml HCL 1:1 dan 2.5 ml HNO3 Pekat
c. Mengaduk campuran dan didiamkan selama 1 minggu
d. Memanaskan Sampel
e. Menyaring Sampel
f. Mencuci endapan dengan Aquadest
g. Mengambil Filtrat
h. Filtrat diencerkan dengan menambakan aquadest hingga 100 ml
2. Pembuatan Larutan Baku Fe3+ 10-3 M
a. Menimbang padatan besi(III) klorida (FeCl3.6H2O) p.a menggunakan neraca
analitik.
b. Melarutkan dengan aquabides dan memindahkan ke dalam labu takar 100 mL.
c. Mengimpitkan dengan aquabides sampai tanda batas, menghomogenkan
larutan.
3. Pembuatan Larutan Sampel
a. Memipet 12 mL sampel A, B, C, D dan larutan blanko (aquabides), kemudian
memasukkan ke dalam labu takar 100 mL.
b. Menambahkan 2 mL HNO3 4 M ke dalam masing-masing labu takar.
c. Menambahkan 16 mL NH4CNS 0,02 M ke dalam labu takar 100 mL.
d. Menambahkan aquabides sampai tanda batas dan menghomogenkan larutan.
4. Pembuatan Larutan Standar Besi (Fe)
a. Memipet 2 mL, 4 mL, 8 mL, 12 mL, 16 mL dan 20 mL larutan baku besi (Fe)
10-3 M dan memasukkan ke dalam labu takar 100 mL.
b. Menambahkan 2 mL HNO3 4 M dan 16 mL NH4CNS 0,02 M ke dalam labu
takar.
c. Menambahkan aquabides ke dalam labu takar sampai tanda batas.
d. Mengimpitkan dan menghomogenkan larutan.

5. Pembuatan Kurva Standar


a. Mengoptimalkan alat UV-Vis.
b. Mengukur absorbansi larutan standar 2 x 10-5 M, 4 x 10-5 M, 8 x 10-5 M, 12 x
10-5 M, 16 x 10-5 M dan 20 x 10-5 M serta larutan sampel A,B,C,D dan larutan
blanko yang akan dianalisa.
c. Membuat kurva absorbansi terhadap konsentrasi dari larutan standar.
d. Menentukan kadar besi (Fe) dalam sampel

J. Perhitungan:
y = A + Bx
dengan :
y = Absorbansi terbaca
A = Intercept
B = Slope
X = konsentrasi
Uji Kualitatif Phospor

A. Tujuan

Mengetahui adanya fosfor dalam sampel dengan metode reaksi Kimia

B. Dasar Teori

Tiap jenis ion, positif maupun negatif mempunyai sejumlah sifat khas misalnya:
ukuran, bentuk, muatan dan warnanya. Tiap ion bereaksi secara khas baik dalam bentuk
larutan maupun padatan. Pengetahuan mengenai ion-ion menyebabkan kita dapat mengenal
garamnya. Beberapa sifat utama dari ion ialah reaksi-reaksi kimia yang dapat digunakan
untuk mengidentifikasi ion tersebut.

Fosfor ialah zat yang dapat berpendar karena mengalami fosforesens (pendaran yang
terjadi walaupun sumber pengeksitasinya telah disingkirkan).[1]

Fosfor berupa berbagai jenis senyawa logam transisi atau senyawa tanah langka
seperti zink sulfida (ZnS) yang ditambah tembaga atau perak, dan zink silikat (Zn2SiO4)yang
dicampur dengan mangan. Kegunaan fosfor yang paling umum ialah pada ragaan tabung
sinar katode (CRT) dan lampu pendar, sementara fosfor dapat ditemukan pula pada berbagai
jenis mainan yang dapat berpendar dalam gelap (glow in the dark). Fosfor pada tabung sinar
katode mulai dibakukan pada sekitar Perang Dunia II dan diberi lambang huruf "P" yang
diikuti dengan sebuah angka.

Unsur kimia fosforus dapat mengeluarkan cahaya dalam keadaan tertentu, tetapi
fenomena ini bukan fosforesens, melainkan kemiluminesens.

C. Alat
1. Pipet Ukur 10 ml
2. Pipet Tetes
3. Labu ukur 25 ml
4. Tabung Reaksi
5. Beaker Glass 250 ml
6. Penjepit Kayu

D. Bahan
1. Larutan Sampel
2. Larutan HNO3 6M
3. Amonium Molibdat

E. Prosedur

Ÿ 1. Ion Phosfat diuji dengan pembentukan endapan kuning dari senyawa Ammonium
Phosfo-molibdat [(NH4)3PO4.12MoO3].

Ÿ 2. Ke dalam sebuah tabung reaksi ambil 1 ml larutan Na3PO4 0,1 M, tambahkan 1 ml


larutan HNO3 6 M dan 1 ml (NH4)3MoO3 0,5 M. Aduklah campuran tersebut, selanjutnya
letakkan tabung reaksi ke dalam beaker gelas yang berisi air mendidih.

Ÿ 3. Setelah beberapa lama, maka akan terbentuk endapan yang berwarna kuning dari
Ammonium Phosfo-molibdat, menyatakan adanya phosfat.
Uji Kuantitatif Penetapan Kadar Fosfor dalam Sampel Pupuk NPK

A. Tujuan

Siswa dapat Menentukan kadar fosfor dalam Sampel Pupuk NPK dengan metode
spektrofotometri UV-Vis

B. Dasar Teori

Prinsip

Kadar P2O5 ditentukan secara kolorimetri, ortofosfat yang terlarut direaksikan dengan
ammonium molibdatvanadat membentuk senyawa kompleks molibdovanadat asam fosfat
yang berwarna kuning.

Pereaksi

- Pereaksi molibdovanadat

Larutkan 40 g ammonium Molibdat tetrahidrat, (NH4)6Mo7O24.4 H2O dalam 400 mL air


suling panas, kemudian dinginkan. Larutkan 2 g ammonium metavanadat dalam 250 mL air
suling panas, dinginkan lalu tambahkan 450 mL HClO4 70 %. Tambahkan larutan
ammonium molibdat sedikit demi sedikit ke dalam larutan ammonium metavanadat sambil
diaduk dan encerkan hingga 2 L dengan air suling.

- Larutan standar fosfat

Keringkan KH2PO4 murni (52,15 % P2O5) selama 2 jam pada 105o

Siapkan larutan yang mengandung 0,4 -1,0 mg P2O5/mL dengan interval 0,1 mg dengan cara
menimbang 0,0767; 0,0959; 0,1151; 0,1342; 0,1534; 0,1726 dan 0,1918 g KH2PO4 dan
encerkan masing-masing hingga 100 mL dengan air suling.

Siapkan larutan yang baru yang mengandung 0,4 dan 0,7 mg P2O5/mL setiap minggu.
- HClO4 70 – 72 %

- HNO3 p.a

C. Peralatan
- Neraca analitis
- Pengering listrik
- Lumpang porselin penghalus contoh
- Labu ukur 100 mL, 500 mL, 2 liter
- Corong Ø 7 cm
- Kertas saring Whatman 41
- Erlenmmeyer 500 mL
- Pipet volumetrik 5 mL, 10 mL, 15 mL dan 50 mL
- Pipet ukur 5 mL
- Gelas piala
- Spektrofotometer
- Pemanas

D. Bahan
- Ammonium Molibdat tetrahidrat, (NH4)6Mo7O24.4 H2O
- KH2PO4 murni (52,15 % P2O5)
- HClO4 70 %.
- Aquades
- Pupuk NPK

E. Prosedur Percobaan

Persiapan larutan contoh

- Timbang dengan teliti 1 g contoh yang halus, masukkan ke dalam gelas piala 250 mL;
- Tambahkan dengan 20 – 30 mL HNO3 p.a;
- Didihkan perlahan-perlahan selama 30 – 45 menit untuk mengoksidasi bahan yang
mudah teroksidasi, dinginkan;
- Tambahkan 10 – 20 mL HClO4 70 – 72 %;
- Didihkan perlahan-lahan sampai larutan tidak berwarna dan timbul asap putih pada
gelas piala, dinginkan;
- Tambahkan 50 mL air suling dan didihkan beberapa menit, dinginkan;
- Pindahkan dalam labu ukur 500 mL dan tepatkan dengan air suling sampai tanda tera
dan homogenkan;
- Saring dengan kertas saring Whatman No. 41;
- Tampung ke dalam erlenmeyer.

Prosedur Analisa

- Pipet 5 mL larutan contoh dan masing-masing larutan standar fosfat ke dalam labu
ukur 100 mL;
- Tambahkan 45 mL air suling, diamkan selama 5 menit;
- Tambahkan 20 mL pereaksi molibdovanadat dan encerkan dengan air suling hingga
tanda tera dan kocok;
- Biarkan pengembangan warna selama 10 menit;
- Lakukan pengerjaan larutan blanko;
- Optimasi spektrofotometer pada panjang gelambang 400 nm;
- Baca absorbansi larutan contoh dan standar pada spektrofotometer;
- Buat kurva standar;
- Hitung kadar P2O5 dalam contoh.

Perhitungan

dengan :
C adalah mg P2O5 dari pembacaan kurva standar

P adalah faktor pengenceran

W adalah berat contoh, mg

KA adalah kadar air, %

Menentukan kadar P dalam P2O5

62
% P = 142 × 𝑃2𝑂5

Ket :

62 = Atom Relatif P

142 = Molekul Relatif P2O5


Prosedur Ekstraksi Alumina Dari Tanah Liat

A. Tujuan : Siswa dapat mengekstraksi alumina dari tanah liat

B. Dasar Teori

Tanah merupakan suatu sistim lapisan kerak bumi yang tidak padu dengan ketebalan
beragam, berbeda dengan bahan-bahan dibawahnya, yang juga tidak baku dalam hal warna,
bangunan fisik, struktur susunan kimiawi, sifat biologi, proses kimia ataupun reaki-reaksi,
(MARBUT 1940). Menurut N.C BRADY (1974) bahwa tanah merupakan suatu tubuh alam
atau gabungan tubuh alam yang dapat dianggap sebagai hasil alam yang merupakan paduan
antara gaya pengrusakan dan pembangunan, yang dalam hal ini pelapukan dan pembusukan
bahan-bahan organik adalah contoh-contoh pengrusakan, sedangkan pembentukan mineral
baru seperti lempung tertentu serta lapisan-lapisan yang khusus merupakan proses-proses
pembangunan. Gaya-gaya atau kegiatan tersebut menyebabkan bahan-bahan dialam
membentuk tanah.
Tanah liat adalah salah satu dari jenis clay (lempung) yang warnaya putih kecoklat-
coklatan dan mempunyai kekerasan yang relatif rendah.Bahan mineral seperti pasir ,debu,
dan liat dalam susunan tanah yang penting bagi berbagai kehidupan dimuka bumi.4
Berdasarkan teori tentang pembentukan mineral liat yang dikembangkan oleh NOLL, pada
dasarnya mengenai perbedaan hasil pembentukannya adalah ditentukan oleh reaksi
lingkungan pembentuknya, yang dalam hal ini pada lingkungan yang beraksi asam akan
terbentuk mineral liat kaolinit, sedangkan pada lingkungan yang beraksi netral sampai basa
dan mengandung banyak magnesium akan terbentuk mineral liat Montmorillonit . Keduanya
memiliki sifat-sifat yang berbeda.
Selanjutnya dalam memperhatikan liat sebagai komponen tanah, maka kita harus
memperhatikan pula perbedaan antara bahan yang berukuran liat dan mineral liat.
1. Bahan berukuran liat meliputi semua bahan penyusun tanah berukuran 2 mikron

2. Mineral liat merupakan sekumpulan mineral berbentuk kristal, yang tersusun atas
aluminium silikat dengan beberapa logam tertentu sebagai pendukung atau pengantinya
Dengan demikian maka bahan berukuran liat meliputi mineral liat dan bahan-bahan lain yang
mendukung atau mengantikannya seperti bahan-bahan hasil pelapukan (perombakan),
oksidasi besi, oksida alumina dan bahan organik.5
Montmorillonit
Tersusun atas lapisan oktaeder dengan Al, Fe, Mg, Ni dan lapisan asam silikat. Sehubungan
sifatnya yang hidrofil dan mempumyai daya pertukaran basa yang tinggi maka mineral ini
berkemampuan mengembang dan mengerut yang besar
Kaolinit
Terdiri dari oksida alumina dan Tetrahedralsilika. Dengan terdapatnya ikatan hydrogen yang
kuat antara lapisan-lapisan dapat menyebabkan kaolinit tidak mengembang. Kemampuannya
dalam menyerap basa akan sangat berpengaruh oleh keadaan diatas, yang akibatnya daya
pertukaran kation rendah.
Pada dasarnya mineral liat silikat-Mg mengandung beberapa Fe dan Al.6 Tentang mineral Fe
dan Al oksihidrat daerah pembentukannya antara liat silikat dan liat Fe Al berbagi secara
terbaur. Ternyata tanah yang berwarna merah dan kuning sebagian dikendalikan oleh
berbagai tipe liat ini, ternyata pula mineral ini merupakan bentuk oksida yang mengandung
molekul air.yang rumus umumnya Fe2O3. xH2O dan Al2O3. xH2O. Dalam hal ini x
merupakan angka kuantitas hidratnya. Mineral-mineral liat kenyataanya bermuatan poitif
atau pun negatif dalam hal ini memungkinkan mineralnya berkemampuan mempertukarkan
anion diantara permukaan hidroksilnya. Jadi tanah liat terdiri dari alumina, hidrat silika,
magnesium oksida, besi dan lain- lain.

Bahan
1. Tanah liat
2. Asam sulfat
3. Aquades
4. NH4Cl
5. Indikator metil merah
6. NH4OH
7. NH4NO3 2%

Peralatan
1. Saringan
2. Pendingin Balik
3. Motor pengaduk
4. Pipet tetes
5. Gelas arloji
6. Kertas saring
7. Labu takar
8. Gelas beker
9. Krus porselin
10. Erlenmeyer
11. Timbangan neraca
12. Statif dan Klem
13. Termometer
14. Stopwatch

Tahap Penelitian dan Prosedur Analisa Hasil


Tahapan Pendahuluan
1. Bongkahan-bongkahan tanah liat dipecahkan
2. Tanah liat yang dipecahkan dikeringkan di udara terbuka

3. Tanah liat yang telah dikeringkan kemudian dihaluskan dengan ukuran 200 mesh.
Tahap Penelitian
1. Rangkai peralatan
2. Tanah liat yang telah dihaluskan sampai ukuran 200 mesh diambil seberat 5 gram lalu
dimasukkan kedalam labu leher tiga dan tambahkan asam sulfat dengan kadar 60 %
sebamyak 200 ml, dan panaskan campuran yang ada dibeaker glass sambil dilakukan
pengadukan
3. Setelah waktu yang diinginkan yaitu 40 menit tercapai (waktu dihiting mulai saat
mendidih), pemanasan dihentikan.
4. Campuran yang sudah dingin disaring, endapan dicuci dengan aquades panas sampai bebas
asam. Filtrat dan air pencuci diencerkan menjadi volume 500 ml dengan labu takar, larutan
ini disebut sebagai larutan induk.
5. Prosedur 2, 3, dan 4 diulangi dengan waktu pemanasan yang divariasikan yaitu untuk
waktu pemanasan 50 menit dan 60 menit
6. Prosedur 2,3, dan 4 diulangi dengan konsentrasi asam sulfat yang divariasikan yaitu untuk
konsentrasi 70 % dan 80 %.

Tahan Analisa
1. Ambil larutan induk 25 ml, masukkan kedalam beaker gelas, tambahkan 200 ml aquades
dan NH4Cl 5 gram serta beberapa tetes indikator
2. Lalu dipanaskan sampai mendidih
3. Larutan dinetralkan dengan beberapa tetes NH4OH sampai warna menjadi kuning
4. Endapan disaring dalam keadaan panas, dicuci dengan NH4NO3 2% panas
5. Endapan dan kertas saring dimasukkan kedalam krus porselin yang telah diketahui
beratnya
6. Kemudian dibakar pada suhu 800oC dengan Muffle. Timbang sampai berat Konstan.

Berat Al2O3 = x berat konstan 25 500


Dimana: 500 = larutan induk
25 = sample yang dianalisa

Anda mungkin juga menyukai