TERMOKROMIS
DOSEN PENGAMPU
Dr. Hari Sutrisno
NIP. 196704071992031002
OLEH
INDRY ARISKA
18708251006
KELOMPOK 4
A. Tujuan Praktikum
Untuk mengetahui efek termokromis pada senyawa kompleks pada
temperatur yang berbeda-benda.
B. Kajian Teori
Senyawa kompleks ialah suatu senyawa yang berhasil terbentuk dari ion
logam pusat dimana terdapat 1 atau bahkan lebih suatu ligan yang kemudian
akan mendonorkan elektron bebas yang berpasangan pada ion logam pusatnya.
koordinasinya 2,4, serta 6 sebagai contoh. Jika ion kompleks dimana ion
1. Alat
a) Spektrofotometer UV-Vis 1 set
b) Pembakar spiritus 1 buah
c) Kaki tiga 1 buah
d) Kawat kasa 1 buah
e) Termos es 1 buah
f) Termometer 1 buah
g) Neraca digital 1 buah
h) Tabung reaksi 3 buah
i) Erlenmeyer 100 ml 1 buah
j) Cawan 1 buah
k) Rak tabung reaksi 1 buah
l) Gelas ukur 50 ml 1 buah
m) Gelas ukur 10 ml 1 buah
n) Gelas beker 250 ml 1 buah
o) Pipet tetes 2 buah
p) Spatula 1 buah
2. Bahan
a) Kobalt (II) klorida heksahidrat atau CoCl3. 6H2O 1,19 gram
b) Aquades 10 ml
c) Aseton 40 ml
d) Es batu
e) Air
D. Cara Kerja
1. Menimbang kobal (II) klorida heksahidrad sebanyak 1,19 gram
2. Mengukur aquades sebanyak 10 ml dan Aseton sebanyak 40 ml
3. Melarutkan kobal (II) klorida heksahidrad, aquades, dan aseton kedalam
erlemenyer
4. Kemudian membagi larutan kedalam 3 tabung reaksi dengan jumlah larutan
yang sama. Tabung reaksi 1 diberi label suhu kamar, tabung 2 air es dan
tabung 3 air panas 70◦ C
5. Untuk tabung reaksi 1 (suhu kamar) untuk mengukur panjang
gelombangnya dan spektra absorpsi dengan spektrafotometer sinar tampak
6. Untuk tabung reaksi 2, memasukkan kedalam termos air es kemudia
melakukan hal yang sama yaitu mengukur panjang gelombang dan spektra
absorpsinya dengan alat spektrafotometer sinar tampak
7. Untuk tabung reaksi 3 memasukan tabung reaksi kedalam air yang telah
dipanaskan selanjutnya melakukan pengukuran seperti pada tabung reaksi 1
dan 2
λ (nm)
No Larutan CoCl2. H2O Warna Panjang Absorbansi
gelombang
1 511,46 0,653
Tabung I ( suhu kamar ) Violet
668,75 0,811
2 511,98 0,990
Tabung II ( dingin ) Merah muda
668,75 0,829
3 516,67 0,769
Tabung III ( panas ) Biru
670,31 1,484
F. Analisis Data
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh analisis data sebagai
berikut :
Tabung reaksi 1 (suhu kamar)
1. Energi penyerapan suhu pada puncak gelombang I (λ1= 511,46 nm)
𝑐
𝐸𝜆1 = ℎ
𝜆1
3𝑥108 𝑚/𝑠
𝐸𝜆1 = 6,62 𝑥 10−34 𝐽𝑠 ×
5,11 𝑥 10−7 𝑚
𝑬𝝀𝟏 = 3,89 x 10-19 J
−34
3𝑥108 𝑚/𝑠
𝐸𝜆1 = 6,62 𝑥 10 𝑎𝐽𝑆 ×
5,12𝑎𝑥 10−7 𝑚
𝑬𝝀𝟏 = 3,88 x 10-19 J
−34
3𝑥108 𝑚/𝑠
𝐸𝜆1 = 6,62 𝑥 10 𝐽𝑠 ×
5,17 𝑥 10−7 𝑚
𝑬𝝀𝟏 = 3,84 x 10-19 J
G. Pembahasan
Praktikum Termokromis dilakukan pada hari jumat 01 maret 2019.
Dimana praktikum ini bertujuan untuk mengetahui efek termokromis
senyawa komplek pada kobalt (II) heksahidrat (CoCl3.6H2O), saat berada
pada temperatur yang berbeda. Untuk mempercepat proses yang terjadi
senyawa kobalt tadi dicampurkan dengan aseton. CoCl3.6H2O yang mula-
mula berbentuk padatan yang berwarna merah ditambahkan aquades
sebanyak 10 ml tentunya CoCl3.6H2O tetap pada warna dasarnya yaitu merah
setelah CoCl3.6H2O dilarutkan aquades barulah kemudian dicampurkan lagi
dengan aseton dan terjadilah perubahan warna setelah pencampuran tersebut
yaitu menjadi warna violet.
Larutan yang telah dibuat kemudian dibagi menjadi 3 dan
ditempatkan pada temperatur yang berbeda-beda yakni temperatur kamar,
dingin, serta panas 70 ◦ C. Untuk tabung reaksi 1 pada suhu kamar dibiarkan
saja dan tentunya tidak akan mengalami perubahan warna lagi. Sementara
untuk tabung reaksi 2 dengan temperatur dingin ditempatkan pada termos
yang berisikan es batu selama beberapa menit kemudian diamati perubahan
warna yang terjadi. Sedangkan tabung reaksi 3 yang temperatur panas
diletakkan pada gelas kimia yang berisi air yang telah dipanaskan sehingga
suhunya naik 70 ◦ C dengan pembakar spiritus kemudian diamati perubahan
warna yang terjadi selama pemanasan terjadi.
Pemberian temperatur yang berbeda-beda pada larutan CoCl3.6H2O
ternyata menghasilkan perubahan warna yang berbeda. Pada temperatur
dingin larutan CoCl3.6H2O berubah warna menjadi merah muda sementara
pada temperatur panas menjadi warna biru. Perubahan warna yang berbeda
pada suhu tertentu inilah yang disebut dengan efek termokromis yang terjadi
pada larutan kobalt (II) klorida heksahidrat. Setelah ketiga larutan diamati
perubahan warna yang terjadi secara kasat mata kemudian dilanjutkan pada
proses menganalisis perubahan warna yang terjadi dengan menggunakan alat
Spekrofotometer UV-Vis. Dimana dengan alat ini dapat diperoleh nilai
panjang gelombang (λ) serta nilai absorbansinya. Berikut ini merupakan
hasilnya dari ketiga jenis tabung reaksi CoCl3.6H2O:
H. Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah didapatkan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Efek termokromis pada larutan kobalt (II) klorida heksahidrat perubahan
warna larutan dapat terjadi apabila larutan berada pada suhu yang
berbeda. Seperti yang telah dilakukan larutan CoCl3.6H2O disuhu kamar
berwarna violet, suhu dingin (rendah) berwarna merah muda dan pada
suhu panas (tinggi) berwarna biru.
2. Larutan CoCl3.6H2O yang ditempatkan pada suhu kamar menunjukkan
struktur kesetimbangan oktahedral [Co(H2O)6]2 dan tetrahedral [CoCl4]2-,
sementara pada saat larutan ditempatkan pada suhu dingin (rendah)
strukturnya oktahedral [Co(H2O)6]2+, sedangkan larutan yang
ditempatkan pada suhu panas (tinggi) struktur yang terlihat dominan
ialah tetrahedral [CoCl4]2-.
3. Semakin besar nilai panjang gelombang (λ) semakin kecil nilai energi
yang diserap Dimana nilai panjang gelombang (λ) berbanding terbalik
dengan nilai energi yang diserap.
I. Pertanyaan
1. Pada temperatur rendah, bentuk yang manakah dari senyawa kompleks di
atas yang dominan? Demikian juga pada temperatur kamar dan tinggi?
Jawaban:
a. Senyawa kobalt (II) klorida heksahidrat pada suhu dingin (rendah),
bentuk yang dominan ialah oktahedral [Co(H2O)6]2+ .
b. Senyawa kobalt (II) klorida heksahidrat (CoCl3.6H2O) pada suhu
panas (tinggi), bentuk yang dominan ialah tetrahedral [CoCl4]2-.
c. Senyawa kompleks Co(II) pada temperatur kamar, bentuk yang
dominan adalah keduanya yaitu oktahedral [Co(H2O)6]2+ dan
tetrahedral [CoCl4]2-.
2. Jelaskan fenomena pertanyaan No. 1 tersebut berdasarkan kekuatan ligan
Jawaban:
a. Pembentukan ion oktahedral [Co(H2O)6]2+ dan ion tetrahedral
[CoCl4]2- dalam pelarutan kristal CoCl3.6H2O dengan menggunakan
air kemudian ditambahkan dengan aseton terjadi karena adanya
penambahan aseton yang berfungsi menarik ligan air. Pada kondisi
kesetimbangan yaitu tepat pada saat terjadinya perubahan warna,
pergeseran kesetimbangan warna sangat sensitif dengan temperatur,
yaitu biru (ion tetrahedral [CoCl4]2-) pada saat pemanasan tetapi
menjadi merah muda (ion oktahedral [Co(H2O)6]2+) pada pada
pendinginan
b. Ligan merupakan anion (X- ; contoh: Cl-) atau molekul netral yang
terikat langsung dengan ion atau atom pusat. Pada ion kompleks
terjadi ikatan kovalen koordinat sehingga ligan-ligan yang terikat
inilah sebagai pendonor elektron ke atom pusat agar tetap stabil
(mencapai aturan oktet), maka ligan-ligan tersebut harus ada PEB-nya
(pasangan elektron bebas).
c. Kekuatan dari ligan diatas adalah : H2O > Cl-
J. Daftar Pustaka
Miessler, G.A. & Tarr, D.A. (2003). Inorganic chemistry (3rd ed.). Englewood
Cliffs. New Jersey: Prentice Hall.
Raymond Chang. (2005). Kimia Dasar Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Setelah dipanaskan