PERCOBAAN II
IDENTIFIKASI KALKON MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS
OLEH
ERLINA AZMI SIREGAR
20728251035
NIM : 20728251035
A. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan rf senyawa hasil sintesis.
2. Menentukan kemurnian senyawa hasil sintesis.
Alat :
a. Chamber
b. Plat KLT Bahan :
c. Pipet Kapiler a. Pelarut
d. Lampu UV b. Metanol
c. Aseton
e. Propipet
d. 2-Hidroksi benzaldehida
f. Tabung reaksi
e. Asetofenol
g. Erlenmeyer 50 ml
f. Etil asetat heksana
h. Gelas beker 50 ml
C. CARA KERJA
Dihitung Rf
3) 2-Hidroksibenzaldehida
Jarak tempuh sampel = 5
Jarak Tempuh eluen = 7
maka untuk nilai Rf :
Rf = 5/7
= 0,71
F. PEMBAHASAN
Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu analisis kualitatif dari suatu sampel yang
ingin dideteksi dengan memisahkan komponen-komponen sampel berdasarkan perbedaan
kepolaran. Kromatografi lapis tipis menggunakan fasa gerak berupa eluen, serta fasa diam
berupa plat dengan lapisan adsorben yang tidak mudah bereaksi misalnya silika gel, aluminium
oksida, atau selulosa. Prinsip dari KLT yaitu memisahkan sampel berdasarkan perbedaan
kepolaran antara sampel dengan pelarut yang digunakan. Larutan atau campuran larutan yang
digunakan dinamakan eluen. Semakin dekat kepolaran antara sampel dengan eluen maka sampel
akan semakin terbawa oleh fase gerak tersebut.
Pada percobaan KLT ini, pertama yang dilakukan adalah ambil sintesis hasil kalkon lalu
masukkan kedalam wadah yang bersih, setelah itu dilarutkan dengan menggunkan methanol.
Pemilihan pelarut metanol karena, pada sampel karena terdapat senyawa yang bersifat polar,
kepolarannya disebabkan oleh gugus –OH yang terdapat pada struktur kalkon. Sintesis kalkon larut
dalam pelarut-pelarut yang mempunyai kepolaran yang sama. Metanol memiliki kepolaran mirip
dengan sintesis kalkon sehingga cocok digunakan untuk mengekstrak sampel.
Sebelum dilanjutkan pada penotolan di plat KLT sebaiknya dicoba terlebih dahulu untuk
melihat apakah sudah bisa mengeluarkan noda yang kecil, karena jika noda yang keluar pada
pipa kapiler terlalu besar. Pada pelaksanaannya, hasil dari KLT tidak hanya berupa satu noda.
Namun dapat menghasilkan berbagai noda. Maka dari itu tiap hasil klt memberikan pola
tersendiri. Untuk mengidentifikasi jenis fraksi yang dapat dimurnikan bisa dilihat dari pola KLT
yang muncul, jika polanya mirip maka fraksi tersebut dianggap sama. Penggunaan fase gerak
dalam percobaan ini adalah etil asetat dan heksana (Perbanding 1:4). Selanjutnya plat KLT
dihitung panjang awalnya. Dilanjutkan dengan memberikan tanda batas atas dan bawah. Untuk
tanda batas bawah diberi jarak 1cm, sedangkan untuk batas atas diberi jarak 0,5cm. Perbedaan
jumlah batas atas dan bawah adalah karena agar eluen dan noda tidak tercampur. Sehingga syarat
untuk melakukan pemisahan pada KLT pada bagian bawah tidak menyentuh batas bawah plat.
Lalu masukkan plat KLT kedalam chamber dengan hati-hati (agar batas bawah tidak terkena
fasa gerak). Tunggu hingga noda bergerak menuju batas atas. Setelah plat KLT diangkat dari
chamber, kemudian dikeringkan. Untuk memperjelas noda sampel pada plat KLT, dimasukkan
kedalam alat lampu UV, dipanaskan dilihat menggunakan lampu UV. Setelah noda tampak, diberi
tanda dengan menggunakan pensil dan dilakukan pengukuran jarak fase gerak dan jarak noda dari
tempat penotolan. Nilai Rf untuk setiap warna yang timbul dihitung dengan rumus:
Rf = jarak sampel yang dianalisis / jarak tempuh eluen
Untuk nilai Rf yang baik adalah 0.3 – 0.8, pada percobaan ini kami mendapatkan nilai Rf
0.78, 0,68 dan 0,71. Nilai Rf merupakan perbandingan jarak yang ditempuh sampel dengan yang
ditempuh fase gerak. Nilai Rf merupakan derajat retensi suatu komponen dalam fase diam. Nilai
Rf yang besar menandakan bahwa senyawa tersebut memiliki daya pisah zat terhadap solvent
pada kondisi maksimum, sedangkan nilai Rf yang kecil menandakan bahwa solvent memiliki
daya pisah zat yang minimum. Bila nilai Rf sama maka senyawa tersebut memiliki ciri yang
sama, sedangkan jilka nilai Rf berbeda maka senyawa tersebut berbeda.
G. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan, pada sampel yang diamati (jarak eluen sintesis
kalkon = 5,5 cm, Asetofenon = 4,8 dan hidroksibenzaldehida = 5) dengan perhitungan rf sintesis
kalkon = 0,78, Asetofenon = 0,68 dan 2-Hidroksibenzaldehida = 071. Ini membuktikan bahwa nilai
rf yang diperoleh menandakan bahwa solvent memiliki daya pisah zat yang minimum.
H. DAFTAR PUSTAKA
Himawan, Herson Cahaya. 2012. Karakteristik dan Identifikasi Komponen Kimia
Rimpang Kunyit (Curcuma Domestica Val) Sebagai Inhibitor Bakteri Patogen.
Jurnal Fitofarmaka Vol 2 No.2 ISSN: 2087-9164
Khopkar, SM. 2009. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Universitas Indonesia
Rudi, L. 2010. Penuntun Dasar-Dasar Pemisahan Analitik. Kendari: Universitas
Haluoleo
Underwood. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga
Rukmana, Ir. Rahmat. 1994. Kunyit. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 1-25. Singh R dan Rai
B.2000. Anti Fungal Potential of some Higher Plants Against Fusarimudum
causing Wilt Disease of Cajanus Cajan Microbios. 02:165-173