Anda di halaman 1dari 12

PERCOBAAN I

ANALISIS KATION GOLONGAN I – II


I. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip analisis kualitatif senyawa organik
2. Mahasiswa dapat mengetahui jenis kation pergolongan
3. Mahasiswa dapat memahami prinsip spesifik untuk membedakan jenis
kation pada tiap golongannya

II. DASAR TEORI

Analisis kimia memegang peran penting dalam bidang farmasi, salah


satunya dapat digunakan untuk pemeriksaan obat – obatan. Kimia analisis
secara garis besar dibagi menjadi analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.
Analisis kualitatif membahas tentang identifikasi zat yang terdapat dalam suatu
unsur atau senyawa yang diujikan. Analisis kualitatif bertujuan untuk
memisahkan dan mengidentifikasi sejumlah unsur yang tidak diketahui. Dalam
analisis kuantitatif berhubungan dengan penerapan banyak zat yang tidak
diketahui. Analisis kuantitatif menggunakan pereaksi selektif dan spesifik
dalam pengujiannya, dengan menggunakan reaksi selektif ini maka akan
terlihat reaksi yang menunjukkan satu jenis kation atau anion saja yang
ditandai dengan terbentuknya endapan, terjadinya perubahan warna atau bau.
Dalam analisis kuantitatif juga akan menggunkan beberapa pereaksi
diantaranya adalah pereaksi golongan dan pereaksi spesifik, kedua pereaksi ini
digunakan untuk mengetahui jenis anion atau kation yang ada dalam suatu
larutan. Pereaksi spesifik ini nantinya akan berhubungan dengan reaksi spesifik
yang berhubungan dengan analisis kualitatif (Erviana et al., 2018).

Kation merupakan ion – ion yang bermuatan positif. Untuk tujuan


analisis kualitatif sistemik, kation dapat di klasifikasikan dalam lima golongan
berdasarkan sifat kation terhadap beberapa reagensia. Dengan memakai
reagensia golongan secara sistemik dapat ditentukan ada tidaknya golongan –
golongan ini untuk pemeriksaan lebih lanjut. Reagensia yang dipakai untuk
klasifikasi kation yang paling umum adalah asam klorida, hidrogen sulfida,
ammonium sulfida, dan ammonium karbonat. Ada beberapa beberapa
klasifikasi dari kation yang didasarkan atas apakah suatu bahan bereaksi
dengan reagensia akan membentuk suatu endapan atau tidak. Kation dapat
dianalisis dengan mudah dalam larutan berair. Dalam melakukan analisis
harus dilakukan secara sistematis dari golongan I sampai golongan V, karena
suatu larutan yang di analisis bisa saja mengandung lebih dari satu jenis kation
(Chang, 2005).
Analisis kualitatif dan kuantitatif unsur – unsur minor kation berupa
Li⁺, Na⁺, NH₄⁺ dan lain – lainnya, dalam berbagai sampel air adalah suatu
parameter untuk menentukan kualitas air karena didalamnya terdapat ion – ion
organik bermuatan positif yang merupakan ion yang paling umum senyawa
tersebut. Penjelasan diatas merupakan contoh penerapan analisis kualitatif dan
kuantitatif pada sampel air (Amin, 2016).

Kation dikelompokkan menjadi 5 (Lima) golongan berdasarkan


kelarutan dan suasana dalam pereaksi tertentu yakni golongan I (Perak) yang
mengendap dengan asam klorida, golongan II A (Tembaga) terdiri dari Cu, Cd,
Hg (II), Bi, Pb yang mengendap dengan sulfida suasana asam, golongan II B
(Arsen) terdiri dari As, Sb, Sn yang mengendap dengan sulfida suasana asam
yang larut dengan polisulfida. Golongan III A (Besi) terdiri dari Al, Cr, Fe (III), Mn
yang mengendap dengan senyawa hidroksida. Golongan III B (Seng) terdiri dari
Mn, Zn, Ni, Co dan mengendap dengan sulfida suasana basa. Golongan IV
(kalsium) terdiri dari Ca, Sr, Ba yang mengendap dengan karbonat dan oksalat,
serta yang terakhir yaitu golongan V (sisa) terdiri dari Na⁺, K⁺, NH₄⁺, tidak
mengendap dengan perekasi diatas dari golongan I sampai IV (Sulistriyarti,
2017).

Kation golongan I membentuk klorida – klorida yang tidak larut.


Namun PbCl₂ sedikit larut dalam air, karena itu timbal tidak pernah mengendap
sempurna bila ditambahkan dengan HCl encer kepada suatu cuplikan, ion
timbal yang tersisa itu diendapkan secara kuantitatif dengan H₂S dalam
suasana asam. Senyawa ionik dapat berasal dari bahan logam maupun non –
logam. Sebagian besar senyawa ionik dapat dapat larut dalam air, namun tidak
semua yang larut dalam air, bersifat ionik. Hal ini disebabkan karena molekul
air dapat menembus kristal atau kisi kristal sehingga memecah atau
melemahkan kekuatan elektrostatik yang kuat antara ikatan kation dan anion.
Ketika ikatan tersebut terbuka, maka suatu senyawa ionik akan menjadi larut
dalam air dalam keadaan ionisasi. Sedangkan dalam pelarut organik, senyawa
ionik ini tidak larut dalam pelarut organik seperti dalam eter, n – heksan,
alkohol maupun dalam pelarut oarganik lainnya(Fathonah et al., 2015).

Reaksi yang terjadi dalam metode analisis kualitatif dapat digolongkan


menjadi reaksi spesifik,reaksi sensitif, dan reaksi selektif. Kemudian analisis
kualitatif dapat dilakukan dengan dua macam cara yaitu reaksi kering dan
reaksi basah. Reaksi kering biasanya digunakan pada zat – zat yang bersifat
padat sedangkan reaksi basah digunakan pada zat – zat yang bersifat cair, yang
sebagian besar menggunakan air sebagai pelarutnya. Reaksi kering juga hanya
menyediakan informasi yang diperlukan dan bersifat jangka pendek sedangkan
reaksi basah dapat digunakan untuk analisis makro, semi makro, dan semi
mikro, sehingga akan lebih banyak keuntungan yang didapat misalnya reaksi
yang terjadi dengan cepat dan mudah dikerjakan. Perubahan yang terjadi pada
cara basah adalah tergantung endapan, perubahan warna pada larutan, dan
timbulnya gas, karena adanya tanda ini maka reaksi lebih mudah untuk
dikenali dan terjadi secara efisien dan cepat. Dari sini dapat diketehui reaksi
yang lebih baik (Day dan Underwood, 2002).

Ion merupakan kondisi yang sering dialami oleh sebagian atom


maupun senyawa, dimana pada keadaan ion tersebut suatu atom tersebut
menjadi bermuatan. Ion sangat banyak sekali ditemui dalam kehidupan sehari –
hari seperti pada garam yang merupakan senyawa NaCl dimana jika dilarutkan
dalam air, garam akan terlarut dan terionisasi menjadi Na yang bermuatan
positif dan Cl bermuatan negatif. Keadaan ion juga merupakan proses kimia
yang pada umumnya dihasilkan melalui reaksi kimia. Dalam kondisi tertentu,
suatu atom dapat kehilangan satu atau lebih elektron yang dimilikinya. Ketika
hal itu terjadi maka atom akan menjadi tidak lagi bermuatan netral, namun
menjadi bermuatan positif karena jumlah proton yang lebih banyak dari pada
elektron (Yunita et al., 2017).

Ion merupakan atom atau molekul yang memperoleh atau kehilangan


satu atau lebihelektron, sehingga jumlah elektron berbeda dengan jumlah
proton. Jika jumlah elektron lebih sedikit dari proton atau lebih sedikit dari
proton atau kehilangan elektron maka ion tersebut bermuatan poditif. Jika
jumlah ion elektron yang memperoleh elektron lebih banyak dari proton atau
menerima elektron, maka ion tersebut bermuatan negatif, zat yang terionisasi
pada umumnya memiliki sifat dan perilaku yang berbeda dari pada ketika zat
tersebut pada kondisi netral. Hal yang umum terjadi adalah suatu zat yang
berifat isolator atau non – konduktor akan menjadi konduktor, atau mampu
menghantarkan listrik zat tersebut terionisasi. Ketika suatu atom atau molekul
berubah menjadi ion, maka atom atau molekul tersebut menjadi sesuatu yang
sepenuhnya baru. Ketika suatu materi berada pada kondisi ion, maka materi
tersebut akan lebih relatif atau mudah bereaksi dengan zat lain. Hal ini karena
pada kondisi ion, suatu atom atau molekul memiliki energi yang lebih tinggi
sehingga cenderung akan bereaksi dengan zat lain yang berada disekitarnya
dan memungkinkan untuk terjadi reaksi. Dengan bereaksi atau berikatan
dengan zat lain, maka muatan akan menjadi netral kembali sehingga energi dari
materi itu akan lebih rendah atau lebih stabil (Zainudin et al., 2015).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan oleh praktikan mengenai
analisis kation golongan I dan II maka dapat diketahui bahwa kation adalah ion
yang bermuatan positif yang terbentuk ketika sebuah atom kehilangan satu
atau lebih elektron listrik positif karena lebih banyak memiliki proton dari pada
electron dan akan ditarik oleh anion yang bermuatan negatif. Prinsip
penggolongan kation berdasarkan atas perbedaan kelarutan dan suasana dalam
pereaksi spesifik atau reagensianya. kation golongan I disebut juga golongan
perak (Ag (I), Hg (I) dan Pb), yaitu kation yang mengendap dengan asam klorida
sedangkan kation golongan II terbagi menjadi dua golongan yaitu II A dan II B.
Golongan II A disebut sebagai golongan tembaga (Cu, Cd, Hg(II), Bi, Pb), yang
mengendap dengan sulfida dalam suasana asam dan golongan II B disebut
sebagai golongan Arsen (As, Sb dan Sn) yang mengendap dengan sulfida yang
larut dengan polisulfida dalam suasana asam.
Adapun hasil praktikum berdasarkan pengujian yang telah dilakukan
pada kation golongan adalah sebagai berikut :
1. Timbal Pb2+
No Pengujian Hasil Reaksi
1. HCl encer Endapan putih (+)
Pb(NO3)2(Aq) + 2HCl(Aq)
PbCl2(s) + 2HNO3(Aq)
2. H2SO4 Endapan putih(+) Pb(NO3)2(Aq) +H2SO4(Aq)
→PbSO4(s)+2HNO3(Aq)

3. K2CrO4 Endapan kuning(+) Pb(NO3)2(Aq) +K2CrO4(Aq)


→PbCrO4(s)+ 2KNO3(Aq)

4. KI Endapan kuning (+) Pb(NO3)2(Aq) + 2KI(Aq)


→Pb(I)2(s)+ 2KNO3(Aq)

Pb(NO3)2(Aq) + 2HCl(Aq) PbCl2(s) + 2HNO3(Aq)

Untuk pengujian kation timbal digunakan pereaksi berupa HCl encer


dan menghasilkan endapan berupa endapan putih. Hal ini sesuai dengan
literatur yang menyatakan bahwa jika suatu larutan yang mengandung kation
timbal ditambahkan dengan larutan HCl encer maka akan terbentuk suatu
endapan putih yang menunjukan adanya kation timbal didalamnya dan tidak
terdapat perubahan warna jika ditambahkan dengan larutan amoniak (Svehla,
1985).
Pb(NO3)2(Aq) + H2SO4(Aq) PbSO4(s)+ 2HNO3(Aq)

Untuk pengujian kation timbal digunakan pereaksi berupa H 2SO4dan


menghasilkan endapan berupa endapan putih. Hal ini sesuai dengan literatur
yang menyatakan bahwa jika suatu larutan yang mengandung kation timbal
ditambahkan dengan larutan H2SO4 maka akan terbentuk suatu endapan putih
yang menunjukan adanya kation timbal didalamnya (Svehla, 1985).

Pb(NO3)2(Aq) +K2CrO4(Aq) Pb CrO4(s) + 2KNO3(Aq)

Untuk pengujian kation timbal digunakan pereaksi berupa K 2CrO4 dan


menghasilkan endapan berupa endapan kuning. Hal ini sesuai dengan literatur
yang menyatakan bahwa jika suatu larutan yang mengandung kation timbal
ditambahkan dengan larutan K2CrO4 maka akan terbentuk suatu endapan
kuning yang menunjukan adanya kation timbal didalamnya (Svehla, 1985).

Pb(NO3)2(Aq) + 2KI(Aq) Pb(I) 2(s)+ 2KNO3(Aq)


Untuk pengujian kation timbal digunakan pereaksi berupa KI dan
menghasilkan endapan berupa endapan kuning dan apabila KI ditambahkan
dalam jumblah yang berlebih maka akan dihasilkan suatu larutan berwarna
jingga. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa jika suatu
larutan yang mengandung kation timbal ditambahkan dengan larutan KI maka
akan terbentuk suatu endapan kuning yang menunjukan adanya kation timbal
didalamnya (Svehla, 1985).
2. Raksa (I) (Hg2NO3)
N Pengujian Hasil Reaksi
o
1. HCl + NH4OH encer Bening (-) Hg2Cl2 + 2HCl 2HgCl +2HCl
2. Amoniak Bening (-) Hg2Cl2 + 2NH4 Hg2(NH3)2 + 2Cl-
3. NaOH 1 N Bening (-) Hg2Cl2 + 2NaOH Hg 2(OH)2 +
2NaOH
4. KI Bening (-) Hg2Cl2 + 2KI Hg2(I)2 + 2KCl

Hg2Cl2 (aq) + 2 HCl (aq) 2 HgCl(s) + 2 HCl (aq)

Untuk pengujian pertama kation Raksa (I) digunakan pereaksi berupa


HCl encer dan didapatkan hasil suatu larutan yang berwarna bening hal ini
tidak sesuai dengan literatur yang ada. Di dalam literatur dijelaskan jika suatu
larutan yang mengandung kation Raksa (I) ditambahkan suatu larutan HCl
encer maka akan terbentuk suatu endapan berwarna putih dan nantinya akan
berubah jika ditambahkan larutan NH 4Oh 6 N menjadi warna hitam. Adanya
hasil yang berbeda ini dapat disebabkan mungkin larutan sampel yang
digunakan yakni Raksa (I) telah terkontaminasi oleh zat atau bahan lai, bahkan
mungkin larutan sampel yang digunakan tidak mengandung Raksa (I) (Hg 2NO3)
sehingga hasil yang diperoleh berbeda dari hasil literatur yang sebenarnya
(Svehla, 1985).

Hg2Cl2 (aq) + 2 NH3 (aq) Hg2(NH3)2 (s) + 2 Cl- (aq)

Untuk uji coba kation Raksa (I) yang kedua digunakan pelarut berupa
amoniak dan diperoleh hasil larutan yang berwarna bening. Hasil ini tidak
sesuai dengan literature yang seharusnya yakni jika larutan yang mengandung
Raksa (I) diteteskan dengan larutan amoniak maka akan terbentuk suatu
endapan berwarna hitam. Hasil yang diperoleh praktikan berbeda dengan hasil
yang disebutkan di literature, hal ini dapat terjadi mungkin larutan sampel yang
digunakan bukanlah Raksa (I) melainkan zat lain. Sehingga hasil yang diperoleh
berbeda dengan literatur yang ada, karena seharusnya jika larutan sampel yang
digunakan memang mengandung kation Raksa (I) warnanya pasti akan berubah
membentuk endapan hitam (Svehla, 1985).

Hg2Cl2 (aq) + 2 NaOH (aq) Hg2(OH2) (s) + 2 NaCl (aq)

Untuk pengujian kation Raksa (I) yang ketiga digunkan pereaksi berupa
NaOH 1 N dan diperoleh hasil larutan yang berwarna orange. Hasil ini juga
tidak sesuai dengan literatur yang ada yakni seharusnya jika larutan yang
mengandung Raksa (I) diteteskan dengan larutan NaOH 1 N akan terbentuk
suatu endapan yang berwarna hitam. Hasil yang diperoleh praktikan berbeda
dengan hasil yang dijelaskan dalam literatur. Hal ini dpat disebabkan mungkin
larutan sampel yang digunakan bukanlah larutan Raksa (I) melainkan larutan
yang mengandung zat lain karena itulah hasilnya berbeda dengan literatur yang
ada. Bahkan mungkin dapat terjadi karena kurangnya ketelitian praktikan
selama praktikum berlangsung. Adapun reaksi yang terbentuk (Svehla, 1985).

Hg2Cl2 (aq) + 2 KI (aq) Hg2(I)2 (aq) + 2 KCl (aq)

Untuk percobaan uji kation Raksa (I) yang ketiga digunakan pereaksi
KI dan menghasilkan warna larutan putih. Hasil ini juga tidak sesuai dengan
literatur yang ada, seharusnya jika suatu larutan sampel yang mengandung
Raksa (I) ditambahkan pereaksi KI warnanya akan membentuk suatu endapan
berwarna hijau. Hasil yang diperoleh praktikan jauh berbeda dengan hasil yang
dijelaskan di literatur. Hal ini dapat terjadi mungkin karena larutan sampel
yang digunakan bukanlah smapel yang mengandung kation Raksa (I) tetapi
mengandung jenis kation atau zat lain. Sehingga hasil yang diperoleh akan
berbeda dengan hasil yang ada di literatur (Svehla, 1985).
3. Perak (Ag+)
N Pengujian Hasil Reaksi
o
1. HCl + Asam Endapan Putih AgNO3 + HCl AgCl + HNO3
Sitrat + Amoniak
2. KI Endapan Kuning AgNO3 + KI AgI + KNO3
Muda
3. Kalium Dikromat Endapan Coklat, 2AgNO3 + K2Cr2O7
Larutan Kuning Ag2Cr2O7 + 2KNO3
4. NaOH Endapan Coklat AgNO3 + NaOH AgOH +
NaNO3

AgNO3 (Aq) + HCl (Aq) AgCl (s) + HNO3 (Aq)

Uji coba katiom Perak yang pertama menggunakan pereaksi HCl yang
ditambahkan Asam Sitrat dan Amoniak dan didapatkan hasil berupa endapan
berwarna putih. Hasil ini sesuai dengan literatur yang ada yakni jika larutan
HCl ditambahkan ke dalam kation Perak akan menghasilkan endapan berwarna
putih yang menunjukan adanya kation Perak di dalamnya. Artinya percobaan
yang dilakukan praktikan ini berhasil (Svehla,1985).

AgNO3 (Aq) + KI (Aq) AgI (s) + KNO3 (Aq)

Untuk percobaan kation perak yang ketiga ini digunakan pereaksi KI


dan didapatkan hasil berupa endapan berupa warna kuning muda. Hasil ini
sesuai dengan literatur yang ada, yakni jika larutan sampel yang mengandung
kation perak ditambahkan pereaksi KI akan terbentuk endapan bewarna kuning
muda yang menunjukan adanya perak didalam larutan sampel (Svehla, 1985).

2AgNO3 (Aq) + K2Cr2O7 (Aq) Ag2Cr2O7 (s) + KNO3 (Aq)

Untuk percobaan kation perak yang ketiga ini digunakan pereaksi


kalium dikromat dan diperoleh hasil berupa endapan bewarna coklat dengan
larutan bewarna kuning. Hasil yang didapatkan sesuai dengan literatur yang
ada, yang artinya dalam larutan sampel yang digunakan memang terdapat
kation perak (Svehla, 1985).

AgNO3 (Aq) + NaOH (Aq) AgOH (s) + NaNO3 (Aq)

Untuk percobaan uji coba kation perak yang terakhir digunakan


pereaksi NaOH dan diperoleh hasil adanyan endapan bewarna coklat. Hasil
yang didapatkan sesuai dengan literatur yang ada yakni, jika suatu larutan
sampel ditambahkan NaOH dan terbentuk endapan bewrna coklat artinya
dalam larutan sampel tersebut terdapat kation perak, sehingga percobaan yang
dilakukan praktikan berhasil dan sesuai dengan literatur yang ada. Adapun
persamaan reaksi yang diperoleh dapat dituliskan sebagai berikut (Svehla,
1985).
Adapun hasil praktikum berdasarkan pengujian yang telah dilakukan
dilaboratoriumpada kation golongan II adalah sebagai berikut :
1. Tembaga (Cu2+)
No Pengujian Hasil Reaksi
1. Amoniak+ Endapan kebiruan CuSo4(Aq) + 2NH3(Aq)
amonium berlebih Endapan biru (-) Cu(OH)2(s) + (NH4)2So4(Aq)
2. NaOH Endapan biru (+) CuSo4(Aq) + NaOH(Aq)
Cu(OH)2(s) + Na2So4(Aq)

3. KI Endapan putih CuSo4 (Aq) + 2KI (Aq)


CuI2(s) + K2So4(Aq)
larutan coklat (+)

4. KCNS Endapan putih CuSo4 (Aq) + 2KCNS (Aq)


Cu(CNS)2(S) + K2So4(Aq)
Larutan kuning (-)

CuSo4(Aq) + 2NH3(Aq) Cu(OH)2(s) + (NH4)2So4(Aq)


Pada pengujian kation tembaga yang ditambahkan aminiak diperoleh
hasil adanya endapan bewarna kebiruan dan jika ditambahkan amoniak dalam
kadar berlebih warnanya tetap akan bewarna biru. Dan hasil yang didapatkan
untuk penambahan amoniak berlebih tidak sesuai dengan literatur. Yakni hasil
yang sesuai dengan literatur bewarna biru tua. Hasil ini dapat disebabkan
karena kurang telitinya praktikan dalam pengujian kation ini (Svehla, 1985).

CuSo4(Aq) + NaOH(Aq) Cu(OH)2(s) + Na2So4(Aq)

Untuk uji coba kation tembaga yang kedua digunakan peraksi NaOH
dan didapatkan hasil yang sesuai dengan literatur yang ada, Yakni
terbentuknya endapan bewarna biru. Artinya larutan tersebut mengandung
kation tembaga (Svehla, 1985).

CuSo4 (Aq) + 2KI (Aq) CuI2(s) + K2So4(Aq)

Untuk uji coba kation golongan II tembaga yang ketiga, digunakan


pereaksi KI dan didapatkan hasil adanya endapan bewarna putih dan larutan
bewarna coklat. Hasil yang didapatkan sesuai dengan literatur yang ada yakni
jika suatu larutan sampel ditambahkan KI dan terbentuk endapan coklat,
adanya larutan coklat artinya dalam sampel terdapat kation tembaga (Svehla,
1985).

CuSo4 (Aq) + 2KCNS (Aq) Cu(CNS)2(S) + K2So4(Aq)

Untuk uji coba kation tembaga yang terakhir digunakan pereaksi


KCNS dan terbentuk hasil berupa endapan putih dan larutan bewarna kuning.
Hasil yang diperoleh ini tidak sesuai dengan literatur, seharusnya endapan yang
terbentuk adalah endapan bewarna hitam. Perbedaan hasil ini dapat terjadi
dimana ada kemungkinan sampel yang digunakan tidak mengandung kantion
tembaga karena itulah hasilnya berbeda dengan dengan literatur (Svehla, 1985).
2. Bismut (BI3+)
No Pengujian Hasil Reaksi
1. Amoniak Endapan Bening Bi(NO3)3 + 3NH3 Bi(NH3)3 +
(-) NO3 -

2. NaOH Endapan Putih Bi(NO3)3 + 3 NaOH Bi(OH) 3


+ 3NaNO3
3. KI + Berlebih Hitam, Jingga Bi(NO3)3 + 3KI Bi(I) 3 +
3KNO3

Bi(No3)3(Aq) + 3NH3(Aq) Bi(NH3)3(s) + NO3-(Aq))

Untuk pengujian kation Bismut digunakan pereaksi berupa NH 3dan


menghasilkan endapan berupa endapan putih. Hal ini sesuai dengan literatur
yang menyatakan bahwa jika suatu larutan yang mengandung kation Tembaga
ditambahkan dengan larutan NH3 maka akan terbentuk suatu endapan putih
yang menunjukan adanya kation Bismut didalamnya (Svehla, 1985).

Bi(No3)3(Aq) + 3NaOH(Aq) Bi(OH)3(s) + 3NaNO3(Aq)

Untuk pengujian kation Bismut digunakan pereaksi berupa NaOH dan


menghasilkan endapan berupa endapan putih. Hal ini sesuai dengan literatur
yang menyatakan bahwa jika suatu larutan yang mengandung kation Bismut
ditambahkan dengan larutan NaOH maka akan terbentuk suatu endapan putih
yang menunjukan adanya kation Tembaga didalamnya (Svehla, 1985).

Bi(No3)3(Aq) + 3KI Bi(I)3(s) + 3KNO3(Aq)

Untuk pengujian kation Bismut digunakan pereaksi berupa KIdan


menghasilkan endapan berupa endapan putih serta apabila KI ditambahkan
dalam jumlah yang berlebih maka akan dihasilkan suatu larutan berwarna
jingga. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa jika suatu
larutan yang mengandung kation Bismut ditambahkan dengan larutanNaOH
maka akan terbentuk suatu endapan putih yang menunjukan adanya kation
Tembaga didalamnya (Svehla, 1985).
3. Raksa II ¿
No. Pengujian Hasil Reaksi
1. Amoniak Endapan Hg(NO3)2 + 2NH3 Hg(OH)2 + 2NH4
Bening (-)
2. NaOH Endapan Hg(NO3)2 + 2NaOH Hg(OH)2 + 2Na+
Kuning Pekat
3. KI Endapan Hg(NO3)2 + 2KI Hg(I)2 + 2 K+
Merah

Hg (NO3)2 (aq) + 2NH3 (aq) Hg(OH)2 (s) + 2 NH4 (aq)

Pada pengujian menggunakan ammoniak diperoleh hasil terbentuknya


endapan bening. Hasil ini tidak sesuai dengan literatur. Seharusnya endapan
yang terbentuk bukan lah endapan berwarna bening melainkan endapan
berwarna putih yang akan menunjukkan adanya kation Raksa (II) di dalam
larutan tersebut. Hasil yang berbeda dari literature ini dapat disebabkan
mungkin larutan sampel yang digunakan tidak mengandung kation Raksa (II)
melainkan kation atau zat lain sehingga meyebabkan hasil reaksi yang diperoleh
akan berubah atau berbeda (Svehla, 1985).

Hg(NO3)2 (aq) + 2 NaOH (aq) Hg(OH)2 (s) + 2 Na+ (aq)


Untuk pengujian yang kedua digunakan reagen atau pereaksi berupa
NaOH dan diperoleh hasil terbentuknya suatu endapan berwarna kuning pekat.
Hasil ini sesuai dengan literatur yakni jika suatu sampel yang mengandung
Raksa (II) direaksikan dengan suatu pelarut yang mengandung NaOH maka
akan terbentuk suatu endspan berwarna kuning (Svehla, 1985).

Hg(NO3)2 (aq) + 2 KI (aq) Hg(I)2 (s) + 2 K+ (aq)

Untuk pengujian yang terakhir digunakan reagen atau pereaksi berupa


KI dan diperoleh hasil terbentuknya suatu endapan berwarna merah. Hasil ini
sesuai dengan literatur yakni jika suatu larutan sampel dimasukkan ke dalam
pelarut KI dan terbentuk suatu endapan merah artinya dalam larutan sampel
tersebut terdapat kation Raksa (II) (Svehla, 1985).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pratikum yang telah dilakukan oleh praktikan dapat
disimpulkan :
1. Prinsip penggolongan Kation didasarkan pada kelarutan Kation dengan
Reagen yang digunakan. Pereaksi yang umum digunakan adalah HCI,
H2S, H2SO4,NH3.
2. Kation golongan I : Pb2+ ,Hg22+,Ag+
Kation golongan II : Cu2+ ,BI3+, Hg2+
3. Reaksi spesifik Kation golongan 1:
- Pb2+ + Hcl Endapan putih
- Hg22+ + Hcl Endapan Putih
- Ag+ + Hcl Endapan Putih
Reaksi spesifik Kation Golongan II :
- Cu2+ + NH3 EndapanBiru
- Bi 3+
+ NH3 EndapanBiru
- Hg2+ + NH3 EndapanBiru

5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan pada pratikum kali ini ialah
ketersediaan alat dan bahan dilengkapi agar praktikum dapat berjalan
semestinya.
DAFTAR PUSTAKA

Amin, M. 2016. Analisis Unsur Minor Kation dalam sampel air alam dengan
mengunakan teknik kasmatografi Ion. JURNAL TECHNO. 5 (1): 3-4.
Chang, R. 2005. KIMIA DASAR KONSEP – KONSEP INTI, EDISI KETIGA, JILID
2,Erlangga, Jakarta.
Erviana, D.A.W. Budaya., S.Hariani.,A.WindadanL.Y.Sari. 2018. Analisis
Kualitatif kandungan sulfat dalam air dan air danau di kawasan
jakabaring sport city Palembang JURNAL ILMU KIMIA DAN TERAPAN. 2
(22) : 1-2.
Fathonah, R.,M.Masyukuridan S.Saputro.2015.Pengembangan Multimedia
Simulatif kimia pada materi analisis kualitatif Kation golongan 1.
JURNAL INKURRI. 4(3) : 120-126.
Harjadi, W.1990. ILMU KIMIA ANALITIK DASAR, Gramedia, Jakarta.
Sulistryarti,H.2017.KIMIA ANALISIS DASAR UNTUK ANALISIS KUALITATIF, UB
Press, Jakarta.
Susila, G. 1985. ANALISIS ANORGANIK KUALITATIF MAKRO DAN SEMI MAKRO.
PT Kalman Media Pustaka, Jakarta.
Underwood, A.L dan R.A. Day Jr.2001. ANALISIS KIMIA KUANTITATIF, Erlangga,
Jakarta.
Yunita,I., M. C. DJunaidi dan A.Haris . 2017. Pemisahan ion Logam (II)
mengunakan resimterimpregnasi (SIR) dengan D2EHP4. JURNAL KIMIA
SAINS DAN APLIKASI. 20(2):68-73.
Zainudin,A.,A.Anggraent.,T.Sofyatin Dan H.H.Bahti.2015. Pembutan rensin
Penukar ion polistrensulfonat.JURNAL CHEMICA ET NATURA
ACTA.3(1):30-33.

Anda mungkin juga menyukai