Anda di halaman 1dari 78

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Maksud

Maksud dari penyusunan laporan praktikum ini adalah :

a. Membantu agar mahasiswa dapat mengenali unsur – unsur dan

mereaksikannya.
b. Menambah dan membantu pemahaman mahasiswa pada mata kuliah Kimia

Analitik melalui Praktikum Kimia Analitik ini.


c. Sebagai tindak lanjut dari mata kuliah Kimia Analitik

1.2. Tujuan

 Sebagai syarat untuk mahasiswa dalam mengikuti responsi Praktikum

Kima Analitik.
 Menguji sejauh mana pemahaman mahasiswa atas materi yang telah

diberikan oleh Dosen pengampu serta Asisten Dosen Praktikum Kimia

Analitik.
 Mengajari mahasiswa tentang bagaimana cara dalam menggunakan alat

dan bahan dalam Laboratorium Kimia Analitik dengan baik dan ben

1
BAB II

ANALISA KUALITATIF

Analisis kualitatif umumnya terbagi atas tiga bagian, yaitu uji pendahuluan,

pemeriksaan kation dan pemeriksaan anion. Zat yang dianalisis dapat berupa zat

padat non-logam.

Analisa kualitatif mempunyai arti mendeteksi keberadaan suatu unsur kimia

dalam cuplikan yang tidak diketahui. Analisa kualitatif merupakan salah satu cara

yang paling efektif untuk mempelajari kimia dan unsur-unsur serta ion-ionnya dalam

larutan. Dalam metode analisis kualitatif kita menggunakan beberapa pereaksi

diantaranya pereaksi golongan dan pereaksi spesifik, kedua pereaksi ini dilakukan

untuk mengetahui jenis anion / kation suatu larutan.

Reagensia golongan yang dipakai untuk klasifikasi kation yang paling umum

adalah :

a. asam klorida,

b. hidrogen sulfida,

c. ammonium sulfida, dan

d. amonium karbonat.

Klasifikasi ini didasarkan atas apakah suatu kation bereaksi dengan reagensia-

reagensia ini dengan membentuk endapan atau tidak. Sedangkan metode yang

2
digunakan dalam anion tidak sesistematik kation. Namun skema yang digunakan

bukanlah skema yang kaku, karena anion termasuk dalam lebih dari satu golongan

Didalam kation ada beberapa golongan yang memiliki ciri khas tertentu

diantaranya:

1. Golongan I : Kation golongan ini membentuk endapan dengan asam

kloridaencer. Ion golongan ini adalah Pb, Ag, Hg.

2. Golongan II : Kation golongan ini bereaksi dengan asam klorida, tetapi

membentuk endapan dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral

encer. Ion golongan ini adalah Hg, Bi, Cu, cd, As, Sb, Sn.

3. Golongan III : Kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam klorida

encer, ataupun dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer.

Namun kation ini membentuk endapan dengan ammonium sulfida dalam

suasana netral / amoniakal. Kation golongan ini Co, Fe, Al, Cr, Co, Mn, Zn.

4. Golongan IV : Kation golongan ini bereaksi dengan golongan I, II, III.

Kation ini membentuk endapan dengan ammonium karbonat dengan adanya

ammonium klorida, dalam suasana netral atau sedikit asam. Ion golongan ini

adalah Ba, Ca, Sr.

3
5. Golongan V : Kation-kation yang umum, yang tidak bereaksi dengan

regensia-regensia golongan sebelumnya, merupakan golongan kation yang

terakhir. Kation golongan ini meliputi : Mg, K, NH4+.

Untuk anion dikelompokkan kedalam beberapa kelas diantaranya :

a. Anion sederhana seperti : O2-, F-, atau CN- .

b. Anion okso diskret seperti : NO3-, atau SO42-.

c. Anion polimer okso seperti silikat, borat, atau fosfat

terkondensasi

d. Anion kompleks halida seperti TaF6 dan kompleks anion yang

berbasis bangat seperti oksalat

Reaksi dalam anion ini akan lebih dipelajari secara sistematis

untukmemudahkan reaksi dari asam-asam organik tertentu dikelompokkan bersama-

sama.Hal ini meliputi asetat, formiat, oksalat, sitrat, salisilat dan benzoat.

Analisis kualitatif menggunakan dua macam uji, yaitu reaksi kering

danreaksi basah. Reaksi kering dapat digunakan pada zat padat dan reaksi basah

untukzat dalam larutan. Kebanyakan reaksi kering yang diuraikan digunakan untuk

analisissemimikro dengan hanya modifikasi kecil.

Untuk uji reaksi kering metode yang sering dilakukan adalah

4
1. Reaksi nyala dengan kawat nikrom : Sedikit zat dilarutkan kedalam HCL

P. Diatas kaca arloji kemudian dicelupkan kedalamnya, kawat nikrom

yang bermata kecil yang telah bersih kemudian dibakar diatas nyala

oksidasi .

2. Reaksi nyala beilstein : Kawat tembaga yang telah bersih dipijarkan diatas

nyala oksida sampai nyala hijau hilang. Apabila ada halogen maka nyala

yang terjadi berwarna hijau.

3. Reaksi nyala untuk borat : Dengan cawan porselin sedikit zat padat

ditambahkan asam sulfat pekat dan beberapa tetes methanol, kemudian

dinyalakan ditempat gelap. Apabila ada borat akan timbul warna hijau.

Metode untuk mendeteksi anion memang tidak sesistematik seperti yang

digunakan untuk kation. Namun skema klasifikasi pada anion bukanlah skema yang

kaku karena beberapa anion termaksud dalam lebih dari satu golongan.

Anion-anion dapat dikelompokkan sebagai berikut:

a. Anion sederhana seperti O2,F- atau CN-.


b. Anion oksodiskret seperti NO3- atau SO42-.
c. Anion polimer okso seperti silikat, borad, atau fospat terkondensasi.d.

Anion kompleks halide, seperti TaF6 dan kompleks anion yang

mengandung anion berbasa banyak seperti oksalad

5
Reaksi-reaksi dalam anion ini akan dipelajari secara sistematis untuk

memudahkan reaksi dari asam-asam organik tertentu dikelompokkan bersama-sama,

ini meliputi asetat, format, oksalad, sitrat, salisilad, benzoad, dan saksinat.

Analisis kualitatif membahas tentang identifikasi suatu zat, fokus kajiannya adalah

unsur apa yang terdapat dalam suatu sampel (contoh). Analisis kualitatif sampel

terdiri atas golongan kation, anion dan Obat.

Teori Dissosiasi Elektrolit.

Larutan adalah suatu sistem homogen yang terdiri dari dua komponen atau

lebih tetapi yang hanya berada dalam suatu fasa; dan dapat diperoleh apabila suatu zat

dilarutkan dalam air atau cairan lain. Zat yang dilarutkan disebut “zat terlarut” (atau

solute), sedang air atau cairan lain dimana zat terlarut tersebut larut disebut “zat

pelarut” (atau solvent).

Jadi : zat terlarut + pelarut larutan

6
Elektrolit dan NonElektrolit

Menurut sifat larutannya, suatu zat dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

a. Zat Elektrolit.

b. Zat NonElektrolit.

Suatu zat yang apabila dilarutkan sehingga larutannya dapat menghantarkan

arus listrik, maka zat tersebut disebut “zat elektrolit”, misalnya : asam – asam, basa –

basa, dan garam – garam anorganik; sedangkan suatu zat yang apabila dilarutkan

tidak dapat menghantarkan arus listrik, maka zat tersebut disebut “zat nonelektrolit”;

biasanya adalah zat – zat organic misalnya: Glukosa, Sukrosa, Ethil – Alkohol,

Ureum dan lain – lain.

Dalam larutan, suatu zat elektrolit terurai menjadi bagian – bagian bermuatan

listrik yang disebut “ion”. Apabila ion tersebut bermuatan listrik positif, disebut

“kation”, sedang apabila bermuatan listrik negatif disebut “anion”. Adapun proses

peruraian suatu zat eletrolit menjadi ion – ion disebut proses “dissosiasi elektrolit atau

lebih tepat ionisasi”.

Air murni, biasanya hanya dapat menghantarkan arus listrik yang sangat

lemah, sehingga disebut sebagai penghantar listrik yang lemah; tetapi apabila ke

dalam air tersebut dilarutkan asam – asam, basa – basa ataupun garam – garam

7
anorganik, maka larutan yang terjadi dapat berfungsi sebagai penghantar listrik yang

kuat, karena di dalam larutan tersebut terdapat ion – ion.

Apabila misalnya listrik dari suatu batteray dialirkan ke dalam suatu larutan

hidrogen klorida (HCl) seperti yang terlihat pada gambar I.1 maka hidrogen klorida

tersebut akan terionisasi menjadi Hidrogen dan Klor. Hidrogen terbebaskan pada

elektroda negatif atau katoda, yaitu elektroda dimana aliran arus meninggalkan

larutan, sedang Klor terbebaskan pada elektroda positif atau anoda, yaitu elektroda

dimana aliran arus masuk ke dalam larutan. Jadi dalam larutan ion yang bermuatan

positif menuju ke katoda, sedang ion yang bermuatan negatif menuju ke anoda.

Dalam larutan reaksi yang terjadi dapat dinyatakan sebagai berikut:

K+ + CL- + Ag+ + NO3 - AgCl + K+ + NO3–

Ag++C2K3O2- + Na+ + Cl- AgCl + Na+ + C2K3O2–

Atau lebih tepat dituliskan dengan cara sebagai berikut :

CL- +Ag+ AgCl

Jadi endapan AgCl terbentuk karena terjadinya penggabungan antara ion Ag+

dengan ion Cl- yang terdapat dalam larutan; dan reaksi antara kedua jenis ion tersebut

tidak saling bergantung dari ion – ion lain dari masing – masing garamnya.

Tetapi apabila ke dalam larutan garam kalium kloret (KClO 3) ditambahkan

larutan AgNO3, maka di dalam larutan tidak akan terjadi endapan putih dari AgCl, hal

8
ini disebabkan karena dalam larutan garam KClO3 terionisasinya menjadi ion K+ dan

ion ClO3 -; jadi tidak menghasilkan ion Cl-. Demikian juga apabila garam AgNO3

dilarutkan dalam etil alcohol (C2H5OH), larutan ini tidak akan menghasilkan endapan

AgCl dengan Kloro benzan (C6H5Cl) atau karbon tetraklorida (CCl4) dalam larutan

alkoholik; meskipun tidak demikian dengan larutan NaCl. Hal ini disebabkan karena

garam NaCl dalam larutan alkoholik masih terionisasi meskipun sangat sedikit

sedang baik C6H5Cl maupun CCl4 tidak terionisasi sehingga tidak menghasilkan ion

Cl-.

Teori Asam dan Basa

Menurut batasan yang sangat sederhana (sesudah Arrhenius);

Asam adalah suatu zat yang apabila dilarukan dalam air akan terionisasi

menghasilkan ion Hidrogen (H+) yang merupakan satu – satunya ion positif dalam

larutan,

misalnya :

Na2SO4 2Na+ + SO42 –

Oleh karena larutan bersifat netral, maka jumlah muatan positif harus sama

dengan jumlah muatan negatif, dan banyak muatan masing – masing ion adalah sama

dengan valensi atom atau radikalnya.

9
Pada proses ionisasi tersebut di atas, untuk larutan garam NaCl menghasilkan

dua buah ion yaitu ion Na+ dan ion Cl- ;sehingga besarnya penurunan titik beku

larutan menjadi kira – kira dua kali besarnya penurunan titik beku larutan yang

disebabkan oleh suatu zat nonelektrolit. Sedang untuk garam – garam CaCl 2 dan

Na2SO4, dalam larutan menghasilkan masing – masing tiga buah ion, yaitu ion Ca +

dan dua ion Cl-, serta dua ion Na+ dan SO4 2-
; sehingga garam – garam ini akan

mengakibatkan penurunan titik beku larutan yang besarnya kira – kira tiga kali.

Dengan mengetahui besarnya penurunan titik beku suatu larutan elektrolit,

dapatlah ditentukan besarnya derajat ionisasi dari zat elektrolit tersebut yang

dilarutkan.

Reaksi – reaksi ion

Sebagian besar reaksi – reaksi yang terjadi pada analisa kualitatif cara basa,

adalah reaksi – reaksi ion. Dari percobaan – percobaan ternyata bahwa beberapa

senyawa logam klorida yang larut dalam air akan menghasilkan endapan putih perak

klorida (AgCl) apabila ke dalam larutan ditambahkan larutan perak nitrat (AgNO 3)

hal ini disebabkan karena dalam larutan semua klorida akan terurai menjadi ion Cl -

yang kemudian akan bereaksi dengan ion Ag+ yang berasal dari larutan AgNO3.

Demikian juga semua garam perak yang larut dalam air, akan menghasilkan endapan

yang sama apabila dalam larutannya ditambahkan ion klorida (Cl-).

HCl H+ + Cl-

10
HNO3 H+ + NO3–

Tapi ternyata ion H+ (atau proton) tersebut dalam larutan tidak terdapat dalam

keadaan bebas, melainkan setiap proton akan bergabung dengan satu molekul air

melalui ikatan kovalen koordinat menjadi ion Hidroxonium atau Hidronium (H 3O+),

sehingga proses ionisasi HCl dan HNO3 di atas dalam larutan lebih tepat dinyatakan

sebagai berikut :

HCl + H2O H3O+ + Cl-

HNO3 + H2O H3O+ + NO3–

Jadi dengan demikian dapat dikatan bahwa ionisasi adalah proses pembebasan

ion H+ atau proton untuk bergabung dengan air membentuk ion Hidroxonium.

Baik asam klorida maupun asam nitrat pada persamaan tersebut di atas dalam

larutan terionisasi hamper sempurna, hal ini dapat ditentukan secara cepat dengan

pengukuran – pengukuran titik beku larutannya.

Jenis – jenis asam dan basa menurut Bronsted dan Lowry

Sesuai dengan batasan Bronsted dan Lowry,

yang dimaksud dengan asam adalah

1. Molekul tidak bermuatan seperti halnya menurut teori dissosiasi klasik,

misalnya : HCl, HNO3, H2SO4, CH3-COCH dan lain – lain.


2. Anion – anion yang terdapat dalam garam – garam asam misalnya :

11
anion bisulfat : HSO4- ; anion bikarbonat : HCO3- ;

anion bifosfat : H2PO4-;anion bioksalat : HC2O4– dan lain – lain.

3. Ion ammonium dan Ion Hidroxonium, karena kedua ion tersebut

mempunyai kecenderungan memberikan proton, yaitu :

NH4+ NH2 + H+

H3O + H2O + H+

4. Kation – kation dimaksud terhidrat seperti misalnya ion Almunium hidrat :

{ Al(H2O)6}3+ { Al (H2O)5(OH)} ++ + H+

Adapun yang dimaksud dengan basa adalah :

Molekul – molekul tidak bermuatan seperti msalnya Amoniak dan Amina

– amina, dimana persamaan reaksinya adalah sebagai berikut :

Hasil kali kelarutan.

Menurut hasil – hasil percobaan, telah diketahui bahwa untuk elektrolit –

elektrolit biner yang sukar larut, yaitu yang kelarutannya lebih kecil dari 10 -3 mol

perliter, maka pada suhu tetap hasil kali konsentrasi – konsentrasi ion – ionnya adalah

12
tetap. Hasil kali konsentrasi tersebut dinamakan hasil kali kelarutan (atau selubilitity

product), dan diberi symbol Ksp.

Misalnya untuk suatu elektrolit biner AB, maka :

AB A + + B-

Ksp = [ A+ ] x [ B- ]

Pada tahun 1889, Nernst menyatakan prinsip hasil kali kelarutan sebagai

berikut : Dalam laturan jenuh suatu elektrolit sukar larut, pada suhu tetap maka hasil

kali konsentrasi suatu ion dapat diubah dengan penambahan elektrolit lain yang dapat

menghasilkan ion yang sejenis dengan zat padatnya, tetapi hasil kali kelarutannya

akan tetap sama.p = [A+] x [B-]

Pengertian tentang hasil kali kelarutan ini sangat penting, terutama

pada peristiwa pengendapan dalam larutan yang merupakan operasi prinsip pada

analisa secara kualitatif.

13
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelarutan

Pengendapan merupakan metode yang paling baik pada analisis gravimetri.

Kita akan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan. Parameter-

parameter yang penting adalah temperatur, sifat pelarut, adanya ion-ion pengotor,

pH, hidrolisis, pengaruh kompleks, dan lain-lain (Khopkar, 1990).

Kelarutan bertambah dengan naiknya temperatur. Kadangkala endapan

yang baik terbentuk pada larutan panas, tetapi jangan dilakukan penyaringan

terhadap larutan panas karena pengendapan dipengaruhi oleh faktor temperatur.

Garam-garam anorganik lebih larut dalam air. Berkurangnya kelarutan di dalam

pelarut organik dapat digunakan sebagai dasar pemisahan dua zat. Kelarutan endapan

dalam air berkurang jika lanitan tersebut mengandung satu dari ion-ion penyusun

endapan, sebab pembatasan K s.p (konstanta hasil kali kelarutan). Baik kation atau

anion yang ditambahkan, mengurangi konsentrasi ion penyusun endapan sehingga

endapan garam bertambah. Pada analisis kuantitatif, ion sejenis ini digunakan

untuk mencuci larutan selama penyaringan (Vogel, 1990).

Beberapa endapan bertambah kelarutannya bila dalam lanitan terdapat

garam-garam yang berbeda dengan endapan. Hal ini disebut sebagai efek garam

netral atau efek aktivitas. Semakin kecil koefesien aktivitas dari dua buah ion,

semakin besar hasil kali konsentrasi molar ion-ion yang dihasilkan. Kelarutan

garam dari asam lemah tergantung pada pH larutan. Jika garam dari asam lemah

14
dilarutkan dalam air, akan menghasilkan perubahan (H). Kation dari spesies garam

mengalami hidrolisis sehingga menambah kelarutannya (Vogel, 1990).

Kelarutan garam yang sedikit larut merupakan fungsi konsentrasi zat lain

yang membentuk kompleks dengan kation garam tersebut. Beberapa endapan

membentuk kompleks yang larut dengan ion pengendap itu sendiri. Mula-mula

kelarutan berkurang (disebabkan ion sejenis) sampai melalui minuman. Kemudian

bertambah akibat adanya reaksi kompleksasi (Vogel, 1990). Reaksi yang

menghasilkan endapan dapat dimanfaatkan untuk analisis secara titrasi jika

reaksinya berlangsung cepat, dan kuantitatif serta titik akhir dapat dideteksi.

Beberapa reaksi pengendapan berlangsung lambat dan mengalami keadaan lewat

jenuh. Tidak seperti gravimetri, titrasi pengendapan tidak dapat menunggu

sampai pengendapan berlangsung sempurna.

Hal yang penting juga adalah hasil kali kelarutan (KSP) harus cukup kecil

sehingga pengendapan bersifat kuantitatif dalam batas kesalahan eksperimen.

Reaksi samping tidak boleh terjadi, demikian juga kopresipitasi. Keterbatasan

utama pemakaian cara ini disebabkan sedikit sekali indikator yang sesuai. Semua

jenis reaksi diklasifikasi berdasarkan tipe indikator yang digunakan untuk melihat

titik akhir (Khopkar, 1990)

15
2.1. Analisa Anion

2.1.1. Dasar Teori

Kemungkinan adanya Anion dapat diperkirakan dengan mengetahui kepastian

kation apa saja yang terdapat dalam larutan sampel pada percobaan terdahulu yaitu

Percobaan Analisis Kation.

Pengujian antara reaksi asam sulfat encer dan pekat merupakan salah satu cara

untuk mengetahui anion apa saja yang terdapat dalam larutan sampel. Hal tersebut

dikarenakan asam sulfat yang merupakan asam kuat mampu mendesak anion lemah

keluar dari senyawanya. Sebagai contoh, larutan yang mengandung garam karbonat

akan keluar dan terurai menjadi air dan gas karbondioksida dengan bantuan asam

sulfat yang mendesak asam karbonat.

Dengan memperhatikan daftar kelarutan berbagai garam dalam air dan pelarut

yang lain, jenis anion yang terdapat dalam larutan bisa diperkirakan. Misalnya garam

sulfida tidak larut dalam asam, garam karbonat tidak larut dalam sulfida. Untuk

mendeteksi anion tidak diperlukan metode sistematik seperti pada kation. Anion dapat

dipisahkan dalam golongan-golongan utama, bergantung pada kelarutan garam

peraknya, garam kalsium atau bariumnya, dan garam zinknya. Namun, ini hanya

dianggap berguna untuk memberi indikasi dari keterbatasan pada metode ini. (Vogel,

1985)

16
Proses-proses yang dipakai dapat dibagi kedalam (A) proses yang melibatkan

identifikasi produk-produk yang mudah menguap, dan (B) proses yang bergantung

pada reaksi-reaksi dalam larutan. (Vogel, 1985)

Secara kasar, reagensia atau pereaksi yang dapat dipakai adalah:

a. Zat kimia kualitas teknis.


b. Reagensia C.P, seringkali jauh lebih murni daripada reagensia U.S.P.
c. Reagensia U.S.P yaitu memenuhi persyaratan kemurnian yang ditetapkan

oleh United States Pharmacopoeia.


d. Zat kimia bermuu ragensia (reagent-grade) memenuhi spesifikasi yang

ditetapkan oleh Komite Reagensia Analisisis dari Masyarakat Kimia

Amerika Serikat. (Underwood, 1986)

Pada dasarnya konsep dasar analisis kimia dapat dibagi atas dua bagian, yaitu:

1. analisis kualitatif, yaitu analisis yang berhubungan dengan identifikasi

suatu zat atau campuran yang tidak diketahui.


2. analisis kuantitatif, yaitu analisis kimia yang menyangkut penetuan

jumlah zat tertentu yang ada di dalam suatu sample (contoh)

Ada dua aspek pentig dalam analisis kualitatif, yaitu pemisahan dan

idenitifikasi. Kedua aspek ini dilandasi oleh kelarutan, kesamaan pembentukan

senyawa kompleks, oksidasi reduksi, sifat peguapan dan ekstraksi. Sifat-sifat ini

sebgai sifvat periodic menunjukkan kecenderungan dalam kelarutan klorida, sulfide,

hidroksida, karbonat sulfat, da garam-garam lainnya dari logam.

17
Walaupu analisis kualitatif sudah banyak ditinggalkan, namun analisis

kualitatif ini merupakan alikasi prinsip-prinsip umum dan konsep-kosep dasar yang

telah dipelajari dalam kimia dasar.

Setelah melakukan analisis kualitatif, diketahui komponen apa atau pengotor

apa yang ada dalam sample tertentu, seringkali diperlukan informasi tgambahan

mengenai berapa banyak masing-masing komponen atau pegotor tersebut. Beberapa

teknik analisis kuantitatif diklasifikasikan atas dasar:

a. Pengukuran banyaknya pereaksi yang diplerlukan untukmenyempurnakan

suatu reaksi atau banyaknya hasil reaksmi yang terbentuk.


b. Pengukuran besarnya sifat listrik (misalnya potensiometri)
c. Pengukura sifat optis (pengukuran adsorban)
d. Kombinasi dari a dan b atau a dan c.

Reaksi-reaksi dan semua anion ini akan kita pelajari secara sistematis pada

halaman-halaman berikut. Untuk memudahkan reaksi dari asam-asam organik

tertentu, dikelompokkan bersama-sama, ini meliputi asetat, format, oksalat, tartrat,

sitrat, salisilat, benzoat, dan suksinat sendiri, membentuk suatu golongan yang lain

lagi, semuanya memberi pewarnaan atau endapan yang khas setelah ditambahkan

larutan besi (III) kloridakepada suatu larutan yang praktis netral.

Reaksi dalam anion ini akan lebih dipelajari secara sistematis untuk memudahkan

reaksi dari asam-asam organik tertentu dikelompokkan bersama-sama. Hal ini

meliputi asetat, formiat, oksalat, sitrat, salisilat, dan benzoat.

18
Metode untuk mendeteksi anion memang tidak sistematis seperti yang digunakan

untuk kation. Namun skema klasifikasi pada anion bukanlah skema yang kaku karena

beberapa anion termasuk dalam lebih dari satu golongan.

Reaksi Anion

1. Cl- + Ag NO3 → AgCl ↓ (putih) + NO3-

AgCl + 2NH3 → Ag(NH3)2 + Cl-

Cl- + Pb(CH3COO)2 → PbCl2 (putih) + 2 CH3COO-

2. S2- + AgNO3 → Ag2S ↓ hitam + 2 NO3-

Ag2S + HNO3 → 2 AgNO3

S2- + FeCl3 → FeS ↓ hitam + HNO3

S2- + Pb(CH3COO)2 → PbS ↓ hitam + 2 CH3COO-

3. SO32- + AgNO3 → Ag2SO3 ↓ putih + 2 NO3-

Ag2SO3 + 2 HNO3 → 2 AgNO3 + H2SO4

SO32- + Ba(NO3)2 → BaSO3 ↓ putih + 2 NO3-

BaSO3 + 2 HNO3 → Ba(NO3)2 + H2SO3

19
SO32- + Pb(CH3COO)2 → PbSO3 ↓ putih + 2 CH3COO-

PbSO3 + 2 HNO3 → Pb(NO3)2 + H2SO3

4. CO32- + AgNO3 → Ag2CO3 putih + 2 NO3-

Ag2CO3 + 2 NO3 → 2 AgNO3 + CO32-

CO32- + Mg(SO4)2 → MgCO3 putih + 2 SO42-

5. 3S2O32- + 2FeCl3 → Fe2(S2O3)3 + 6 Cl-

6. NO3- → ↓ coklat tipis + FeSO4 + H2SO4

NO3- + 4 H2SO4 + 6 FeSO4 → 6 Fe + 2 NO + 4 SO4 + 4 H2O

20
2.1.2. Bahan dan Alat Percobaan

Analisis Anion Cl-

 Bahan : NaCl, H2SO4, AgNO3, NH4OH, HNO3

 Alat : Tabung reaksi, pipet tetes, penjepit kayu, pembakar spiritus


Analisis Anion I-
 Bahan : KI, AgNO3, Na2S2O3, NH4OH, CuSO4
 Alat : tabung reaksi, pipet tetes
Analisis Anion Ferrosianida dan Rhodanida
 Bahan : K4Fe(CN)6, Pb(CH3COO)3, HNO3, KCNS, AgNO3, FeCl3
 Alat : tabung reaksi, pipet tetes
Analisis Anion Karbonat dan Tiosulfat
 Bahan : Na2S2O3, Na2CO3, AgNO3,H2SO4
 Alat : tabung reaksi, pipet tetes
Analisis Anion Sulfat

 Bahan : Na2SO4, BaCl2, Pb(CH3COO)2, H2SO4

 Alat : tabung reaksi, pipet


Analisis Anion Borat

 Bahan : Na2B4O7.H2O, BaCl2, AgNO3

 Alat : pemanas spiritus, penjepit, tabung reaksi, pipet

21
2.1.3. Cara Kerja

Anion klorida ( Cl- )

Di gunakan larutan Na CL encer

Masukkan 3 buah tabung reaksi masing –masing 4 ml larutan NaCl

kemudian lakukan percobaan berikut

a. berikan asam sulpat ( H2SO4 ) encer,

b. Berikan larutan pirak nitrat (AgNO3 )maka akan diperoleh

endapan AgCl berwarna putih.ambillah endapoan tersebut dan

masukkan kedalam dua buah tabung reaksi yang

bersih,kemudian pada tabung berikan masing – masing larutan

amaonia,dan larutan asam nitrat.perhatikan reaksi yang

terjadi,endapan larut dalam amonia tetapi tidak larut dalam asam

nitrat.

c. Berikan larutan Pb(CH3COO) maka akan terbentuk endapan Pb

Cl2.coba larutkan dalam amonia apa yang terjadi.

Anion Iodida ( I- )

Digunakan kalium iodida

Langkah kerja nya sama dengan anion klorida.

a.Berikan larutan AgNO3 maka akan terjadi endapan berwarna

kuning dari AgI.Bagi endapan menjadi dua bagian kemudian

22
ujilah endapan tersebut dengan larutan natrium tiosulfat ( Na 2

S2O3 ) dan yang satu nya tambah larutan amonia amati endapan

larut atau tidak.buktikan dengan percobaan

b. berikan larutan CuSO4 maka akan terbentuk endapan CuI dan I2

yang larut dalam natrium tiosulfat.amati dan catat warna

endapan

c. berikan larutan HgCl2 maka akan terbentuk endapa HgI2 yang


2-
larut dalam larutan KI berlebih,membentuk HgI4 ,amati warna

endapan.

Anion ferrosianida Fe ( CN ) 6 4-dan Rhodanida ( CNS- )

Digunakan larutan K4Fe(CN)6 dan larutan KCNS,masukkan larutan

pertama dalam sebuah tabung reaksi dan larutan kedua masukkan

kedalam dua buah tabung reaksi berikan pereaksi berikut ini.

a. pada larutan pertama tamhahkan larutan timbal asetat,Pb(CH3

COO)2,maka akan nterjadi endapan putih,endapan ini tidak dapat

larut dalam asam nitrat encer.buktikan

b. pada larutan kedua berikan pada tabung reaksi satu larutan perak

nitrat,maka akan terbentuk endapan AgCNS yang berwarna putih

c. pada tabung yang satu nya berikan larutan FeCl3 maka akan

terbentuk senyawa komplek berwarna merah ferri rhodanida.

23
Anion Karbonat ( CO32-) dan Anion Tiosulfat (S2O32-)

Digunakan larutan Na2CO3 dan larutan Na2S2O3

Masukan larutan pertama kedalam sebuah tabung reaksi dan larutan kedua

kedalam dua tabung reaksi , dan masing-masing tambahkan pereaksi berikut ini

a. larutan pertama pada tabung reaksi tambahkan larutan AgNO3 (perak

nitrat) , maka akan terbentuk endapan Ag2CO3 , tambahkan AgNO3

berlebih
b. Pada larutan kedua , untuk tabung reaksi satu , tambahkan asam sulfat

encer maka akan terbentuk gas yang berbau merangsang, H2S dan

endapan belerang S.
c. Pada tabung reaksi dua , tambahkan larutan perak nitrat, akan

terbentuk endapan putih Ag2S2O3, yang kemudian menjadi kuning,

cokelat dan akhirnya hitam karena terbentuk Ag2S.

24
Anion Sulfat (SO42-)

Digunakan larutan Na2SO4

Masukan larutan tersebut ke dalam 2 buah tabung reaksi dan tambahkan

masing-masing pereaksi berikut ini:

a) Tambahkan larutan BaCl2 maka akan terbentuk endapan BaSO4

b) Tambahkan larutan Pb(CH3COO)2 maka akan terbentuk endapan putih

dari timbal sulfat, endapan ini larut dalam asam sulfat pekat dan

ammonium asetat

Anion Borat (BO33-)

Dipakai larutan borax

Masukan larutan tersebut kedalam 2 buah tabung reaksi, masing-masing

tambahkan pereaksi berikut ini:

a) Berikan larutan perak nitrat, maka terjadi endapan putih dari perak

metaborat, jika dipanaskan terbentuk Ag2O yang berwarna hitam

b) Berikan larutan BaCl2 akan terbentuk endapan putih barium metaborat

2.1.4. Laporan Analisa Anion

25
26
27
28
29
30
2.1.5.

31
2.2. Analisa Kation

2.2.1. Dasar Teori

Analisis kualitatif umumnya terbagi atas tiga bagian, yaitu uji pendahuluan,

pemeriksaan kation dan pemeriksaan anion. Zat yang dianalisis dapat berupa zat

padat non-logam.

Klasifikasi ini didasarkan atas apakah suatu kation bereaksi dengan reagensia-

reagensia ini dengan membentuk endapan atau tidak. Sedangkan metode yang

digunakan dalam anion tidak sesistematik kation. Namun skema yang digunakan

bukanlah skema yang kaku, karena anion termasuk dalam lebih dari satu golongan

Didalam kation ada beberapa golongan yang memiliki ciri khas tertentu

diantaranya:

1. Golongan I : Kation golongan ini membentuk endapan dengan asam

kloridaencer. Ion golongan ini adalah Pb, Ag, Hg.


2. Golongan II : Kation golongan ini bereaksi dengan asam klorida, tetapi

membentuk endapan dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral

encer. Ion golongan ini adalah Hg, Bi, Cu, cd, As, Sb, Sn.
3. Golongan III : Kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam klorida encer,

ataupun dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Namun

kation ini membentuk endapan dengan ammonium sulfida dalam suasana

netral / amoniakal. Kation golongan ini Co, Fe, Al, Cr, Co, Mn, Zn.

32
4. Golongan IV : Kation golongan ini bereaksi dengan golongan I, II, III. Kation

ini membentuk endapan dengan ammonium karbonat dengan adanya

ammonium klorida, dalam suasana netral atau sedikit asam. Ion golongan ini

adalah Ba, Ca, Sr.


5. Golongan V : Kation-kation yang umum, yang tidak bereaksi dengan

regensia-regensia golongan sebelumnya, merupakan golongan kation

yang terakhir. Kation golongan ini meliputi : Mg, K, NH4+.

Percobaan yang dilakukan dalam praktikum kimia Analisis kali adalah

uji kation. Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi kation yang terdapat

dalam suatu sampel melalui uji spesifik. Larutan sampel yang digunakan dalam

percobaan adalah berupa air ledeng, air sungai dan air laut. Ketiga larutan

sampel tersebut selanjutnya diidentifikasi jenis kation apa yang terkandung

didalamnya melalui penambahan Reagen yang spesifik dari masing – masing

kation tersebut.

Reagen yang digunakan dalam mengidentifikasi keberadaan kation

dalam larutan sampel yang telah disediakan adalah HCl, H 2SO4, KSCN, KI,

NaOH, K4Fe(CN)6 dan HgCl2. semua reagen tersebut merupakan pereaksi yang dibuat

dalam konsentrasi dan komposisi tertentu agar dapat berreaksi meninggalkan

endapan ataupun perubahan warna yang menunjukkan adanya kandungan

kation-kation tersebut di dalam larutan sampel yang digunakan.

33
Ada dua aspek pentig dalam analisis kualitatif, yaitu pemisahan dan

idenitifikasi. Kedua aspek ini dilandasi oleh kelarutan, kesamaan pembentukan

senyawa kompleks, oksidasi reduksi, sifat peguapan dan ekstraksi. Sifat-sifat ini

sebgai sifvat periodic menunjukkan kecenderungan dalam kelarutan klorida, sulfide,

hidroksida, karbonat sulfat, da garam-garam lainnya dari logam.

Analisa kualitatif mempunyai arti mendeteksi keberadaan suatu unsur kimia

dalam cuplikan yang tidak diketahui. Analisa kualitatif merupakan salah satu cara

yang paling efektif untuk mempelajari kimia dan unsur-unsur serta ion-ionnya dalam

larutan. Dalam metode analisis kualitatif kita menggunakan beberapa pereaksi

diantaranya pereaksi golongan dan pereaksi spesifik, kedua pereaksi ini dilakukan

untuk mengetahui jenis anion / kation suatu larutan.

Klasifikasi ini didasarkan atas apakah suatu kation bereaksi dengan reagensia-

reagensia ini dengan membentuk endapan atau tidak. Sedangkan metode yang

digunakan dalam anion tidak sesistematik kation. Namun skema yang digunakan

bukanlah skema yang kaku, karena anion termasuk dalam lebih dari satu golongan

Reaksi dalam anion ini akan lebih dipelajari secara sistematis

untukmemudahkan reaksi dari asam-asam organik tertentu dikelompokkan bersama-

sama.Hal ini meliputi asetat, formiat, oksalat, sitrat, salisilat dan benzoat.

34
2.2.2. Alat dan Bahan percobaan

Analisa Kation Ag+

 Bahan : AgNO3,, HCl, NH4OH, NaOH, HNO3, K2CrO4, KI, Na2S2O3

 Alat : tabung reaksi, pipet


Analisa Kation Cu2+

 Bahan : CuSO4, NaOH, Na2CO3, NH4OH, KI

 Alat : tabung reaksi, pipet, penjepit kayu, pembakar spiritus


Analisa Kation Al3+

 Bahan : AlCl3, NH4OH, H2O, KOH

 Alat : pipet tetes, tabung reaksi


Analisa Kation Fe3+

 Bahan : FeCl3, KOH, H2SO4, K4Fe(CN)6, KCNS,

 Alat : tabung reaksi, pipet


Analisa Kation Mn2+

 Bahan : MnSO4, NH4OH, Na2CO3, KOH, NH4OH

 Alat : tabung reaksi, pipet, penjepit kayu, pembakar spiritus


Analisa Kation Ni2+

 Bahan : NiSO4, NaOH, HNO3, NH4OH, K2CrO4

 Alat : tabung reaksi, pipet


Analisa Kation Ba2+

 Bahan : Ba(NO3)2, K2CrO4, H2SO4

 Alat : tabung reaksi, pipet


Analisa Kation Mg2+

 Bahan : MgCl2, NaOH

 Alat : tabung reaksi, pipet

35
Analisa Kation NH4+

 Bahan : NH4OH, NaOH, HCl

 Alat : tabung reaksi, pipet, pengaduk gelas HCl

2.2.3. Cara Kerja

Perak (Ag+)

Digunakan larutan AgNO3.

Masukkan kira-kira 4 ml larutan AgNO3 pada lima buah tabung


reaksi,kemudian tambahkan pereaksi berikut ini:

a. Asam klorida encer,maka akan terbentuk endapan AgCl putih


yang larut dalam larutan ammonia.

b. NaOH,maka akan terbentuk endapan Ag2O berwarna


coklat,endapan ini larut dalam ammonia dan asam nitrat.

c. Kalium Kromat netral maka akan terjadi endapan merah perak


kromat,endapan ini larut dalam ammonia dan asam nitrat.

d. KI,maka akan terbentuk AgI yang berwarna kuning ,sedikit


larut dalam ammonia ,dan larut sempurna dalam natrium
tiosulfat.

Kupri (Cu2+)
Digunakan larutan CuSO4.

Masukkan larutan kedalam 4 buah tabung reaksi,masing-masing


tambahkan pereaksi berikut ini:

36
a. NaOH,maka akan terjadi endapan biru dari Cu(OH)2,jika
dipanaskan terbentuk CuO yang berwarna hitam.

b. Na2CO3,maka akan terjadi endapan hijau biru dari basa


karbonat,pada penambahan Na2CO3 berlebih maka akan
terbentuk Kristal CuCO3,dan Cu(OH)2.H2O,endapan tersebut
larut dalam ammonia

c. NH4OH,maka akan terjadi endapan hijau dari garam basa,jika


ditambah ammonia berlebih akan larut,larutsn menjadi
berwarna biru.

d. KI,maka akan terjadi endapan putih CuI2,dan terbentuk I2 bebas


yang menyebabkan larutan berwarna coklat,

Aluminium (AI3+)

Digunakan lariutan AlCl3.

Masukkan larutan tersebut kedalam 2 buah tabung reaksi,kemudian

berikan masing-masing pereaksi berikut ini:

a. NH4OH,maka akan terbentuk endapan putih Al(OH)3,yang

tidak larut dalam air.

b. KOH,maka akan terjadi endapan putih dari Al(OH)3,endapan

ini larut dalam KOH berlebih.

Ferri (Fe3+)

Digunakan larutan ferri klirida

37
Masukkan larutan tersebut kedalam 3 buah tabung reaksi,kemudian

masig-masing tambahkan pereaksi berikut ini:

a. Larutan KOH,maka akan terbentuk endapan Fe(OH)3 yang

berwarna coklat.endapan ini larut dalam asam diantaranya

adalah (HCL,H2SO4,CH3COOH).

b. Larutan K4Fe(CN)6,maka akan terjadi warna biru karena

terbentuk ferri ferro sianida.

c. Larutan KCNS,maka akan terjadi larutan berwarna merah ferri

rhonanida

Mangano ( Mn2+)

Digunakan larutan MnSO4.

Masukkan larutan tersebut kedalam 3 buah tabung reaks, kemudian

masing-masing tambahkan pereaksi berikut ini :

a. Larutan KOH , maka akan terjadi endapan Mn(OH)2 yang

berwarna putih, yang mudah teroksidasi menjadi MnOyaang

berwarna cokelat.
b. Larutan NH4OH , maka dalm keadaan netral akan terbentuk

endapan Mn(OH)2
c. Larutan Na2CO3 , maka terjadi endapan putih dari MnCO3 jika

dipanaskan akan terjadi MnO , perhatikan perubahan warnanya.

38
Nikel(NI2+)
Digunakan larutan NiSO4

Masukkan larutan tersebut kedalam 5 buah tabung reaksi dan


tambahkan masing-masing pereaksi berikut ini:

a. Larutan NaOH,maka akan terjadi endapan hijau


Ni(OH)2,perhatikan apa yang terjadi jika dilarutkan dalam HCL
atau HNO3.

b. Larutyan NH4OH,maka akan terbentuk endapan hijau,yang


larut dalam ammonia berlebih,amati apa yang terjadi.

c. Larutan K2CrO4,dalam keaadan panas terjadi endapan coklat


dari Na2CrO4.NiO.

Barium (Ba2+)

Digunakan larutan Barium Nitrat

Masukkan larutan tersebut kedalam 4 buah tabung reaksi,masing-

masing tambahkan pereaksi berikut ini:

a. Larutan K2CrO4, terbentuk endapan kuning barium kromat.

b. Larutan asam sulfat encer,terbentuk endapan BaSO4

putih,berbentuk koloid.

Magnesium (Mg2+)

Digunakan larutan MgCl2

39
Masukan larutan tersebut kedalam sebuah tabung reaksi dan tambahkan

pereaksi berikut ini:

Larutan NaOH, maka akan terbentuk endapan putih dari Mg(OH)2

Amonium(NH4+)

Digunakan larutan Amonium hidroksida.

Masukkan larutan tersebut kedalam tabung reaksi dan tambahkan

NaOH,ambil pengaduk gelas basahi dengan HCL pekat,taruh diatas tabung

reaksi,jika perlu dengan pemanasan.Amati apa yang terjadi.

2.2.4. Laporan Analisa Anion

40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
BAB III

ANALISA KUANTITATIF

3.1. Dasar Teori

Titrasi kompleksometri adalah titrasi berdasarkan pembentukan senyawa

kompleks antara kation dengan zat pembentuk kompleks. Salah satu zat pembentuk

kompleks yang banyak digunakan dalam titrasi kompleksometri adalah garam

dinatrium etilendiamina tetraasetat (dinatrium EDTA). Senyawa ini dengan banyak

kation membentuk kompleks dengan perbandingan 1 : 1, beberapa valensinya:

M++ + (H2Y)= (MY)= + 2 H+

M3+ + (H2Y)= (MY)- + 2 H+

M4+ + (H2Y)= (MY) + 2 H+

Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling

mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi–reaksi pembentukan

kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga

banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu pengertian yang cukup luas

tentang kompleks, sekalipun disini pertama-tama akan diterapkan pada titrasi. Contoh

reaksi titrasi kompleksometri :

50
Ag+ + 2 CN- Ag(CN)2

Hg2+ + 2Cl- HgCl2

(Khopkar, 2002).

Salah satu tipe reaksi kimia yang berlaku sebagai dasar penentuan titrimetrik

melibatkan pembentukan (formasi) kompleks atau ion kompleks yang larut namun

sedikit terdisosiasi. Kompleks yang dimaksud di sini adalah kompleks yang dibentuk

melalui reaksi ion logam, sebuah kation, dengan sebuah anion atau molekul netral.

(Basset, 1994).

Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi

pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang

terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks demikian

adalah tingkat kelarutan tinggi. Selain titrasi komplek biasa seperti di atas, dikenal

pula kompleksometri yang dikenal sebagai titrasi kelatometri, seperti yang

menyangkut penggunaan EDTA. Gugus-yang terikat pada ion pusat, disebut ligan,

dan dalam larutan air, reaksi dapat dinyatakan oleh persamaan :

M(H2O)n + L = M(H2O)(n-1) L + H2O

(Khopkar, 2002).

Asam etilen diamin tetra asetat atau yang lebih dikenal dengan EDTA,

merupakan salah satu jenis asam amina polikarboksilat. EDTA sebenarnya adalah

ligan seksidentat yang dapat berkoordinasi dengan suatu ion logam lewat kedua

51
nitrogen dan keempat gugus karboksil-nya atau disebut ligan multidentat yang

mengandung lebih dari dua atom koordinasi per molekul, misalnya asam 1,2-

diaminoetanatetraasetat (asametilenadiamina tetraasetat, EDTA) yang mempunyai

dua atom nitrogen - penyumbang dan empat atom oksigen penyumbang dalam

molekul.

Suatu EDTA dapat membentuk senyawa kompleks yang mantap dengan

sejumlah besar ion logam sehingga EDTA merupakan ligan yang tidak selektif.

Dalam larutan yang agak asam, dapat terjadi protonasi parsial EDTA tanpa pematahan

sempurna kompleks logam, yang menghasilkan spesies seperti CuHY-. Ternyata bila

beberapa ion logam yang ada dalam larutan tersebut maka titrasi dengan EDTA akan

menunjukkan jumlah semua ion logam yang ada dalam larutan tersebut.

(Harjadi, 1993).

Selektivitas kompleks dapat diatur dengan pengendalian pH, misal Mg, Ca,

Cr, dan Ba dapat dititrasi pada pH = 11 EDTA. Sebagian besar titrasi kompleksometri

mempergunakan indikator yang juga bertindak sebagai pengompleks dan tentu saja

kompleks logamnya mempunyai warna yang berbeda dengan pengompleksnya

sendiri. Indikator demikian disebut indikator metalokromat. Indikator jenis ini

contohnya adalah Eriochrome black T; pyrocatechol violet; xylenol orange; calmagit;

1-(2-piridil-azonaftol), PAN, zincon, asam salisilat, metafalein dan calcein blue.

(Khopkar, 2002).

52
Satu-satunya ligan yang lazim dipakai pada masa lalu dalam pemeriksaan

kimia adala ion sianida, CN-, karena sifatnya yang dapat membentuk kompleks yang

mantap dengan ion perak dan ion nikel. Dengan ion perak, ion sianida membentuk

senyawa kompleks perak-sianida, sedagkan dengan ion nilkel membentuk nikel-

sianida. Kendala yang membatasi pemakaian-pemakaian ion sianoida dalam titrimetri

adalah bahwa ion ini membentuk kompleks secara bertahap dengan ion logam

lantaran ion ini merupakan ligan bergigi satu.

(Rival, 1995).

Titrasi dapat ditentukan dengan adanya penambahan indikator yang berguna

sebagai tanda tercapai titik akhir titrasi. Ada lima syarat suatu indikator ion logam

dapat digunakan pada pendeteksian visual dari titik-titik akhir yaitu reaksi warna

harus sedemikian sehingga sebelum titik akhir, bila hampir semua ion logam telah

berkompleks dengan EDTA, larutan akan berwarna kuat. Kedua, reaksi warna itu

haruslah spesifik (khusus), atau sedikitnya selektif. Ketiga, kompleks-indikator logam

itu harus memiliki kestabilan yang cukup, kalau tidak, karena disosiasi, tak akan

diperoleh perubahan warna yang tajam. Namun, kompleks-indikator logam itu harus

kurang stabil dibanding kompleks logam-EDTA untuk menjamin agar pada titik akhir,

EDTA memindahkan ion-ion logam dari kompleks-indikator logam ke kompleks

logam-EDTA harus tajam dan cepat. Kelima, kontras warna antara indikator bebas

dan kompleks-indikator logam harus sedemikian sehingga mudah diamati. Indikator

harus sangat peka terhadap ion logam (yaitu, terhadap pM) sehingga perubahan

53
warna terjadi sedikit mungkin dengan titik ekuivalen. Terakhir, penentuan Ca dan Mg

dapat dilakukan dengan titrasi EDTA, pH untuk titrasi adalah 10 dengan indikator

eriochrome black T. Pada pH tinggi, 12, Mg(OH)2 akan mengendap, sehingga EDTA

dapat dikonsumsi hanya oleh Ca2+ dengan indikator murexide.

(Basset, 1994).

Kesulitan yang timbul dari kompleks yang lebih rendah dapat dihindari

dengan penggunaan bahan pengkelat sebagai titran. Bahan pengkelat yang

mengandung baik oksigen maupun nitrogen secara umum efektif dalam membentuk

kompleks-kompleks yang stabil dengan berbagai macam logam. Keunggulan EDTA

adalah mudah larut dalam air, dapat diperoleh dalam keadaan murni, sehingga EDTA

banyak dipakai dalam melakukan percobaan kompleksometri. Namun, karena adanya

sejumlah tidak tertentu air, sebaiknya EDTA distandarisasikan dahulu misalnya

dengan menggunakan larutan kadmium.

(Harjadi, 1993).

M adalah kation (logam) dan (H2Y)= adalah garam dinatrium edetat.

Kestabilan dari senyawa kompleks yang terbentuk tergantung dari sifat kation dan pH

dari larutan, oleh karena itu titrasi dilakukan pada pH tertentu. Pada larutan yang

terlalu alkalis perlu diperhitungkan kemungkinan mengendapnya logam hidroksida.

Penetapan titik akhir titrasi digunakan indikator logam, yaitu indikator yang

dapat membentuk senyawa kompleks dengan ion logam. Ikatan kompleks antara

54
indikator dan ion logam harus lebih lemah dari pada ikatan kompleks antara larutan

titer dan ion logam. Larutan indikator bebas mempunyai warna yang berbeda dengan

larutan kompleks indikator. Indikator yang banyak digunakan dalam titrasi

kompleksometri adalah:

d. Hitam eriokrom

Indikator ini peka terhadap perubahan kadar logam dan pH larutan. Pada pH 8

-10 senyawa ini berwarna biru dan kompleksnya berwarna merah anggur. Pada pH 5

senyawa itu sendiri berwarna merah, sehingga titik akhir sukar diamati, demikian

juga pada pH 12. Umumnya titrasi dengan indikator ini dilakukan pada pH 10.

e. Jingga xilenol

Indikator ini berwarna kuning sitrun dalam suasana asam dan merah dalam

suasana alkali. Kompleks logam-jingga xilenol berwarna merah, karena itu digunakan

pada titrasi dalam suasana asam.

f. Biru Hidroksi Naftol

Indikator ini memberikan warna merah sampai lembayung pada daerah pH

12–13 dan menjadi biru jernih jika terjadi kelebihan edetat.

Titrasi kompleksometri umumnya dilakukan secara langsung untuk logam

yang dengan cepat membentuk senyawa kompleks, sedangkan yang lambat

membentuk senyawa kompleks dilakukan titrasi kembali.

55
Ion logam dapat menerima pasangan elektron dari donor elektron membentuk

senyawa koordinasi atau ion kompleks. Zat yang membentuk senyawa kompleks

disebut ligan. Ligan merupakan donor pasangan elektron logam merupakan akseptor

pasangan elektron.

Salah satu jenis reaksi kimia yang dapat digunakan sebagai dasar dalam

penentuan secara titrimetri adalah pembentukan suatu zat yang dikenal sebagai

senyawa kompleks, yang mempunyai sifat larut dengan baik tetapi hanya sedikit

terdisosiasi. Ion logam dapat menerima pasangan elektron dari gugus donor elektron

membentuk senyawa koordinasi atau ion kompleks. Ion dalam logam dalam

kompleks tersebut dinamakan atom pusat sedangkan zat yang dapat membetuk

seyawa kompleks dengan atom pusat ini disebut ligan, da gugus yang terikat pada

atom pusat disebut bilangan koordinasi.

Molekul atau ion yang berfungsi sebagai ligan pada umumnya mempunyai

atom elektronegatif seperti nitrogen, oksigen atau halogen. Ligan dalam senyawa

kompleks adalah suatu atom atau gugus yang mempunyai satu atau lebih pasangan

elektron bebas. Molekul air, amoniak, ion klorida da io sianida merupakan contoh

dari ligan yang sederhana yang membentuk kompleks dengan banyak ion logam.

Titrasi dengan ligan polidentat

Ion logam dengan beberapa ligan polidentat dapat membentuk kompleks yang

larut dalam air. Berbeda dengan ligan monodentat yang dapat bereaksi hanya dalam

56
beberapa tahap, ligan polidentat ini bereaksi hanya dalam satu tahap pada

pembentukan kompleks. Selain itu reaksinya pun sederhana yaitu membentuk

komplek 1:1 telah dikenal berbagai ligan polidentat tetapi yang akan dibicarakan

adalah titrasi ion logam dengan ligan asam etilendiamin tetra asetat (EDTA)

Faktor-faktor yang mempengaruhi kurva titrasi

● pH Larutan
● pada bagian 4 telah dituliskan bahwa harga derajat
● Harga Kf

Pengaruh harga Kf terhadap pM pada pH 7. sebelum titik ekivalen semua ion

logam mempunyai harga pM yang semua karena semua ion logam mempunyai

konsentrasi yang sama sedangkan harga Kf belum berpengaruh pada saat ini. Ketika

titik ekivalen tercapai, harga Kf mulai berperan mempengaruhi harga pM.

Indikator ion logam

Indikator ion logam adalah suatu zat warna organik Yang membentuk kelat

berwarna dengan ion logam pada rentang pM. Beberapa kriteria yang perlu dijadikan

acuan dalam memilih indikator ion logam antara lain: ikatan zat warna dengan ion

logam harus lebih pernah dari pada ikatan ion logam dengan EDTA dan perubahan

warna harus mudah diamati mata. Kebanyaka indikator ion logam mengandung gugs

fungsi azo. Salah satu indikator ion logam yang paling banyak digunakan adalah

eriochrome black T (EBT) yang mempunyai rumus struktur molekul berikut:

57
1. Asidi dan Alkalimetri

Asidi-alkalimetri adalah teknik analisiskimia berupa titrasi yang menyangkut

asam dan basa atau sering disebut titrasi asam-basa. Reaksi dijalankan dengan titrasi,

yaitu suatu larutan ditambahkan dari buret sedikit demi sedikit sampai jumlah zat-zat

yang direksikan tepat menjadi ekivalen (telah tepat banyaknya untuk menghabiskan

zat yang direaksikan) satu sama lain. Larutan yang ditambahkan dari buret disebut

titrant, sedangkan larutan yang ditambah titrant disebut titrat (dalam hal ini titrant dan

titrat berupa asam dan basa atau sebaliknya). Pada saat ekivalen, penambahan titrant

harus dihentikan, saat ini dinamakan titik akhir titrasi. Untuk mengetahui keadaan

ekivalen dalam proses asidi-alkalimetri ini, diperlukan suatu zat yang dinamakan

indikator asam-basa.Indikator asam-basa adalah zat yang dapat berubah warna

apabila pH lingkungannya berubah. Asidi-alkalimetri menyangkut reaksi antara asam

kuat-basa kuat, asam kuat-basa lemah, asam lemah-basa kuat, asam kuat-garam dari

asam lemah, dan basa kuat-garam dari basa lemah.

Asidimetri adalah pengukuran konsentrasi asam dengan menggunakan larutan

baku basa, sedangkan alkalimeteri adalah pengukuran konsentrasi basa dengan

menggunakan larutan baku asam. Oleh sebab itu, keduanya disebut juga sebagai

titrasi asam-basa.

Hal ini diatasi dengan pemberian indikator asam-basa yang membantu

sehingga titik akhir titrasi dapat diketahui. Titik akhir titrasi meruapakan keadaan di

58
mana penambahan satu tetes zat penitrasi (titran) akan menyebabkan perubahan

warna indikator.

Metode Titrimetri / Volumetri

● Prosedur analisis kimia yang didasarkan pada pengukuran jumlah larutan

titran yang bereaksi dengan Analisis.


● Larutan titran : larutan yang digunakan untuk mentitrasi, biasanya digunakan

suatu larutan standar


● Larutan standar: larutan yang telah diketahui konsentrasinya

titrasi dilakukan dengan menambahkan sedikit demi sedikit titran ke dalam

Analisis

Reaksi penetralan atau asidi-alkalimetri melibatkan titrasi basa bebas (basa yang

terbentuk karena hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah dengan suatu asam

standar atau yang sering disebut asidimetri) dan reaksi asam bebas (asam yang

terbentuk dari hidrolisis garam yang berasal dari basa lemah dengan suatu basa

standar atau alkalimetri) yang reaksinya melibatkan bersenyawanya ion hidrogen dan

ion hidroksida untuk membentuk air (Basset, 1994).

Titrasi asam basa mengacu pada reaksi protolisis (perpindahan proton antar

senyawa yang mempunyai sifat-sifat asam atau basa). Umumnya digunakan larutan

baku asam kuat (HCl, H2SO4, dan HClO4) untuk titrasi basa. Sedangkan asam dititrasi

dengan larutan baku basa kuat (NaOH dan KOH) yang titik akhir titrasi dapat

59
ditetapkan dengan bantuan indikator asam basa yang sesuai atau secara potensiometri.

Reaksi asidi alkalimetri pada dasarnya melibatkan indikator asam basa yang akan

berubah warnanya atau membentuk fluoresen atau kekeruhan pada suatu interval pH

tertentu. (Rivai, 1995).

Pengujian dan penetapan kadar tidak terlepas dari peran pentingnya suatu

indikator untuk menunjukkan kesempurnaan reaksi kimia dalam analisis volumetri

atau menunjukkan konsentrasi ion hidrogen (pH) larutan Larutan (Anonim,1995).

Titrasi pengendapan merupakan titrasi yang melibatkan pembentukan endapan

dari garam yang tidak mudah larut antara titrant dan Analisis. Hal dasar yang

diperlukan dari titrasi jenis ini adalah pencapaian keseimbangan pembentukan yang

cepat setiap kali titran ditambahkan pada Analisis, tidak adanya interferensi yang

menggangu titrasi, dan titik akhir titrasi yang mudah diamati.

Salah satu jenis titrasi pengendapan yang sudah lama dikenal adalah

melibatkan reaksi pengendapan antara ion halida (Cl-, I-, Br-) dengan ion perak Ag+.

Titrasi ini biasanya disebut sebagai Argentometri yaitu titrasi penentuan Analisis yang

berupa ion halida (pada umumnya) dengan menggunakan larutan standart perak nitrat

AgNO3. Titrasi argentometri tidak hanya dapat digunakan untuk menentukan ion

halide akan tetapi juga dapat dipakai untuk menentukan merkaptan (thioalkohol),

asam lemak, dan beberapa anion divalent seperti ion fosfat PO43- dan ion arsenat

AsO43-.

60
Ketajaman titik ekuivalen tergantung dari kelarutan endapan yang terbentuk

dari reaksi antara Analisis dan titrant. Endapan dengan kelarutan yang kecil akan

menghasilkan kurva titrasi argentometri yang memiliki kecuraman yang tinggi

sehingga titik ekuivalen mudah ditentukan, akan tetapi endapan dengan kelarutan

rendah akan menghasilkan kurva titrasi yang landai sehingga titik ekuivalen agak

sulit ditentukan. Hal ini analog dengan kurva titrasi antara asam kuat dengan basa

kuat dan anatara asam lemah dengan basa kuat.

Kelebihan AgNO3 dititrasi dengan larutan baku KCNS 0,1 N atau ammonium

tiosianat 0,1 N. Indikator yang digunakan adalah besi (III) nitrat atau besi

(III)ammonium sulfat .

- Metode k.Fajans: Pada metode ini digunakan indikator absorbsi. senyawa

yang biasa digunakan adalah fluoresein dan eosin .


- Metode kekeruhan: Pada metode ini digunakan larutan baku natrium klorida

dimana larutan tersebut dititrasi dengan larutan perak dengan adanya asam

nitrat bebas atau sebaliknya dengan persyaratan tertentu penambahan

indikator tak diperlukan karena adanya kekeruhan yang di sebabkan

penimbunan beberapa tetes suatu larutan pada larutan yang lain yang

menandakan titik akhir belum tercapai.Titrasi dilanjutkan hingga tidak ada

kekeruhan lagi.

61
Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh

kalium permanganat (KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan

reduksi yang terjadi antara KMnO4 dengan bahan baku tertentu. Titrasi dengan

KMnO4 sudah dikenal lebih dari seratus tahun. Kebanyakan titrasi dilakukan dengan

cara langsung atas alat yang dapat dioksidasi seperti Fe+, asam atau garam oksalat

yang dapat larut dan sebagainya.

3.2. Bahan dan Alat Percobaan

Asidi dan Alkalimetri (Standarisasi larutan HCl xN)

Bahan : HCl, Na2B4O7.H2O, indicator MO, aquades

Alat : Erlenmeyer, buret, statif

Asidi dan Alkalimetri (Standarisasi larutan NaOH yN)

Bahan : HCl, NaOH , indicator PP, aquades

Alat : Erlenmeyer, buret, statif

Menetapkan Kadar Larutan Dalam Campuran (Menentukan kadar NaOH dan

Na2CO3)

Bahan : HCl, campuran NaOH dan Na2CO3, indicator PP, indicator MO

aquades

Alat : Erlenmeyer, buret, statif

Permanganometri (Standarisasi larutan KMnO4 dengan Asam Oksalat)

62
Bahan : Asam Oksalat (H2C2O4), aquades, H2SO4

Alat : Erlenmeyer, buret, statif, corong gelas ukur kompor listrik, labu

takar

Permanganometri (Menentukan kadar ion ferro dalam campuran)

Bahan : Campuran cuplikan Ferro+Ferri, H2SO4, KMnO4

Alat : Erlenmeyer, buret, statif, gelas ukur

3.3. Cara Kerja

Asidi dan Alkalimetri (Standarisasi larutan HCl xN)

1. Mengambil larutan HCl xN, memasukan kedalam buret sebanyak 50 ml


2. Mengambil dan menimbang 0,2 gram borax, melarutkan dengan aquades menjadi

100 ml
3. Memasukan larutan borax 25 ml kedalam Erlenmeyer 250 ml, menambahkan 3

tetes indikator MO
4. Mentitrasi larutan dengan prosedur 1, sampai terjadi perubahan warna
5. Mencatat volume HCl yang digunakan, mengulangi titrasi sampai 2 kali

Asidi dan Alkalimetri (Standarisasi larutan NaOH yN)

1. Mengambil cuplikan larutan NaOH yN sebanyak 10 ml, memasukan kedalam

Erlenmeyer
2. Menambahkan larutan dengan aquades sebanyak 15 ml, menambahkan

indicator PP 3 tetes
3. Mentitrasi larutan dengan HCL xN pada nol, sampai terjadi perubahan warna
4. Mencatat volume HCl yang digunakan
5. Mengulangi titrasi sebanyak 2 kali

63
Menetapkan Kadar Larutan Dalam Campuran (Menentukan kadar NaOH dan

Na2CO3)

1. Mengambil 25 MLcuplikan campuran, memasukan kedalam Erlenmeyer


2. Menambahkan 25 ml aquades , menambahkan indicator PP 3 tetes
3. Mentitrasi larutan dengan HCL 0,1 N pada nol, sampai warna merah

menghilang
4. Mencatat volumenya (Va).Menambahkan kembali larutan pada Erlenmeyer

dengan MO
5. Mencatat volumenya (Vb)
6. Mengulangi titrasi sampai 2 kali

Permanganometri (Standarisasi larutan KMnO4 dengan Asam Oksalat)

1. Menimbang 0,62 gram Asam Oksalat,melarutkan kedalam 75 ml aquades


2. Menambahkan 3 ml asam sulfat pekat
3. Memasukan larutan kedalam labu takar 100 ml dan encerkan sampai batas
4. Mengambil 20 ml larutan asam oksalat, memanaskan, kemudian mentitrasi

menggunakan larutan KMnO4, mencatat volumenya


5. Melakukan titrasi sebanyak 2 kali

Permanganometri (Menentukan kadar ion ferro dalam campuran)

1. Mengambil 20 ml larutan campuran cuplikan Ferro + Ferri, memasukan

kedalam erlenmeyer, menambahkan 10 ml asam sulfat


2. Mentitrasi dengan larutan KMnO4 yang telah diketahui konsentrasinya
3. Mencatat volume larutan sampai terjadi perubahan warna

5.1. Laporan Analisa Kuantitatif

64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum kuantitatif maka hasil dari praktikum sama

dengan teori yang terdapat dalam buku panduan praktikum kimia analitik.

Asidi-alkalimetri adalah teknik analisis kimia berupa titrasi yang

menyangkut asam dan basa atau sering disebut titrasi asam-basa. Reaksi dijalankan

dengan titrasi, yaitu suatu larutan ditambahkan dari buret sedikit demi sedikit sampai

jumlah zat-zat yang direksikan tepat menjadi ekivalen (telah tepat banyaknya untuk

menghabiskan zat yang direaksikan) satu sama lain. Larutan yang ditambahkan dari

buret disebut titrant, sedangkan larutan yang ditambah titrant disebut titrat (dalam hal

ini titrant dan titrat berupa asam dan basa atau sebaliknya). Pada saat ekivalen,

penambahan titrant harus dihentikan, saat ini dinamakan titik akhir titrasi. Untuk

mengetahui keadaan ekivalen dalam proses asidi-alkalimetri ini, diperlukan suatu zat

yang dinamakan indikator asam-basa. Indikator asam-basa adalah zat yang dapat

berubah warna apabila pH lingkungannya berubah. Asidi-alkalimetri menyangkut

reaksi antara asam kuat-basa kuat, asam kuat-basa lemah, asam lemah-basa kuat,

asam kuat-garam dari asam lemah, dan basa kuat-garam dari basa lemah.Dasar titrasi

argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak mudah larut antara titran

dengan Analisis. Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan

75
reaksi oleh kalium permanganat (KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada reaksi

oksidasi dan reduksi yang terjadi antara KMnO4 dengan bahan baku tertentu.

76
Daftar Pustaka

Peni, Srining. 2015. Petunjuk Praktikum Kimia Analisis. Yogyakarta: STTNAS.


http://www.scribd.com/doc/82774877/Analisis-Kualitatif-Kation-Dan-Anion

http://www.google.co.id/#hl=id&sclient=psy-
ab&q=analisis+kualitatif+anion&oq=analisis+kualita&aq=1&aqi=g10&aql=&gs_sm=3&gs_upl
=219493l231016l3l233615l13l11l0l0l0l1l3548l8218l4-
2.1.0.1.1.1l6l0&gs_l=hp.3.1.0l10.219493l231016l3l233615l13l11l0l0l0l1l3548l8218l4-
2j1j0j1j1j1l6l0.llsin.&psj=1&bav=on.2,or.r_gc.r_pw.r_qf.,cf.osb&fp=74fb3bdd4496f552&biw=
1256&bih=624

77
LAMPIRAN

78

Anda mungkin juga menyukai