Anda di halaman 1dari 18

TUGAS # 2

GEO KIMIA
PELAPUKAN /WEATHERING

Muhammad Ipnu Widayat


410012248

Sekolah Tinggi Teknologi Nasional


Jurusan Teknik Geologi
Yogyakarta
2013
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Seperti yang kita ketahui bahwa Bumi yang kita huni ini terbentuk dari bebagai proses alamiah.
Proses-proses tersebut tentunya memakan waktu yang sangat lama. bahkan proses
pembentukannya memperlukan waktu ribuan hingga jutaan tahun lamanya.

Seiring dengan berjalannya waktu, bumi terus mengalami perubahan-perbahan. Perubahan yang
terjadi sangat kompleks,. mulai dari segi materinya (Gas menjadi padatan), dari segi bentuknya,
suhunya dsb, hingga akhirnya bumi mengalami suatu proses pendinginan. Hal itu mengakibatkan
suhu di bumi menjadi stabil. dan berdampak pada munculnya kehidupan di bumi.

Tapi tenyata, proses-proses perubahan yang terjadi pada bumi tidak hanya berhenti sampai di situ
saja. Bumi masih terus mengalami perubahan. Hanya saja, perubahan yang terjadi skalanya kecil,
tidak sebesar pada awal mula pembentukan bumi. Perubahanya hanya terjadi pada materi-materi
bumi khususnya litosfer, perubahan itupun memakan waktu yang sangat lama, suatu contoh
perubahan yang terjadi pada batuan. Batuan merupakan materi dari bumi yang dapat dengan
mudah kita amati, kita juga dapat dengan mudah menjumpainya di sekitar kita. Bila kita amati
sekilas, batu memang selalu terlihat kokoh dan kuat, hal itu memang benar, karena saat kita
memeganya, kita dapat merasakan struktur batu yang keras. sehingga kita mungkin tidak pernah
berfikir bahwa, batuan yang berukuran besar bisa dihancurkan.

Apabila kita memikirkan hal itu, berarti kita telah memiliki konsep yang salah mengenai batuan,
karena ternyata sebuah batu yang besar sekalipun dapat hancur melalui sebuah proses yang
sering disebut dengan “pelapukan”. Tetapi perlu diketahui bahwa untuk menghancurkan batu
yang besar dibutuhkan waktu yang lama. selain pada batuan, pelapukan dapat juga terjadi pada
tanah dan materi lapisan bumi yang lain.

Bumi adalah planet tempat tinggal seluruh makhluk hidup beserta isinya. Sebagai tempat tinggal
makhluk hidup, bumi tersusun atas beberapa lapisan bumi, bahan-bahan material pembentuk
bumi, dan seluruh kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. Bentuk permukaan bumi
berbeda-beda, mulai dari daratan, lautan, pegunungan, perbukitan, danau, lembah, dan
sebagainya.

Bumi sebagai salah satu planet yang termasuk dalam sistem tata surya di alam semesta ini tidak
diam seperti apa yang kita perkirakan selama ini, melainkan bumi melakukan perputaran pada
porosnya (rotasi) dan bergerak mengelilingi matahari (revolusi) sebagai pusat sistem tata surya.
Hal inilah yang menyebabkan terjadinya siang malam dan pasang surut air laut.
Pelapukan adalah proses pengrusakan atau penghancuran kulit bumi oleh tenaga eksogen.
Pelapukan di setiap daerah berbeda beda tergantung unsur unsur dari daerah tersebut. Misalnya
di daerah tropis yang pengaruh suhu dan air sangat dominan, tebal pelapukan dapat mencapai
seratus meter, sedangkan daerah sub tropis pelapukannya hanya beberapa meter saja. Menurut
proses terjadinya pelapukan dapat digolongkan menjadi 3 jenis yaitu:- pelapukan fisik atau
mekanik - pelapukan organis.

Pelapukan merupakan salah satu proses yang mempercepat denudasi. Batuan, baik batuan beku,
sedimen maupun meamorf yang tersingkap diatas permukaan, bersentuhan dengan atmosfir,
hidrosfir dan biosfir akan mengalami proses pelapukan. Batuan akan terubah secara fisik dan
atau secara kimiai. Di alam, kedua proses ini sulit dibedakan, karena berlangsung secara
bersamaan. Namun secara teoritis kedua proses ini dibedakan. Proses pelapukan inilah salah satu
proses yang mengubah permukaan bumi setiap saat meskipun perubahannya tidak tampak
dengan segera, sebagaimana yang telah diutarakan bahwa faktor waktu sangat berpengaruh
dalam proses ini.

Pelapukan adalah proses berubahnya batuan menjadi tanah (soil) baik oleh proses fisik
atau mekanik (disintegrasi) maupun oleh proses kimia (decomposition). Proses decomposition
dapat menyebabkan terjadinnya mineral-mineral baru.

Sebagian besar batuan dan mineral terbentuk jauh di dalam kerak bumi, tempat yang suhu dan
tekanannya sangat berbeda dengan permukaan. Tubuh batuan dapat mengalami pelapukan, tetapi
pada bagian permukaan tanah, proses pelapukan lebih kuat.Profil pelapukan pada tubuh batuan
menunjukkan karakteristik yang berbeda pada setiap tingkat pelapukan.

Pelapukan batuan dapat memberikan pengaruh pada sifat keteknikan batuan, utamanya kekuatan
batuan.Dalam tujuan keteknikan, seperti pada konstruksi di lereng dan konstruksi bangunan,
tingkat pelapukan akan mempengaruhi kestabilan lereng dan bangunan tersebut. Sehingga
penting untuk memahami pelapukan batuan.

Kerak bumi membungkus lapisan mantel yang memiliki ketebalan 2865 km. Bagian ini bersama
kerak bumi membentuk lapisan yang disebut litosfer. Litosfer adalah bagian kulit bumi yang
berada di bagian atas yang terdiri dari bebatuan. Proses-proses di litosfer yang berkaitan dengan
pelapukan yaitu:

1. Pelapukan: memecahkan batuan dan mungkin mengubah susunan kimia batuan padat
atau di dekat permukaan bumi.
2. Mass wasting: memindahkan material batuan yang sudah melapuk menuruni lereng di
bawah pengaruh gravitasi.
3. Erosi: mengangkut material batuan baik yang sudah melapuk ataupun belum melalui
agen yang bergerak, seperti air, angin atau es.
BAB II

PEMBAHASAN

A.Pengertian Pelapukan

Pelapukan adalah proses alterasi dan fragsinasi batuan dan material tanah pada dan/atau dekat
permukaan bumi yang disebabkan karena proses fisik, kimia dan biologi. Hasil dari pelapukan
ini merupakan asal (source) dari batuan sedimen dan tanah (soil). Kiranya penting untuk ketahui
bahwa proses pelapukan akan menghacurkan batuan atau bahkan melarutkan sebagian dari
mineral untuk kemudian menjadi tanah atau diangkut dan diendapkan sebagai batuan sedimen
klastik. Sebagian dari mineral mungkin larut secara menyeluruh dan membentuk mineral baru.
Inilah sebabnya dalam studi tanah atau batuan klastika mempunyai komposisi yang dapat sangat
berbeda dengan batuan asalnya. Komposisi tanah tidak hanya tergantung pada batuan induk
(asal) nya, tetapi juga dipengaruhi oleh alam, intensitas, dan lama (duration) pelapukan dan
proses jenis pembentukan tanah itu sendiri.

Di alam pada umumnya ke tiga jenis pelapukan (fisik, kimiawi dan biologis) itu bekerja
bersama-sama, namun salah satu di antaranya mungkin lebih dominan dibandingkan dengan
lainnya. Walaupun di alam proses kimia memegang peran yang terpenting dalam pelapukan,
tidak berarti pelapukan jenis lain tidakpenting. Berdasarkan pada proses yang dominan inilah
maka pelapukan batuan dapat dibagi menjadi pelapukan fisik, kimia dan biologis. Pelapukan
merupakan proses proses alami yang menghancurkan batuan menjadi tanah. Jenis pelapukan:

1. Pelapukan biologi: merupakan pelapukan yang disebabkan oleh makhluk hidup.

contoh: tumbuhnya lumut

2. Pelapukan fisika: merupakan pelapukan yang disebabkan oleh perubahan suhu atau iklim
contoh : perubahan cuaca
3. Pelapukan kimia: merupakan pelapukan yang disebabkan oleh tercampurnya batuan
dengan zat - zat kimia .
contoh: tercampurnya batu oleh limbah pabrik yang mengandung bahan kimia

Dalam kehidupan sehari-hari, proses pelapukan sering terjadi. batu kecil yang terus ditetesi oleh
air hujan maupun air biasa lama kelamaan akan melapuk dan menjadi tanah. peristiwa itu sering
disebut dengan pelapukan fisika. batu yang ditumbuhi lumut lama kelamaan akan pecah dan
hancur. peristiwa tersebut sering disebut pelapukan biologi.Dan masih banyak lagi contoh-
contoh pelapukan.
B. Pelapukan Kimia

Pelapukan kimia membuat komposisi kimia dan mineralogi suatu batuan dapat berubah. Mineral
dalam batuan yang dirusak oleh air kemudian bereaksi dengan udara (O2 atau CO2),
menyebabkan sebagaian dari mineral itu menjadi larutan. Selain itu, bagian unsur mineral yang
lain dapat bergabung dengan unsur setempat membentuk kristal mineral baru.

Kecepatan pelapukan kimia tergantung dari iklim, komposisi mineral dan ukuran butir dari
batuan yang mengalami pelapukan. Pelapukan akan berjalan cepat pada daerah yang lembab
(humid) atau panas dari pada di daerah kering atau sangat dingin.

Pelapukan ini disebut sebagai proses dekomposisi batuan. Pelapukan ini tidak hanya terjadi
perubahan bentuk, tetapi juga terjadi perubahan susunan kimiawinya.

Pada daerah kapur, air hujan yang jatuh disamping membentuk aliran permukaan sebagian lagi
juga meresap memasuki celah-celah yang terdapat pada batuan kapur. Batuan kapur mudah
terlarut oleh air yang mengandung CO . Pelarutan yang berlangsung secara terus menerus akan
terbentuk jaringan rekahan sehingga akan terbentuk aliran bawah tanah. Air hujan lenyap di
dalam ponor-ponor yaitu lubang di permukaan batuan kapur yang di dalamnya air hujan dapat
mengalir. Selian itu juga dapat terbentuk dolina (akibat aktivitas pelarutan, sehingga di daerah
kapur terdapat lekukan pada batuan. Perembesan air hujan yang melarutkan dinding diaklas
tegak yang semakin lama bertambah lebar). Pada langit-langit kapur biasanya terdapat rembesan
air yang mengandung larutan kapur melalui retakan halus dan kemudian menetes dan jatuh ke
dasar gua. Karena air menguap, maka yang tertinggal adalah kristal-kristal kalsit yang
menggantung pada langit-langit gua. Fenomena ini disebut stalaktit. Pada stalaktit terdapat pipa
di dalamnya. Air yang jatuh pada dasar gua akan menguap juga, akibatnya terbentuklah kristal-
kristal kalsit dengan bentuk seperti tongkat yang mencuat dari dasar gua dan disebut dengan
stalakmit. Stalaktit dan stalakmit yang terus tumbuh akan membentuk tiang-tiang dalam gua
kapur.

Beberapa factor yang mendukung pelapukan kimia:

1. Iklim tropis

2. Temperatur rendah

3. Amplitudo rendah

4. Kebasahan udara rendah

5.Curah hujan besar


Jenis pelapukan kimia:

1). Hidrolisis adalah reaksi antara mineral silikat dan asam (larutan mengandung ion H+) dimana
memungkinkan pelarut mineral silikat dan membebaskan kation logam dan silika. Mineral
lempung seperti kaolin, ilit dan smektit besar kemungkinan hasil dari proses pelapukan kimia
jenis ini (Boggs, 1995). Pelapukan jenis ini memegang peran terpenting dalam pelapukan kimia.

2). Hidrasi adalah proses penambahan air pada suatu mineral sehingga membentuk mineral baru.
Lawan dari hidrasi adalah dehidrasi, dimana mineral kehilangan air sehingga berbentuk
anhydrous. Proses terakhir ini sangat jarang terjadi pada pelapukan, karena pada proses
pelapukan selalu ada air. Contoh yang umum dari proses ini adalah penambahan air pada mineral
hematit sehingga membentuk gutit.

Reaksi antara molekul air dengan senyawa mineral

Contoh:

2 Fe2O3 + 3H2O 2 Fe2O3 3H2O

Hematit Limonit

KAlSi3O8 + 2H2O + O2 Al2Si2O5 (OH)4 + 4SiO2 + ...

Orthoklas Kaolin silikat


Ca SO4 + 2H2O CaSO4 2H2O

Anhidrit Gipsum

3). Oksidasi adalah proses penambahan valensi positif atau pengurangan valensi negatif.
Oksidasi dapat pula diartikan sebagai reaksi suatu zat dengan oksigen. Dalam hal ini sebagai zat
adalah mineral dalam batuan.Berlangsung pada besi atau mangan yang pada umumnya terbentuk
pada mineral silikat seperti biotit dan piroksen. Elemen lain yang mudah teroksidasi pada proses
pelapukan adalah sulfur, contohnya pada pirit (Fe2S).

2 Fe2S2 + 2H2O +7O2 2 Fe2SO4 +2H2SO4

4 Fe2 + 3 O2 2 Fe203 (hematit merah)

Asal besi dari olivin, piroksen, amphibol

Contoh oksidasi:

4 FeS2 + 11 O2 + nH2O 2 Fe2O3 nH2O + 8 SO2

Pirit Limonit

Selanjutnya dapat terbentuk asam sulfat menurut reaksi:

2 SO2 + O2 2 SO3

2 SO3 + 2 H2O 2 H2SO4 asam sulfat

Asam sulfat yg terjadi, dapat bereaksi dgn limonit

Fe2O3 nH2O + 3 H2 SO4 Fe2(SO4)3 + (n+ 3) SO2

Contoh lain hasil oksidasi kaya besi adalah:

hematit (fe2o3) yg berwarna merah

4). Reduksi terjadi dimana kebutuhan oksigen (umumnya oleh jasad hidup) lebih banyak dari
pada oksigen yang tersedia. Kondisi seperti ini membuat besi menambah elektron dari Fe3+
menjadi Fe2+ yang lebih mudah larut sehingga lebih mobil, sedangkan Fe3+ mungkin hilang
pada sistem pelapukan dalam pelarutan.
5). Pelarutan mineral yang mudah larut seperti kalsit, dolomit dan gipsum oleh air hujan selama
pelapukan akan cenderung terbentuk komposisi yang baru.

6). Pergantian ion adalah proses dalam pelapukan dimana ion dalam larutan seperti pergantian
Na oleh Ca. Umumnya terjadi pada mineral lempung.

7). Solution

Contoh:

CaCO3 + 2 H2O + CO2 Ca(HCO3)2

8. Carbonation

Pada proses ini gas karbon dioksida (CO2) bekerja sebagai faktor pelapuk. Air

yang mengandung gas karbon dioksida memiliki daya pelapuk sangat kuat. Gas karbondioksida
yang terkandung dalam air diikat dari udara atau dari sisa tumbuhan setelahmengalami proses
humifikasi.

Batuan yang paling mudah dilapukkan oleh proses karbonasi adalah batuan kapur (lime stone).
Proses kimia karbonasi dapat dilihat pada persenyawaan di bawah ini:

CaCO3 + H2O + CO2 ----> Ca (HCO3)2

CaCO3 = kalsit Ca (HCO3)2 = kalsium bikarbonat

Gejala atau bentuk - bentuk alam yang terjadi di daerah karst diantaranya:

a. Dolina

Adalah lubang lubang yang berbentuk corong. Dolina dapat terjadi karena erosi (pelarutan) atau
karena runtuhan. Dolina terdapat hampir di semua bagian pegunungan kapur di Jawa bagian
selatan, yaitu di pegunungan seribu.Puncak-puncak pada dolina adalah sisa pelarutan sedangkan
lembah diantaranya adalah dolina yang melebur.

b. Gua dan sungai di dalam Tanah.

Di dalam tanah kapur mula-mula terdapat celah atau retakan. Retakan akan semakin besar dan
membentuk gua-gua atau lubang-lubang, karena pengaruh larutan.Jika lubang-lubang itu
berhubungan, akan terbentuklah sungai-sungai di dalam tanah.
c. Stalaktit dan Stalakmit

Stalaktit adalah kerucut-kerucut kapur yang bergantungan pada atap gua.Terbentuk tetesan air
kapur dari atas gua.Terbentuk dari kapur yang tebal akibat udara yang masuk ke dalam
goa.Sedangkan stalakmit adalah kerucut-kerucut kapur yang berdiri pada dasar gua. Contohnnya
stalaktit dan stalakmit di Gua tabuhan dan gua Gong di Pacitan, jawa Timur serta Gua jatijajar di
Kebumen, Jawa Tengah serta gua Tabuhan dan Gua Gong di Pacitan,Jawa Timur

Pelapukan batuan gamping

Faktor-faktor yang mengendalikan jumlah dan perbandingan larutan batu gamping.

1. Jumlah karbondioksida (CO2), yang dikendalikan oleh:

· Jumlah atmospheric CO2

· Jumlah CO2 dalam tanah dan air tanah.

· Jumlah CO2 dalam gua dan gua besar

· Temperatur-CO2 lebih mudah dilarutkan/dipecahkan pada temperatur rendah

2. Jumlah air yang berhubungan dengan batu gamping.

3. Temperatur air

4. Pergolakan air

5. Kehadiran asam organik

6. Kehadiran timah, besi sulfide, sodium, atau potassium dalam air

Perbandingan larutan batu gamping

Perbandingan larutan berbeda. Di Burren, Irlandia bagian barat, kedalaman rata-rata dari larutan
adalah 8 cm di tanah kosong, 10 cm di bawah permukaan tanah, dan 22 cm di bawah tanah. Ini
telah terjadi lebih dari 10.000 tahun terakhir, menunjukkan rata-rata 15 cm dalam 10.000 tahun
atau 0,0152 mm per tahun.

Accelerated Solution

Accelerated solution terjadi pada kondisi tertentu:

· Batu yang kedap berdempetan dengan batu gamping-air dari wilayah nonkarstic mempunyai
air yang agresif dan akan menyebabkan perbandingan larutan di atas rata-rata.
· Karat alluvial-larutan yang kuat terjadi oleh air yang melewati alluvium dan pasir morainic dan
batu-batu kerikil.

· Karat dari pencampuran-ini terjadi ketika air dari kekerasan yang berbeda bercampur.

· Pada pinggiran salju dan padang es-snow meltwater mampu melarutkan lebih banyak batu
gamping daripada air hujan.

· Penggundulan batu gamping bertambah karena curah hujan tahunan dan runoff increase.

· Limestone weathers lebih cepat di bawah permukaan tanah tertutup dibandingkan di permukaan
kosong.

Kegiatan manusia mempunyai banyak pengaruh yang kuat di alam dan perbandingan
penggundulan batu gamping :

· Pembakaran bahan bakar fosil dan penebangan hutan telah meningkatkan tingkat atmospheric
dari karbondioksida dan dengan demikian pelapukan dari batu gamping mungkin meningkat.

· Hujan asam menambah tingkat keasaman (sulfur dioksida dan nitrogen oksida) di air hujan

· Pertanian dan kehutanan mempengaruhi tingkat keasaman tanah dan karbondioksida.

Contoh gambar pelapukan kimia :


C. Pelapukan Mekanik

Pelapukan mekanik atau fisik adalah proses memecahkan batuan besar menjadi kecil dan batuan
kecil menjadi halus, tanpa ada perubahan kimia pada mineral-mineral penyusunnya.

Proses pelapukan fisik batuan induk yang mengalami retakan-retakan akibat pengaruh suhu
dingin yang ekstrim dan suhu panas yang ekstrim.

Ada 5 proses alami pelapukan mekanik, yaitu:

1). Aksi Air Beku

Aksi air beku adalah efek mekanik dari air beku yang terdapat pada celah-celah batuan. Aksi ini
ada dua macam: irisan air beku (frost wedging) dan dorongan air beku (frost heaving).

Kebanyakan batuan memiliki celah (retakan) di dalamnya, disebut joint. Retakan ini disebabkan
oleh lenturan perlahan dari batuan rapuh akibat gaya-gaya tektonik bumi di tempat yang dalam.
Air hujan masuk dan memenuhi celah ini. Ketika suhu turun di bawah 0 derajat Celcius, air
membeku menjadi es. Air yang membeku menjadi es memuai sehingga volumenya dapat
menjadi 109%. Volume es yang memuai menghasilkan gaya keluar yang sangat besar.

Pemuaian es beku mula-mula memperbesar retakan. Ketika siang hari, sebagian es dalam retakan
mencair, menambah air baru ke dalam retakan. Pada malam hari, air baru ini membeku dan
pemuaian es beku ini terus memperbesar retakan. Setelah beberapa kali siklus pembekuan dan
pencairan ini terjadi, batuan pecah menjadi beberapa potong. Proses ini disebut irisan air beku.
Bagian-bagian batuan diiris lepas dan jatuh terguling-guling ke bawah karena gaya gravitasi
membentuk tumpukan besar disebut lereng talus yang sering terbentuk pada dasar bukit.
Dorongan air beku adalah proses mengangkut batuan dan tanah secara vertikal. Batuan padat
mengantarkan kalor lebih baik daripada tanah, sehingga pada suatu hari dingin di musim dingin,
tanah di bawah batuan yang terkubur dalam tanah jauh lebih dingin daripada tanah di sekitarnya.
Begitu tanah mendingin, es terbentuk lebih dahulu pada bagian dasar batuan. Lapisan-lapisan es
pada bagian dasar batuan memuai dan mendorong batuan besar muncul ke permukaan tanah.

2). Tekanan dari Kristal Garam

Pada daerah iklim kering, pelapukan mekanis sering disebabkan oleh pertumbuhan kristal garam.
Pada siang hari, panas matahari akan menguapkan air yang mengandung garam, sehingga
garamnya mengkristal. Oleh karena kristal garam sangat tajam maka pertumbuhan kristal garam
menghasilkan tegangan kuat. Sebagai hasilnya, batuan yang sangat keras pun dapat hancur dan
menjadi pasir. Relung-relung dan gua dangkal di dekat alas batu karang pasir dihasilkan oleh
proses ini.

3). Kegiatan Biologi

Pelapukan mekanik akibat kegiatan biologi (tumbuhan, hewan, manusia) sering disebut sebagai
pelapukan organik. Contoh pelapukan organik yang mudah dijumpai: retaknya sebuah batuan di
dekat pohon besar akibat perpanjangan akar-akar pohon yang menghasilkan tekanan pada
batuan. Pelapukan organik juga dapat disebabkan oleh bakteri atau binatang kecil, seperti cacing
tanah, semut dan tikus.

4). Pemuaian Akibat Pembebasan Tekanan

Batuan besar seperti batolitgranit mungkin awalnya dibentuk oleh tekanan besar dari berat
batuan yang terletak beberapa kilometer di atasnya. Kemudian lapisan batuan atas dierosi
menjauh dari batolit granit. Proses berpindahnya lapisan batuan besar di atas batolit granit diberi
istilah pembebasan tekanan. Disertai oleh pembebasan tekanan ini, lapisan luar batuan memuai
lebih besar daripada batuan di bawahnya. Karena itu, lapisan luar batuan terpisah dari badan
batuan. Berlanjutnya pelapukan akhirnya menyebabkan lapisan batuan terkelupas. Disebut
demikian karena proses ini mirip dengan terkelupasnya kulit bawang. Pengelupasan batuan besar
dengan bentuk bola sering disebut kubah pengelupasan. Contoh yang paling terkenal adalah:
Stone Mountain, Georgia dan Halfdome.

5). Pemuaian Termal

Siklus harian perubahan suhu diduga dapat memecahkan batuan, terutama di daerah padang pasir
di mana variasi suhunya bisa melebihi 30 derajat Celcius. Umumnya, batuan disusun oleh
beberapa mineral dengan koefisien muai berbeda. Memanasi sebuah batuan (siang hari)
menyebabkannya memuai dan mendinginkannya (malam hari) menyebabkannya menyusut.
Proses berulang memuai dan menyusutnya mineral yang memiliki laju pemuaian dan penyusutan
berbeda tersebut akan memberikan tegangan pada lapisan luar batuan. Akibatnya, terjadilah
retak-retak pada bidang perbatasan mineral-mineral yang berbeda tersebut.

Contoh gambar pelapukan mekanik :

D. Pelapukan Biologis (Organis)

Pelapukan organis sering pula disebut dengan pelapukan biologi (biological weathering).
Pelapukan organis adalah penghancuran batuan oleh makhluk hidup, seperti tumbuhan, binatang,
dan juga manusia.
Pelapukan tumbuhan terjadi lantaran akar-akar tumbuhan yang menerobos batuan. Dalam proses
penerobosan akar pada batuan, ujung-ujung akar tersebut mengeluarkan sejenis enzim yang
berfungsi menghancurkan batuan. Melalui proses pergeseran waktu, akar yang membesar akan
memecah dan membelah batuan menjadi beberapa bagian. Menurut pengamatan saya, akar
tumbuhan yang relatif kuat menghancurkan batuan di antaranya adalah tanaman pinang raja,
akasia, dan pilisium. Akar serabut pinang raja yang kuat dan dalam jumlah banyak, serta meluas
mampu mengoyakkan batuan. Bahkan tumbuhan yang hidup di dekatnya tak mampu hidup
dengan normal. Hal ini terjadi karena akar-akar pinang raja ini akan memenuhi juga lapisan atas
tanah (horison A). Dengan hal tersebut, jelas unsur hara yang ada pada lapisan itu tersedot habis
oleh sistem perakaran pada pinang raja tersebut, hingga tumbuhan lain yang hidup di sekitarnya
tak seberapa memperoleh bagian. Pelaku pelapukan organis dari tumbuhan ini tidak hanya oleh
tumbuhan yang ukurannya besar, namun juga oleh tumbuhan-tumbuhan lain yang lebih kecil
seperti cendawan, lumut, bahkan juga bakteri.

Pelapukan biologis oleh hewan dilakukan oleh semut, rayap, cacing, tikus dan sebagainya untuk
ukuran hewan kecil sampai kelompok hewan ukuran besar seperti kerbau, sapi, bahkan gajah.
Kelompok binatang yang kecil merusak batuan dengan membuat lubang kecil untuk berlindung
dan mencari makan. Ayam merusak batuan dengan mengais-ngaiskan kakinya, sedang kelompok
binatang yang lebih besar dengan injakannya dan perilaku lainnya. Hanya perlu diketahui bahwa
pelapukan oleh tumbuhan dan binatang ini intensitas dan dampaknya relatif kecil.

Pelaku pelapukan biologis yang paling besar pengaruhnya terhadap pelapukan batuan adalah
manusia. Walaupun kekuatan fisik manusia relatif terbatas, namun lantaran kemampuan akalnya
yang tinggi, batuan bisa hancur berkeping-keping dalam hitungan detik.Penyebabnya adalah
proses organisme yaitu binatang tumbuhan dan manusia, binatang yang dapat melakukan
pelapukan antara lain cacing tanah, serangga.Dibatu-batu karang daerah pantai sering terdapat
lubang-lubang yang dibuat oleh binatang.

Pengaruh yang disebabkan oleh tumbuh tumbuhan ini dapat bersifat mekanik atau kimiawi.
Pengaruh sifat mekanik yaitu berkembangnya akar tumbuh-tumbuhan di dalam tanah yang dapat
merusak tanah disekitarnya. Pengaruh zat kimiawi yaitu berupa zat asam yang dikeluarkan oleh
akar- akar serat makanan menghisap garam makanan. Zat asam ini merusak batuan sehingga
garam-garaman mudah diserap oleh akar. Manusia juga berperan dalam pelapukan melalui
aktifitas penebangan pohon, pembangunan maupun penambangan.

Faktor pelapukan Biologis

Kecepatan proses pelapukan bebatuan dapat diindikasikan oleh jenis dan komposisi
mineral/senyawa kimiawi penyusunnya. Batuan sedimen umumnya tidak melapuk secepat
batuan beku maupun batuan peralihan dan batu pasir lebih resisten ketimbang batu kapur. Hal ini
karena bentuknya yang lebih mampat. Bebatuan yang berkomposisi mineral lebih kompleks akan
melapuk lebih mudah ketimbang yang lebih sederhana, karena dengan makin kompleksnya
komposisi akan makin variatif pori-pori antar molekul yang terbentuk dan makin tidak rata
permukaannya, sehingga makin mudah mengalami proses pelapukan.
B. KESIMPULAN:

Pelapukan merupakan perusakan batuan pada kulit bumi karena pengaruh air, akar, dan sinar
matahari. Pelapukan terdiri dari tiga macam

Pelapukan Mekanisme adalah penghancuran terhaap bebatuan disebabkan oleh pemumaian,


pembekuan air, perubahan suhu tiba-tiba atau perbedaan suhu yang sangat besar antara siang dan
malam

Pelapukan kimiawi adalah pelapukan yang terjadi akibat peristiwa kimia, Hasil pelapukan
kimiawi didaerah jarst biasa menghasilkan karren, ponor, sungai bawah tanah, , tiang-tiang
kapur, stalagtit dan stalagmite atau gua kapur.

Pelapukan Biologis pelapukan organis terjadi akibat proses organis. Pelakunya adalah mahluk
hidup, bisa oleh tumbuh-tumbuhan, hewan, atau manusia , dan akar-akar tumbuhan maupu
cendawan dan lumut bisa juga menghancurkan batuan tersebut.

Fragmen batuan. Soil yang immature, hasil pelapukan batuan beku, mengandung fragmen
batuan, dan mineral yang tidak stabil seperti biotit, piroksin, hornblende, dan Ca-plagioklas.
Sedang soil yang dewasa (mature), akan mengandung mineral-mineral yang sangat stabil seperti
kuarsa, muskovit dan kemungkinan ortoklas. Stabilitas mineral terhadap proses pelapukan kimia
merupakan kebalikan dari Bowen’s Reaction Series.

Mineral sekunder. Mineral sekunder yang terbentuk oleh proses pelapukan adalah mineral
lempung, oksida atau hidroksida besi, dan aluminium hidroksida. Mineral lempung yang
terbentuk pada proses pelapukan kimia tingkat sedang adalah ilit dan smektit. Sedang pada
pelapukan kimia yang intensif akan terbentuk aluminium hidroksida seperti gibsit. Mineral ini
sering sebagai mineral bijih aluminium (aluminium ores). Mineral sekunder yang mengandung
besi pada umumnya adalah mineral gutit, hematit, dan limonit.

Tanah merupakan sumberdaya alam non-hayati yang terbentuk dari proses pelapukan batuan.

Tekstur tanah tersusun dari tiga komponen, yaitu: pasir, debu dan liat. Ketiga komponen tersebut
dibedakan berdasarkan ukurannya yang berbeda. Partikel pasir berukuran antara 200 mikrometer
sampai dengan 2000 mikrometer. Partikel debu berukuran antara 2 mikrometer sampai dengan
kurang dari 200 mikrometer. Partikel liat berukuran kurang dari 2 mikrometer. Makin halus
ukuran partikel penyusun tanah tersebut akan memiliki luas permukaan partikel per satuan bobot
makin luas. Partikel tanah yang memiliki permukaan yang lebih luas memberi kesempatan yang
lebih banyak terhadap terjadinya reaksi kimia. Partikel liat persatuan bobot memiliki luas
permukaan yang lebih luas dibandingkan dengan kedua partikel penyusun tekstur tanah lain
(seperti: debu dan pasir). Reaksi-reaksi kimia yang terjadi pada permukaan partikel liat lebih
banyak daripada yang terjadi pada permukaan partikel debu dan pasir persatuan bobot yang
sama. Dengan demikian, partikel liat adalah komponen tanah yang paling aktif terhadap reaksi
kimia, sehingga sangat menentukan sifat kimia tanah dan mempengaruhi kesuburan tanah.
Referensi

http://fikarsul10.blogspot.com/2012/02/makalah-pelapukan.html

http://febry23.wordpress.com/2010/11/24/pelapukan-weathering/

http://id.wikipedia.org/wiki/Pelapukan

http://www.geschool.net/812028/blog/post/terjadinya-pelapukan-batuan

http://rizqigeos.blogspot.com/2013/05/pelapukan-batuan.html

http://rizqigeos.blogspot.com/2013/05/pelapukan-batuan.html

http://jurnal-geologi.blogspot.com/2010/02/pelapukan-kimia.html

http://creamy56.blogspot.com/2012/10/pelapukan.html

http://www.fauzionline.com/2012/09/faktor-pelapukan-kimiawi-biologis-dan.html

http://hanamachi23.blogspot.com/2013/02/ilmu-pengetahuan-alam-pelapukan.html

http://movtif.blogspot.com/2013/05/jenis-jenis-pelapukan-fisik-mekanis.html

http://riise-aeza.blogspot.com/2012/03/pelapukan-batuan.html

http://ilmusekolahgratis.blogspot.com/2013/04/pengertian-dan-macam-macam-pelapukan.html

http://ardiansyahboe.blogspot.com/2013/04/pelapukan.html

Anda mungkin juga menyukai