Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Analisis kualitatif yang bertujuan utama untuk mengenali komposisi atau struktur bahan kimia, cukup
banyak jenisnya, sesuai dengan jenis bahan kimia yang terdapat dalam sampel. Analisis kualitatif
untuk bahan organik biasanya menjadi bagian kajian dari kimia organik sehingga tidak dimasukkan
dalam bagian kimia analitik. Bahan kimia dalam sampel organik juga cukup banyak ragamnya sesuai
dengan struktur dari bahan tersebut. Bahan kimia organik molekuler berbeda cara penetapannya
dengan bahan kimia anorganik ionik.
Analisis kualitatif kation dan anion secara sistematis telah berkembang cukup lama. Berkat kajian
yang dilakukan oleh Karl Remegius Fresenius sejak tahun 1840. Analisis kualitatif untuk anion dan
kation dikaji secara terpisah. Analisis kualitatif anion lebih sederhana dibanding degan analisis kation,
tetapi analisis anion memerlukan ketelitian dalam melakukan observasi dari gejala-gejala yang timbul.
Mengingat keuntungan ini, maka analisis anion dipelajari sebelum analisis kation. Untuk lebih
memahami mengenai anion dan kation, maka dilakukanlah percobaan ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Analisa Kation Dan Anion
Pada dasarnya metode analisis kimia dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
1. Analisis kualitatif yaitu analisis yang berhubungan dengan identifikasi suatu zata tau campuran zat
yang tidak diketahui.
2. Analisis kuantitatif yaitu analisis kimia yang menyangkut penentuan jumlah zat tertentu yang ada
di dalam suatu contoh (sampel).
Ada dua aspek penting dalam analisis kualitatif, yaitu pemisahan dan identifikasi. Kedua aspek ini
didasari oleh kelarutan, keasaman, kebasaan, pembentukan senyawa kopleks, oksidasi-reduksi, sifat
penguapan dan ekstraksi. Sifat-sifat ini sebagai sifat periodik menentukan kecenderungan dari
kelarutan klorida, sulfida, hidroksida, karbonat, sulfat dan garam-garam lainnya dari logam. Walaupun
analisis kualitatif (analisis klasik) sudah banyak ditinggalkan, namun analisis kualitatif ini merupakan
aplikasi prinsip-prinsip umum dan konsep-konsep dasar yang telah dipelajari dalam kimia dasar.
Analisis kualitatif sebagian besar didasarkan pada kesetimbangan untuk memisahkan dan
mengidentifikasi ion yang sejenis. Kesetimbangan asam-basa, kesetimbangan heterogen,
kesetimbangan redoks dan kesetimbangan ion kompleks merupakan jenis-jenis kesetimbangan yang
sering digunakan dalam analisis kualitatif anion. Garam-garam larut dalam air yang mengandung
kation basa kuat bila berkombinasi (bergabung) dengan anion dari asam lemah menghasilkan larutan
yang bersifat basa. Kelompok anion, sebagian bersifat sebagai oksidator, sebagai reduktor, sebagian
lain sifat oksidator reduktornya tergantung dalam suasana larutannya. Reaksi pengendapan
mengandung nilai yang sangat berarti bagi analisis anion. Beberapa reaksi anion dengan ion barium,
Ba2+ yang digunakan sebagai uji spesifik dari anion tertentu didasarkan pada nilai kelarutannya.
Demikian pula dengan reaksi pengendapan anion dengan menggunakan ion Ag+ merupakan bagian
penting dari uji pendahuluan dari analisis anion.
Prosedur pertama kali yang biasa digunakan untuk menguji suatu zat yang tidak diketahui adalah
membuat contoh (sampel) yang dianalisis dalam bentuk cairan (larutan). Selanjutnya terhadap larutan
yang dihasilkan dilakukan uji terhadap ion-ion yang mungkin ada. Sebelum mengidentifikasi berbagai
konsentrasi dalam suatu campuran ion, biasanya dilakukan pemisahan ion terlebih dahulu melalui
proses pengendapan, selanjutnya dilakukan pelarutan kembali endapan tersebut. Kemudian diadakan
uji-uji spesifik untuk ion-ion yang akan diidentifikasi. Uji spesifik dilakukan dengan menambahkan
reagen (pereaksi) tertentu yang akan memberikan larutan atau endapan berwarna yang merupakan
karakteristik (khas) untuk ion-ion tertentu.
Analisis kation dan anion sering kali dapat dibantu oleh diagram alir, yang menggambarkan langkahlangkah sistematis untuk mengidentifikasi jenis kation dan anion. Diagram alir untuk analisis kation

lebih sistematis dibandingkan diagram alir analisis anion. Dalam diagram alir analisis kualitatif anion
dan kation dimulai dari ion yang ditanyakan, pereaksi yang perlu ditambahkan, kondisi eksperimen
dan rumus kimia produk yang dihasilkan. Ada berbagai macam cara untuk menggambarkan diagram
alir analisis ion. Gambar umum yang biasa digunakan adalah aliran ke bawah, yang endapannya
dituliskan di sebelah kiri, sedangkan larutannya dituliskan dikanan.
Golongan I, kation golongan ini membentuk endapan dengan asam klorida encer. ion-ion golongan ini
adalah timbal, merkurium (I) raksa dan perak. Golongan II, kation golongan ini tidak bereaksi dengan
asam klorida, tetapi membentuk endapan dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer.
ion-ion golongan ini adalah merkurium (II), tembaga, bismut, kadmium, arsenik (III), arsenik (V),
stibium (III), stibium (V), timah (II) dan timah (III) (IV). Golongan III, kation golongan ini tak
bereaksi dengan asam klorida encer, ataupun dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral
encer. Namun, kation ini membentuk endapan dengan amonium sulfida dalam suasana netral atau
amoniakral. Kation-kation golongan ini adalah kobalt (II), nikel (II), besi (II), besi (II), kromium (III),
aluminium, zink dan mangan (II). Golongan IV, kation golongan ini bereaksi dengan reagensia
golongan I, II dan III. Kation-kation ini membentuk endapan dengan amonium karbonat dengan
adanya amonium klorida, dalam suasana netral atau sedikit asam. Kation-kation golongan ini adalah
kalsium, stronsium dan barium. Terakhir golongan V, kation-kation yang umum tidak bereaksi dengan
reagensia golongan sebelumnya, merupakan golongan kation yang terakhir yangn meliputi ion-ion
magnesium, natrium, kalium, amonium, litium dan hidrogen
Analisis campuran kation-kation memerlukan pemisahan kation secara sistemasik dalam golongan dan
selanjutnya diikuti masing-masing golongan ke dalam sub golongan dan komponen-komponennya.
Pemisahan dalam golongan didasarkan pada perbedan sifat kimianya dengan cara menambahkan
pereaksi yang akan mengendapkan ion tertentu dan memisahkan dari ion-ion lainnya. Sebagai suatu
gambaran, penambahan HCl dalam larutan yang mengandung semua ion hanya akan mengendapkan
klorida dari ion-ion timbal (Pb2+), perak (Ag+) dan raksa (Hg2+). Setelah ion-ion diendapkan dan
dipisahkan, ion-ion lain yang ada dalam larutan tersebut dapat diendapkan dengan penambahan H2S
dalam suasana asam. Setelah endapan dipisahkan, perlakuan selanjutnya dengan pereaksi tertentu
memungkinkan terpisahnya golongan lain. Umumnya penggolongan kation didasarkan atas perbedaan
kelarutan kation-kation tersebut dalam klorida, sulfida dan karbonat. Jadi dalam analisis kualitatif
sistematik, kation-kation diklasifikasikan dalam lima golongan (golongan I golongan V) berdasarkan
sifat-sifat kation terhadap beberapa pereaksi antara lain asam klorida, hidrogen sulfida, amonium
sulfida dan amonium karbonat.
Langkah dalam analisis kation secara umum dapat dikategorikan dalam tiga tahapan, yaitu:
1). Pemisahan kation-kation kedalam golongan.
2). Pemisahan kation-kation dari tiap golongan.
3). Identifikasi tiap kation.
Pada pemisahan kation-kation kedalam golongan, kation dalam tiap kelompok diendapkan sebagai
senyawa dengan menggunakan pereaksi pengendap golongan tertentu. Endapan yang dihasilkan
mengandung kation-kation dalam satu golongan. Pemisahan endapan dari larutannya biasanya cukup
dilakukan dengan teknik sentrifugasi yang diteruskan dengan dekantasi. Kemudian pereaksi
pengendap golongan berikutnya ditambahkan pada larutan hasil dekantasi.
Tahap pemisahan kation-kation dari tiap golongan, serangkaian reaksi dilakukan untuk dapat
memisahkan satu kation dalam satu kelompok dari kation lainnya. Reaksi yang dipilih harus dilakukan
secara hati-hati untuk mendapatkan keuntungan tentang kemiripan dan perbedaan sifat-sifat kimia
dan pada tahap identifikasi tiap kation ialah keberadaan suatu kation dikonfirmasi atau diidentifikasi
dengan menggunakan satu atau lebih reaksi kimia yang karakteristik atau spesifik untuk suatu kation.
Setelah selesai dilakukan pengujian terhadap kation, barulah dilakukan pengujian terhadap anion.
Pengujian terhadap anion relatif lebih sederhana karena penggunaan-penggunaan dari ion-ion lain
yang ada dalam larutan minimal (dapat diabaikan). Pada umumnya anion-anion dapat digolongkan
sebagai berikut:

1). Golongan sulfat, SO42-, CO32-, Cr2O42-, AsO43-, PO43-, SO32-, BO33-. Anion-anion ini
mengendap dengan Ba2+ dalam suasana basa.
2). Golongan halida, Cl-, Br, I dan S2-. Anion golongan ini mengendap dengan Ag+ dalam larutan
asam (HNO3)
3). Golongan nitrat, NO3-, NO2- dan CH3COO-. semua garam dari golongan ini larut.
Analisis anion diawali dengan uji pendahuluan untuk memperoleh gambaran ada tidaknya anion
tertentu atau kelompok anion yang memiliki sifat-sifat yang sama. Selanjutnya diikuti dengan proses
analisis yang merupakan uji spesifik dari anion tertentu. Pemisahan secara fisik dari anion umumnya
tidak penting, Karena uji spesifik anion hanya peka terhadap anion tertentu dan tidak peka untuk
anion lainnya. Hanya bila terjadi interferensi atau gangguan dalam suatu analisis anion oleh anion lain
maka diperlukan langkah awal proses pemisahan. Beberapa uji pendahuluan dan uji identifikasi atau
uji spesifik dapat dilakukan dalam fase padatan, tetapi untuk memperoleh validitas pengujian yang
tinggi biasanya dilakukan dalam keadaan larutan. Kelarutan bahan-bahan anorganik, terutama garam
yang berupa daftar. Daftar kelarutan garam sangat membantu dalam menetapkan kombinasi antara
anion dan kation. Misalnya, jika larutan zat yang tidak diketahui ditemukan mengandung ion karbonat,
CO32-, maka hanya dimungkinkan ada kation-kation tertentu seperti K+, Na+, NH4+, sebab garam
karbonat dari kation lain tidak larut dalam air.
Anion kompleks halogen, khususnya fluorida dan klorida dianggap penting. Anion-anion halogen
terbentuk oleh adanya interaksi dari halida-halida dari logam dan nonlogam yang bertindak sebagai
asam Lewis, terhadap halida yang bertindak sebagai basa:
AlCl3 + Cl- = AlCl4FeCl3 + Cl- = FeCl4BF3 + F- = BF4PF5 + F- = PF6Banyak halida halogen dapat terbentuk dalam larutan akua. Afinitas relatif dari F-, Cl-, Br- dan Iuntuk suatu ion logam belum dimegerti sepenuhnya. Bagi materi berkristal, energi kisi adalah penting.
Cara pengendapan dengan pelepasan anion mempunyai kesamaan dengan cara hidrolisis. Disini anion
pengendapan dibangkitkan secara berlahan-lahan dalam larutan yang mengandung ion logam yang
akan diendapkan. Pembangkitan anion itu dilakukan dengan cara hidrolisis terkendali senyawasenyawa tertentu dalam suasana yang cocok untuk pembentukan endapan. Tetapi ada kendala dalam
pemakaian cara ini, karena terbatasnya ketersediaan senyawa-senyawa yang cocok untuk
membangkitkan anion, yakni senyawa-senyawa yang dapat larut dalam air dan dapat terhidrolisis
menghasilkan anion pengendap dalam larutan dengan kecepatan hidrolisis yang dapat dikendalikan.
Senyawa-senyawa tersebut biasanya berupa ester atau amida. Misalnya, dietil oksalat dapat larut
dalam air dan terhidrolisis menghasilkan ion oksalat dan tioasetamida menghasilkan ion sulfida. Ionion yang dibangkitkan ini dapat dipakai untuk mengendapkan beberapa ion logam.
Pengendapan anion-anion dari larutan serbasama dapat dilakukan dengan pelepasan terkendali
kation-kation dari senyawa kompleks yang larut dalam larutan yang mengandung anion yang akan
diendapkan. Pelepasan kation-kation dari senyawa-senyawa kompleks tersebut dapat dilakukan
dengan berbagai cara, misalnya dengan mengoksidasi zat kompleksnya dengan mengubah pH larutan
dan dengan pengusiran ion logam lain yang dapat membentuk kompleks yang lebih baik dengan zat
pengompleks.
B. Sifat-Sifat Unsur
Perak (Ag) merupakan salah satu unsur logam transisi yang berwarna putih mengkilat dan mudah
menghantarkan listrik maupun panas. Perak merupakan logam yang paling mudah dibentuk dan
ditempa diantara semua logam. Logam perak sangat reaktif dan tidak larut dalam larutan asam encer,
tetapi dapat larut dalam asam nitrat dan asam sulfat pekat. Perak tidak bereaksi dengan udara dan air
pada suhu normal. Di alam, perak terdapat dalam bentuk unsur-unsur bebas yang banyak terdapat
dalam lapisan-lapisan batuan dan terdapat bersama-sama dengan logam-logam lain, misalnya emas.
Selain itu juga terdapat dalam bentuk persenyawaan dengan unsur-unsur lain mineral dan biji besi.

Timbal (Pb) adalah logam yang berwarna abu-abu kebiruan, dengan rapatan yan tinggi (11,48 g/mL
pada suhu kamar), mudah larut dalam asam nitrat yang sangat pakat dan terbentuk juga nitrogen
oksida. Kelarutan yang sangat kecil dari timbal sulfida dalam air menjelaskan bahwa hidrogen sulfida
merupakan reagensia yang begitu peka untuk mendeteksi timbal dan dapat diidentifikasi dalam filtrat
yang berasal dari pemisahan timbal klorida yang hanya sedikit sekali larut dalam asam klorida encer.
Besi (Fe) merupakan salah satu unsur logam transisi golongan VIIIB yang mudah ditempa, mudah
dibentuk, berwarna putih perak dan mudah dimagnetisasi pada suhu normal. Secara kimia besi
merupakan logam yang cukup reaktif, hal ini karena besi dapat bersenyawa dengan unsur-unsur lain,
seperti unsur-unsur halogen, belerang, fosfor, karbon, oksigen dan silikon.
Krom (Cr) merupakan salah satu unsur logam transisi golongan VIB yang tahan terhadap karat dan
berwarna abu-abu tetapi dalam bentuk beberapa warna. Kromium adalah logam kristalisasi, yang
putih, tak begitu liat dan tak dapat ditempa dengan berarti. Melebur pada suhu 1765oC. Logan ini
larut dalam asam klorida encer tau pekat. Jika tak terkena udara akan terbentuk ion-ion kromium (II).
Seng (Zn) merupakan salah satu unsur logam transisi golongan IIB yang berwarna putih kebiruan.
Seng murni berbentuk kristal logam dan sangat rapuh pada suhu normal. Seng tidak larut dalam air
tetapi larut dalam alkohol dan senyawa-senyawa (larutan) asam. Seng terdapat dalam lapisan-lapisan
bumi yang tidak terdapat dalam unsur bebas tetapi dalam bentuk senyawa-senyawa seperti seng
(ZnO) dan dalam bentuk mineral-mineral.
Barium (Ba) adalah logam putih perak, dapat ditempa dan liat, yang stabil dalam udara kering.
Barium bereaksi dengan air dala mudara yang lembab, membentuk oksida atau hidroksida. Barium
melebur pada suhu 710oC. Loga ini bereaksi dengan air pada suhu ruang membentuk barium
hidroksida dan hidrogen.
Ion-ion amonium (NH4+) diturunkan dari amonia, NH3 dan ion hidrogen H+. Ciri-ciri khas ion logamlogam alkali. Dengan elektrolisis memakai katode dari merkurium dapat dibuat amonium amalgam
yang mempunyai sifat-sifat serupa dengan amalgam dari natrium atau kalium. Garam-garam
amonium umumnya adalah senyawa-senyawa yang larut dalam air dengan membentuk larutan yang
tak berwarna (kecuali bila anionnya berwarna).
Gas klorin berbau busuk (tidak enak) dan dalam jumlah yang besar gas ini cukup berbahaya bagi
manusia, sebagai contoh gas ini digunakan sebagai racun pada perang dunia (1914-1919). Klorin
merupakan salah satu unsur yang reaktif memiliki massa atom 35, 4527 sma, jari-jari 0,97 dan
memiliki titik didih 239, 16 K, digunakan sebagai pembunuh kuman dalam air dan larutan klorin dapat
pula digunakan sebagai pemutih.
Klor (Cl) terdapat sebagai NaCl, KCl, MgCl dan sebagainya dalam air laut, danau bergaram dan
sebagai deposit yang bersal dari penguapan prasejara danau bergaram. Klor (Cl) diperoleh melalui
elektrolisis air laut dengan menggunakan anoda air raksa dimana natrium melarut:
Na+ + = Na
Cl = 1/2 Cl2 +
Kemudian natriumnya dihilangkan secara terpisah dengan mencuci amalgam dengan air, memberikan
NaOH murni. Kecondongan prosedur ini adalah bahwa hilangnya raksa (Hg) merupakan bahaya polusi
yang utama dan beberapa pabrik telah ditutup. Penggunaan elektroda ini menghasilkan larutan NaOH
yang kurang murni.
Iodin atau I2 merupakan halogen yang kurang reaktif, tetapi membentuk senyawa dengan banyak
unsur. Iodin berupa padatan ungu kehitaman, cepat menyublin pada suhu kamar serta memberikan
uap berwarna ungu. Iodine mempunyai sifat seperti metal dan senyawa iodine sangat penting dalam
bidang kimia organik dan kesehatan.
Larutan tak berwarna mengandung kation golongan II dalam HCl encer, diperlakukan dengan H2SO4
3%, kemudian dididihkan. Setelah pengaturan keasaman sampai 0,3 M, thioasetamida ditambahkan
dan dipanaskan, bentuk endapan hitam. Penambahan larutan amoniak pekat dan thioasetamida diikuti
pemanasan meninggalkan endapan hitam.
Pada larutan kalium kromat, dua tetes larutan uji dengan 1-2 tetes larutan K2CrO4, akan terbentuk

endapan kuning, kemudian sentrifuga dan cuci. Tambahkan dua tetes asam asetat encer pada
endapan dan aduk, larutan tersebut tidak larut.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Alat Dan Bahan
#Alat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Gelas kimia 250 mL,


gelas kimia 300 mL,
gelas kimia 400 mL,
kompor listrik,
pipet tetes,
pinset,
rak tabung reaksi dan
tabung reaksi.
#Bahan
Alkohol (C2H5OH) 97%, amilum, aquades (H2O), larutan amonium karbonat (NH4)2CO3) 2 M, larutan
asam asetat (CH3COOH) 0,1 M, larutan asam klorida (HCl) 1 M, larutan asam nitrat (HNO3) 6 M,
larutan asam sulfat (H2SO4) 2 M, larutan barium klorida (BaCl2) 5%, larutan besi III klorida (FeCl3)
4%, larutan kalium iodida (KI) 20%, larutan kalium kromat (K2CrO4) 1 M, larutan natrium hidroksida
(NaOH) 6 M, larutan perak nitrat (AgNO3) 0,1 N, larutan timbal (II) asetat (Pb(CH3COOH)2) 2 M,
larutan timbal II nitrat (Pb(NO3)2) 4% dan larutan zink sulfat (ZnSO4) 5%.
#Prosedur Kerja
1. Uji Kation
a. Perak (Ag+)
Setetes larutan contoh ditambahkan setetes HCl 2M, terbentuk endapan putih AgCl kemudian cuci
dengan H2O. Larutkan endapan dengan (NH4)2CO3 2M.
b. Timbal (Pb2+)
1. Setetes larutan contoh ditambah setetes K2CrO4 1M, terbentuk endapan kuning PbCrO4 yang larut
dalam NaOH 2M.
2. Setetes larutan contoh ditambah setetes H2SO4 2M dan setetes alkohol, terbentuk endapan putih
PbSO4
c. Besi III (Fe3+)
Memasukkan 1 tetes larutan contoh kemudian menambahkan 2 tetes larutan K4Fe(CN)6, terbentuk
warna biru.
d. Krom (Cr3+)
Sebanyak satu tetes larutan K2CrO4 ditambahkan satu tetes Pb asetat, terbentuk endapan endapan
kuning.
e. Zn2+
Setetes larutan contoh ditambah satu tetes K4Fe (CN)6, terbentuk endapan putih.
f. Barium (Ba2+)
Sebanyak satu tetes larutan contoh ditambah 1 tetes CH3COOH 2M, ditambahkan 1 tetes K2CrO4,
terbentuk endapan kuning.
g. NH42+
Sedikit zat padat (NH4)2CO3 dipanaskan dengan 0,5 mL NaOH 6M pereaksi asetat, terbentuk
endapan kuning.
2. Uji Kation
a. Klor (Cl-)
Setetes larutan contoh ditambahkan 2 tetes AgNO3 dan 2 tetes HNO3 2M, terbentuk endapan putih,
endapan dicuci dengan 2 tetes aquades ditambahkan 10 tetes (NH4)2CO3, endapan larut kembali,
kemudian menambahkan HNO3 6M hingga asam, kemudian ditambahkan setetes AgNO3 terbentuk

endapan putih.
b. Iod (I-)
1. Setetes larutan contoh ditambah 1 tetes FeCl3. Larutan kemudian diteteskan diatas kertas saring
yang telah dicelupkan pada larutan amilum. Warna kertas saring berubah menjadi biru.
2. Setetes larutan contoh ditambahkan 2 tetes larutan AgNO3 dan 2 tetes HNO3. Terbentuk endapan
kuning yang tidak larut dengan penambahan 1 tetes larutan (NH4)2CO3.
c. CH3OOH
Larutan direaksikan dengan asam sulfat dan dipanaskan, bau khas asam cuka. Dapat juga dilakukan
dengan padatan yang digerus dengan KHSO4, bau khas asam cuka.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Uji Kation
No. Zat yang bereaksi Hasil pengamatan
1. Perak (Ag)
Ag+ + HCl
+H2O+ (NH4)2CO3 + HCl+ H2O+ (NH4)2CO3 Endapan putih
Endapan putih
Larut
2. Timbal (Pb2+)
a. Pb2+ + K2CrO4+ NaOH
b. Pb2+ + H2SO4 + C2H5OH Endapan kuning
Endapan kuning
Endapan putih
3. Besi (Fe3+)
Fe3+ + K4Fe(CN)6 Endapan biru
4. Krom III (Cr3+)
Cr3+ + Pb(CH3COO)2 Endapan kuning
5. Zink (Zn2+)
Zn2+ + K4Fe(CN)6 Endapan biru muda
6. Barium (Ba2+)
Ba2+ + CH3COO+ K2CrO4 Larutan bening
Endapan kuning
7. Amonium (NH4+)
NH4+ + NaOH
Diuji dengan lakmus merah
Diuji dengan lakmus biru Larutan bening berbau ammonia
Berwarna biru
Berwarna biru

2. Uji Anion
No. Zat yang bereaksi Hasil pengamatan
1. Klor (Cl-)
Cl- + AgNO3
+ HNO3
+ (NH4)2CO3
+ HNO3 + AgNO3 _
Endapan putih
Endapan putih
Larut
Endapan putih
2. Iod (I-)
a. I- + FeCl3
ditetesi pada kertas saring yang telah dicelupkan pada larutan amilum
b. I- + AgNO3
+ HNO3 Merah bata
Biru tua
Larutan kuning
Endapan kuning
3. (asetat) CH3COOCH3COOH + H2SO4 Bau asam asetat
B. Reaksi
Uji kation
Perak (Ag+)
Ag+ + HCl AgCl + H +
AgCl + H2O
AgCl + (NH4)2CO3 [Ag(NH3)2]+ + HCl (aq) + H2CO3
Timbal (Pb 2+)
Pb 2+ + K2CrO4 PbCrO4
Pb2CrO4 + 2NaOH [Pb(OH)4]2- + Na2CrO4
Pb 2+ + H2SO4 PbSO4 + 2 H+
Besi (III) (Fe 3+)
4Fe 3+ + 3K4Fe(CN)6 Fe4[Fe(CN6)]3 + 12 K +
Krom (III) (Cr3+)
Cr3+ + Pb(CH3COO)2 Cr(CH3COO)3 + Pb2+
Seng (Zn2+)
Zn2+ + K4Fe(CN)6 K2Zn3[Fe(CN)6]2
Barium (Ba2+)
Ba2+ + K2CrO4 BaCrO4 + 2 K+
Amonium (NH4+)
NH4+ + NaOH NH3 + H2O + Na+
Uji Anion
a. Klor (Cl -)
Cl- + AgNO3 AgCl + NO3(NH4)2CO3 + AgCl [Ag(NH3)2]+ + Cl + H2CO3
(Ag(NH3)2)+ + Cl + 2HNO3 AgCl + 2NH4+ + 2NO3Iod (I-)
I- + AgNO3 AgI + NO3-

HNO3 + AgI HI + AgNO3


6KI + 2 FeCl3 3I2 + 2Fe3+ + 6KCl
OAC (Asetat )
CH3COO + H + CH3COOH
C. Pembahasan
Pada uji kation dan anion bahan-bahan yang digunakan adalah alkohol 97%, aquades, amilum,
larutan perak nitrat (AgNO3) 0,1 N, larutan barium klorida (BaCl2)5%, larutan besi III klorida (FeCl3)
4%, larutan asam klorida (HCl) 1M, larutan asam sulfat (H2SO4)2 M, larutan HNO3, amonium
karbonat (NH4)2CO3, larutan kalium kromat (K2CrO4) 1 M, larutan kalium heksasiano ferrat
(K4Fe(CN)6) 2 M, larutan kalium iodida (KI) 20%, larutan natrium hidroksida (NaOH) 6 M, larutan
asam asetat (CH3COO 0,1 M, larutan Pb asetat, larutan timbal II nitrat (Pb(NO3)2) dan larutan zink
sulfida (ZnSO4).
Untuk uji kation identifikasi dari Ag+, sampel yang digunakan adalah AgNO3 dengan cara
mencampurkan larutan tersebut dengan HCl menghasilkan endapan putih, HCl berfungsi untuk
mempercepat pengendapan kemudian menambahkan H2O hasilnya tetap sama yaitu terdapat
endapan putih dan kemudian ditambahkan dengan larutan (NH4)2CO3 untuk melarutkan endapan dan
terbentuk senyawa kompleks [Ag(NH3)2]+.
Pada identifikasi timbal (Pb) mula-mula mengambil beberapa tetes larutan contoh, kemudian
ditambahkan dengan K2CrO4 terdapat endapan kuning. Penambahan K2CrO4 untuk mempercepat
terjadinya endapan, kemudian dengan larutan NaOH larutan tersebut tidak berubah yang terbukti
dengan terlihatnya warna endapan kuning. Identifikasi kation Pb2+ juga dilakukan dengan
penambahkan H2SO4 2M dan alkohol 96% menghasilkan endapan putih dari senyawa PbSO4.
Penambahan H2SO4 untuk mempercepat terjadinya endapan.
Identifikasi Fe3+ menggunakan larutan FeCl3 4%, dimana FeCl3 4% dipipet sebanyak 1 tetes kedalam
tabung reaksi, kemudian ditambahkan 2 tetes K4Fe(CN)6 2 M, menghasilkan endapan putih dari
senyawa Fe4(Fe(CN)6)3 . Ini membuktikan bahwa dalam larutan terdapat Fe3+.
Identifikasi adanya kation pada Cr3+ menggunakan larutan K2CrO4 1 M, pertama-tama K2CrO4 1M
dipipet sebanyak 1 tetes, kemudian ditambahkan setetes larutan timbal asetat (Pb(CH3COOH)2),
menghasilkan endapan kuning Cr(CH3COO)3.
Identifikasi kation Zn2+ menggunakan larutan ZnSO4 5%, pertama-tama ZnSO410% dipipet 1 tetes,
kemudian ditambahkan 1 tetes K4Fe(CN)6 2 M, menghasilkan endapan biru muda dari senyawa
K2Zn3(Fe(CN)6)2, ini menandakan adanya Zn dalam larutan.
Identifikasi Ba2+ menggunakan larutan BaCl2 5%, pertama-tama BaCl2 5% dipipet 2 tetes, kemudian
ditambahkan 2 tetes CH3COOH 2M dan 2 tetes K2CrO4 1 M, menghasilkan endapan warna kuning dari
senyawa BaCrO4.
Pada identifikasi NH4+ larutan yang digunakan ialah (NH4)2CO3 2 M yang direaksikan dengan NaOH
menghasilkan gas ammonia (NH3) dan memberi warna biru pada lakmus merah dan lakmus biru yang
menandakan larutan bersifat basa.
Selanjutnya uji anion, pada uji anion Cl- menggunakan larutan HCl 2 M, pertama-tama HCl 2 M
dipipet sebanyak 2 tetes, kemudian ditambahkan 2 tetes AgNO3 0,1N dan 2 tetes HNO3 6 M,
menghasilkan endapan putih dari senyawa AgCl, ini menandakan bahwa dalam larutan terdapat Cl-,
Selanjutnya dilarutkan dengan (NH4)2CO3 endapa. Endapan larut disebabkan karena pembentukan
kompleks dari senyawa [Ag(NH3)2]+. Selanjutnya ditambahkan dengan HNO3 dan membentuk
endapan putih kembali dari senyawa AgCl, fungsi dari HNO3 yaitu untuk mempercepat pengendapan.
Identifikasi anion I- menggunakan larutan KI, pertama-tama memipet 1 tetes FeCl3 4% menghasilkan
warna merah bata pada larutan kemudian larutan diteteskan pada kertas saring yang sebelumnya
telah dicelupkan dalam amilum menghasilkan warna biru ke unguan pada kertas saring. Identifikasi
anion I- yang kedua juga digunakan larutan yang sama yaitu KI, kemudian direaksikan dengan perak
nitrat (AgNO3) membentuk endapan kuning dari senyawa AgI.

Identifikasi anion CH3COO-, dimana pada saat CH3COO- yang direaksikan dengan asam sulfat
(H2SO4) menghasilkan bau asam asetat (CH3COOH).
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa:
Perak bereaksi positif dengan asam klorida membentuk endapan putih.
Timbal bereaksi positif dengan kalium kromat membentuk endapan kuning dan timbal bereaksi positif
dengan asam sulfat membentuk endapan kuning.
Besi bereaksi positif dengan kalium heksasiano ferrat membentuk endapan putih.
Krom bereaksi positif dengan Pb asetat membentuk endapan biru.
Zink bereaksi positif dengan kalium heksasiano ferrat membentuk endapan biru muda.
Barium bereaksi positif dengan asam asetat dan kalium kromat membentuk endapan kuning.
Amonia bereaksi positif dengan natrium hidroksida menghasilkan bau khas amonia dan berwarna biru
pada kertas lakmus.
Klorida bereaksi positik dengan perak nitrat dan asam nitrat membentuk endapan putih.
Iodida bereaksi positif dengan perak nitrat membentuk merah bata dan iodida bereaksi positif dengan
amilum menghasilkan warna biru pada kertas lakmus.
Asam asetat bereaksi positif dengan asam sulfat menghasilkan bauh khas cuka.
B. Saran
Saran untuk percobaan ini ialah sebaiknya bahan dan alat yang diperlukan dilengakapi agar semua
percobaan dapat dilaksanakan.
DAFTAR PUSTAKA
Chadijah, Sitti. Penuntun Praktikum Kimia Analitik. Makassar: Universitas Islam Negeri Alauddin,
2011.
Cotton, F. Albert. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta: Universitas Indonesia (UI- Press), 1989.
HS. Syamsidar. Penuntun Praktikum Kimia Anorganik. Makassar: Universitas Islam Negeri Alauddin,
2011.
Ibnu, M. Sodiq. Kimia Analitik. Malang: Universitas Negeri Malang, 2005.
Rivai, Harrizul. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta: Universitas Indonesia (UI- Press), 2006.
Sunardi. Unsur Kimia Deskripsi dan Pemanfaatannya. Bandung: CV. Yrama Widya, 2006.
Svehla, G. Vogel I Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta: PT. Kalman Media
Pustaka, 1985.
Svehla, G. Vogel II Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta: PT. Kalman Media
Pustaka, 1985.

Anda mungkin juga menyukai