Anda di halaman 1dari 10

kation golongan I

Penggolongan kation-kation di klasifikasikan ke dalam lima golongan yang di dasarkan atas sifat-sifat
kation tersebut terhadap beberapa pereaksi atau reagensia. Reagensia yang digunakan untuk
klasifikasi golongan kation-kation yang paling umum adalah asam klorida (HCl), hidrogen sulfida
(H2S), ammonium sulfida [(NH4)2S] dan ammonium karbonat (NH4)2CO3. Klasifikasi ini
didasarkan atas apakah suatu kation yang paling umum akan bereaksi dengan reagensia-reagensia
tersebut dengan membentuk suatu endapan ataupun tidak.
Pada percobaan ini, dilakukan pemisahan kation-kation golongan I dimana kation tersebut dipisahkan
berdasarkan kelarutanya dengan reagensia. Dikarenakan begitu banyaknya kation-kation yang ada
dari golongan I sampai golongan V yang masing-masing golongan mempunyai kesamaan dalam
kelarutan (endapan), maka dilakukan uji-uji kation dengan menggunakan reagensia-reagensia selektif,
spesifik bahkan sensitif untuk dapat membedakan antara golongan I dengan golongan lainya.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukanlah uji-uji identifikasi kation dengan menggunakan
pereaksi atau reagensia-reagensia selektif, Spesifik bahkan sensitif untuk dapat membedakan antara
golongan I dengan golongan lainya.
3.1.1. Alat-alat
-

Tabung reaksi

Rak tabung reaksi

Penjepit tabung

Pipet tetes

Pembakar spiritus

Tisu

3.1.2. Bahan-bahan
-

AgNO3

HCl

NH4OH

Na2SO3

K2CrO4

Na2S

Pb(NO3)2

Aquades

3.2. Prosedur percobaan


3.2.1. Ag+

Dimasukan AgNO3 ke dalam tabung reaksi

Ditambahkan HCl, diamati

Ditambahkan NH4OH, diamati

Ditambahkan HNO3, diamati

Dimasukan AgNO3, ke dalam tabung reaksi

Ditambahkan Na2S2O3, diamati

Dimasukan AgNO3 ke dalam tabung reaksi

Ditambahkan K2CrO4

3.2.2. Pb2+
-

Dimasukan PbNO3 ke dalam tabung reaksi

Ditambahkan HCl, diamati

Dimasukan PbNO3 ke dalam tabung reaksi

Ditambahkan K2CrO4, diamati

Dimasukan PbNO3 ke dalam tabung reaksi

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan
No

Perlakuan

1.

Ag+
-

AgNO3+HCl

+NH4OH
+HNO3

2.

AgNO3+Na2S2O3

AgNO3+K2CrO4

(dipanaskan)
Pb2+

Pengamatan

Larutan putih keruh dan terdapat


endapan putih
-

Larutan bening

Larutan putih keruh dan terdapat


endapan putih
-

Terdapat endapan putih

Terdapat endapan merah bata

Larutan bening dan tidak


terbentuk kristal
-

Terdapat endapan kuning kenari

PbNO3+HCl

Terdapat endapan hitam

(dipanaskan)
-

PbNO3+K2CrO4

PbNO3+Na2S

4.2 Reaksi
4.2.1 Ag+
4.2.2 Pb2+
-

Pb(NO3)2 + 2HCl

PbCl2

+ 2HNO3

putih
-

Pb(NO3)2 + K2CrO4

PbCrO4

+ 2KNO3

Kuning kenari
-

Pb(NO3)2 + Na2S

PbS + 2NaNO3

hitam
4.3. Pembahasan
Kimia analisis mencakup analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif adalah analisis untuk
mengetahui keberadaan suatu unsure ataupun senyawa dalam suatu sampel berdasarkan perubahan
warna dan endapan yang terbentuk. Sedangkan analisis kuantitatif adalah analisis untuk menyatakan
jumlah suatu unsur atupunsenyawa dalam suatu sampel berdasarkan pengukuran perhitungan dan
sebagainya.
Adapun pereaksi-pereaksi yang digunakan pada percobaan ini adalah :
a.
Pereaksi selektif adalah pereaksi atau reagensia yang digunakan untuk mengelompokan ion-ion
ke dalam golonganya.
Contoh: HCl, Na2S, atau H2S, NH4OH, (NH4)2CO3
b.
Pereaksi spesifik adalah pereaksi atau reagensia yang jika di tambahkan ke dalam sampel akan
menghasilkan reaksi yang khas di bandingkan dengan reaksi lainya.
Contoh: Na2S2O3, K2CrO4, HNO3

c.
Pereaksi sensitif adalah pereaksii atau reagensia yang jika di tambahkan sedikit saja ke dalam
sampel akan menghasilkan reaksi yang khas dibandingkan dengan reaksi lainya.
Contoh: K2H9I4 (nessler)
Pada percobaan identifikasi kation golongan I menggunakan prinsip perbedaan daya kelarutan
golongan dengan pereaksi selektifnya, yaitu HCl dan pereaksi spesifiknya, yaitu HNO3,K2CrO4 dan
Na2S2O3.
Pada percobaan Ag+, digunakan sampel AgNO3 yang ditambahkan HCl membentuk endapan
senyawa putih AgCl dan endapan tersebut kemudian di tambahkan NH4OH membentuk larutan
Ag(NH3)Cl yang kemudian ditambahkan HNO3 membentuk endapan putih. Sedangkan sampel
AgNO3yang ditambahkan pereaksi Na2S2O3 membentuk endapan putih Ag2S2O3 dan sampel
AgNO3 yang ditambahkan K2CrO4membentuk endapan merah bata. Pada percobaan Pb2+,
digunakan sampel Pb(NO3)2 yang ditambahkan reagensia HCl membentuk endapan putih PbCl2.
Sedangkan Pb(NO3)2 yang ditambahkan dengan reagensia K2CrO4membentuk endapan kuning
kenari PbCrO4 dan Pb(NO3)2 yang ditambahkan dengan reagensia membentuk endapan hitam PbS.
Kelarutan (solubility) zat dalam dalam suatu campuran menyatakan jumlah maksimum kemampuan
suatu zat yang dapat larut dalam suatu pelarut. Adapun besar kelarutan suatu zat dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu:
1.

Jenis pelarut

2.

Suhu

3.

pengadukan

Hubungan kelarutan dengan percobaan yangdilakukan adalah semakin tinggi Ksp maka semakin
sukar mengendap, suatu ion akan mengendap jika hasil kali kelarutanya terlewati (kelarutan
terendah).
Adapun faktor-faktor kesalahan yang terjadi adalah:
a.
pada saat penambahan reagensia kurang hati-hati sehingga mempengaruhi hasil reaksi atupun
endapan yang terbentuk.
b.
Reagen-reagen yang digunakan sudah lama tersimpan sehingga hasil reaksi yang terbentuk
kurang sesuai dengan teori yang ada.
c.

Kurangnya kebersihan alat-alat yang digunakan

Kation Pb2+ jika direaksikan dengan Na2Sakan membentuk endapan hitam padahal kation
Pb2+ bukan termasuk dalam kation golongan II. Hal ini dikarenakan ion Pb2+sering di temukan di
golongan II dan ion Pb2+ juga akan mengendap sempurna jika direaksikan dengan Na2S atau H2S
membentuk endapan hitam.
Fungsi-fungis reagen yang digunakan dalam percobaan ini antara lain:
1.

HCl sebagai pereaksi selektif untuk menggolongkan kation-kation golonganI

2.

NH4OH sebagai pereaksi selektif kation Ag+ membentuk larutan bening

3.

HNO3 sebgai pereaksi spesifik kation Ag+membentuk endapan putih

4.
K2CrO4 sebagai pereaksi spesifik Ag+ membentuk endapan merah bata dan pada
Pb2+ membentuk endapan kuning kenari
5.

Na2S2O3 sebagai pereaksi spesifik Ag+ membentuk endapan merah kecokelatan

6.

AgNO3 sebagai sampel Ag+

7.

Pb(NO3)2 sebagai sampel Pb2+

8.

Na2S sebagai pereaksi selektif Pb2+ membentuk endapan hitam

Fungsi perlakuan pada percobaan ini adalah:


a.

Pemanasan untuk meningkatkan konsentrasi suatu sampel sehingga dapat cepat bereaksi

b.

Pengadukan untuk menghomogenkan sampel dengan reagensia

c.

Pendinginan untuk menurunkan suhu ekstrim sehingga terbentuk Kristal

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa pereaksi selektif digunakan
untuk menggolongkan kation-kation ke dalam golonganya, pereaksi spesifik digunakan untuk
pereaksi yang dapat menghasilkan reaksi yang khas di bandingkan reaksi lainya dan pereaksi
sensitif adalah pereaksi yang sedikit saja digunakan langsung menghasilkan reaksi yang khas.
Pada percobaan yang dilakukan dapat diketahui bahwa pereaksi yang dapat mengendapkan
kation golongan I adalah HCl, pada ion Ag+ membentuk endapan putih dan pada ion
Pb2+ membentuk larutan bening tanpa endapan
-

Pada percobaan yang dilakukan dapat diketahui bahwa


AgNO3+HCl

AgCl

+ HNO3

Putih
Pb(NO3)2+HCl

PbCl2

+2HNO3

putih
Metode analisis gravimetri adalah suatu metode analisis yang didasarkan pada pengukuran berat, yang
melibatkan: pembentukan, isolasi dan pengukuran berat dari suatu endapan.
Kinerja Metode Gravimetri
Relatif lambat
Memerlukan sedikit peralatan Neraca dan oven
Tidak memerlukan kalibrasi Hasil didasarkan pada berat molekul
Akurasi 1-2 bagian per seribu
Sensitivitas: analit > 1%

Selektivitas: tidak terlalu spesifik


Soluble dan Insoluble
Bila suatu zat terlarut larut sangat sedikit dalam pelarut (kurang dari 0,1 gram zat terlarut dalam 1000
g pelarut) maka zat itu disebut sukar larut (insoluble).
Berikut ini adalah aturan kelarutan senyawa ionik dalam pelarut air pada suhu kamar (25oC).
Solubility Rules
(untuk senyawa ionik dalam pelarut air pada suhu 25oC)
Semua senyawa logam alkali (grup 1A) soluble
Semua senyawa amonium (NH4+) soluble
Semua senyawa NO3-, clo3- dan clo4- soluble
Semua senyawa NO2- soluble kecuali Ag+
Semua senyawa asetat soluble kecuali Ag+ , Hg22+, Bi3+
Senyawa Cl-,Br-,I- soluble kecuali: Ag+, Hg22+, Pb2+
Senyawa SO42- soluble kecuali: Ca,Ag (slight.sol), Ba, Hg2+, Pb (insoluble)
Senyawa OH- insoluble kecuali: 1A, NH4+, Ba (soluble) Ca (slightly soluble)
Senyawa oksida insoluble kecuali: 1A, Ba2+, Ca2+, Sr2+
Senyawa CO32-, PO43-, S2- insoluble kecuali: 1A, NH4+
(logam 1A adalah Na+, K+)
SOAL: Golongkan senyawa ionik berikut sebagai soluble, slightly soluble atau insoluble
Perak sulfat, Kalsium kabonat, Natrium fosfat
CuS ; Ca(OH)2 ; Zn(NO3)2
Solubility Product (hasil kali kelarutan)
Untuk suatu kesetimbangan kelarutan (endapan) berikut :
AgCl(s) Ag+(aq) + Cl-(aq)
semua AgCl yang terlarut, terdisosiasi sempurna
Ksp = [Ag+] [Cl-]
Q (hasilkali ion-ion)
Q < q =" Ksp"> Ksp supersaturated solution [Ag+] [Cl-] > 1,6 x 10-10
AgCl mengendap bila sampai [Ag+] [Cl-] = 1,6 x 10-10
Kelarutan molar perak sulfat adalah 1,5 x 10-2 mol/L. Hitung Kspnya!
Jawab: terlebih dahulu tuliskan persamaan kesetimbangan kelarutannya:
Ag2SO4(s) 2 Ag+(aq) + SO42-(aq)
dari stoikiometri diketahui 1 mol Ag2SO4 menghasilkan 2 mol Ag+ dan 1 mol SO42-. Maka, jika 1,5
x 10-2 mol Ag2SO4 dilarutkan dalam 1 liter larutan, konsentrasinya
[Ag+] = 2 x 1,5 x 10-2 = 3 x 10-2 M
[SO42-] = 1,5 x 10-2 M
sekarang kita dapat menghitung konstanta hasil kali kelarutannnya
Ksp = [Ag+]2 [SO42-] = (3 x 10-2)2 (1,5 x 10-2) = 1,4 x 10-5
Kelarutan dari kalsium sulfat(136,2 g/mol) adalah 0,67 g/L. Hitung Kspnya!
Jawab: terlebih dahulu hitung banyaknya mol CaSO4 yang terlarut dalam 1 liter larutan
0,67 g CaSO4 X 1 mol CaSO4 = 4,9 x 10-3 mol/L
1L larutan 136,2 g CaSO4

Dari kesetimbangan kelarutan CaSO4, setiap 1 mol CaSO4 menghasilkan 1 mol Ca+ dan 1 mol
SO42-.
CaSO4(s) Ca+(aq) + SO42-(aq), maka pada kesetimbangan konsentrasi ion-ionnya adalah : [Ca+] =
4,9 x 10-3 dan [SO42-] = 4,9 x 10-3
maka Ksp = [Ca+] [SO42-] = (4,9 x 10-3) (4,9 x 10-3) = 2,4 x 10-5
Hubungan antara Ksp dan kelarutan molar (molar solubility) (s)
Q Kation Anion Ksp Kelarutan
AgCl [Ag+][Cl-] s s Ksp= s2 s=(Ksp)1/2
Ag2CO3 [Ag+]2 [CO32-] 2s s Ksp= 4s2 s=(Ksp/4)1/3
PbF2 [Pb2+][F-]2 s 2s Ksp= 4s2 s=(Ksp/4)1/3
Al(OH)3 [Al3+][OH-]3 s 3s Ksp= 27s4 s=(Ksp/27)1/4
Ca3(PO4)2 [Ca2+]3[PO43-]2 3s 2s Ksp= 108s5 s=(Ksp/108)1/5
PROSEDUR GRAVIMETRI
Penyiapan larutan
Pengendapan
Pencernaan
Penyaringan
Pencucian
Pengeringan / pemanggangan
Penimbangan

PENYIAPAN LARUTAN
pH sangat berpengaruh pada kelarutan endapan
CaC2O4 insoluble pada pH >
C2O4 membentuk asam lemah pada pH< supersaturation =" Q" q =" konsentrasi" s ="
kesetimbangan">> endapan berbentuk koloid
Jika RSS << endapan berbentuk kristalin
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UKURAN ENDAPAN
Untuk memperoleh endapan yang besar
RSS<< S DAN Q
S suhu ditingkatkan (pemanasan larutan)
pH rendah
Q pengendapan dari larutan encer,
penambahan reagen sedikit demi sedikit disertai pengadukan
MEKANISME PEMBENTUKAN ENDAPAN
Terbentuknya endapan dimulai dari terbentuknya larutan lewat jenuh (super saturated
solution).
Nukleasi, sejumlah partikel (ion, atom atau molekul) membentuk inti mikroskopik dari fasa padat,
semakin tinggi derajat lewat jenuh, semakin besar laju nukleasi. Pembentukan nukleasi dapat secara
langsung atau dengan induksi.
Proses pengendapan selanjutnya merupakan kompetisi antara nukleasi dan PARTICLE
GROWTH.
PARTICLE GROWTH : Begitu suatu situs nukleasi terbentuk, ion-ion lain tertarik sehingga

membentuk partikel besar yang dapat disaring.


Apabila nukleasi yang lebih dominan maka partikel kecil yang banyak, bila particle growth yang lebih
dominan maka partikel besar yang dihasilkan.
Jika pengendapan terbentuk pada RSS relatif besar maka nukleasi merupakan mekanisme utama
sehingga endapan yang dihasilkan berupa partikel kecil.
ENDAPAN KOLOID
Contoh:
AgNO3 + NaCl AgCl + NaNO3
AgCl cenderung membentuk endapan koloid.
Partikel perak klorida
Lapisan adsorpsi primer
Lapisan counter ion
Air
Pada awalnya hanya terdapat sangat sedikit Cl- bebas di dalam larutan disebabkan Ag+ berlebih.
Lapisan terluar dari endapan yang mengandung kedua ion cenderung untuk menarik Ag+ ke lapisan
primer.
Ukuran koloid dapat ditingkatkan dengan pemanasan, pengadukan dan penambahan elektrolit. Proses
merubah koloid sehingga dapat disaring disebut koagulasi atau aglomerasi.
KOAGULASI
Beberapa koloid bila berkoagulasi, mengangkut turun sejumlah besar air menghasilkan
endapan mirip selai / gel.
Liofilik/hidrofilik/emulsoid : koloid yg mempunyai afinitas kuat terhadap pelarut/air
contoh: Fe(OH)3
Liofobik/suspensoid : koloid yg mempunyai afinitas terhadap pelarut/air rendah,
contoh: AgCl
Suspensi koloid stabil karena partikelnya bermuatan sama. Muatan tersebut dihasilkan dari kation atau
anion yang terikat ke permukaan partikel proses yg dinamakan adsorpsi. NaCl ditambahkan pada
larutan AgNO3 maka AgCl yang terbentuk bermuatan positif (adanya ion Ag+ berlebih dalam
larutan).
Muatan akan berubah negatif bila NaCl ditambahkan terus ke dalam larutan. Lapisan adsorpsi primer
dan lapisan counter-ion membentuk electric double layer yang menstabilisasi koloid.

Dua pendekatan yang biasa dipakai agar koloid berkoagulasi:


1. Pemanasan disertai pengadukan secara nyata menurunkan jumlah ion yang terabsorb per partikel
mengurangi ukuran lapisan counter ion, sehingga memudahkan partikel untuk berdekatan. Pemanasan
mengakibatkan berkurangnya jumlah ion yang teradsorpsi mengurangi double layer.
2. Meningkatkan konsentrasi elektrolit larutan senyawa ionik yang tidak mengganggu, dapat
ditambahkan ke dalam larutan. Hal ini dapat menetralisasikan partikel. PENAMBAHAN
ELEKTROLIT YG SESUAI AKAN MENGURANGI DOUBLE LAYER.
PEPTISASI KOLOID

Proses dimana koloid yg terkoagulasi kembali ke keadaan semula terjadi pada saat pencucian,
elektrolit menghilang, lapisan counter ion membesar (ini merupakan suatu
dilema).
Untuk menghindarinya :
Menggunakan elektrolit volatile
Pencernaan (digestion)
Penuaan (aging)
Garam volatil dapat digunakan semasa pencucian. Hal ini utk menggantikan counter ion berlebih.
Elektrolit akan hilang bersama dengan pengeringan endapan. Sebagai contoh endapan AgCl dapat
dicuci dengan larutan HCl atau asam nitrat. Pengeringan pada suhu 110oC akan menghilangkan HCl.
Pencernaan : pemanasan larutan 1 jam setelah pembentukan endapan. Hal ini membantu untuk
menghilangkan air yang terikat pada endapan.
Penuaan: penyimpanan larutan tanpa pemanasan, selama semalam. Hal ini memberi
kesempatan pengotor untuk keluar dari endapan.
ENDAPAN KRISTALIN
PADATAN KRISTALIN DAPAT MENINGKAT DENGAN CARA :
1. Meminimasi Q gunakan larutan encer, penambahan reagen perlahan, pengadukan
2. Memaksimalisasi S pemanasan , pengaturan pH
3. Digestion menghasilkan endapan yg lbh murni dan mudah disaring
KOPRESIPITASI
Fenomena dimana senyawa soluble ikut mengendap bersama dengan analit (senyawa
tersebut bukanlah merupakan material yang seharusnya mengendap).
Contoh: H2SO4 ditambahkan pada BaCl2 yang mengandung sedikit nitrat, ternyata endapan BaSO4
mengandung BaNO3 (nitrat itu dikopresipitasikan bersama dengan sulfatnya).
4 JENIS KOPRESIPITASI: SURFACE ADSORPTION, MIXED CRYSTAL FORMATION (proses
kesetimbangan), OCCLUSION DAN MECHANICAL ENTRAPMENT (kinetika dari crystal growth).
SURFACE ADSORPTION
Terjadi apabila ion-ion yang teradsorpsi ditarik ke bawah bersama-sama endapan selama proses
koagulasi sehingga permukaaan endapan mengandung ion-ion yang teradsorpsi. Keadaan ini sering
terjadi pada koloid terkoagulasi (memiliki luas permuakaan yang luas yang terbuka kepada pelarut).
Contohnya pada endapan AgCl, akan mengandung sedikit nirat. Pada penentuan Cl- terbentuk
endapan AgCl (koloid terkoagulasi) terkontaminasi dengan ion Ag+ bersama dengan NO3- atau ion
lain yang terdapat pada lapisan counter-ion sehingga AgNO3 ikut mengendap. Untuk menguranginya
dengan :
1. Digestion memperkecil luas permukaan.
2. Pencucian dengan larutan yg mengandung elektrolit volatil, menggantikan elektrolit nonvolatil.
Contoh pada penentuan Ag+ dengan menambah Cl- dimana spesi teradsorpsi yang utama adalah Cl-.
Penambahan larutan asam akan menggantikan lapisan counter-ion dengan H+, shg kedua ion tersebut
yang berada pada double layer membentuk HCl yang volatil.
3. Represipitasi atau presipitasi ganda. Endapan yang sudah disaring dilarutkan kembali untuk
kemudian diendapkan kembali. Cara ini efektif mengatasi kopresipitasi pada pengendapan oksida

hidrous besi(III) dan alumunium yang terkontaminasi dengan kation logam berat spt Zn Cd dan Mn.
MIXED-CRYSTAL FORMATION
Satu dari ion yg terdapat pada kisi kristal dari endapan digantikan dengan ion lain yang memiliki
muatan dan ukuran yang hampir sama. Kehadiran ion-ion yang serupa dapat menggantikan analit
yang dikehendaki di dalam kisi kristal selama proses pengendapan. Kedua garam memiliki golongan
kristal yg sama.
Contoh dalam penentuan sulfat sebagai BaSO4 kehadiran ion Pb atau Sr menyebabkan suatu kristal
campur yang mengandung PbSO4atau SrSO4.
Contoh lain: MgKPO4 pada endapan MgNH4PO4, SrSO4 pada BaSO4, MnS pada CdS.
Mengatasinya dengan menghilangkan ion-ion yang kemungkinan menjadi kontaminan sebelum
dilakukannya pengendapan atau mengganti agen pengendap yang tidak menghasilkan pembentukan
mixed-crystal.
OCCLUSION
Terjadi pada saat pertumbuhan kristal berlangsung cepat, ion-ion asing pada counter-ion kemungkinan
terperangkap di dalam kristal yg tumbuh.
Jika pertumbuhan kristal terlalu cepat, beberapa counter ion tidak memiliki waktu untuk terlepas dari
permukaan.
MECHANICAL ENTRAPMENT
Terjadi karena beberapa kristal yang tumbuh terletak berdekatan sehingga memerangkap molekul
pelarut. Walaupun pelarut dapat dihilangkan dengan pengeringan namun ion yang terperangkap akan
tetap dalam endapan.
Oklusi dan mechanical entrapment dapat diminimasi jika kecepatan pertumbuhan kristal diperlambat
kondisi lewat jenuh yg rendah.
Juga dengan digestion, represipitasi yang terjadi pada suhu tinggi membuka kantong perangkap dan
memberikan kesempatan larutan keluar.
PERHITUNGAN GRAVIMETRI
Perhitungan gravimetri secara sederhana merupakan pengembangan dari perhitungan
Stoikhiometri.
Faktor stoikhiometri lebih didasarkan pada jumlah (dalam mol) analit yang terdapat dalam endapan
yang ditimbang.
Faktor gravimetric = Mol analit dalam endapan x BM analit
BM endapan
Setelah sampel berisi analit yang dikehendaki diperoleh, lakukan penimbangan. Tahap berikutnya,
merubah sampel ke bentuk yang dapat ditimbang (dalam hal ini: endapan). Bila endapan yang didapat
adalah analit yang dikehendaki maka :
% Analit = (berat Analit / berat sampel) x 100 %
Biasanya endapan yang didapat mengandung analit bersama dengan unsur lain. Untuk itu, berat analit
ditentukan dengan faktor gravimetri.

Anda mungkin juga menyukai