Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Analisa kimia adalah penyelidikan yang bertujuan untuk mencari
susunan persenyawaan atau campuran persenyawaan di dalam suatu sampel.
Analisa kimia terdiri dari analisa kualitatif, yaitu penyelidikan mengenai
kadar unsur atau ion yang terdapat dalam suatu zat tunggal atau campuran.
Suatu senyawa dapat diuaraikan menjadi anion dan kation. Analisa kualitatif
merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk mempelajari kimia dan
unsur-unsur serta ion-ionnya dalam larutan. Dalam metode analisa, analisis
kualitatif dapat digunakan beberapa pereakasi diantaranya pereaksi golongan
dan pereaksi spesifik, kedua pereaksi ini dilakukan untuk mengetahui jenis
anion atau kation suatu larutan (Hardjadi, 1990).
Kation adalah ion yang bermuatan positif, sedangkan anion adalah ion
yang bermuatan negatif. Ion satu dengan lainnya dapat dibedakan karena tiap
ion mempunyai reaksi kimia spesifik. Kation dan anion merupakan penyusun
suatu senyawa, sehingga untuk menentukan jenis zat atau senyawa tunggal
secara sederhana dapat dilakukan dengan menganalisis jenis kation dan anion
yang dikandungnya (Syarif, 2012).
Reagensia golongan yang dipakai untuk klasifikasi kation yang paling
umum adalah asam klorida, hidrogen sulfida, ammonium sulfida, dan
ammonium karbonat. Klasifikasi ini didasarkan atas apakah suatu kation
bereaksi dengan reagensia-reagensia ini dengan membentuk endapan atau
tidak. Jadi boleh dikatakan, bahwa klasifikasi kation yang paling umum
didasarkan atas perbedaan kelarutan dari klorida, sulfida, dan karbonat dari
kation tersebut (Syarif, 2012).
Analisa kualitatif terdapat dua aspek penting yaitu pemisahan dan
identifikasi dimana kedua aspek ini didasari oleh kelarutan, sifat penguapan
dan ekstraksi. Analisa campuran kation-kation memerlukan pemisahan
kation secara sistematik dalam golongan dan selanjutnya diikuti masing-
masing golongan ke dalam sub golongan dan komponen-komponennya
(Hardjadi, 1990).
Oleh karena itu pada praktikum kali ini akan dilakukuan percobaan
dengan menganalisa beberapa larutan cuplikan dimana pengujian dilakukan
dengan mereaksikan larutan cuplikan dengan pereaksi selektif, spesifik, dan
sensitif agar dapat diketahui logam apa yang terdapat pada larutan cuplikan
(Hardjadi, 1990).

1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan


1.2.1 Maksud Percobaan
Mereaksikan antara kation dengan beberapa pereaksi tertentu
1.2.2 Tujuan Percobaan
1. Mengetahui suatu reaksi yang spesifik untuk jenis kation tertentu
2. Menentukan kation yang terdapat dalam suatu sampel
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
Analisis kualitatif mengacu pada seperangkat prosedur laboratorium yang
dapat digunakan untuk memisahkan dan menguji adanya ion dalam larutan.
Analisis ini berlaku untuk kation dan anion, analisis ini dinamakan analisis
kualitatif karena hanya menentukan jenis ion yang ada dalam campuran.
Dalam melakukan analisis kualitatif menggunakan seperangkat prosedur yang
dinamakan bagan analisis kualitatif. Pendekatan yang digunakan untuk
memisahkan kation ke dalam golongannya adalah melalui pengendapan.
Hasil akhir dari suatu analisa suatu sampel adalah penetapan ada atau tidakin
ya masing-masing ion dalam bagan analisis kualitatif (Petrucci, 1992).
Dalam analisa kualitatif cara memisahkan ion logam tertentu harus
mengikuti prosedur kerja yang khas. Zat yang diselidiki harus disiapakan atau
diubah dalam bentuk suatu larutan. Untuk zat padat kita harus memilih zat
pelarut yang cocok. Kation-kation diklasifikasikan dalam 5 golongan
berdasarkan sifat-sifat kation itu terhadap beberapa reagensia
(Cokrosarjiwanto, 1977).
Untuk tujuan analisis kualitatif sistematik kation-kation diklasifikasikan
dalam lima golongan berdasarkan sifat-sifat kation itu terhadap beberapa
reagnesia. Dengan memakai apa yang disebut reagnesia golongan secara
sistematik, dapat kita tetapkan ada tidaknya golongan-golongan kation, dan
dapat juga memisahkan golongan-golongan ini untuk pemeriksaan lebih
lanjut. Reagnesia golongan yang dapat dipakai untuk klasifikasi kation yang
palin umum adalah asam klorida, hydrogen sulfide, ammonium sulfide dan
ammonium karbonat. Klasifikasi ini didasarkan atas apakah suatu kation
bereaksi dengan reagnesia-reagnesia ini dnegan membentuk endapan atau
tidak. Jadi boleh dikatakan bahwa klasifikasi kation yang paling umum
didasarkan atas perbedaa kelarutan dari klorida, sulfide, dan karbonat dari
kation tersebut (Svehla, 1985).
Klasifikasi kation yang paling umum didasarkan pada perbedaan kelarutan
dari klorida, sulfida, dan karbonat kation tersebut. Kation diklasifikasikan
dalam 5 golongan berdasarkan sifat-sifat kation tersebut terhadap beberapa
reagensia. (Vogel, 1990).
Golongan-golongan kation memiliki ciri-ciri khas, yaitu:
a) Golongan I : membentuk endapan dengan asam klorida encer, ion-ion yang
termasuk dalam golongan ini adalah timbal, raksa, dan perak.

b) Golongan II: membentuk endapan dengan hydrogen sulfide dalam suasana


asam mineral encer. Ion-ion yang termasuk dalam golongan ini adalah
merkurium (II), tembaga, cadmium, bismuth, stibium, timah.

c) Golongan III: membentuk endapan dengan ammonium sulfide dalam


suasana netral. Kation golongan ini antara lain nikel, besi, kromium,
aluminium, seng, mangan, dan kobalt.

d) Golongan IV: membentuk endapan dengan ammonium karbonat dengan


adanya ammonium klorida dalam suasana netral atau sedikit asam.

e) Golongan V: disebut juga golongan sisa karena tidak bereaksi dengan


reagensia-reagensia golongan sebelumnya. Ion kation yang termasuk dalam
golongan ini antara lain magnesium, natrium, kalium. Ammonium, litium,
dan hydrogen.
Kation-kation golongan I adalah kation-kation yang akan mengendap bila
ditambahkan dengan asam klorida(HCl). Yaitu Ag+, Pb²+, dan Hg²+ yang akan
mengendap sebagai campuran AgCl, HgCl2 , dan PbCl2. Pengendapan ion-ion
golongan I harus pada temperatur kamar atau lebih rendah karena PbCl 2 terlalu
mudah larut dalam air panas. Juga harus dijaga agar asam klorida tidak terlalu
banyak ditambahkan. Dalam larutan HCl pekat, AgCl dan PbCl2 melarut, karena
Ag+ dan Pb²+ membentuk kompleksi dapat larut (Keenan,1984).
Kation golongan II tidak bereaksi dengan asam klorida, tetapi membentuk
endapan dengan hidrogen sulfide dalam suasana asam mineral encer. Ion-ion
golongan ini adalah Merkurium (II), Tembaga, Bismut, Kadnium, Arsenik (II),
Arsenik (V), Stibium (III), Stibium (V), Timah (II), Timah (III), dan Timah (IV).
Keempat ion yang pertama merupakan sub golongan 2A dan keenam yang
terakhir sub golongan 2B. Sementara sulfida dari kation dalam golongan 2A tak
dapat larut dalam amonium polisulfida. Sulfida dari kation dalam golongan 2B
justru dapat larut. Kation golongan III tidak bereaksi dengan asam klorida encer
ataupun dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Namun,
kation ini membentuk endapan dengan amonium sulfida dalam suasana netral
atau amoniak. Kation-kation golongan ini adalah Cobalt (II), Nikel (II), Besi (II),
Besi (III), Aluminium, Zink, dan Mangan (II). Kation golongan IV tidak bereaksi
dengan reagensia golongan I, II, dan III. Kation-kation ini membentuk endapan
dengan amonium karbonat dengan adanya amonium klorida, dalam suasana
netral atau sedikit asam. Kation-kation golongan ini adalah Kalsium, Strontium,
dan Barium. Kation-kation golongan V merupakan kation-kation yang umum
tidak bereaksi dengan reagensia golongan sebulumnya. Yang termasuk anggota
golongan ini adalah ion-ion Magnesium, Natrium, Kalium, Amonium, Litium,
dan Hidrogen (Vogel,1985).
Banyak reaksi-reaksi yang menghasilkan endapan berperan penting dalam
analisa kualitatif. Endapan tersebut dapat berbentuk Kristal atau koloid dan
dengan warna yang berbeda-beda. Pemisahan endapan dapat dilakukan dengan
penyaringan ataupun sentrifugasi. Endapan tersebut terbentuk jika larutan
menjadi terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan. Kelarutan suatu endapan
adalah sama dengan konsentrasi molar dari larutan jenuhnya. Kelarutan
bergantung pada berbagai kondisi seperti tekanan, suhu, konsentrasi bahan lain
dan jenis pelarut. Perubahan larutan dengan perubahan tekanan tidak mempunyai
arti penting dalam analisa kualitatif, karena semua pekarjaan dilakukan dalam
wadah terbuka pada tekanan atmosfer. kenaikan suhu umumnya dapat
memperbesar kelarutan endapan kecuali pada beberapa endapan, seperti kalsium
sulfat, berlaku sebaliknya. Perbedaan kelarutan karena suhu ini dapat digunakan
sebagai dasar pemisahan kation. Misalnya, pemisahan kation Ag, Hg(l), dan Pb
dapat dilakukan dengan mengendapkan ketiganya sebagai garam klorida,
kemudian memisahkan Pb dari Ag dan Hg(l) dengan memberikan air panas.
Kenaikan suhu akan memperbesar kelarutan Pb sehingga endapan tersebut larut
sedangkan kedua kation lainnya tidak (Masterton, 1991).
Kelarutan bergantung juga pada sifat dan konsentrasi bahan lain yang ada
dalam campuran larutan itu. Bahan lain tersebut dikenal dengan ion sekutu dan
ion asing. Umumnya kelarutan endapan berkurang dengan adanya ion sekutu
yang berlebih dan dalam prakteknya ini dilakukan dengan memberikan
konsentrasi pereaksi yang berlebih. Tetapi penambahan pereaksi berlebih ini
pada beberapa senyawa memberikan efek yang sebaliknya yaitu melarutkan
endapan. Hal ini terjadi karena adanya pembentukan kompleks yang dapat larut
dengan ion sekutu tersebut (Masterton,1990).
Reagnesia golongan yang dipakai untuk klasifikasi kation yang paling umum
adalah asam klorida, hidrogen sulfida, amonium sulfida, dan amonium karbonat.
Klasifikasi ini berdasarkan atas apakah suatu kation bereaksi dengan reagen-
reagen ini dengan membentuk endapan atau tidak. Jadi boleh dikatakan bahwa
klasifikasi kation yang paling umum didasarkan pada perbedaan kelarutan dari
klorida, sulfida, dan karbonat dari kation tersebut. Secara prinsip zat yang akan
diidentifikasi dilarutkan kemudian ditambahkan pereaksi tertentu yang sesuai,
yang akan mengendapkan segolongan kation garam yang sukar larut atau
hidroksidanya. Pereaksi harus sedemikian rupa sehingga pengendapan kation,
golongan kation selanjutnya tidak terganggu atau sebelumnya dapat dengan
mudah dihilangkan dari larutan yang hendak dianalisis. Untuk identifikasi kation
senyawa organik, pada umumnya didasarkan atas kelarutannya dalam air. Jika
senyawa tidak larut dalam air, maka harus dilakukan destruksi. Cara destruksi
tergantung dari senyawa yang hendak dianalisis dan ditentukan dengan bantuan
percobaan pendahuluan. Prinsip destruksi ini terdiri dari pelelehan campuran
senyawa yang sukar larut dalam pereaksi yang sesuai dalam jumlah yang
berlebih. Akibatnya reaksi akan digeser sempurna kearah reaksi (underwood,
1993).
2.2 Uraian Bahan
a. Natrium Hidroksida (Depkes RI, 1979 Halaman 421)
Nama resmi : NATRII HIDROCIDUM
Nama lain : Natrium Hidroksida
Rumus kimia : Na(OH)
Berat molekul : 40
Pemerian : bentuk batang massa hablur air keping-
keping, keras dan rapuh dan menunjukkan
susunan hablur putih mudah meleleh basa
sangat katalis dan korosif segera menyerap
karbondioksida.
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air
Kegunaan : sebagai zat tambahan.
b. Asam Clorida (Depkes RI, 1979 Halaman 53)
Nama resmi : ACIDUM HIDROCHIORIDUM
Nama lain : Asam Clorida, Asam Garam
Rumus kimia : HCl
Berat molekul : 36,5
Pemerian : cairan tidak berwarna, berasap dan bau
merangsang jika diencerkan dua bagian air
asap dan bau hilang.
penyimpanan : dalam wadah tertutup
Kegunaan : sebagai zat tambahan.
c. Kalium Iodida (Fi edisi III hal 330 )
Nama Resmi : KALIUM IODIDUM
Nama Lain : Kalium iodida
Bm / Rm : 166.00 / KI
Pemerian : Hablur heleahedial transparan atau
tidak berwarna opak dan putih atau
serbuk butiran puti hidroskopik
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air lebih
mudah larut dalam air mendidi,
larut dalam etanol 95 % P Mudah
larut dalam gliserol P
Penyimpanan : Dalam wada tertutup rapat
Khasiat : Zat tambahan
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu tabung reaksi, pipet
tetes, dan rak tabung reaksi.

3.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah HCl, NaOH, KI,
dan sampel pereaksi A1 dan A2.

3.3 Prosedur Kerja


1. Sampel A1
A. KI
a. Ambil sampel A1 dengan menggunakan pipet tetes
b. Tuangkan sampel pada tabung reaksi sebanyak 1 ml (20 tetes)
c. Ambil larutan KI sebanyak 3 tetes kemudian campurkan dengan
sampel A1 yang ada didalam tabung reaksi
d. Lakukan sebanyak 3 kali dan amati perubahan pada setiap tabung
reaksi
B. HCl
a. Siapkan alat dan bahan
b. Ambil sampel A1 dengan menggunakan pipet tetes
c. Tuangkan sampel pada tabung reaksi sebanyak 1 ml (20 tetes)
d. Letakkan tabung reaksi pada rak tabung reaksi
e. Ambil larutan HCl sebanyak 3 tetes kemudian campurkan dengan
sampel A1 yang ada didalam tabung reaksi
f. Lakukan sebanyak 3 kali dan amati perubahan pada setiap tabung
reaksi
B. NaOH
a. Ambil sampel A1 dengan menggunakan pipet tetes
b. Tuangkan sampel pada tabung reaksi sebanyak 1 ml (20 tetes)
c. Ambil larutan NaOH sebanyak 3 tetes kemudian campurkan
dengan sampel A1 yang ada didalam tabung reaksi
d. Letakkan tabung reaksi pada pada rak tabung reaksi
e. Lakukan sebanyak 3 kali dan amati perubahan pada setiap tabung
reaksi
2. Sampel A2
A. KI
a. Ambil sampel A2 dengan menggunakan pipet tetes
b. Tuangkan sampel pada tabung reaksi sebanyak 1 ml (20 tetes)
c. Ambil larutan KI sebanyak 3 tetes kemudian campurkan dengan
sampel A2 yang ada didalam tabung reaksi
d. Lakukan sebanyak 3 kali dan amati perubahan pada setiap tabung
reaksi
B. HCl
a. Ambil sampel A2 dengan menggunakan pipet tetes
b. Tuangkan sampel pada tabung reaksi sebanyak 1 ml (20 tetes)
c. Ambil larutan HCl sebanyak 3 tetes kemudian campurkan dengan
sampel A2 yang ada didalam tabung reaksi
d. Lakukan sebanyak 3 kali dan amati perubahan pada setiap tabung
reaksi
C. NaOH
a. Ambil sampel A2 dengan menggunakan pipet tetes
b. Tuangkan sampel pada tabung reaksi sebanyak 1 ml (20 tetes)
c. Ambil larutan NaOH sebanyak 3 tetes kenudian campurkan dengan
sampel A2 yang ada didalam tabung reaksi
d. Lakukan sebanyak 3 kali dan amati perubahan pada setiap tabung
reaksi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil

No. Perlakuan Hasil


1. A1 + KI Menghasilkan warna kuning kepucat-
pucatan
2. A1 + KI Menghasilkan warna oranye
3. A1 + KI Menghasilkan warna oranye
4. A1 + HCl Menghasilkan warna endapan putih
5. A1 + HCl Menghasilkan endapan putih
6. A1 + HCl Menghasilkan endapan putih
7. A1 + NaOH Menghasilkan warna jingga
Menghasilkan warna kuning jingga
8. A1 + NaOH endapan coklat

Menghasilkan warna kuning jingga


9. A1 + NaOH endapan coklat

Tabel 4.1.1. Sampel A1

No. Perlakuan Hasil


1. A2 + KI Menghasilkan warna keruh
2. A2 + KI Menghasilkan warna bening
3. A2 + KI Menghasilkan warna bening
4. A2 + HCl Tidak ada perubahan
5. A2 + HCl Tidak ada perubahan
6. A2 + HCl Tidak ada perubahan
7. A2 + NaOH Menghasilkan warna bening
8. A2 + NaOH Menghasilkan warna bening
9. A2 + NaOH Menghasilkan warna bening
Tabel 4.1.2 Sampel A2
4.2 Pembahasan
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

5.2 Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan dalam percobaan kali ini adalah
1. untuk para asisten laboratorium agar lebih tegas di dalam menegakan
aturan dalam laboratorium.
2. untuk para mahasiswa agar lebih disiplin didalam melaksanakan
praktikum, demi terlaksananya praktikum yang baik dan benar demi
terciptanya para praktikan yang berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA

Day, R.A dan Underwood, A.L. 1993.Analisa Kimia Kuantitatif Edisi Ke 4.


Jakarta: Erlangga
Hardjadi, W. 1990.Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: Gramedia

Anda mungkin juga menyukai