Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN LENGKAP

PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS KUALITATIF

“ UJI IDENTIFIKASI

KATION GOL.IIIA (Cr2+; Fe2+; Al3+)”

DISUSUN OLEH

NAMA : MUHAMMAD REZA FAHLEVI

NIM : 19TKM376

KELAS :1A

JURUSAN TEKNIK KIMIA MINERAL

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN RI

POLITEKNIK ATI MAKASSAR

TAHUN AJARAN 2019/2020

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS KUALITATIF

MODUL VI : UJI INDENTIFIKASI KATION GOL.IIIA (Cr2+; Fe2+; Al3+)


PERCOBAAN 14 : UJI INDENTIFIKASI KATION BESI (Fe2+)
Nama : Muhammad Reza Fahlevi Tgl Mulai : 03 Juni 2020
NIM /TKT : 19TKM376/1A Tgl Selesai : 03 Juni 2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada dasarnya metode analisis kimia dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu,
Analisis kualitatif yaitu analisis yang berhubungan dengan identifikasi suatu
zat atau campuran zat yang tidak diketahui. Analisis kuantitatif yaitu analisis
kimia yang menyangkut penentuan jumlah zat tertentu yang ada di dalam
suatu contoh (sampel). Ada dua aspek penting dalam analisis kualitatif, yaitu
pemisahan dan identifikasi. Kedua aspek ini didasari oleh kelarutan,
keasaman, kebasaan, pembentukan senyawa kompleks, oksidasi-reduksi, sifat
penguapan dan ekstraksi. Sifat-sifat ini sebagai sifat periodik menentukan
kecenderungan dari kelarutan klorida, sulfida, hidroksida, karbonat, sulfat dan
garam-garam lainnya dari logam. Walaupun analisis kualitatif (analisis klasik)
sudah banyak ditinggalkan, namun analisis kualitatif ini merupakan aplikasi
prinsip-prinsip umum dan konsep-konsep dasar yang telah dipelajari dalam
kimia dasar .
Ion-ion dapat diidentifikasi berdasarkan sifat fisika dan kimianya. Sifat
fisika seperti warna, spektrum absorpsi, spektrum emisi, atau medan magnet
untuk mengidentifikasi ion pada tingkat konsentrasi yang rendah. Sifat kimia
melibatkan beberapa reaksi kimia seperti reaksi asam basa, redoks, kompleks,
dan pengendapan.
Maka dari itu, dalam percobaan kali ini kita akan mengidentifikasi kation

Cr2+, Fe2+, Al3+ untuk mengetahui sifat kimia kation tersebut berdasarkan
pengendapan dari penambahan reagen yang digunakan.

1.2 Tujuan Percobaan


Setelah melakukan praktikum uji identifikasi kation golongan II ini,

mahasiswa diharapkan dapat mengetahui sifat kimia dari kation Besi (Fe2+)
berdasarkan reagent yang digunakan.

1.3 Prinsip Percobaan

Menambahkan reagen dengan konsentrasi tertentu ke sampel (Fe2+


sebanyak 0,5 ml) hingga terbentuk endapan dengan warna yang khas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Analisa kualitatif menggunakan dua macam uji, reaksi kering dan reaksi
basah. Reaksi kering dapat diterapkan untuk zat-zat padat dan reaksi basah
untuk zat dalam larutan. Reaksi kering ialah sejumlah uji yang berguna dapat
dilakukan dalam keadaan kering, yakni tanpa melarutkan contoh. Petunjuk
untuk operasi semacam ialah pemanasan, uji pipa tiup, uji nyala, uji
spektroskopi dan uji manik. Reaksi basah ialah uji yang dibuat dengan zat-zat
dalam larutan. Suatu reaksi diketahui berlangsung dengan terbentuknya
endapan, dengan pembebasan gas dan dengan perubahan warna. Mayoritas
reaksi analisis kualitatif dilakukan dengan cara basah. Dalam analisa kualitatif
cara memisahkan ion logam tertentu harus mengikuti prosedur kerja yang khas.
Zat yang diselidiki harus disiapkan atau diubah dalam bentuk suatu larutan.
Untuk zat padat kita harus memilih pelarut yang cocok. Ion-ion pada golongan-
golongan diendapkan satu per satu, endapan dipisahkan dari larutan dengan
cara disaring atau diputar dengan centrifuge (Cokrosarjiwanto, 1977).
Analisis kualitatif kebanyakan dilakukan dengan cara basah yaitu untuk
zat-zat dalam bentuk larutan. Apalagi dalam melakukan analisis suatu
campuran telah ditunjukkan kesulitan-kesulitan untuk menentukan dengan
pasti, kation- kation apa yang terdapat dalam campuran tersebut. Cara untuk
analisis suatu campuran adalah dengan mempergunakan pereaksi selektif yaitu
memisahkan segolongan kation dari yang lain. Misalnya, bila suatu pereaksi
menyebabkan sebagian kation terendapkan dan sebagian lagi tetap berada
dalam larutan, maka selanjutnya endapan disaring. Dengan demikian terdapat
dua kelompok campuran yang isinya masing-masing berkurang dari campuran
sebelumnya bila kemudian larutan dan endapannya ditambahkan pereaksi
selektif lain, sehingga sebagian dari larutan akan mengendap dan sebagian
endapan semula akan melarut. Reaksi yang terjadi saat pengidentifikasian
menyebabkan terbentuknya zat-zat baru yang berbeda dari zat semula dan
berbeda sifat fisiknya (Salamat, 2004).
Untuk tujuan analisis kualitatif sistematik kation-kation diklasifikasikan
dalam lima golongan berdasarkan sifat-sifat kation itu terhadap beberapa
reagensia. Dengan memakai apa yang disebut reagensia golongan secara
spesifik, dapat kita tetapkan ada tidaknya golongan-golongan kation, dan dapat
juga memisahkan golongan-golongan ini dengan pemeriksaan lebih lanjut.
Selain merupakan cara yang tradisional untuk menyajikan bahan, urutan-urutan
ini juga memudahkan dalam mempelajari reaksi-reaksi. Reagensia yang
digunakan untuk klasifikasi kation yang paling umum adalah asam klorida
(HCl), hidrogen sulfida (H2SO4), dan amonium karbonat [(NH4)2CO3].
Klasifikasi ini didasarkan atas apakah suatu kation bereaksi dengan reagensia-
reagensia ini dengan membentuk endapan atau tidak. Jadi boleh kita katakan
bahwa klasifikasi kation yang paling umum didasarkan atas perbedaan
kelarutan asam klorida (HCl), hidrogen sulfida (H2SO4), dan amonium
karbonat [(NH4)2CO3] dari kation tersebut (Svehla, 1985).
Kation-kation dibagi ke dalam 5 golongan berdasarkan hasil kali kelarutan
garam tak larutnya. Prosedur umum untuk memisahkan ion-ion ini dengan
menambahkan reagen pengendap pada larutan tak diketahui. Terdapat beberapa
golongan yang memiliki ciri khas tertentu, diantaranya (Harjadi, 1990):
Golongan III : Kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam klorida
encer, ataupun dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer
(buffer ammonium-amonium klorida). Namun kation ini membentuk endapan
dengan ammonium sulfida dalam suasana netral / amoniakal. Kation golongan
ini adalah Co, Fe, Al, Cr, Co, Mn, Zn. Logam-logam diendapkan sebagai
sulfida, kecuali aluminium dan kromium, yang diendapkan sebagai hidroksida,
karena hidrolisis yang sempurna dari sulfida dalam larutan air.besi, almunium,
dan mangan (sering disertai sedikit mangan) atau golongan III A juga
diendapkan sebagai hidroksida oleh larutan amonia dengan adanya amonium
klorida. Endapan hidroksida pada golongan ini bermacam-macam. Kation
golongan III B diendapkan sebagai garam sulfidnya dengan mengalirkan gas
H2S dalam larutan analit yang suasananya basa (dengan larutan buffer NH 4Cl
dan NH4OH) (Harjadi, 1990).
Golongan kation ketiga yaitu, besi (II) dan besi (III), aluminium, kromium
(III) dan Kromium (IV), nikel, kobalt, mangan (II) dan mangan (VI)dan zink,
mempunyai reagnesia golongan hidrogen sulfida (gas atau larutan air jenuh);
dengan adanya ammonia dan ammonium klorida atau larutan ammonium
sulfida. Pada reaksi golongan endapan-endapan dengan berbagai warna; besi
(II) sulfide (hitam), aluminium hidroksida (putih), kromium (III) hidroksida
(hijau), nikel sulfida (hitam), kobalt sulfida (hitam), Mangan (II) Sulfida
(merah jambu) dan zink sulfide (putih). Logam-logam golongan ini tidak
diendapkan oleh reagnesia golongan untuk golongan I dan golongan II, tetapi
semuanya diendapkan dengan adanya amonium klorida, oleh hidrogen sulfida
dari larutan yang telah dijadikan basa dengan larutan amonia.Logam-logam ini
diendapkan sebagai sulfida, kecuali aluminium dan kromium yang diendapkan
sebagai hidroksida karena hidrolisis yang sempurna dari sulfida dalam larutan
air. Besi, aluminium, dan krom (sering disertai mangan) juga diendpakan
sebagai hidroksida oleh larutan ammonia dengan adanya ammonium klorida.
Sedangkan logam-logam dari kation golongan ini tetap berada dalam larutan
dan dapat diendapkan sebagai sulfida oleh hidrogen sulfida. Maka golongan ini
biasanya dibagi menjadi golongan besi, meliputi besi, aluminium, atau
kromium sering disebut golongan III A dan golongan zink, meliputi nikel,
kobalt, mangan, dan seng atau disebut golongan III B (Svehla, 1985).
Banyak reaksi-reaksi yang menghasilkan endapan berperan penting dalam
analisa kualitatif. Endapan tersebut dapat berbentuk kristal atau koloid dan
dengan warna yang berbeda-beda. Pemisahan endapan dapat dilakukan dengan
penyaringan atau pun sentrifus. Endapan tersebut jika larutan menjadi terlalu
jenuh dengan zat yang bersangkutan. Kelarutan suatu endapan adalah sama
dengan konsentrasi molar dari larutan jenuhya. Kelarutan bergantung pada
berbagai kondisi seperti tekanan, suhu, konsentrasi bahan lain dan jenis pelarut.
Perubahan kelarutan dengan perubahan tekanan tidak mempunyai arti penting
dalam analisa kualitatif, karena semua pekerjaan dilakukan dalam wadah
terbuka pada tekanan atmosfer. Kenaikan suhu umumnya dapat memperbesar
kelarutan endapan kecuali pada pada beberapa endapan, seperti kalsium sulfat,
berlaku sebaliknya. Perbedaan kelarutan karena suhu ini dapat digunaan
sebagai dasar pemisahan kation. Misalnya, pemisahan kation Ag, Hg(I), dan Pb
dapat dilakukan dengan mengendapkan ketiganya sebagai garam klorida
kemudian memisahkan Pb dari Ag dan Hg(I) dengan memberikan air panas.
Kenaikan suhu akan memperbesar kelarutan Pb sehingga endapan tersebut
larut sedangkan kedua kation lainnya tidak. Kelarutan bergantung juga pada
sifat dan konsentrasi bahan lain yang ada dalam campuran larutan itu. Bahan
lain tersebut dikenal dengan ion sekutu dan ion asing. Umumnya kelarutan
endapan berkurang dengan adanya ion sekutu yang berlebih dan dalam
prakteknya ini dilakukan dengan memberikan konsentrasi pereaksi yang
berlebih. Tetapi penambahan pereaksi berlebih ini pada beberapa senyawa
memberikan efek yang sebaliknya yaitu melarutkan endapan. Hal ini terjadi
karena adanya pembentukan kompleks yang dapat larut dengan ion sekutu
tersebut (Besari, 1982).
Alumunium adalah adalah logam putih yang liat dan dapat ditempa,
bubuknya berwarna abu-abu. Alumunium melebur pada 659°C. Ion-ion

alumunium (Al3+) membentuk garam-garam yang tak berwarna dengan anion-


anion yang tak berwarna (Svehla, 1985).
Kromium adalah logam kristalin yang putih, tak begitu liat dan tak dapat
ditempa dengan berarti. Ia melebur pada 1765°C. Logam ini larut dalam asan
klorida encer atau pekat. Jika tak terkena udara, akan terbentuk ion-ion
kromium(II) (Svehla, 1985):
Cr + 2H+ → Cr2+ + H2
Cr + 2HCl → Cr2+ + 2Cl- + H2 
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat
a. Tabung reaksi
b. Tabung Pemusing
c. Gelas piala
d. Pipet Karet

3.2 Bahan

a. Uji identifikasi kation besi (Fe2+)

1) sampel (kation Fe2+)


2) NaOH 2 N
3) Na2HPO4 2 M
4) K4[Fe(CN)6] 5%
5) NH4OH 2 N
6) Aquades
7) KCN 2 N
8) K3[Fe(CN)6] 5%.
3.3 Prosedur kerja
1. Dibersihkan dan dibilas dengan aquadest semua alat yang akan
digunakan

2. 0,5 ml Fe2+ ditambahkan dengan amonia 4 N terbentuk endapan coklat

3. 0,5 ml Fe2+ ditambahkan dengan NaOH 2 N terbentuk endapan coklat

4. 0,5 ml Fe2+ ditambahkan dengan Na2HPO4 2 M terbentuk endapan


putih kekuningan

5. 0,5 ml Fe2+ ditambahkan dengan KCN 2 N terbentuk endapan coklat


kekuningan dan larut dalam penambahan berlebih
6. 0,5 ml Fe2+ ditambahkan dengan K4[Fe(CN)6] 5% terbentuk endapan
biru tua
7. 0,5 ml Fe2+ ditambahkan dengan K3[Fe(CN)6] 5% terbentuk larutan
merah
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Pengamatan

Uji identifikasi kation Besi (Fe2+)

No Kation Pereaksi Pengamatan

1 Fe2+ NH4OH terbentuk endapan coklat

2 Fe2+ NaOH terbentuk endapan coklat


terbentuk endapan putih
3 Fe2+ Na2HPO4
kekuningan
terbentuk endapan coklat
4 Fe2+ KCN
kekuningan
    KCN endapan larut

5 Fe2+ K4[Fe(CN)6] terbentuk endapan biru tua

6 Fe2+ K3[Fe(CN)6] terbentuk larutan merah

4.2 Reaksi
Fe2+
1 Fe2+ + 2NH4OH → Fe(OH)2 + 2NH4+
2 Fe2+ + 2NaOH → Fe(OH)2 + 2Na+
Fe2+ + 2KCN → Fe(CN)2+ 2K+
3
Fe(CN)2 + KCN → Fe(CN)3 + K+
4 Fe2+ + Na2HPO4 → FeHPO4 + 2Na+
5 4Fe2+ + 2K4[Fe(CN)6] → Fe4[Fe(CN)6]2 + 8K+
6 3Fe2+ + 2K3[Fe(CN)6] → Fe3[Fe(CN)6]2 + 6K+
4.3 Pembahasan
Pada praktikum kali ini kita melakukan percobaan uji identifikasi kation

Cr2+, Fe2+, dan Al3+ dengan menggunakan penambahan reagen tertentu.

Dengan ini kita bisa mengetahui sifat kimia dari kation Crom (Cr2+), Besi

(Fe2+), Aluminium (Al3+) berdasarkan reagen yang digunakan hingga


terbentuk endapan dengan warna yang khas agar kita dapat mengidentifikasi
kation tersebut.

Pada percobaan uji identifikasi kation Cr2+ dilakukan dengan


menambahkan reagen NaOH, Na2HPO4, NH4OH, Na2CO3 ke 0,5 ml Cr2+
sampai terbentuk endapan. Adapun hasil yang diperoleh, yaitu pada
penambahan reagen NaOH ke sampel menyebabkan terbentuknya endapan
hijau keabu-abuan dari Cr(OH)2. Penambahan larutan Na2HPO4, NH4OH,
dan Na2CO3 pada sampel menyebabkan terbentuknya endapan hijau CrHPO4,
Cr(OH)2, dan Cr(OH)3. Endapan larut pada penambahan NaOH berlebih.

Pada percobaan uji identifikasi Fe2+ dilakukan dengan menambahkan


NH4OH, NaOH, Na2HPO4, KCN, K4[Fe(CN)6], dan K3[Fe(CN)6] ke 0,5

ml Fe2+ sampai terbentuk endapan. Berdasarkan percobaan diperoleh hasil,


yaitu pada penambahan NH4OH dan NaOH terbentuk endapan coklat
Fe(OH)2, pada penambahan Na2HPO4 terbentuk endapan putih kekuningan
FeHPO4, pada penambahan KCN terbentuk endapan coklat kekuningan
Fe(CN)2 dan endapan larut dengan penambahan KCN berlebih, pada
penambahan K4[Fe(CN)6] terbentuk endapan biru tua Fe4[Fe(CN)6]2, pada
penambahan K3[Fe(CN)6] terbentuk larutan merah Fe3[Fe(CN)6]2.

Pada percobaan uji identifikasi Al3+ dilakukan dengan menambahkan


reagen NH4OH, NaOH, Na2HPO4, dan (NH4)2S ke 0,5 ml Al3+ sampai
terbentuk endapan. Berdasarkan percobaan diperoleh hasil, yaitu pada
penambahan NH4OH terbentuk endapan putih glatin Al(OH)3 dan endapan
larut saat ditambahkan amonia berlebih, pada penambahan NaOH, Na2HPO4,
dan (NH4)2S terbentuk endapan putih Al(OH)3, Al2(HPO4)3, dan Al2S3.
Dari hasil yang diperoleh dapat dilihat bahwa sifat kimia dari kation
golongan IIIA memiliki warna khas berbeda-beda berdasarkan reagen yang
digunakan meskipun jenis reagen yang digunakan sama. Misalnya, pada
penambahan reagen amonia yang menghasilkan warna endapan yang berbeda,

yaitu terbentuk endapan coklat pada kation Cr2+, pada kation Fe2+ terbentuk

endapan hijau keabu-abuan, dan pada kation Al3+ terbentuk endapan putih

gelatin. Begitupun dengan penambahan NaOH, pada kation Cr2+ terbentuk

endapan hijau, pada kation Fe2+ terbentuk endapan coklat, dan pada kation

Al3+ terbentuk endapan putih.


Kekeliruan/kesalahan yang sering terjadi pada saat identifikasi kation
disebabkan oleh:
1. Cara pengambilan sampel dan kesalahan akibat reaksi kimia yang tidak
sempurna.
2. Konsentrasi reagen terlalu pekat, sehingga menimbulkan hasil yang
tidak diinginkan.
3. Reagen-reagen yang diberikan sudah lama sehingga hasil reaksi kurang
tepat dan tidak sesuai dengan seharusnya.
4. Reagen-reagen yang dibuat tidak sesuai dengan prosedur sehingga
hasilnya tidak tepat.
BAB V
KESIMPULAN

Identifikasi kation Fe2+ dengan menggunakan reagen


tertentu akan menghasilkan endapan berdasarkan sifat kimianya.

Makassar, 03 Juni 2020

DOSEN PEMBIMBING PRAKTIKAN

Fitri Junianti,S.Si.,MT Muhammad Reza Fahlevi


Daftar Pustaka

Besari, Ismail, dkk. 1982. Kimia Organik untuk Universitas Edisi I. Bandung:
Armico Bandung.

Cokrosarjiwanto. 1997. Kimia Anlitik Kualitatif I. Jakarta: UNY Press.

Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: Gramedia.

Salamat, I Nyoman dan I Gusti Lanang Wiratma. 2004. Penuntun Kimia


Analitik.Singaraja: IKIP Singaraja.

Svehlah, G. 1985. Vogel : Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan
Semimikro Bagian I Edisi V. Jakarta: PT. Karman Media Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai