Analisa Anion
1 April 2014
Disusun Oleh :
Indah Rahmawati (2011340023)
Rima Ayu Aditias Putri (2011340027)
Luneta Aurelia (2013340014)
Siti Fara Juliastuti (2013340051)
Anne Meilinda (2013340003)
Rizki Kurnia (2013340044)
B. Tujuan :
1) Untuk mengetahui dan memahami cara analisa pemisahan anion pada suatu sampel
2) Untuk mengetahui anion apa saja yang terkandung dalam suatu sampel
C. Tinjauan Pustaka :
Kimia analitik dapat dibagi dalam 2 bidang, yaitu analisis kualitatif dan analisis
kuantitatif. Analisis kualitatif membahas tentang identifikasi zat-zat. Urusannya adalah unsur
atau senyawa apa yang terdapat dalam suatu sampel. Sedangkan analisis kuantitatif berurusan
dengan penetapan banyaknya satu zat tertentu yang ada dalam sampel (A.L. Underwood :1993).
Banyak pendekatan yang dapat digunakan untuk melakukan analisis kualitatif. Ion-ion
dapat diidentifikasi berdasarkan sifat fisika dan kimianya. Beberapa metode analisis kualitatif
modern menggunakan sifat fisika seperti warna, spektrum absorpsi, spektrum emisi, atau medan
magnet untuk mengidentifikasi ion pada tingkat konsentrasi yang rendah. Namun demikian kita
juga dapat menggunakan sifat fisika dan kimia untuk mengembangkan suatu metode analisis
kualitatif menggunakan alat-alat yang sederhana yang dipunyai hampir semua laboratorium.
Sifat fisika yang dapat diamati langsung seperti warna, bau, terbentuknya gelembung gas atau
pun endapan merupakan informasi awal yang berguna untuk analisis selanjutnya.(Svehla, 1990)
Analisa kualitatif menggunakan dua macam uji, reaksi kering dan reaksi basah. Reaksi
kering dapat diterapkan untuk zat-zat padat dan reaksi basah untuk zat dalam larutan. Reaksi
kering ialah sejumlah uji yang berguna dapat dilakukan dalam keadaan kering, yakni tanpa
melarutkan contoh. Petunjuk untuk operasi semacam ialah pemanasan, uji pipa tiup, uji nyala, uji
spektroskopi dan uji manik. Reaksi basah ialah uji yang dibuat dengan zat-zat dalam larutan.
Suatu reaksi diketahui berlangsung dengan terbentuknya endapan, dengan pembebasan gas dan
dengan perubahan warna. Mayoritas reaksi analisis kualitatif dilakukan dengan cara basah (G.
Svehla : 1985)
Cara identifikasi ion dibagi menjadi 2 macam, yaitu identifikasi kation dan identifikasi
anion. Namun, pada analisa anion tidak begitu sistematik seperti pada identifikasi kation. Salah
satu cara penggolongan anion adalah pemisahan anion berdasarkan kelarutan garam-garam
perak, garam-garam kalsium, barium dan seng. Selain itu ada cara penggolongan anion menurut
Bunsen, Gilreath dan Vogel. Bunsen menggolongkan anion dari sifat kelarutan garam perak dan
garam bariumnya, warna, kalarutan garam alkali dan kemudahan
menguapnya. Gilreath menggolongkan anion berdasarkan pada kelarutan garam-garam Ca, Ba,
Cd dan garam peraknya. Sedangkan Vogel menggolongkan anion berdasarkan pada proses yang
digunakan dalam identifikasi anion yang menguap bila diolah dengan asam dan identifikasi
anion berdasarkan reaksinya dalam larutan. Identifikasi anion yang menguap bila diolah dengan
asam dibagi dua lagi yaitu anion membentuk gas bila diolah dengan HCl encer atau H 2SO4 encer,
dan anion yang membentuk gas atau uap bila diolah dengan H2SO4 pekat.
Ada pula identifikasi anion berdasarkan reaksi dalam larutan, yaitu anion yang
diidentifikasi dengan reaksi pengendapan dan dengan reaksi redoks. Reaksi pengendapan
umumnya terjadi saat proses pemisahan yang kemudian dilanjutkan dengan uji identifikasi,
namun tidak ada jenis anion tertentu yang termasuk dalam kelompok reaksi pengendapan karena
hal tersebut sesuai dengan uji lanjutannya. Pembentukan endapan karena adanya senyawa baru
setelah bereaksi. Banyak sekali reaksi yang di gunakan dalam analisis anorganik kualitatif
melibatkan pembentukan endapan. Endapan adalah zat yang memisahkan dari suatu fase padat
keluar dari larutan endapan, mungkin berupa Kristal (kristalin) atau koloid dan dapat dikeluarkan
dari larutan dengan penyaringan. Endapan terbentuk jika larutan menjadi terlalu jenuh dengan
zat yang bersangkutan ke larutan (S) satu endapan, menurut defenisi adalah sama dengan
konsentrasi molar dari larutan jenuhnya. Kelarutan tergantung pada berbagai kondisi seperti
suhu, tekanan, konsentrasi bahan-bahan lain dalam larutan itu dan pada komposisi pelarutnya.
Berikut merupakan Anion yang digolongkan berdasarkan reaksi redoks, yaitu :
1. Anion Pengoksidasi
Anion dalam kelompok ini adalah ClO4-, ClO3-, NO3, SO42-, Cr2O72-, IO3, dan lain-lain
Prinsip kerjanya adalah mula-mula sampel ditambahkan Na 2Co3 (jenuh), lalu dipanaskan selama
10 menit kemudian filtrat ditambahkan dengan HCl pekat dan MnCl 2. Apabila warna sampel
berubah menjadi hitam atau coklat berarti sampel tersebut mengandung anion pengoksidasi.
2. Anion Preduksi
Anion dalam kelompok ini adalah S2-, S2O32-, SO3-, Cl-, CNS-, CN-,[Fe(CN)6)4]
Prinsip kerjanya adalah mula-mula sampel ditambahkan Na 2Co3 (jenuh), lalu dipanaskan selama
10 menit kemudian filtrat ditambahkan dengan HCl pekat dan MnCl 2. Apabila warna sampel
berubah menjadi hitam atau coklat berarti sampel tersebut mengandung anion pengoksidasi.
Anion lainnya tidak memberikan reaksi dengan asam sulfat pekat dalam keadaan dingin,
tetapi nitrat bereaksi menghasilkan uap coklat dari NO 2 yang dihasilkan, dan asetat memberikan
bau khas cuka jika direaksikan dengan asam sulfat pekat.
Untuk praktikum kali ini dilakukan pemisahan dan identifikasi anion-anion berikut
Nitrat, Permanganat, Kromat, Sulfat, Ferisianida, Karbonat, Asam Cuka, dan ion Hidroksida
pada Magnesium Hidroksida. Anion-anion tersebut banyak kita jumpai dalam reaksi kimia ada
yang berguna sebagai pengoksidasi, ada yang bergabung dengan logam seperti natrium dan
kemudian membentuk garam, serta ada pula yang menandakan sifat alkalis (basa).
Nitrat, NO3-. Kelarutan : Semua nitrat larut dalam air. Nitrat dari merkurium dan bismut
menghasilkan garam basa setelah diolah dengan air; garam-garam ini larut dalam asam nitart
encer. Nitrat bertindak sebagai oksidator atau zat pengoksidasi. Fungsi dari zat pengoksidasi
adalah sebagai berikut memberi oksigen kepada zat lain, memindahkan hidrogen dari zat lain,
mengambil elektron dari zat lain.
Permanganat adalah sebuah nama umum untuk senyawa kimia yang mengandung ion
manganat(VII) ion, (MnO4−). Karena mangan mempunyai bilangan oksidasi sebesar +7, maka
ion permanganat(VII) merupakan oksidator kuat. Ion ini mempunyai bentuk
geometri tetrahedral.[1] Larutan permanganat biasanya berwarna ungu dan bersifatneutral dan
sedikit mempunyai sifat alkalinitas. Dalam larutan asam, permanganat(VII) akan tereduksi
sehingga tidak berwarna dan bilangan oksidasinya menjadi +2 (ion mangan(II) (Mn2+)).
8 H+ + MnO4− + 5 e− → Mn2+ + 4 H2O
Dalam larutan basa kuat, permanganat(VII) akan tereduksi, warnanya menjadi hijau, dengan
bilangan oksidasi +6 (manganat MnO42−).
MnO4− + e− → MnO42−
Sedangkan, dalam larutan netral, ion ini akan tereduksi sehingga bilangan oksidasinya menjadi
+4, warnanya hijau (mangan dioksidaMnO2).
2 H2O + MnO4− + 3 e− → MnO2 + 4 OH−
Ion kromat (CrO42-) merupakan oksidator yang kuat dan mudah melepas oksigen sehingga
penanganannya perlu berhati-hati. Zat-zat ini harus disimpan ditempat tersendiri dan tidak boleh
berada di dekat zat-zat organik karena dapat menyebabkan kebakaran. Reaksi reduksi ion kromat
dan dikromat bergantung pada keasaman larutan. Dalam reaksi kimia bila ion kromat dan
dikromat bertindak sebagai oksidator (ketika direaksikan dengan suatu reduktor) bilangan
oksidasi kromium turun menjadi +3 dan produk yang diperoleh bergantung pada keadaan
keasaman larutan. Dalam larutan asam ion kromium direduksi menjadi ion Cr 3+, dalam larutan
sedikit basa produk reduksinya adalah Cr(OH)3 yang tidak larut dan dalam larutan sangat basa
ion kromat direduksi menjadi ion kromit (CrO2-). Persamaan reaksi yang terjadi sebagai berikut.
Larutan asam
6e + 14H+ + Cr2O7 → 2Cr3+ + 7H2O
Larutan sedikit basa
3e + 4H2O + CrO42- → Cr(OH)3 + 5OH-
Larutan sangat basa
3e + 2H2O + CrO42- → CrO2- + 4OH-
Sulfat merupakan sejenis anion poliatom dengan rumus empiris SO42- dengan massa
molekul 96.06 satuan massa atom; ia terdiri dari atom pusat sulfur dikelilingi oleh empat
atom oksigen dalam susunan tetrahidron. Ion sulfat bermuatancas dua negatif dan merupakan
basa konjugat ion hidrogen sulfat (bisulfat), HSO4-, yaitu bes konjugat asam sulfat, H2SO4.
Terdapat sulfat organik seperti dimetil sulfat yang merupakan senyawa kovalen dengan rumus
(CH3O)2SO2, dan merupakan ester asam sulfat. Kebanyakan sulfat sangat larut dalam air. Kecuali
dalam kalsium sulfat, stronsium sulfat dan barium sulfat, yang tak larut. Barium sulfat sangat
berguna dalam analisis gravimetri sulfat: penambahan barium klorida pada suatu larutan yang
mengandung ion sulfat. Kelihatan endapan putih, yaitu barium sulfat menunjukkan adanya anion
sulfat. Ion sulfat bisa menjadi satu ligan menghubungkan mana-mana satu dengan oksigen
(monodentat) atau dua oksigen sebagai kelat atau jembatan. Contoh ialah molekul logam netral
kompleks PtSO4P(C6H5)32, di mana ion sulfat berperan sebagai ligan bidentat. Ikatan oksigen-
logam dalam molekul sulfat kompleks mempunyai ciri kovalen.
Ferisianida merupakan zat pengoksidasi yang kuat dalam kondisi basa. Sifatnya racun,
karena dapat mengubah ion Fe dalam hemoglobin, dari bentuk ferro ke bentuk ferri.
Karbonat adalah garam dari asam karbonat, ditandai dengan adanya ion karbonat. Nama
mungkin juga berarti ester dari asam karbonat, senyawa organik yang mengandung gugus
karbonat. Ion karbonat adalah anion oxocarbon yang paling sederhana. Terdiri dari atom karbon
satu dikelilingi oleh tiga atom oksigen. Karbonat memiliki struktur kimia CO3.
Anion asetat, (C2H3O2)−, adalah sebuah ion karboksilat dan merupakan basa konjugasi
dari asam asetat. Ion asetat dihasilkan dari deprotonasi asam asetat.
CH3COOH ⇌ CH3COO− + H+
Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik yang
dikenal sebagai pemberi rasaasam dan aroma dalam makanan. Asam cuka memiliki rumus
empiris C2H4O2. Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk CH 3-COOH, CH3COOH, atau
CH3CO2H. Asam asetat murni (disebutasam asetat glasial) adalah cairan higroskopis tak
berwarna, dan memiliki titik beku 16.7°C. Atom hidrogen (H) pada gugus karboksil (−COOH)
dalam asam karboksilat seperti asam asetat dapat dilepaskan sebagai ion H+ (proton), sehingga
memberikan sifat asam. Asam asetat adalah asam lemah monoprotik dengan nilai pKa=4.8. Basa
konjugasinya adalah asetat (CH3COO−). Sebuah larutan 1.0 M asam asetat (kira-kira sama
dengan konsentrasi pada cuka rumah) memiliki pH sekitar 2.4.
Hidroksida adalah suatu ion poliatomik yang terdiri dari oksigen dan hidrogen
(OH−). Ion ini bermuatan −1 dan merupakan salah satu ion poliatomik yang paling sederhana.
Sebagian besar hidroksida tidak larut dalam air. Suatu kelompok basa yang mengandung
hidroksida disebut basa hidroksida. Basa ini akan terdisosiasi di dalam air menjadi
satu kation dan satu atau lebih ion hidroksida sehingga menjadikan larutan tersebut bersifat basa.
Proses ini membentukalkali hidroksida, yang dapat menjalani reaksi netralisasi dengan asam.
Secara umum, reaksi asam-alkali dapat disederhanakan menjadi:
OH−(aq) + H+(aq) → H2O(cair)
dengan melepaskan ion spektator.
Identifikasi Nitrat
Campuran (Sampel A + AgNO3) + NH4OH -------> NH3 (terciumnya bau menyengat amoniak)
Sampel teridentifikasi ada anion Nitrat
Identifikasi Permanganat
Campuran (Sampel A + AgNO3) + NaOH -------> Tidak terbentuk larutan ungu yang berubah
menjadi hijau
Sampel tidak teridentifikasi adanya anion permanganat
Identifikasi Karbonat
Sampel B + HCL encer -------> Tidak ada buih
Sampel tidak teridentifikasi adanya anion karbonat
Identifikasi Mg2+
Sampel B + NaOH -------> Tidak ada perubahan
Sampel tidak teridentifikasi adanya anion hidroksida
DAFTAR PUSTAKA
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132318568/pendidikan/Analisis+Anion.pdf