Anda di halaman 1dari 10

SINTESIS GARAM KOMPLEKS TETRAAMIN TEMBAGA (II) SULFAT

HIDRAT
Fernanda A, Tasya Syalsya D, Salsabila Syafari Z, Nur Fitriana, Budiyanto
Program Studi Pendidikan Kimia, Universitas Negeri Semarang, Semarang,
Indonesia
fernandaaristiya@gmail.com, syalsyatasya27@gmail.com,
salsaabilazaaza@gmail.com , nurfitriana040@gmail.com,
shinebudi11@gmail.com

Abstrak
Garam kompleks adalah garam yang tersusun dari unsur logam dan ion kompleks. Salah satu
garam kompleks yaitu tetraamin tembaga (II) sulfat hidrat [Cu(NH3)4]SO4.H2O. Dalam
percobaan ini bertujuan untuk mempelajari reaksi pembuatan garam kompleks tetraamin tembaga
(II) sulfat hidrat. Tembaga adalah logam yang dapat membentuk garam kompleks, warna tembaga
tetraamin (II) sulfat berwarna biru tua. Terbentuknya garam kompleks tetramin tembaga (II) sulfat
hidrat adalah CuSO4.5H2O dimana ligan H2O tergantikan oleh ligan NH3 karena ditambahkan NH3
pekat tetes demi tetes hinga endapan hilang. Untuk mengendapkan larutan, ditambahkan etanol
melalui dinding tabung. Terbentuklah kristal seberat 0,6461 gram dan rendemen sebesar 52,4%.
Setelah terbentuk kristal garam kompleks tetraamin tembaga (II) sulfat hidrat dilakukan 2
karakterisasi yaitu karakterisasi UV-Vis dan Konduktometri. Karakterisasi UV-Vis bertujuan untuk
mengetahui nilai absorbansi pada suatu larutan sedangkan konduktometri bertujuan untuk
mengetahui nilai konduktivitas suatu larutan. Garam kompleks [Cu(NH3)4]SO4 menghasilkan
absorbansi maksimal sebesar 4,324 dengan panjang gelombang 315 nm tetapi saat ditambahkan
KCN dihasilkan nilai absorbansi maksimal sebesar 3,923 dengan panjang gelombang 300 nm. Pada
saat penambahan KCN terjadi pergantian ligan NH3 dengan CN- dikarenakan ligan CN- lebih kuat
dari ligan NH3. Pada karakterisasi konduktometri, garam kompleks [Cu(NH3)4]SO4 menghasilkan
konduktivitas sebesar 10,99 mS/cm pada suhu 29,5oC. Untuk membandingkan nilai konduktovitas
dari garam kompleks [Cu(NH3)4]SO4 yang dihasilkan digunakannya juga larutan CoCl2, CuSO4,
FeCl3, dan NaCl. Berdasarkan percobaan yang dilakukan dihasilkan nilai konduktovitas FeCl3
sebesar 25,7 mS/cm pada suhu 28oC, CuSO4 sebesar 8,62 mS/cm pada suhu 28,2oC, CoCl2 sebesar
17,41 mS/cm pada suhu 28,2 oC, NaCl sebesar 12,88 mS/cm pada suhu 28,3 oC.
Kata Kunci: Sintesis Garam Kompleks, Tembaga, UV-Vis, Konduktometri

PENDAHULUAN jumlahnya melimpah adalah adalah Cu


Tembaga (Cu) adalah sebuah dengan bilangan oksidasi +2 atau Cu(II),
nutrisi yang penting untuk seluruh karena Cu(I) di air mengalami
tumbuhan dan hewan. Pada hewan disproporsionasi membentuk sebagai
termasuk manusia banyak ditemukan ion senyawa yang tidak larut. Dengan
tembaga dalam aliran darah, sebagai demikian Cu yang stabil adalah Cu(II).
kofaktor pada berbagai macam enzim. Cu(II) dalam jumlah kecil diperlukan oleh
Logam Berat Cu walaupun bersifat tubuh untuk pembentukan sel-sel darah
esensial bagi seluruh makhluk hidup merah, tetapi dalam jumlah besar dapat
namun akan menjadi racun jika rnenyebabkan rasa yang tidak enak pada
terakumulasi dalam jumlah besar di dalam lidah. Kadar Cu maksimum yang
tubuh. Tembaga mempunyai bilangan diperbolehkan adalah 0,05-1.5 ppm. Oleh
oksidasi +l dan +2, akan tetapi yang karena itu, perlu dikembangkan suatu
metode penentuan kadar tembaga di
perairan dalam jumlah renik
(Herlina,2012).
Senyawa kompleks merupakan (Sugiyarto, 2003).
senyawa yang terbentuk dari ion logam Pada sintesis senyawa kompleks, reaksi
yang berikatan dengan ligan secara yang terjadi secara umum adalah reaksi
kovalen koordinasi. Ikatan koordinasi substitusi. Reaksi substitusi terjadi
merupakan ikatan kovalen dimana ligan pergantian ligan pada senyawa kompleks
memberikan sepasang elektronnya pada awal untuk membentuk senyawa kompleks
ion logam untuk berikatan. Atom pusat baru (Miessler et al., 2014).
yang digunakan dalam penelitian ini Hasil sintesis senyawa kompleks
adalah tembaga (Agustina et al., 2013). dikarakterisasi menggunakan
Pada umumnya ion pusat memiliki spektrofotometri UV-Vis untuk
orbital-orbital d yang tidak terisi penuh menentukan panjang gelombang
elektron sehingga dapat berfungsi sebagai maksimum (λ max) yang diabsorbsi oleh
akseptor pasangan elektron tersebut. Ciri sampel. Selain itu juga diukur
ini menyebabkan beberapa sifat khas, konduktivitasnya untuk mengetahui daya
meliputi warna yang unik, pembentukan hantar listrik dari sampel (Hermawati et
senyawa paramagnetik, aktivitas katalitik, al., 2016).
dan terutama memiliki kecenderungan Spekstroskopi UV-Vis biasanya
besar untuk membentuk senyawa digunakan untuk molekul dan ion
kompleks (Hermawati et al., 2016). anorganik atau kompleks dalam larutan.
Garam kompleks adalah garam yang Spektrum ini sangat berguna untuk
tersusun dari unsur logam dan ion pengukuran secara kuantitatif. Sinar
kompleks. Dalam larutan elektrolit akan ultraviolet berada panjang gelombang 200-
terionisasi menjadi ion logam dan ion 400 nm, sedangkan sinar tampak berada
kompleks. Contoh garam kompleks yaitu pada panjang gelombang 200-800 nm.
kalium ferrisianida K4[Fe(CN)6] dan Konduktometri merupakan metoda analisa
kalium ferrosianida K4[Fe(CN)6] kimia kuantitatif berdasarkan daya hantar
(Sumardjo, 2009). listrik suatu larutan. Daya hantar listrik
Tembaga membentuk senyawa suatu larutan bergantung pada jenis dan
dengan tingkat oksidasi +1 dan +2 namun konsentrasi ion didalam larutan (Arifin,
hanya tembaga (II) yang stabil dan 2011).
mendominasi dalam larutan air. Dalam Spektroskopi inframerah sangat
larutan air hampir semua garam tembaga berguna untuk analisi kualitatif
(II) berwarna biru yang karakteristik dari (identifikasi) dari senyawa organik karena
warna ion kompleks koordinasi 6, spektrum yang unik yang dihasilkan oleh
[Cu(H2O)6]2-. Jika larutan amonia setiap zat organik dengan puncak
ditambahkan ke dalam larutan ion Cu2+, struktural yang sesuai dengan fitur yang
larutan biru berubah menjadi biru tua berbeda. Selain itu, masing – masing
karena terjadinya pendesakan ligan air fungsional menyerap sinar inframerah
oleh ligan amonia menurut reaksi: pada frekuensi yamg unik. Sebagai contoh,
sebuah sebuah gugus karbonil , C = O
selalu menyerap sinar inframerah pada
1670-1780 cm-1, yang menyebabkan ikatan yang mahal dan faktor prakonsentrasi yang
karbonil untuk meegangkan (Silverstein, rendah (Herlina,2012).
2002). METODE PENELITIAN
Teknik spektroskopi IR digunakan 1. Alat dan Bahan
untuk mengetahui gugus fungsuional, Pada praktikum ini alat-alat yang
mengidentifikasi senyawa, menentukan digunakan sebagai berikut : gelas kimia 50
struktur molekul, mengetahui kemurnian, mL, corong gelas, gelas ukur 50 mL, pelas
dan mempelajari reaksi yang sedang arloji, pengaduk gelas, kertas saring,
berjalan. Senyawa yang dianalisa berupa plastic dan karet, potol semprot, pipet
senyawa organik maupun anorganik. tetes, timbangan analitik, cawan metri,
Hampir semua senyawa dapat menyerap desikator dan oven. Sedangkan bahan-
radiasi inframerah (Mudzakir, 2008). bahan yang digunakan sebagai berikut :
Kondukto adalah suatu metode CuSO4.5H2O, amonia pekat, KCN, NaCl
analisis kimia yang didasarkan pengukuran 0,1M, CoCl2 0,1M, CuSO4 0,1M, FeCl3
konduktivitas larutan. Konduktometri 0,1 M, etanol, dan akuades.
adalah salah satu metode analisa kimia 2. Prosedur Kerja
kuantitatif berdasarkan daya hantar listrik a. Pembuatan Garam Kompleks
suatu larutan. Hantaran arus listrik 1. Melarutkan sebanyak 1,25 gram
dilakukan oleh migrasi ion-ion sebagai tembaga(II) sulfat pentahidrat
akibat pengaruh medan elektrik dengan 5,0 ml akuades dalam
(Mulyasuryani dan Akhmad, 2016). gelas kimia 50 mL.
Metode umum untuk analisis 2. Tambahkan amonia pekat tetes
Cu(II) adalah metode spektrofotometri demi tetes (sambil diaduk)
serapan atom. Selain itu dikembangkan sampai endapan yang terbentuk
Metode ekstraksi fasa padat (solid phase larut kembali (amonia berlebih).
extraction) untuk meretensi logam 3. Diamkan larutan tersebut pada
menggunakan adsorben padat. Teknik suhu kamar.
Solid Phase Extraction (SPE) juga dikenal 4. Tambahkan 20 mL etanol
sebagai ekstraksi padat-cair adalah teknik dengan pipet tetes secara
pemisahan yang digunakan untuk perlahan melalui dinding gelas
menghapus analit dari campuran. Pelarut sampai terbentuk dua lapisan
pada metode ini menggunakan pelarut (bawah= biru gelap;
polar–polar, agak polar atau non polar atau atas=bening).
penyangga dari unsur senyawa yang sesuai 5. Tutup rapat dengan aluminium
dengan sampel yang berfungsi untuk foil dan biarkan pada suhu
menyeimbangkan cartridge. Metode ini ruang, amati pertumbuhan
memiliki prakonsentrasi yang tinggi, kristal yang terbentuk pada hari
waktu analisis singkat dan nilai perolehan berikutnya.
kembali yang tinggi. Metode lain yaitu 6. Saring dan letakkan dalam gelas
teknik injeksi alir (flow injection analysis) arloji lalu keringkan kristal
juga dikembangkan untuk analisis kadar dalam oven ±600C selama 2
Cu(II). Metode ini memiliki waktu analisis jam, kemudian kristal
yang singkat namun menggunakan pelarut ditimbang.
b. Karakterisasi Spektrofotometri Kristal CuSO4.5H2O ini merupakan
UV-Vis yang akan berperan sebagai penyedia
1. Hitung jumlah massa yang atom pusat. Kristal CuSO4.5H2O ini
diperlukan 0,1 M kemudian dilarutkan dalam aquades
2. Timbanglah sejumlah massa dengan tujuan untuk menghilangkan
yang sama dari garam rangkap senyawa hidrat yang terdapat di dalam
dan garam kompleks yang CuSO4.5H2O sehingga terbentuk
diperoleh kemudian masing- larutan CuSO4 yang dapat mengion
masing larutkan dengan 25 mL menjadi kation dan anionnya sehingga
akuades. Ukur Spektrum dapat berikatan dengan ligan. Selain
absoransi pada daerah 300-800 itu, ketika sudah terion, maka akuades
nm. disini berfungsi sebagai ligan yang
3. Reaksikan 2 mL larutan tersebut akan berikatan dengan atom pusatnya
dengan 1 mL NH4CN 0,5M. yaitu Cu2+ . Reaksi yang terjadi pada
Amati perubahan yang terjadi! saat pengenceran dengan aquades
Ukur Spektrum absoransi pada yaitu :
daerah 300-800 nm. CuSO4.5H2O(s) + H2O(l) → CuSO4(aq)
c. Karakterisasi Konduktor CuSO4(aq) → Cu2+(aq) + SO42-(aq)
1. Hitung jumlah massa yang Cu2+(aq) + SO42-(aq) + H2O(l) →
diperlukan 0,1 M. [Cu(H2O)]2+ + SO42-
2. Timbanglah sejumlah massa Kemudian larutan ditambahkan
yang sama dari garam rangkap setetes demi tetes amonia pekat
dan garam kompeks yang sampai endapan larut. NH3 merupakan
kemudian masing-masing ligan yang lebih kuat daripada H2O ,
larutkan dengan 25 ml sehingga dalam keadaan pekat dapat
akuades. mendesak H2O untuk digantikan
3. Pindahkan ke dalam wadah ligannya oleh NH3. Penambahan NH3
untuk diukur konduktivitasnya. hingga endapan yang terbentuk larut
4. Buat larutan NaCl, CuSO4, kembali itu dimaksudkan agar ligan
MgCl2, FeCl3, dan senyawa- H2O benar-benar terdesak oleh NH3
senyawa hasil sintesis, masing- dan secara seluruhnya ligan menjadi
masing dengan konsentrasi NH3. Proses pergantian liganpun
0,025 M. Ukur terjadi secara bertahap, tidak langsung
konduktivitasnya. 4 ligan dapat tergantikan.
PEMBAHASAN Reaksi yang terjadi saat larutan
1. Sintesis Garam Kompleks Cu ditambahkan denagn amonia pekat
Pada praktikum kali ini hingga endapan larut sebagai berikut :
bertujuan untuk mengetahui reaksi [Cu(H2O)]2+(s) + NH3(aq) →
pembuatan garam kompleks tetraamin [Cu(H2O)3(NH3)]2+(s)
tembaga (II) sulfat hidrat [Cu(H2O)3(NH3)]2+(s) + NH3(aq)
[Cu(NH3)4SO4.H2O] beserta → [Cu(H2O)2(NH3)2]2+(s)
karakterisasinya. Untuk membuat [Cu(H2O)2(NH3)2]2+(s) + NH3(aq)
garam kompleks Cu digunakan kristal → [Cu(H2O)(NH3)3]2+(s)
CuSO4.5H2O sebesar 1,2536 gram.
[Cu(H2O)(NH3)3]2+(s) + NH3(aq) massa garam kompleks
→ [CuNH3)4]2+(aq) [Cu(NH3)4]SO4.H2O sebanyak
[CuNH3)4]2+(aq) + SO42-(aq) + 0,3915 gram dan diperoleh rendemen
H2O(l) → [Cu(NH3)4]SO4.H2O(aq) sebesar 24,48%. Dan kelompok 1
Reaksi keseluruhan : diperoleh massa 0,7696 gram dengan
CuSO4.5H2O(aq) + 4NH3(aq) → rendemen 71,07%. Kristal
[Cu(NH3)4]SO4.H2O(aq) + 4H2O(l) [Cu(NH3)4]SO4 mempunyai bentuk
geometri sebagai berikut :
Kemudian larutan ditambahkan
etanol setetes demi tetes sebanyak 20
ml melalui dinding tabung. Tujuan
ditetesi melalui dinding tabung yaitu
agar ligan etanol tidak mengganti
ligan amonia dan membentuk
Cu(OH)2. Penambahan etanol
Sedangkan untuk hibridisasi kompleks
bertujuan untuk mencegah penguapan
[Cu(NH3)4]SO4 sebagai berikut :
pada ammonia, karena apabila
ammonia menguap, ligan akan habis
dan memicu pengendapan, mengikat
molekul air yang ada yang mungkin
dapat mengganggu proses
pengendapan.
Kemudian larutan didiamkan di
dalam kulkas. Setelah 2 hari, kristal
Perbedaan hasil kristal yang
yang terbentuk dipisahkan dari
diperoleh bisa disebabkan karena
filtratnya. Kristal kemudian
beberapa faktor seperti kurang
dikeringkan dengan cara dioven
larutnya saat [Cu(H2O)]2+
dengan suhu 60oC sampai beratnya
ditambahkan amonia pekat, banyak
konstan. Dioven sampai beratnya
laarutan etanol yang tidak
konstan dengan tujuan agar kadar air
ditambahkan melalui dinding tabung,
yang terdapat pada kristal benar-benar
terjadinya guncangan pada larutan
hilang. Untuk menghasilkan berat
ketika dimasukkan ke dalam kulkas.
kristal yang konstan yaitu dioven
3.2.2 Karakterisasi
selama 75 menit.
 Uji UV Vis
Berdasarkan praktikum yang
Tujuan dari karakterisasi
dilakukan kelompok kami, Kristal
menggunakan UV-Vis yaitu untuk
yang terbentuk yaitu kristal yang
mengukur absorban suatu sampel
berwarna biru dengan berat 0,6461
sebagai fungsi panjang gelombang.
gram. Dengan membandingkan antara
Pada karakterisasi ini digunakan
massa sampel dengan massa kristal
konsentrasi yang sama untuk setiap
yang dihasilkan maka diperoleh
larutannya. Adapun maksud dari
rendemen sebesar 52,4%. Sedangkan
penggunaan konsentrasi yang sama
berdasarkan praktikum yang
pada sampel yang akan di di uji UV-
dilakukan oleh kelompok 5, diperoleh
Vis yaitu agar absorbansinya tidak absorbansi maksimal 3,923 nm
terpengaruh, dimana konsentrasi ini dengan panjang gelombang 300 nm.
berbanding lurus dengan absorbansi. Sedangkan pada CuSO4 dihasilkan
Agar absorbansi yang diharapkan absorbansi maksimal sebesar 1,393
sama, maka digunakan konsentrasi dengan panjang gelombang 300 nm.
yang sama pula. Sebelum mengukur Pada saat garam kompleks tetraamin
UV Vis dari suatu sampel, dilakukan tembaga (II) sulfat ditambahkan
uji UV Vis pada aquades terlebih KCN warna larutan berubah dari
dahulu. Hal tersebut merupakan biru tua menjadi biru muda. Hal
kalibrasi. Tujuan kalibrasi adalah tersebut menandakan bahwa adanya
untuk pengecekan dan pengaktifan pergantian ligan NH3 dengan CN-.
akurasi dari alat ukur dengan cara Hal tersebut terjadi dikarenakan
membandingkan dengan standar, dan ligan CN- lebih kuat daripada ligan
untuk memastikan bahwa hasil NH3 sehingga dapat tergantikan.
pengukuran yang dilakukan akurat Urutan kekuatan ligan sebagai
dan konsisten dengan instrumen berikut : CO > CN- > NO2 > OH- >
larutannya. Digunakannya aquades NH3 > SCN.
dalam kalibrasi dikarenakan dalam
melarutkan sampel menggunakan Akan tetapi berdasarkan
aquades. karakterisasi UV Vis yang
Pada karakterisasi ini, dilakukan kelompok 5, garam
digunakan kompleks Cu dengan kompleks tetraamin tembaga (II)
konsentrasi 0,1 M. Untuk membuat sulfat absorbansi maksimal berada
larutan kompleks Cu dengan dalam 1,121 dengan panjang
konsentrasi 0,1 M digunakan massa gelombang 293 nm. Sedangkan
kristal sebesar 0,6143 gram yang pada garam kompleks tetraamin
dilarutkan dalam 25 ml aquades. tembaga (II) sulfat ditambahkan
Karakterisasi ini tidak hanya KCN dihasilkan absorbansi
digunakan larutan kompleks Cu saja, maksimal 1,522 nm dengan
akan tetapi digunakan larutan CuSO4 panjang gelombang 291 nm. Pada
sebagai pembanding dengan kelompok 1 garam kompleks
kompleks Cu dan digunakan larutan tetramin tembaga (II) sulfat
kompleks Cu yang ditambahkan memiliki nilai absorbansi maksimal
KCN 0,1 M untuk mengetahui 3,452 dengan panjang gelombang
adanya pergantian ligan atau tidak. 300 nm. Sedangkan pada garam
Berdasarkan karakterisasi kompleks tetramin tembaga (II)
UV Vis yang dilakukan kelompok sulfat ditambah dengan KCN
kami, garam kompleks tetraamin memiliki nilai absorbansi maksimal
tembaga (II) sulfat absorbansi 0,724 dengan panjang gelombang
maksimal berada dalam 4,324 maksimal 300 nm.
dengan panjang gelombang 315 nm.
Sedangkan pada garam kompleks
tetraamin tembaga (II) sulfat
ditambahkan KCN dihasilkan
Tabel 1. Perbandingan hasil UV-Vis 5
4

Absorbansi
Kelom Kelom Kelom Kelom
3
pok pok 1 pok 3 pok 5
Sampel Abs : Abs : Abs : 2
3,422 4,324 1,121 1
λ : 300 λ : 315 λ : 293 0
nm nm nm 0 500 1000
Sampel Abs : Abs : Abs : Panjang gelombang
+ KCN 0,724 3,923 1,522
λ : 300 λ : 300 λ : 291 Grafik 2. Kurva absorbansi sampel
nm nm nm dengan KCN pada kelompok 3

Akan tetapi hasil yang


2
diperoleh dari kelompok 5 dengan

Absorbansi
1.5
konsentrasi larutan 0,01 M yaitu,
1
absorbansi maksimum tidak terpaut S+KCN
jauh, sehingga dapat disimpulkan 0.5
S
bahwa tidak ada pergantian ligan. 0
0 500 1000
Sedangkan pada kelompok 1 dengan
Panjang gelombang
kjonsentrasi larutan 0,01 M
menyatakan adanya pergantian ligan. Grafik 3. Kurva absorbansi sampel
Hal tersebut membuktikan bahwa dengan KCN pada kelompok 5
adanya perbedaan pergantian ligan
NH3 dengan CN- dari hasil UV-Vis
 Konduktometri
setelah ditambahkan KCN dari Pada karakterisasi ini
kelompok 1, 3 dan 5 tidak bertujuan untuk mengetahui daya
dipengaruhi oleh konsentrasi, hantar listrik dari garam kompleks
melainkan karena dari perlakuan Cu yang dihasilkan menggunakan
praktikan saat sintesis garam konduktometer. Konduktometer
kompleks. merupakan alat yang digunakan
Berikut ini adalah hasil untuk menentukan daya hantar suatu
seprektrum : larutan dan mengukur derajat
4,000 ionisasi suatu larutan elektrolit
dalam air dengan cara menetapkan
Absorbansi

3,000 Kurva
sampel hambatan suatu kolom cairan.
2,000 asli Prinsip kerja dari konduktometer ini
1,000
yaitu sel hantaran dicelupkan ke
Kurva
sampel dalam larutan ion positif dan negatif
0 asli + yang ada dalam larutan menuju sel
0 1000 KCN hantaran menghasilkan listrik. Untuk
menganalisis daya hantar listrik
λ (Panjang gelombang)
garam kompleks Cu dan mengukur
Grafik 1. Kurva absorbansi sampel derajat ionisasi dengan cara
dengan KCN pada Kelompok 1
menetapkan hambatan suatu kolom masing-masing larutan tersebut
cairan disebut konduktometri. sudah sesuai dengan teori dimana
Sebelum melakukan uji semakin banyak ion-ion yang
kondukto pada setiap larutan, bergerak bebas yang dimiliki suatu
konduktometer dilakukan kalibrasi larutan maka akan semakin tinggi
terlebih dahulu dengan tujuan untuk nilai konduktonya. Hal itu
pengecekan dan pengaktifan akurasi dibuktikan dengan larutan CoCl2
dari alat ukur dengan cara yang memiliki nilai kondukto lebih
membandingkan dengan standar, dan besar dari CuSO4 maupun NaCl akan
untuk memastikan bahwa hasil tetapi memiliki nilai kondukto yang
pengukuran yang dilakukan akurat lebih kecil dari FeCl3. Hal tersebut
dan konsisten dengan instrumen dikarenakan CoCl2 memiliki jumlah
larutannya. Kalibrasi dilakukan ion sebesar 3 yaitu C2+ dan 2Cl-
dengan mencelupkan elektroda sedangkan CuSO4 dan NaCl
kedalam buffer standar 12,88 mS. memiliki jumlah ion sebesar 2 yaitu
Uji konduktometer ini Cu2+ dan SO42-maupun Na+ dan Cl-
dilakukan dengan konsentrasi yang sedangkan FeCl3 memiliki jumlah
sama semua yaitu 0,1 M. Hal ini ion sebesar 4 yaitu Fe3+ dan 3Cl-.
bertujuan agar memudahkan dalam Berikut reaksi ionisasi yang terjadi :
membandingkan larutan satu dengan FeCl3 → Fe3+ + 3Cl-
yang lainnya. Pada setiap pergantian CuSO4 → Cu2+ + SO42-
larutan yang akan diuji CoCl2 → Co2+ + 2Cl-
konduktometri, elektroda NaCl → Na+ + Cl-
conductivity harus dibilas terlebih [Cu(NH3)4SO4] →
2+ 2-
dahulu dengan aquades. Hal tersebut [Cu(NH3)4] + SO4
bertujuan agar tidak ada ion-ion Akan tetapi apabila nilai
yang tertinggal dari larutan kondukto kompleks Cu
sebelumnya. dibandingkan dengan larutan-larutan
Berdasarkan percobaan tersebut tidak sesuai dengan teori.
yang dilakukan dihasilkan nilai Seharusnya nilai kondukto kompleks
konduktometri kompleks Cu sebesar Cu hampir sama dengan nilai
10,99 mS/cm pada suhu 29,5 oC. kondukto CuSO4 karena jumlah ion
Untuk membandingkan nilai kompleks Cu juga 2 dan muatan Cu -
konduktometri dari kompleks Cu 2 seperti Cu pada CuSO4 yaitu
yang dihasilkan digunakannya juga [Cu(NH3)4]2+ + SO42-. Hal ini
larutan CoCl2, CuSO4, FeCl3, dan dikarenakan kompleks Cu yang
NaCl. Berdasarkan percobaan yang diukur nilai konduktivitasnya
dilakukan dihasilkan nilai kondukto merupakan larutan hasil pegenceran
FeCl3 sebesar 25,7 mS/cm pada suhu dari Kristal yang diencerkan.
28oC, CuSO4 sebesar 8,62 mS/cm Apabila larutan elektrolit diencerkan,
pada suhu 28,2oC, CoCl2 sebesar konduktivitasnya akan turun karena
17,41 mS/cm pada suhu 28,2 oC, lebih sedikit ion yang berada pada
NaCl sebesar 12,88 mS/cm pada larutan untuk membawa arus, tetapi
suhu 28,3 oC. Nilai kondukto kemampuan tiap ion dalam
meneruskan muatan akan semakin berlebih dan etanol dimana logam Cu
besar karena tidak adanya hambatan bertindak sebagai atom pusat dan NH3
antar ion pada larutan encer. Selain sebagai ligan pengganti H2O. Terbentuklah
itu saat diukur nilai konduktivitas kristal seberat 0,6461 gram dan rendemen
kompleks Cu suhunya 29,5oC sebesar 52,4%. Dan kemudian
sedangkan suhu CuSO4 yaitu 28,2oC. dikarakterisasi dengan konduktometer dan
Perbedaan suhu inilah yang UV-Vis. Hasil UV-Vis garam kompleks
membuat kedua larutan sulit untuk [Cu(NH3)4]SO4 menghasilkan absorbansi
dibandingkan. Seharusnya ketika maksimal sebesar 4,324 dengan panjang
akan membandingkan kedua larutan, gelombang 315 nm tetapi saat
kedua larutan tersebut mempunyai ditambahkan KCN dihasilkan nilai
suhu yang sama ketika diukur absorbansi maksimal sebesar 3,923 dengan
konduktivitasnya. panjang gelombang 300 nm. Pada
Berbeda dengan yang dilakukan karakterisasi konduktometri, garam
oleh kelompok 5 dan kelompok 1, kompleks [Cu(NH3)4]SO4 menghasilkan
dari data yang diperoleh dari konduktivitas sebesar 10,99 mS/cm pada
kelompok 5 dapat terlihat bahwa suhu 29,5oC.
larutan garam kompleks Saran
[Cu(NH3)4]SO4.H2O memiliki nilai 1. Praktikan harus lebih berhati-hati dan
konduktivitas 1,06 ms pada suhu teliti selama praktikum
27,2oC yang tidak jauh berbeda 2. Praktisi harus memahami materi
dengan larutan CuSO4 memiliki sebelum melakukan praktikum
konduktivitas 1,5 ms pada suhu DAFTAR PUSTAKA
27,6oC yang memiliki 2 ion. Dan Agustina, Suhartana, dan Sriatun. 2013.
dari data kelompok 1 larutan garam Sintesis dan Karakterisasi Senyawa
kompleks memiliki nilai Kompleks Cu(II)-8 Hidroksikuinolin
konduktivitas 4,30 ms yang tidak Dan Co(II)-8-Hidroksikuinolin. Jurnal
jauh berbeda dengan larutan CuSO4 Chem Info, 1(1): 150 – 155.
memiliki nilai konduktivitas 4,31 Hermawati, Eka, Suhartana, dan Taslimah.
ms. Dapat ditarik kesimpulan bahwa, 2016. Sintesis dan Karakterisasi
karakterisasi mengunakan kondukto Senyawa Kompleks Zn(II)-8-
ini sesuai dengan teori bahwa garam Hidroksikuinolin. Jurnal Kimia Sains
kompleks yang terbentuk memiliki dan Aplikasi, 19(3): 94–98.
kemungkinan yang besar yaitu Kusyanto dan Kristian. 2017. Sintesis dan
[Cu(NH3)4]SO4.H2O yang memiliki Karakterisasi Senyawa Kompleks
2 ion. Besi(III) dengan Ligan 1,10-Fenantrolin
KESIMPULAN DAN SARAN dan Anion Trifluorometanasulfonat.
Kesimpulan Jurnal Kimia Dasar, 6(1): 51-58.
Berdasarkan hasil praktikum yang Lastri Herlina.2012. Ion imprinted
telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa polymers (IIPs) untuk ekstraksi fasa
reaksi pembuatan garam kompleks padat dan prakonsentrasi ion timbal(II),
tetraamin tembaga (II) sulfat hidrat dapat Tugas Akhir program SI, Universitas
dilakukan dengan cara mereaksikan garam Islam Negeri Sunan Gunung Djati
CuSO4.5H2O dengan aquades , NH3 pekat Bandung.
Miessler, G.L., Fischer, P.J., Tarr, D. A..
2014. Inorganic Chemistry Fifth
Edition, Pearson Education, New York.
Mulyasuryani, A. dan Akhmad Zainuri.
2016. Pengembangan Instrumen
Berbasis Konduktivitas Untuk
Mendeteksi Cemaran Pangan Dalam
Produk Pertanian. J.Oto.Ktrl.Inst
(J.Auto.Ctrl.Inst), 8(2), 239 – 244.
Pratama, W dan Karim Zulkarnain. 2015.
Uji Spf In Vitro dan Sifat Fisik
Beberapa Produk Tabir Surya yang
Beredar di Pasaran. Pharmaceutics
Journal, 11(1): 275-283.
Sugiyarto, Kristian. 2003. Kimia
Anorganik II. Jurusan Kimia FPMIPA
UNY, Yogyakarta.
Sumardjo, Damin 2009, Pengantar Kimia
Buku Panduan Kuliah Mahasiswa
Kedokteran, EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai