HIDRAT
Fernanda A, Tasya Syalsya D, Salsabila Syafari Z, Nur Fitriana, Budiyanto
Program Studi Pendidikan Kimia, Universitas Negeri Semarang, Semarang,
Indonesia
fernandaaristiya@gmail.com, syalsyatasya27@gmail.com,
salsaabilazaaza@gmail.com , nurfitriana040@gmail.com,
shinebudi11@gmail.com
Abstrak
Garam kompleks adalah garam yang tersusun dari unsur logam dan ion kompleks. Salah satu
garam kompleks yaitu tetraamin tembaga (II) sulfat hidrat [Cu(NH3)4]SO4.H2O. Dalam
percobaan ini bertujuan untuk mempelajari reaksi pembuatan garam kompleks tetraamin tembaga
(II) sulfat hidrat. Tembaga adalah logam yang dapat membentuk garam kompleks, warna tembaga
tetraamin (II) sulfat berwarna biru tua. Terbentuknya garam kompleks tetramin tembaga (II) sulfat
hidrat adalah CuSO4.5H2O dimana ligan H2O tergantikan oleh ligan NH3 karena ditambahkan NH3
pekat tetes demi tetes hinga endapan hilang. Untuk mengendapkan larutan, ditambahkan etanol
melalui dinding tabung. Terbentuklah kristal seberat 0,6461 gram dan rendemen sebesar 52,4%.
Setelah terbentuk kristal garam kompleks tetraamin tembaga (II) sulfat hidrat dilakukan 2
karakterisasi yaitu karakterisasi UV-Vis dan Konduktometri. Karakterisasi UV-Vis bertujuan untuk
mengetahui nilai absorbansi pada suatu larutan sedangkan konduktometri bertujuan untuk
mengetahui nilai konduktivitas suatu larutan. Garam kompleks [Cu(NH3)4]SO4 menghasilkan
absorbansi maksimal sebesar 4,324 dengan panjang gelombang 315 nm tetapi saat ditambahkan
KCN dihasilkan nilai absorbansi maksimal sebesar 3,923 dengan panjang gelombang 300 nm. Pada
saat penambahan KCN terjadi pergantian ligan NH3 dengan CN- dikarenakan ligan CN- lebih kuat
dari ligan NH3. Pada karakterisasi konduktometri, garam kompleks [Cu(NH3)4]SO4 menghasilkan
konduktivitas sebesar 10,99 mS/cm pada suhu 29,5oC. Untuk membandingkan nilai konduktovitas
dari garam kompleks [Cu(NH3)4]SO4 yang dihasilkan digunakannya juga larutan CoCl2, CuSO4,
FeCl3, dan NaCl. Berdasarkan percobaan yang dilakukan dihasilkan nilai konduktovitas FeCl3
sebesar 25,7 mS/cm pada suhu 28oC, CuSO4 sebesar 8,62 mS/cm pada suhu 28,2oC, CoCl2 sebesar
17,41 mS/cm pada suhu 28,2 oC, NaCl sebesar 12,88 mS/cm pada suhu 28,3 oC.
Kata Kunci: Sintesis Garam Kompleks, Tembaga, UV-Vis, Konduktometri
Absorbansi
Kelom Kelom Kelom Kelom
3
pok pok 1 pok 3 pok 5
Sampel Abs : Abs : Abs : 2
3,422 4,324 1,121 1
λ : 300 λ : 315 λ : 293 0
nm nm nm 0 500 1000
Sampel Abs : Abs : Abs : Panjang gelombang
+ KCN 0,724 3,923 1,522
λ : 300 λ : 300 λ : 291 Grafik 2. Kurva absorbansi sampel
nm nm nm dengan KCN pada kelompok 3
Absorbansi
1.5
konsentrasi larutan 0,01 M yaitu,
1
absorbansi maksimum tidak terpaut S+KCN
jauh, sehingga dapat disimpulkan 0.5
S
bahwa tidak ada pergantian ligan. 0
0 500 1000
Sedangkan pada kelompok 1 dengan
Panjang gelombang
kjonsentrasi larutan 0,01 M
menyatakan adanya pergantian ligan. Grafik 3. Kurva absorbansi sampel
Hal tersebut membuktikan bahwa dengan KCN pada kelompok 5
adanya perbedaan pergantian ligan
NH3 dengan CN- dari hasil UV-Vis
Konduktometri
setelah ditambahkan KCN dari Pada karakterisasi ini
kelompok 1, 3 dan 5 tidak bertujuan untuk mengetahui daya
dipengaruhi oleh konsentrasi, hantar listrik dari garam kompleks
melainkan karena dari perlakuan Cu yang dihasilkan menggunakan
praktikan saat sintesis garam konduktometer. Konduktometer
kompleks. merupakan alat yang digunakan
Berikut ini adalah hasil untuk menentukan daya hantar suatu
seprektrum : larutan dan mengukur derajat
4,000 ionisasi suatu larutan elektrolit
dalam air dengan cara menetapkan
Absorbansi
3,000 Kurva
sampel hambatan suatu kolom cairan.
2,000 asli Prinsip kerja dari konduktometer ini
1,000
yaitu sel hantaran dicelupkan ke
Kurva
sampel dalam larutan ion positif dan negatif
0 asli + yang ada dalam larutan menuju sel
0 1000 KCN hantaran menghasilkan listrik. Untuk
menganalisis daya hantar listrik
λ (Panjang gelombang)
garam kompleks Cu dan mengukur
Grafik 1. Kurva absorbansi sampel derajat ionisasi dengan cara
dengan KCN pada Kelompok 1
menetapkan hambatan suatu kolom masing-masing larutan tersebut
cairan disebut konduktometri. sudah sesuai dengan teori dimana
Sebelum melakukan uji semakin banyak ion-ion yang
kondukto pada setiap larutan, bergerak bebas yang dimiliki suatu
konduktometer dilakukan kalibrasi larutan maka akan semakin tinggi
terlebih dahulu dengan tujuan untuk nilai konduktonya. Hal itu
pengecekan dan pengaktifan akurasi dibuktikan dengan larutan CoCl2
dari alat ukur dengan cara yang memiliki nilai kondukto lebih
membandingkan dengan standar, dan besar dari CuSO4 maupun NaCl akan
untuk memastikan bahwa hasil tetapi memiliki nilai kondukto yang
pengukuran yang dilakukan akurat lebih kecil dari FeCl3. Hal tersebut
dan konsisten dengan instrumen dikarenakan CoCl2 memiliki jumlah
larutannya. Kalibrasi dilakukan ion sebesar 3 yaitu C2+ dan 2Cl-
dengan mencelupkan elektroda sedangkan CuSO4 dan NaCl
kedalam buffer standar 12,88 mS. memiliki jumlah ion sebesar 2 yaitu
Uji konduktometer ini Cu2+ dan SO42-maupun Na+ dan Cl-
dilakukan dengan konsentrasi yang sedangkan FeCl3 memiliki jumlah
sama semua yaitu 0,1 M. Hal ini ion sebesar 4 yaitu Fe3+ dan 3Cl-.
bertujuan agar memudahkan dalam Berikut reaksi ionisasi yang terjadi :
membandingkan larutan satu dengan FeCl3 → Fe3+ + 3Cl-
yang lainnya. Pada setiap pergantian CuSO4 → Cu2+ + SO42-
larutan yang akan diuji CoCl2 → Co2+ + 2Cl-
konduktometri, elektroda NaCl → Na+ + Cl-
conductivity harus dibilas terlebih [Cu(NH3)4SO4] →
2+ 2-
dahulu dengan aquades. Hal tersebut [Cu(NH3)4] + SO4
bertujuan agar tidak ada ion-ion Akan tetapi apabila nilai
yang tertinggal dari larutan kondukto kompleks Cu
sebelumnya. dibandingkan dengan larutan-larutan
Berdasarkan percobaan tersebut tidak sesuai dengan teori.
yang dilakukan dihasilkan nilai Seharusnya nilai kondukto kompleks
konduktometri kompleks Cu sebesar Cu hampir sama dengan nilai
10,99 mS/cm pada suhu 29,5 oC. kondukto CuSO4 karena jumlah ion
Untuk membandingkan nilai kompleks Cu juga 2 dan muatan Cu -
konduktometri dari kompleks Cu 2 seperti Cu pada CuSO4 yaitu
yang dihasilkan digunakannya juga [Cu(NH3)4]2+ + SO42-. Hal ini
larutan CoCl2, CuSO4, FeCl3, dan dikarenakan kompleks Cu yang
NaCl. Berdasarkan percobaan yang diukur nilai konduktivitasnya
dilakukan dihasilkan nilai kondukto merupakan larutan hasil pegenceran
FeCl3 sebesar 25,7 mS/cm pada suhu dari Kristal yang diencerkan.
28oC, CuSO4 sebesar 8,62 mS/cm Apabila larutan elektrolit diencerkan,
pada suhu 28,2oC, CoCl2 sebesar konduktivitasnya akan turun karena
17,41 mS/cm pada suhu 28,2 oC, lebih sedikit ion yang berada pada
NaCl sebesar 12,88 mS/cm pada larutan untuk membawa arus, tetapi
suhu 28,3 oC. Nilai kondukto kemampuan tiap ion dalam
meneruskan muatan akan semakin berlebih dan etanol dimana logam Cu
besar karena tidak adanya hambatan bertindak sebagai atom pusat dan NH3
antar ion pada larutan encer. Selain sebagai ligan pengganti H2O. Terbentuklah
itu saat diukur nilai konduktivitas kristal seberat 0,6461 gram dan rendemen
kompleks Cu suhunya 29,5oC sebesar 52,4%. Dan kemudian
sedangkan suhu CuSO4 yaitu 28,2oC. dikarakterisasi dengan konduktometer dan
Perbedaan suhu inilah yang UV-Vis. Hasil UV-Vis garam kompleks
membuat kedua larutan sulit untuk [Cu(NH3)4]SO4 menghasilkan absorbansi
dibandingkan. Seharusnya ketika maksimal sebesar 4,324 dengan panjang
akan membandingkan kedua larutan, gelombang 315 nm tetapi saat
kedua larutan tersebut mempunyai ditambahkan KCN dihasilkan nilai
suhu yang sama ketika diukur absorbansi maksimal sebesar 3,923 dengan
konduktivitasnya. panjang gelombang 300 nm. Pada
Berbeda dengan yang dilakukan karakterisasi konduktometri, garam
oleh kelompok 5 dan kelompok 1, kompleks [Cu(NH3)4]SO4 menghasilkan
dari data yang diperoleh dari konduktivitas sebesar 10,99 mS/cm pada
kelompok 5 dapat terlihat bahwa suhu 29,5oC.
larutan garam kompleks Saran
[Cu(NH3)4]SO4.H2O memiliki nilai 1. Praktikan harus lebih berhati-hati dan
konduktivitas 1,06 ms pada suhu teliti selama praktikum
27,2oC yang tidak jauh berbeda 2. Praktisi harus memahami materi
dengan larutan CuSO4 memiliki sebelum melakukan praktikum
konduktivitas 1,5 ms pada suhu DAFTAR PUSTAKA
27,6oC yang memiliki 2 ion. Dan Agustina, Suhartana, dan Sriatun. 2013.
dari data kelompok 1 larutan garam Sintesis dan Karakterisasi Senyawa
kompleks memiliki nilai Kompleks Cu(II)-8 Hidroksikuinolin
konduktivitas 4,30 ms yang tidak Dan Co(II)-8-Hidroksikuinolin. Jurnal
jauh berbeda dengan larutan CuSO4 Chem Info, 1(1): 150 – 155.
memiliki nilai konduktivitas 4,31 Hermawati, Eka, Suhartana, dan Taslimah.
ms. Dapat ditarik kesimpulan bahwa, 2016. Sintesis dan Karakterisasi
karakterisasi mengunakan kondukto Senyawa Kompleks Zn(II)-8-
ini sesuai dengan teori bahwa garam Hidroksikuinolin. Jurnal Kimia Sains
kompleks yang terbentuk memiliki dan Aplikasi, 19(3): 94–98.
kemungkinan yang besar yaitu Kusyanto dan Kristian. 2017. Sintesis dan
[Cu(NH3)4]SO4.H2O yang memiliki Karakterisasi Senyawa Kompleks
2 ion. Besi(III) dengan Ligan 1,10-Fenantrolin
KESIMPULAN DAN SARAN dan Anion Trifluorometanasulfonat.
Kesimpulan Jurnal Kimia Dasar, 6(1): 51-58.
Berdasarkan hasil praktikum yang Lastri Herlina.2012. Ion imprinted
telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa polymers (IIPs) untuk ekstraksi fasa
reaksi pembuatan garam kompleks padat dan prakonsentrasi ion timbal(II),
tetraamin tembaga (II) sulfat hidrat dapat Tugas Akhir program SI, Universitas
dilakukan dengan cara mereaksikan garam Islam Negeri Sunan Gunung Djati
CuSO4.5H2O dengan aquades , NH3 pekat Bandung.
Miessler, G.L., Fischer, P.J., Tarr, D. A..
2014. Inorganic Chemistry Fifth
Edition, Pearson Education, New York.
Mulyasuryani, A. dan Akhmad Zainuri.
2016. Pengembangan Instrumen
Berbasis Konduktivitas Untuk
Mendeteksi Cemaran Pangan Dalam
Produk Pertanian. J.Oto.Ktrl.Inst
(J.Auto.Ctrl.Inst), 8(2), 239 – 244.
Pratama, W dan Karim Zulkarnain. 2015.
Uji Spf In Vitro dan Sifat Fisik
Beberapa Produk Tabir Surya yang
Beredar di Pasaran. Pharmaceutics
Journal, 11(1): 275-283.
Sugiyarto, Kristian. 2003. Kimia
Anorganik II. Jurusan Kimia FPMIPA
UNY, Yogyakarta.
Sumardjo, Damin 2009, Pengantar Kimia
Buku Panduan Kuliah Mahasiswa
Kedokteran, EGC, Jakarta.