Anda di halaman 1dari 20

Makalah kimia anorganik fisika

TEORI ORBITAL MOLEKUL

OLEH :

SRI SUSANTI KADIR


441 416 039
PENDIDIKAN KIMIA A

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2019
KATA PENGANTAR

Bismillah Hirohmanni Rohiim


Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan manusia dengan sebaik-baik
sehingga bisa berkarya tanpa batas yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah “Teori Orbital Molekul” .
Tidak lupa penulis sampaikan beribu terima kasih terhadap semua pihak yang
telah membantu, memfasilitasi dan mensupport dalam penyelesaian makalah ini
sehingga kiranya dapat di manfaatkan oleh orang lain. Makalah ini disusun untuk
memberikan pengetahuan serta kemudahan dalam mempelajari Teori Orbital Molekul
Meskipun makalah ini telah disusun dengan baik, penulis menyadari masih
banyak kesalahan dalam makalah ini. Sehingga penulis mengharapkan kritikan dan
saran yang bisa dijadikan sebagai bahan evaluasi.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat diterima dan bermanfaat untuk pembaca
ataupun masyarakat.

Penulis

Sri Susanti kadir


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................................i


DAFTAR ISI .................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................2
C. Tujuan Penelitian......................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi teori orbital molekul ...................................................…………………………..3
2.2 Contoh diagram orbital molekul senyawa kompleks ...............………………………….10
2.3 π back bonding dalam teori orbital molekul .............................………………………….14
2.4 Ligan π donor dalam teori orbital molekul ...............................………………………….15
2.5 Ligan π akseptor dalam teori diagram molekul ........................…………………………15
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan....................................................................................................................... 17
2. Saran
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................……………………….iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Struktur atom dan metoda mekanika gelombang memungkinkan untuk
memecahkan persoalan pokok dalam ilmu kimia, yaitu apa yang menyebabkan atom
dapat saling berikatan menjadi molekul. Ada beberapa teori yang memberikan postulat
– postulatnya tentang bagaimana bentuk dari suatu senyawa, antara lain, teori Valence-
Shell Elektron Pair Repulsion (VSEPR), teori Ikatan Valensi, teori Orbital Molekul,
teori Lewis, dan sebagainya. Mengenai ikatan kovalen, dikenal dua jenis pendekatan
yaitu teori Orbital Molekul (teori MO) dan teori ikatan valensi (teori VB). Berdasarkan
teori ikatan valensi, ikatan kovalen dapat terbentuk jika terjadi tumpang tindih orbital
valensi dari atom yang berikatan. Teori Ikatan Valensi mampu secara kualitatif
menjelaskan kestabilan ikatan kovalen sebagai akibat tumpang-tindih orbital-orbital
atom. Dengan konsep hibridisasi pun dapat dijelaskan geometri molekul sebagaimana
yang diramalkan dalam teori VSEPR, tetapi sayangnya dalam beberapa kasus, teori
ikatan valensi tidak dapat menjelaskan sifat-sifat molekul yang teramati secara
memuaskan.
Meskipun teori medan Kristal dapat menjelaskan sejumlah besar fakta tentang
senyawa kompleks, teori ini mempunyai cacat yang serius, yaitu anggapan bahwa
interaksi antara ion pusat dengan ligan-ligan hanya merupakan interaksi elektrostatik
adalah tidak tepat. Bila pembentukan suatu kompleks hanya melibatkan interaksi
elektrostatik. Maka senyawa-senyawa kompleks seperti [Ni(CO)4], [fe(CO)5], dan
[CR(CO)6] tidak mungkin terbentuk karena baik atom pusat maupun ligannya adalah
tidak bermuatan. Dalam kenyataan diperoleh bahwa senyawa-senyawa kompelks
tersebut bersifat stabil. Di samping itu, medan yang ditimbulkan oleh ligan-ligan netral,
misalnya pada kompleks [Co(H2O)6]3+ adalah lebih besar dibandingkan kekuatan
medan Kristal [CoF6]3+. Hasil eksperimen dengan metode resonansi spin electron
menunjukkan adanya pemakaian bersama pasangan elektron oleh atom pusat dengan
ligan. Hal ini menunjukkan bahwa pada pembentukan senyawa kompleks di samping
terjadi interaksi elektrostatik atau interaksi ionik, juga terjadi interaksi kovalen.
1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimana teori orbital molekul?
2. Apa saja contoh-contoh dari teori orbital molekul?
3. Bagaimana π back bonding dalam teori orbital molekul?
4. Bagaimana ligan π donor?
5. Bagaiman ligan π akseptor?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui teori orbital molekul?
2 Untuk mengetahui contoh-contoh dari teori orbital molekul?
3 Untuk mengetahui π back bonding dalam teori orbital molekul?
4 Untuk mengetahui ligan π donor?
5 Untuk mengetahui ligan π akseptor?

1.4 Manfaat
Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat untuk:
1. Mengetahui teori orbital molekul?
2. Mengetahui contoh-contoh dari teori orbital molekul?
3. Mengetahui π back bonding dalam teori orbital molekul?
4. Mengetahui ligan π donor?
5. Mengetahui ligan π akseptor?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi teori orbital molekul
Teori orbital molekul merupakan teori yang paling lengkap karena menyangkut
baik interaksi elektrostatik maupun interaksi kovalen. Berdasarkan teori orbital molekul,
pada pembentukan senyawa kompleks, orbital-orbital dari atom pusat dengan orbital-
orbital dari ligan akan saling berinteraksi membentuk orbital-orbital molekul.
Berdasarkan pendekatan kombinasi liniear, orbital-orbital molekul senyawa kompleks
dianggap merupakan kombinasi linear dari orbital-orbital atom pusat dan orbital-orbital
ligan.karena kombinasi linear dari orbital-orbital atom pusat dan orbital-orbital ligan
yang perbedaan tingkat energinya besar dapat diabaikan, maka dalam menggambarkan
orbital molekul senyawa kompleks cukup digambarkan orbital-orbital valensinya.
Untuk memudahkan dalam mepelajari pembentukan orbital molekul senyawa kompleks,
perlu diawali dengan penjelasan tentang pembentukan orbital molekul kompleks
hipotetik. [AB]+ berikut. Seandainya suatu basa Lewis B yang memiliki satu pasangan
elektron bebas, dan asam Lewis A+ yang memiliki dua orbital hibrida sp dan sebuah
elektron,, bereaksi membentuk Kompleks [AB]+.

Berdasarkan teori medan Kristal akibat interaksi tersebut dua orbital hibrida sp
dari asam lewis A+ akan mengalami kenaikan tingkat energy. Bila dua orbital sp
tersebut disebut orbital A1 dan orbital A2, dan dalam pengisian kedua elektron orbital
tersebut dinyatakan dengan garis mendatar, -, maka dua orbital tersebut akan mengalami
pemisahan seperti gambar berikut.
Gambar pemisahan dua orbital pada kompleks hipotesis [AB] +.
Pada interaksi tersebut kenaikan tingkat energi orbital A1 adalah lebih tinggi
dibandingkan kenaikan tingkat energi orbital A2 karena orbital A1 berhadapan langsung
dengan basa Lewis B, sedangkan orbital A2 tidak berhadapan langsung. Transisi
elektron dapat terjadi dari orbital A2 dengan energy transisi sebesar ∆E1.
Apabila orbital dari basa disebut orbital B, maka berdasarkan teori ikatan
kovalen murni pembentukan orbital bonding (orbital ikatan), ᴪh, dan orbital antibonding
(orbital anti ikatan), ᴪa, adalah:
ᴪh, = A1 + B
ᴪa = A1 – B
orbital A2 yang tidak digunakan dalam pembentukan ikatan akan menjadi orbital
nonbonding (orbital bukan ikatan) ᴪa, diagram orbital molekul kompleks hipotetik
[AB]* diberikan pada gambar berikutnya.

Tingkat energi [AB]+ adalah minimal apabila distribusi elektron pada kompleks
tersebut adalah ᴪb2 ᴪn1 ᴪa0. Transisi elektron dengan energi terendah adalah dari orbital
nonbonding ᴪn1 ke orbital antibonding, ᴪa, dengan energy transisi sebesar ∆E2.
Berdasarkan teori orbital molekul, maka pembentukan [AB]+ akan melibatkan
baik interaksi elektrostatik maupun interaksi kovalen. Pada waktu asam lewis A+
brinteraksi dengan basa lewis B maka interaksi yang pertama terjadi dapat dianggap
interaksi elektrostatik. Interaksi tersebut menyebabkan dua orbital hibrida A1 dan A2 dan
asam lewis A+ akan mengalami kenaikan tingkat energy sedangkan orbital A2
mengalami penurunan tingkat energi.
Transisi elektron dengan energi terendah adalah dari orbital nonbonding ᴪn ke
orbital bonding ᴪa dengan energy transisi sebesar ∆E seperti pada ga,bar berikut.

Gambar diagram orbital molekul kompleks [AB] +


Teori orbital molekular mengandaikan bahwa apabila dua atom atau lebih
bergabung membentuk suatu spesies, maka spesies ini tidak lagi memiliki sifat orbital
atomik secara individual, melainkan membentuk orbital molekular “baru”. Orbital
molekular adalah hasil tumpang-tindih dan penggabungan orbital atomik pada molekul.
Menurut pendekatan lurus (linear combination), jumlah molekuler yang bergabung
sama dengan orbital atomik yang bergabung. Bila dua atom yang bergabung masing-
masing menyediakan satu orbital atomik maka dihasilkan dua orbital molekuler, salah
satu merupakan kombinasi jumlahan kedua orbital atomik yang saling menguatkan dan
lainnya kombinasi kurangan yang saling meniadakan. Kombinasi jumlahan
menghasilkan orbital molekuler ikat (bonding) yang mempunyai energi lebih rendah,
dan kombinasi kurangan menghasilkan orbital molekuler antiikat (antibonding).
Berdasarkan konsep orbital molekul, jika dua atom saling berdekatan, maka dua
orbital atom itu akan mengalami tumpang tindih menghasilkan dua orbital molekul.
Proses itu dapat digambarkan dengan menggabungkan dua fungsi gelombang atom
untuk menghasilkan dua orbital molekul, melalui metode kombinasi linear orbital-
orbital atom, Liniear Combination of Atomic Arbital Orbitals (LCAO).
Jika orbital s bercampur, akan terbentuk orbital molekul yang direpresentasikan
dengan σ (sigma) dan σ* (sigma bintang). Gambar 3.1 memperlihatkan kerapatan
elektron dan orbital atom yang menghasilkan orbital molekul.
Gambar kerapatan elektron dan orbital atom yang menghasilkan orbital
molekul
Untuk orbital σ, kerapatan elektron antara dua inti bertambah relatif terhadap
dua atom bebas. Oleh karena itu, muncul gaya tarik elektrostatik antara inti positif dan
daerah yang memiliki kerapatan elektron tinggi ini, dan orbital molekul yang dihasilkan
disebut orbital ikatan (bonding). Sebaliknya, untuk orbital σ*, kerapatan elektron antara
dua inti berkurang, sehingga timbul tolakan elektrostatik antar dua atom, dan orbital ini
disebut sebagai orbital antiikatan (antibonding).
Berikut beberapa hal umum yang berkaitan dengan orbital molekul:
1. Untuk orbital yang tumpang tindih, tanda pada lobes tumpang tindih harus sama
2. Jika 2 orbital atom bercampur, maka akan terbentuk 2 orbital molekul, ikatan dan
antiikatan. Orbital molekul ikatan memiliki energi lebih rendah dari orbital molekul
antiikatan.
3. Pencampuran orbital atom akan signifikan, jika orbital atom memiliki energi yang
sama.
4. Setiap orbital molekul maksimum memiliki 2 elektron dengan spin +1/2 dan -1/2.
56
5. Konfigurasi elektron dari molekul dapat disusun berdasarkan prinsip Aufbau dengan
mengisi orbital molekul yang memiliki energi terendah terlebih dahulu.
6. Jika elektron menempati orbital molekul yang berbeda dengan tingkat energi yang
sama, maka gunakan aturan Hund.
7. Orde ikatan dalam molekul diatomik didefinisikan sebagai jumlah pasangan elektron
dari orbital molekul ikatan dikurangi jumlah pasangan elektron dari orbital molekul
antiikatan.
1) Orbital molekul diatomic

Spesis diatomik paling sederhana dibentuk dari satu atom hidrogen dan satu ion
hidrogen, yaitu ion molekulel H2+.

Gambar diagram orbital molekul H2+.

Diagram tingkat energi menggambarkan okupansi orbital atom dalam


menghasilkan orbital molekul. Subskrip mengindikasikan dari orbital atom mana orbital
molekul dihasilkan. Orbital σ yang dihasilkan dari pencampuran dua orbital atom 1s
sehingga disimbolkan dengan σ1s. Energi elektron dalam orbital molekul σ1s lebih
rendah dibandingkan dengan energi dalam orbital atom 1s. Hal ini merupakan hasil dari
tarikan elektron terhadap dua inti hidrogen. Konfigurasi elektron kation hidrogen
dituliskan sebagai (σ1s)1. Ikatan kovalen “normal” memiliki satu pasang elektron.
Karena hanya terdapat satu elektron dalam orbital molekul ikatan ion dihidrogen, maka
orde ikatannya ½. Berdasarkan hasil ekperimen terhadap ion ini diperoleh panjang
ikatan H-H 106 pm dan kekuatan ikatan 255 kJ.mol-1. Bagaimana dengan orbital
molekul H2 yang memiliki dua elektron?

Gambar diagram orbital moleku,H2

Gambar di atas menunjukkan tingkat energi molekul hidrogen, H2., dengan


Konfigurasi elektronnya (σ1s)2∗. Orbital molekul ikatan memiliki 2 elektron, sementara
elektron di orbital molekul antiikatan tidak ada, sehingga orde ikatan H2 adalah 1. Orde
ikatan ini lebih besar dari orde ikatan H2+, sehingga ikatannya akan lebih kuat dan
panjang ikatannya aakan pendek. Hal ini sesuai dengan hasil ekperimen, panjang
ikatannya 74 pm dan kekuatan ikatannya 436 kJ.mol-1.

2) Orbital molekul diatomik peridoe 2


Litium adalah unsur pada periode kedua yang paling sederhana. Dalam fasa
padat dan liquid, litium berikatan logam sedangkan dalam fasa gas merupakan molekul
diatomic. Dua elektron dari orbital atom 2s terdapat orbital molekul σ2s dan memiliki 1
orde ikatan. Hasil pengukuran panjang ikatan dan energi ikat berkesesuaian dengan nilai
orde ikatan. Okupansi orbital molekul terluar (valensi) ditulis (σ2s)2.

Gambar diagram orbital molekul orbital atom 2s molekul Li2 (fasa gas)

Molekul periode dua yang lain adalah oksigen (O2). Berdasarkan gambar di atas dapat
kita amati, berdasarkan aturan Hund, terdapat 2 elektron tidak berpasangan. Terdapat 2
orde ikatan [3-(2 × ½)], berkesesuaian dengan pengukuran panjang ikatan dan energi
ikat.

Gambar Diagram orbital molekul orbital atom 2p molekul O2


Pada molekul periode kedua yang lain, difluorin (F2), lebih dari dua elektron
menempati orbital antibonding (Gambar 5.6). orde ikatan menunjukan ikatan bersih
yang berasal dari 3 orbital bonding yang terisi dan 2 orbital antibonding. Konfigurasi
elektron valensinya, (σ2s)2(𝜋2p)4(𝜋*2p)4

Gambar Diagram orbital molekul orbital atom 2p molekul F2

3) Orbital molekur diatomic heteronuklir


Salah satu contoh molekul heteronuklir adalah karbon monoksida (CO). Ikatan
karbon monoksida dapat divisualisasikan menggunakan diagram tingkat energi orbital
molekul.

Gambar Diagram orbital molekul CO


Orbital atom oksigen memiliki energi lebih rendah dibandingkan orbital atom
karbon akibat besarnya Zeff. Perbedaan utama antara molekul diatomik homonuklir dan
heteronuklir adalah orbital molekul dihasilkan dari orbital atom 2s suatu unsur yang
tumpang tindih energinya dengan orbital atom 2p dari unsur lain. Dengan demikian, kita
harus mempertimbangkan molekul orbital yang berasal dari kedua orbital atom pada
penyusunan diagram orbital molekul. Karena energi orbital bersifat asimetri,orbital
molekul bonding diturunkan dari orbital atom oksigen berenergi rendah, sedangkan
orbital molekul antibonding diturunkan dari orbital atom karbon berenergi tinggi.
Terdapat dua orbital molekul yang dihasilkan dari kontribusi orbital atom berergi
rendah dari oksigen dan berenergi tinggi dari karbon, yaitu orbital molekul nonbonding
(σNB), tidak berkontribusi signifikan terhadap ikatan.
Untuk menentukan orde ikatan karbon monoksida, jumlah pasangan antibonding
(0) telah dikurangi dari jumlah pasangan bonding (3), perhitungan ini mengarah pada
prediksi ikatan rangkap tiga (triple bond). Energi ikat paling tinggi sebesar 1072 kJ.mol-
1
.

2.2 Contoh-contoh diagram orbital molekul senyawa kompleks

senyawa kompleks adalah senyawa yang mengandung atom atau ion (biasanya
logam) yang dikelilingi oleh molekul atau anion, biasanya disebut dengan ligan atau
agen pengompleks

 Kompleks octahedral
Diagram orbital molekul kompleks oktahedral yang melibatkan baik interaksi
kovalen diberikan pada gambar berikut dimana (a) merupakan orbital atom atau ion
logam pada keadaan bebas atau sebelum ada interaksi dengan ligan-ligan. (b)
merupakan orbital atom atau ion logam pada kompleks octahedral bila interaksi antara
atom pusat dengan ligan-ligan hanya interaksi elektrostatik. (c), merupakan orbital-
orbital dari ligan sebelum terjadi interaksi dengan orbital-orbital atom logam, disebut
dengan orbital-orbital kelompok ligan (ligan group orbitals). (d) orbital molekul
kompleks oktahedral yang melibatkan baik interaksi elektrostatik maupun interaksi
kovalen.
Pada waktu atom logam mengadakan interaksi elektrostatik dengan ligan-ligan
maka semua orbital yang ada mengalami kenaikan tingkat energy tiga orbital p
meskipun mengalami kenaikan tingkat energi tetapi tetap dalam keadaan degenerat
karena interaksi ligan-ligan dengan tiga orbital p tersebut adalah sama kuat. Lima
orbital d dari atom logam atau ion logam mengalami pemisahan menjadi orbital t2g dan
eg seperti diterangkan pada pembahasan teori medan Kristal di muka. Setelah
mengalami kenaikan energy orbital-orbital dari atom logam atau ion logam mengadakan
kombinasi linear dengan orbital-orbital dari ligan membentuk orbital molekul kompleks
octahedral. Dengan menggunakan diagram yang ditunjukkan pada gambar berikut.

Gambar diagram orbital-orbital molekul kompleks octahedral

Contoh 1 : [Co(NH3)6]3+ (orbital molekul kompleks oktahedral)


Fakta eksperimen menunjukkan bahwa ion kompleks [Co(NH3)6]3+ memiliki
bentuk octahedral dan bersifat diamagnetik. Atom pusat ion kompleks tersebut adalah
Co3+ dengan konfigurasi elektron [Ar] 3d6. Jumlah elektron pada orbital 3d atom pusat
dan elektron-elektron yang didonorkan oleh 6 ligan NH3 adalah 18 elektron yang
dituliskan pada orbital molekul kompleks octahedral sperti pada gambar berikut.
Cara pengisian 18 elektron pada orbital molekul kompleks [Co(NH3)6]3+

gambar diagram orbital molekul kompleks [Co(NH3)6]3+


adalah sebagai berikut. Pertama, mengisikan 6 pasang elektron pada orbital-orbital a1g,

t1h, dan eg. Kedua, mengisikan 6 elektron yang tersisa pada orbital t2g, secara
berpasangan karena kompleks [Co(NH3)6]3+ merupakan kompleks dengan medan kuat,
harga 10Dq>P . Sifat diamagnetik dari ion kompleks [Co(NH3)6]3+. Ditunjukkan dengan
berpangannya semua elektron yang terdapat pada orbital molekul kompleks tersebut.

 Kompleks Tetrahedral
Diagram orbital molekul kompleks tetrahedral yang melibatkan baik interaksi
elektrostatik maupun interaksi kovalen seperti pada gambar berikut. Dimana (a)
merupakan orbital atom ligan atau ion logam pada keadaan bebas atau sebelum ada
interaksi dengan ligan-ligan, (b) merupakan orbital atom pusat dengan ligan-ligan hanya
interaksi elektrostatik, (c) merupakan orbital-orbital kelompok ligan, dan (d) orbital
molekul kompleks tetrahedral yang melibatkan baik interaksi elektrostatik maupun
kovalen

Pada waktu atom logam atau ion logam mengadakan interaksi elektrostatik
dengan ligan-ligan maka semua orbital yang ada mengalami kenaikan tingkat energi.
Lima orbital d dari atom logam atau ion logam mengalami pemisahan menjadi orbital t2
dan e seperti diterangkan pada teori pembahasan medan Kristal. Setelah mengalami
kenaikan tingkat energi, orbital-orbital dari atom logam atau ion logam mengadakan
kombinasi linear dengan orbital-orbital dari ligan membentuk orbital molekul-molekul
tetrahedral. Kompleks tetrahedral merupakan kompleks dengan medan lemah, harga
10Dq<P.
Contoh [NiCl4]2-
Fakta eksperimen menunjukkan bahwa ion kompleks [NiCl4]2- memiliki bentuk
tetrahedral dan bersifat paramagnetic dengan kemagnetan setara dengan adanya dua
elektron tak berpasangan. Atom ion kompleks tersebut adalah Ni2+ dengan konfigurasi
elektron [Ar] 3d8. Jumlah elektron pada orbital 3d atom pusat dan elektron-elektron
yang didonorkan oleh 4 ligan Cl- adalah 16 elektron. Enam belas elektron tersebut
diisikan pada orbital molekul kompleks tetrahedral seperti diberikan pada gambar
berikut.

Gambar diagram orbital molekul kompleks

 Kompleks bujur sangkar


Diagram orbital molekul bujur sangkar yang melibatkan baik interaksi elektrostatis
maupun interaksi kovalen diberikan pada gambar berikut. Pada kompleks bujur
sangkar, empat pasangan elektron akan menempati orbital atg, eu, dan btg membentuk
4 ikatan sigma, sedangkan elektron yang tersisah akan menempati orbital-orbital di
atasnya. Kompleks bujur sangkar cenderung memiliki medn kuat, harga 10Dq>P.
dengan mengginakan diagram berikut kemagnetan dari kompleks bujur sangkar
dapat diterangkan seprti diberikan pada contoh berikut.
Gambar diagram orbital kompleks bujur sangkar [NiCl4] 2-
Cara pengisian 16 elektron pada orbital molekul kompleks [NiCl4]2- adalah
sebagai berikut. Pertama, mengisikan empat pasang elektron pada orbital-orbital a1 dan
t2, kedua mengisikan dua elektron pada orbital t2 karena ion kompleks [NiCl4]2-
merupakan komppleks dengan medan lemah, harga 10Dq<P. ketiga,memasangkan dua
elektron yang tersisa dengan dua elektron yang terdapat pada orbital e dan satu
elektron yang tersisa pada elektron t2. Sifat paramagnetik dari ion kompleks [NiCl4]2-
ditunjukkan dengan adanya dua elektron tak berpasangan pada orbital molekul
kompleks tersebut.

2.3 π back bonding dalam teori orbital molekul

Π back bonding, juga disebut don backdonation. Adalah konsep dari kimia di
mana electron bergerak dari orbital atom pada satu atom ke orbital antibonding simetri
yang tepat pada ligan π-acceptor. Hal ini bias terjadi dalam kimia anorganik logam
transisi dengan ligan multi-atomik seperti karbon monoksida, etilen atau kation
nitrsinium. Elektron ldari logam digunakan untuk mengikat ligan, dalam proses
melepaskan logam dari muatan negatif berlebih. Senyawa dimana b backbonding terjadi
termasuk Ni(CO)4 dan garam zeise.
2.4 ligan π donor dalam teori orbital molekul

Sejumlah ligan seperti CO, CN-, dan NO+, memiliki orbital π kosong yang dapat
bertumpang tindih dengan orbital t2g, dari logam, membentuk ikatan π. Interaksi
semacam ini seringkali disebut sebagai pembentukan ikatan balik (backbonding).
Tingkat energy dari orbital π yang dimiliki ligan ini seringkali lebih tinggi dibandingkan
tingkat energi dari logam, sehingga dapat menaikkan harga ∆0. Ligan-ligan semacam ini
merupakan ligan medan kuat dan pada deret spektrokimia berada di sebelah kanan.

2.5 ligan π akseptor dalam teori orbital molekul

Sejumlah ligan tertentu memiliki orbital yang telah terisi elektron dan menglami
overlap orbital t2g, dari logam, menghasilkan ikatan t2g, π. Rapatan elektron akan di
transfer dari ligan menuju logam melalui ikatan π. Ini. Selain dari ikatan π. Yang
terbentuk tadi,transfer elektron dari ligan ke logam juga terjadi melalui ikatan δ.
Interaksi semacam ini lebih sering terjadi pada kompleks dari logam dengan bilangan
oksidasi yang tinggi, sehingga logam tersebut “kekurangan elektron”. Orbital π. Dari
ligan biasanya memiliki tingkat energi yang lebih rendah dibandingkan orbital t 2g,
logam, sehingga delokalisasi elektron π dari ligan melalui cara ini akan memperkecil
harga ∆0. Ligan yang merupakan donor π terletak terletak disebelah kiri dari deret
spektrokimia.
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Penutup
kesimpulan dari pembahasan teori orbital molekul adalah Teori orbital molekul
menjelaskan ukuran sifat ionic dan kovalen dari senyawa kompleks. Splitting yang
terjadi pada orbital molekul akibat sifat kovalen dari orbital atom logam dan ligan yang
berikatan. Kuat lemahnya ligan yang berikatan dengan atom logam/pusat memberikan
energi pemisahan yang berbeda sehingga sifat berbeda.

3.2 Saran

Berdasarkan makalah yang disusun maka penulis menyadari bahwa makalah


diatas masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran mengenai pembahasan makalah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Bird, T,. 1987. Kimia fisik untuk universitas. Jakarta

Chang, R. 2004. Kimia Dasar Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Effendi. 2007. Kimia koordinasi jilid 1. Malang: UNM

La kilo akram. Kimia anorganik struktur dan kereaktifan. Gorontalo: UNG Press
Gorontalo
Ramlawati. 2005. Kimia Anorganik Fisik. Makasar: Jurusan Kimia FMIPA Universitas
Negeri Makassar.
Sukarjo, 1985. Ikatan kimia. Jakarta: Rineka Cipta

Anda mungkin juga menyukai