Anda di halaman 1dari 8

Name : Shinta Novita Sari

NPM : 1906413163

TEORI MEDAN LIGAN

A. Teori Medan Ligan


Teori medan kristal hampir selama 20 tahun semenjak ditemukan hanya digunakan dalam
bidang fisika zat padat. Teori medan kristal digunakan pada pakar fisika zat padat untuk
menjelaskan warna dan sifat magnetik garam-garam logam transisi terhidrat,khususnya yang
memiliki atom pusat ion logam transisi dengan orbital d yang belum sepenuhnya terisi elektro
seperti CuSO4.5H2O. Baru pada tahun 1950an. Pada awal tahun 1950an barulah pakar kimia
koordinasi menerapkan teori medan kristal.
Teori medan kristal ini digunakan untuk menjelaskan energi kompleks koordinasi. Hal ini
didasarkan pada deskripsi ionik pada ikatan logam ligan. Teori medan kristal yang dikemukakan
Bethe dilandasi oleh tiga asumsi yaitu :
1. Ligan-ligan diperlakukan sebagai titik-titik bermuatan.
2. Interaksi anatara ion logam dengan ligan-ligan dianggap sepenunya sebagai interaksi
elektrostatik(ionik). Apabila ligan yang ada merupakan ligan netral seperti NH 3, dan H2O,
maka dalam interaksi tersebut ujung negatif dari dipol dalam molekul-molekul netral
diarahkan terhadap ion logam.
3. Tidak terjadi interaksi antara orbital-orbital dari ion logam dengan orbital-orbital dari ligan
H2O, maka dalam interaksi tersebut ujung negative dari dipol dalam molekul-molekul netral
diarahkan terhadap ion logam.

Menurut teori medan kristal atau crystal field theory (CFT), ikatan antar atom pusat dan
ligand dalam kompleks berupa ikatan ion, hingga gaya-gaya yang ada hanya berupa gaya
elektrostatik dari percobaan-percobaan yang diperoleh bahwa ada ligan-ligan yang menghasilkan
medan listrik yang kuat dan yang disebut strong ligan field, ada ligan yang sebaliknya dan
disebut weak ligan field.
Menurut medan kristal atau CFT, ikatan antara atom pusat dan ligan dalam kompleks
berupa ikatan ion, hingga gaya yang ada hanya berupa gaya elektrostatik. Ion kompleks tersusun
dari ion pusat yang dikelilingi oleh ion-ion lawan atau molekul-molekul yang mempunyai
momen dipol permanen.
Medan listrik dari ion pusat akan mempengaruhi ligand-ligand sekelilingnya, sedang
medan gabungan dari ligand-ligand akan mempengaruhi elektron-elektron dari ion pusat.
Pengaruh ligan ini terutama mengenai elektron d dari ion pusat dan ion kompleks dari logam-
logam transisi. Pengaruh ligand tergantung dari jenisnya, terutama pada kekuatan medan listrik
dan kedudukan geometri ligand-ligand dalam kompleks.
Teori medan ligan (Ligand Field Theory) sebagai hasil modifikasi dari teori medan
kristal (Crystal Field Theory), yaitu dengan memasukkan faktor interaksi kovalen yang dapat
terjadi antara atom pusat dengan ligan. Teori medan ligan adalah satu dari teori yang paling
bermanfaat untuk menjelaskan struktur elektronik kompleks. Awalnya teori ini adalah aplikasi
teori medan kristal pada sistem kompleks. Setiap ligan, entah itu suatu molekul netral atau ion
negatif, menyumbang sepasang elektron untuk membentuk sebuah ikatan dengan ion atau atom
pusat. Gaya yang diadakan terhadap ion atau atom pusat oleh elektron-elektron ini, dan oleh
muatan netto ligan-ligan, disebut medan ligan.Termasuk teori yang paling lengkap dalam
menjelaskan pada senyawa-senyawa kompleks karena melibatkan interaksi kovalen dan
elektrostatik (ikatan secara ionik), namun teori ini relatif rumit dan menyulitkan pada penjelasan
beberapa kasus. Dalam teori ini, orbital – orbital dari atom pusat akan saling berinteraksi
dengan orbital–orbital dari ligan membentuk orbital–orbital molekul.
Didalam ion bebas kelima orbitald bersifat degenerate artinya mempunyai energi yang
sama dan elektron dalam orbital ini selalu memenuhi hukum multiplicity yang maksimal. Teori
medan kristal terutama membicarakan pengaruh ligand yang tersusun secara berbeda-beda
disekitar ion pusat terhadap energi dari orbitald. Pembagian orbital d menjadi dua golongan yaitu
orbital eg atau dj dan orbital t2g atau de mempunyai arti penting dalam hal pengaruh ligan
terhadap orbital-orbital tersebut. Dengan adanya ligand disekitar ion pusat orbital d tidak lagi
degenerate, orbital d ini terbagi menjadi beberapa orbital dengan energi berbeda. Dikatakan juga
orbital d ini mengalami splitting.
Bila kelima orbital d sama dengan dan medan ligand mempengaruhi kelimanya dengan
cara yang sama maka kelima orbital d ini akan tetap degenerate pada energy level yang lebih
tinggi. Kenyataannya kelima orbital d tidak sama, yaitu ada orbital eg dan t2g. Disamping itu
medan ligand tergantung dari letaknya disekitar ion pusat, artinya apakah strukturnya oktahedral,
tetrahedral, atau planar segi empat.
Teori medan ligan melihat efek atom donor energi orbital d di kompleks logam. Pada
saat ligand mengikat atom pusat maka akan terjadi interaksi antara ligand dan atom pusat yang
menyebabkan meningkatnya energy orbital d pada atom pusat. Efek meningkatnya orbital d pada
atom pusat tergantung pada ligand yang membentuk geometri senyawa kompleks dengan atom
pusat. Ligand yang dapat membentuk geometri senyawa kompleks tetrahedral dengan atom pusat
akan memiliki efek yang berbeda dengan ligand yang dapat membentuk geometri senyawa
kompleks octahedral dengan atom pusat, karena keduanya akan berinteraksi dengan cara yang
berbeda dengan orbital d.
Uraian atau splitting dari orbital d oleh ligan, tegantung dari strukturnya dan berbeda
untuk struktur oktahedral dan tetrahedral.

1. Splitting Pada Kompleks Oktahedral


Medan listrik dari ion pusat akan mempengaruhi ligan-ligan sekelilingnya, sedang medan
gabungan dari ligan-ligan akan mempengaruhi ion pusat. Pengaruh ligan ini terutama mengenai
elektron d dari ion pusat seperti kita ketahui ion kompleks dari logam-logam transisi. Pengaruh
ligand tergantung dari jenisnya, trutama pada kekuatan medan listrik dan kedudukan geometri
ligand-ligand dalam kompleks.

Di dalam ion bebas kelima orbital d bersifat degenerate artinya mempunyai energi yang
sama dan elektron dalam orbital ini selalu memenuhi hukum multiplicity yang maksimal.
Pembagian orbital d menjadi 2 golongan yaitu orbital eg dan orbital t 2g atau de mempunyai arti
penting dalam hal pengaruh ligand terhadap orbital-orbital tersebut.

Dengan adanya ligand disekitar ion pusat orbital d tidak lagi degenerate, orbital d ini
terbagi menjadi beberapa orbital dengan energi berbeda. Dikatakan juga orbital d ini mengalami
spliting.

Pada kompleks oktahedral atom pusat berikatan dengan 6 atom donor. Kompleks oktahedral
memiliki tingkat simetri tertinggi apabila ligan-ligan yang terikat pada atom pusat merupakan
ligan monodentat monoatom yang sama, seperti: F-, Cl-, Br-, dan I-. Pada pembentukan
kompleks octahedral dianggap ada 6 ligan monodentat yang mendekati atom pusat sampai pada
jarak tertentu saat ikatan-ikatan antara atom pusat dan ligan-ligan terbentuk.

Pada gambar di atas nampak bahwa orbital dx 2-y2 dan dz2 tedapat pada sumbu-sumbu x, y
dan z sedangkan orbital dxy, dxz dan dyz terdapat antara sumbu-sumbu. Karena ligan-ligan
terdapat pada sumbu x, y dan z maka pengaruh ligan pada orbital eg lebih besar daripada untuk
orbital t2g. Setelah terjadi uraian atau spliting orbiltal eg mempunyai energi lebih tinggi daripada
orbital t2g. Pada pengisian elektron, orbital t2g akan mengisi lebih dahulu daripada orbital eg.
Perbedaan antara orbital eg dan obital t2g biasanya dinyatakan dengan Do atau 10 Dq. Karena
pada splitting tidak terjadi kehilangan energi, maka energi orbital eg menjadi 0,6 Do lebih tinggi
sedangkan obital t2g menjadi 0,4 Do lebih rendah dari pada enegi kompleks hipotesis. Besarnya
Do untuk bermacam-macam kompleks berkisar antara 30-60kcal/mol. Ao artinya D oktahedral,
untuk membedakan dengan Dt (tetrahedral) yang akan dibahas selanjutnya.
Elektron akan mengisi orbital d yang energinya rendah, jadi pada orbital t2g. Teori
elektrostatik sederhana tidak mengenal adanya orbital d yang mempunyai energi berbeda di
dalam kompleks. Karena itu, teori ini menyatakan bahwa elektron d terhadap orbital d
merupakan hipotesis yang degenerate. Kenyataannya elektron d tadi menempati orbital t 2g yang
mempunyai energi 0,4 Do lebih rendah dari orbital hipotesis yang degenerate. Jadi, kompleks
akan 0,4 Do lebih stabil dari pada senyawa elektrostatik yang sederhana. Dengan kata lain
elektron d dan juga kompleks sebagai keseluruhan, mempunyai energi lebih rendah sebagai hasil
penempatan elektron pada orbital t2g, suatu orbital yang relatif jauh dari ligand. Energi sebesar
0,4Do disebut crystal field stabilization energi (CFSE) dari kompleks. Pengisian elekton pada
orbital d, dipengaruhi oleh kekuatan medan dari ligand. Untuk ligand yang kekuatan medannya
besar atau strong ligand field, splitting yang terjadi menghasilkan perbedaan energi yang besar,
akibatnya elektron akan mengisi penuh energi yang rendah sebelum mengisi orbital yang
energinya tinggi.

2. Splitting Pada Kompleks Tetrahedral

Dari gambar di atas terlihat bahwa obital t2g lebih dekat kepada ligan-ligan daripada orbital eg.
Garis yang menghubungkan letak ligan dan titik pusat kubus dengan arah orbital eg membentuk
sudut sebesar 54044˚ sedangkan garis tersebut dengan arah orbital t 2g membentuk sudut 36016˚.
Medan listrik yang terjadi pada pembentukan kompleks tetrahedral menyebabkan pemisahan
orbital d pada ion pusat. Karena hal ini maka dalam medan tetrahedral, orbital t 2g mendapat
pengaruh yang lebih besar dari ligan, akibatnya energy level orbital t 2g naik dan orbital eg turun.
Perbedaan energi ini biasanya disebut Dt, artinya D yang harganya lebih kecil dari pada Do. Hal
ini disebabkan karena, pada medan tetrahedral hanya ada 4 ligan. Sedanbg pada medan
oktahedral ada 6 ligan, ditambah lagi tidaka adanya ligan yang langsung searah dengan orbital d
pada medan tetrahedral. Bila jarak ligan dai pusat sama dan bila ikatan dianggap elektrostatik
murni, maka diperoleh bahwa : D tetrahedral ~ 4/9 D octahedral (Efendy,2004).

Harga 10 dq dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya :


1. Muatan ion logam
Makin banyak muatan ion,makin besar pula harga 10 Dq nya,karena makinbanyak
muatan ion logam maka makin besar pula untuk menarik ligan lebih
dekat.Akibatnya  pengaruh ligan makin kuat sehingga pembelahan orbital makin besar.
2. Jenis Ion pusat 
Logam logam yang terletak pada satu periode, harga 10 dqnya tidak terlalu berbeda.
Untuk satu golongan, Semakin kebawah, harganya akan semakin besar.
3. Ligan
Semakin kuat ligannya, maka 10 dq juga akan semakin besar. Jika 10 dq kecil,
makaligannya adalah ligan lemah. Ligan yang kuat dapat menggantikan ligan yang
lebihlemah.Harga  10  dq  dapat  memberikan  beberapa  informasi  mengenai  warna
kompleks, serta sifat kemagnetan kompleks. Untuk mengeksitasi elektron dari tingkat dasar
ke tingkat yang lebih atas, diperlukan energi. Energi yang diserap memiliki panjang
gelombang tertentu. Sedangkan, warna kompleks yang tampak adalah warnakomplementer
yang panjang gelombangnya diserap untuk eksitasi electron.

Perhitungan CFSE
Crystal field st Hans Bethe abilizationenergy berubah – ubah sesuai dengan struktur dan
jenis ion kompleks. Perbedaan energi orbital t2g dan eg Hans Bethe untuk kompleks tetrahedral
-4/9 kali untuk kompleks octahedral orbital t 2g mempunyai energi 0,27 ∆ lebih rendah dari pada
kompleks hipotesis, bila ∆ adalah ∆ , untuk kompleks tetrahedral : CFSE = (0,27y – 0,18x) ∆. y
merupakan jumlah elektron di orbital e dan x merupakan jumlah elektron di orbital t2g.

Pada gambar splitting oktahedral terlihat bahwa orbital t2g mempunyai energi 0,4 Io dan
energi pada orbital eg adalah 0,6 Io sehingga untuk menghitung CFSE = (0,4 x – 0,6 y) Io.
Dimana x = jumlah elektron di orbital t2g dan y = jumlah elektron di orbital eg. Contoh jumlah
elektron d = 7, t2g = 5 dan eg = 2.

CFSE = (0,4 x – 0,6 y) Io


= (0,4 . 5 – 0,6 . 2 ) Io
= (2 – 1,2 ) Io
= 0,8 Io
Jadi dengan kata lain CFSE dapat dihitung dengan rumus umum, yaitu :

CFSE =energi pada t2g.x –(energi dari eg .y)


Berikut ini dicantumkan tabel nilai umum CFSE pada kompleks oktahedral, tetrahedral dan
planar segiempat.
Pengaruh Ligan Terhadap Medan Magnet Atom Pusat

Untuk menunjukkan bagaimana ligan mempengaruhi struktur elektron dari ion atau atom
pusat maka :
1. Harus mengetahui tentang magnetisme dari kompleks.
2. Dilihat bagaimana teori medan-ligan mempertanggungjawabkan sifat magnetik ini.
3. Ditinjau hubungan (korelasi) antara sifat magnetik dan warna, untuk melihat bagaimana
teori medan ligan membantu menjelaskan banyak dari warna-warna yang biasa diperlihatkan
oleh senyawaan logam transisi.
Bahwa setiap ligan, entah itu suatu molekul netral atau ion negatif, menyumbang
sepasang elektron untuk membentuk sebuah ikatan dengan ion atau atom pusat. Gaya yang
diadakan terhadap ion atau atom pusat oleh elektron-elektron ini, dan oleh muatan netto ligan-
ligan, disebut medan ligan.
Teori medan-ligan bukan hanya menimbang penolakan muatan ini, tetapi juga
mempertimbangkan sifat kovalen dari ikatan antara ligan dan ion atau atom pusat. Maka kita
akan memakai istilah teori medan-ligan untuk mengacu pada semua efek yang kita bahas.

B. APLIKASI SENYAWA KOMPLEKS

Aplikasi senyawa kompleks sangat beragam dan banyak sekali karena penelitian tentang
senyawa kompleks terus berkembang dan perkembangannya sangat pesat sekali sejalan dengan
perkembangan IPTEK.
Kobalt merupakan salah satu logam unsur transisi dengan konfigurasi elektron 3d 7 yang
dapat membentuk kompleks. Kobalt yang relatif stabil berada sebagai Co(II) ataupun Co(III).
Namun dalam senyawa sederhana Co, Co(II) lebih stabil dari Co(III). Ion – ion Co2+ dan ion
terhidrasi [Co(H2O)6]2+ stabil di air. Kompleks kobalt dimungkinkan dapat terbentuk dengan
berbagai macam ligan, diantaranya sulfadiazin dan sulfamerazin. Sulfadiazin dan sulfamerazin
merupakan ligan yang sering digunakan untuk obat antibakteri. Keduanya merupakan turunan
dari sulfonamid yang penggunaannya secara luas untuk pengobatan infeksi yang disebabkan oleh
bakteri Gram-positif dan Gram negatif tertentu, beberapa jamur, dan protozoa (Siswandono dan
Soekardjo : 1995 ).

Salah satu keistimewaan dari reaksi kompleks adalah reaksi pergantian ligan melalui efek
trans. Reaksi pergantian ligan ini terjadi dalam kompleks oktahedral dan segi empat. Ligan –
ligan yang menyebabkan gugus yang letaknya trans terhadapnya bersifat labil, dikatakan
mempunyai efek trans yang kuat.

DAFTAR PUSTAKA

House, J.E,. 2008. Inorganic Chemistry. Academic Press is an imprint of Elsevier.


USA. 849 hlm.

Soekardjo

Anda mungkin juga menyukai