Anda di halaman 1dari 35

I.

JUDUL PERCOBAAN : Kekuatan Medan Ligan


II. TANGGAL PERCOBAAN :
Mulai : Selasa, 23 April 2019; pukul 09.30 WIB
Selesai : Selasa, 23 April 2019; pukul 12.00 WIB
III. TUJUAN PERCOBAAN :
1. Mempelajari perbedaan kekuatan medan ligan antara ligan ammonium dan air
2. Mengenal cara mencari panjang gelombang pada absorbansi maksimum
3. Mengenal variable yang mempengaruhi panjang gelombang maksimum
IV. TINJAUAN PUSTAKA :
A. Teori Medan Kristal
Menurut teori medan kristal atau Crystal Field Theory (CFT), ikatan
antara atom pusat dan ligan dalam kompleks berupa ikatan ion, hingga gaya-
gaya yang ada hanya berupa gaya elektrostatik. Ion kompleks tersusun dari ion
pusat yang dikelilingi oleh ion-ion lawan atau molekul-molekul yang
mempunyai momen dipol permanen (Sukardjo. 1992).
Medan listrik dari ion pusat akan mempengaruhi ligan-ligan
sekelilingnya, sedang medan gabungan dari ligan-ligan akan mempengaruhi
elektron-elektron dari ion pusat. Pengaruh ligan atau terutama mengenai
elektrin d dari ion pusat dan seperti kita ketahui ion kompleks dari logam-
logam transisi. Pengaruh ligan tergantung dari jenisnya, terutama pada
kekuatan medan listrik dan kedudukan geometri ligan-ligan dalam kompleks
(Sukardjo, 1992).
Teori medan kristal tentang senyawa koordinasi menjelaskan bahwa
dalam pembentukan kompleks terjadi interaksi elektrostatik antara ion logam
(atom pusat) dengan ligan. Jika ada empat ligan yang berasal dari arah yang
berbeda, berinteraksi dengan atom/ ion logam pusat, langsung dengan ligan
akan mendapatkan pengaruh medan ligan lebih besar dibandingkan dengan
orbital-orbital lainnya. Akibatnya, orbital tersebut akan mengalami
peningkatan energi dan kelima sub orbital d-nya akan terpecah (splitting)
menjadi dua kelompok tingkat energi. Kedua kelompok tersebut adalah: 10 dua
sub orbital (dx2, dy2, dan dz2) yang disebut dy atau eg dengan tingkat energi yang
lebih tinggi, dan tiga sub orbital (dxz, dxy, dan dyz) yang disebut dengan de atau

1
PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK: KEKUATAN MEDAN LIGAN
t2g dengan tingkat energi yang lebih rendah. Perbedaan tingkat energi ini
menunjukkan bahwa teori medan kristal dapat menerima terjadinya perbedaan
warna kompleks (Hala, 2010). Dua orbital dengan tingkat energi lebih tinggi
dikenal dengan orbital eg dan tiga orbital lainnya disebut e2g.

Gambar 1. Nilai 10 Dq
Perbedaan tingkat energi itu dapat besar atau kecil bergantung beberapa
faktor, tetapi semua itu didefinisikan sebagai 10 Dq. Adanya perbedaan tingkat
ini dapat dipahami bahwa teori medan kristal dapat menerangkan terjadinya
perbedaan warna kompleks. (Tim Dosen Kimia Anorganik, 2019).
Didalam ion bebas kelima orbital d bersifat degenerasi artinya
mempunyai energi yang sama dan elektron dalam orbital ini selalu memenuhi
hukum multiplicity yang maksimal. Teori medan kristal terutama
membicarakan pengaruh dari ligan yang tersusun secara berbeda-beda disekitar
ion pusat terhadap energi dari orbital d. Pembagian orbital d menjadi dua
golongan yaitu orbital eg atau dj dan orbital t2g atau dc mempunyai arti penting
dalam hal pengaruh ligan terhadap orbital-orbital tersebut (Sukardjo, 1992).
Menurut teori medan kristal, ikatan antara ion logam (ion pusat) dan ligan
adalah ikatan ion, berdasarkan sifatnya gaya elektrostatis antara ion pusat dan
ligan. Seperti yang telah diketahui ion kompleks terdiri dari ion pusat yang
dikelilingi oleh sejumlah ligan yang berupa ion negatif atau molekul polar yang
merupakan dipol permanent. Medan listrik yang ditimbulkan oleh logan akan
mempengaruhi elektron-elektron pada ion pusat dan medan listrik yang
ditimbulkan ion pusat juga mempengaruhi elektron pada ligan-ligan yang
mengelilinginya. Elektron-elektron pada ion pusat yan paling dipengaruhi oleh
medan listrik yang ditimbulkan ligan adalah elektron pada orbital d, karena
elektron d tersebut yang sangat berperan dalam membuat ion kompleks
(Syarifuddin, 1994).
Jika ligan (yang diasumsikan bermuatan negatif) mendekat, maka akan
terjadi kenaikan tingkat energi orbital d ion logam akibat tolakan antara medan

2
PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK: KEKUATAN MEDAN LIGAN
negatif ligan dan elektron orbital d, tetapi tingkat energi kelima orbital d masih
degenerate. Karena orientasi ligan terhadap logam berbeda beda (seperti
orientasi ke arah oktahedral, tetrahedral), maka gaya yang dialami oleh tiap
orbital tidak selalu sama. Hal inilah yang menyebabkan pola pembelahan
tingkat energi orbital d yang berbeda-beda untuk tiap bentuk geometri.
Ikatan 𝝈
Orbital-orbital molekul yang dibentuk oleh koordinasi dapat dilihat
sebagai akibat dari donasi dua elektron oleh tiap-tiap donor σ ligan ke orbital-
d logam. Pada kompleks oktahedral, ligan mendekat ke logam sepanjang
sumbu x, y, dan z, sehingga orbital simetri σ nya membentuk kombinasi ikatan
dan anti-ikatan pada orbital dz2 dan dx2−y2. Orbitaldxy, dxz dan dyz yang tersisa
menjadi orbital non-ikatan. Beberapa interaksi ikatan (dan anti-ikatan) yang
lemah dengan orbital s dan p logam juga terjadi, menghasilkan total 6 orbital
molekul ikatan (dan 6 orbital anti-ikatan).

Ligand-Field scheme summarizing σ-bonding in the octahedral


complex [Ti(H2O)6]3+
Dalam istilah simetri molekul, enam orbital pasangan menyendiri ligan-
ligan membentuk enam kombinasi linear simetri tersuai (Bahasa
Inggris: Symmetry adapated linear combination) orbital atau juga disebut
sebagai orbital kelompok ligan (ligand group orbitals). Representasi
taktereduksinya adalah a1g, t1u dan eg. Logam juga mempunyai enam orbital

3
PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK: KEKUATAN MEDAN LIGAN
valensi yang memiliki representasi taktereduksi yang sama, yaitu orbital s
berlabel a1g, orbital p berlabel t1u, dan orbital dz2 beserta dx2−y2 berlabel eg. Enam
orbital molekul ikatan σ dihasilkan oleh kombinasi orbital SALC ligan dengan
orbital logam yang bersimetri sama (Syarifuddin, 1994).
Ikatan 𝝅
Ikatan π pada kompleks oktahedral terbentuk dengan dua cara: via
orbital p ligan yang tidak digunakan pada ikatan σ, ataupun via orbital molekul
π atau π* yang terdapat pada ligan. Orbital-orbital p logam digunakan untuk
ikatan σ, sehingga interaksi π terjadi via orbital d, yakni dxy, dxz dan dyz. Orbital-
orbital ini adalah orbital yang tidak berikatan apabila hanya terjadi ikatan σ.
Satu ikatan π pada kompleks koordinasi yang penting adalah ikatan π
logam ke ligan, juga dikenal sebagai ikatan balik π. Ia terjadi
ketika LUMOligannya adalah orbital π* anti-ikatan. Orbital-orbital ini
berenergi sangat dekat dengan orbital-orbitaldxy,dxz dan dyz orbitals, sehingga
mereka dapat membentuk orbital ikatan. Orbital anti-ikatan ini berenergi lebih
tinggi daripada orbital anti-ikatan dari ikatan σ bonding, sehingga setelah
orbital ikatan π yang baru terisi dengan elektron dari orbital-orbital d logam,
ΔO meningkat dan ikatan antara ligan dengan logam menguat. Ligan-ligan pada
akhirnya memiliki elektron pada orbital molekul π*-nya, sehingga ikatan π pada
ligan melemah.
Bentuk koordinasi ikatan π yang lain adalah ikatan ligan ke logam. Hal
ini terjadi apabila orbital simetri- π p atau orbital π pada ligan terisi. Ia
bergabung dengan orbital dxy, dxzdan dyz logam, dan mendonasikan elektron-
elektronnya, sehingga menghasilkan ikatan simetri-π antara ligan dengan
logam. Ikatan logam-ligan menguat oleh interaksi ini, namun orbital molekul
anti-ikatan dari ikatan ligan ke logam tidak setinggi orbital molekul anti-ikatan
dari ikatan σ. Ia terisi dengan elektron yang berasal dari orbital d logam dan
menjadi HOMO kompleks tersebut. Oleh karena itu, ΔO menurun ketika ikatan
ligan ke logam terjadi.
Stabilisasi yang dihasilkan oleh ikatan logam ke ligan diakibatkan oleh
donasi muatan negatif dari ion logam ke ligan. Hal ini mengijinkan logam

4
PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK: KEKUATAN MEDAN LIGAN
menerima ikatan σ lebih mudah. Kombinasi ikatan σ ligan ke logam dan ikatan
π logam ke ligan merupakan efek sinergi dan memperkuat satu sama lainnya.
Karena enam ligan mempunyai dua orbital simetri π, terdapat total
keseluruhan dua belas orbital tersebut. Kombinasi linear simetri tersuainya
mempunyai empat degenerat triplet representasi taktereduksi, salah satunya
bersimetri t2g. Orbital dxy, dxz dan dyz pada logam juga mempunyai simetri ini,
sehingga ikatan π yang terbentuk antara logam pusat dengan enam ligan juga
mempunyai simetri tersebut.
Harga 10 dq dapat besar atau kecil. Jika 10 dq kecil, maka dibutuhkan
sedikit energi untuk mengisi elektron ke orbital eg. Akibatnya elektron
cenderung mengisi orbital eg dibandingkan berpasangan terlebih dahulu.
Kondisi ini dinamakan medan lemah. Jika 10 dq besar, maka selisih energi juga
besar atau dibutuhkan banyak energi untuk mengisi elektron ke orbital eg.
Elektron cenderung berpasangan terlebih dahulu sebelum mengisi orbital eg.
Kondisi seperti ini dinamakan meda kuat. Harga 10 dq dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya.
1. Muatan ion logam
Makin banyak muatan ion,makin besar pula harga 10 Dq nya,karena
makin banyak muatan ion logam maka makin besar pula untuk menarik
ligan lebih dekat. Akibatnya pengaruh ligan makin kuat sehingga
pembelahan orbital makin besar.
2. Jenis Ion pusat
Logam logam yang terletak pada satu periode, harga 10 dqnya tidak
terlalu berbeda. Untuk satu golongan, Semakin kebawah, harganya akan
semakin besar. Mn2+< Ni2+< Co2+< Fe2+< V2+< Fe3+< Co3+< Mn3+< Co3+<
Rh3+< Ru3+< Pd4+< Ir3+<Pt4+
3. Ligan
Berikut adalah deret spektrokimia.
I-< Br-< SCN-~ Cl-< F-< OH-~ NO-< C2O42-< H2O<CS-< EDTA4-<
NH3~ pyr~ en<phen < CN- ~ CO. Semakin kuat ligannya, maka 10 dq juga
akan semakin besar. Jika 10 dq kecil, maka ligannya adalah ligan lemah.
Ligan yang kuat dapat menggantikan ligan yang lebih lemah.

5
PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK: KEKUATAN MEDAN LIGAN
1 1 kkal/mol
Besar Energi 10 Dq adalah : × (Nuryono, 2003)
λ 349,75 cm−1

Gambar 2. Spektra serapan daerah tampak larutan ion [Ti(H2O)6]3+


B. Medan Ligan
Teori medan ligan (Ligand Field Theory), disingkat LFT adalah sebuah
teori yang menjelaskan ikatan pada senyawa kompleks koordinasi, merupakan
aplikasi teori orbital molekul pada kompleks logam transisi. Ion logam transisi
mempunyai enam orbital atom terhibridisasi dengan energi yang sama untuk
berikatan dengan ligan-ligannya. Analisis LFT bergantung pada geometri
kompleks. Walaupun begitu, untuk tujuan tertentu, kebanyakan analisis
berfokus pada kompleks oktahedral dengan enam ligan berkoordinasi dengan
logam.

6
PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK: KEKUATAN MEDAN LIGAN
Senyawa koordinasi merupakan senyawa yang tersusun atas atom pusat
dan ligan (sejumlah anion atau molekul netral yang mengelilingi atom atau
kelompokatom pusat tersebut) dimana keduanya diikat dengan ikatan
koordinasi. Ditinjau dari konsep asam-basa Lewis, atom pusat dalam senyawa
koordinasi berperan sebagai asam Lewis (akseptor penerima pasangan
elektron), sedangkan ligan sebagai basa Lewis (donor pasangan elektron).
Kemagnetan senyawa kompleks misalnya,ditentukan dari banyaknya elektron
tak berapsangan pada orbital d atom pusat, akibatdari kekuatan ligan yang
mendesaknya, apakah ligan tersebut kuat atau lemah. Jika ligan kuat elektron
cenderung untuk berpasangan (spin rendah), jika ligan lemah elekton lebih
suka untuk tidak berpasangan (spin tinggi) (Cotton dan Wilkinson, 1989).
Senyawa kompleks dapat berupa non-ion, kation atau anion, bergantung
pada muatan penyusunnya. Muatan senyawa kompleks merupakan
penjumlahan muatan ion pusat dan ligannya. Jika senyawa kompleks
bermuatan disebut ion kompleks/spesies kompleks. Bilangan koordinasi pada
senyawa kompleks menyatakan banyaknya ligan yang mengelilingi atom atau
sekelompok atom pusat sehingga membentuk kompleks yang stabil. Bilangan
koordinasi 6, berarti banyaknya ligan yang mengelilingi berjumlah 6. Bilangan
koordinasi setiap atom pusat bersifat khas dan karateristik bergantung pada
sifat alamiah logam, keadaan oksidasi, dan ligan-ligan lain dalam molekul.
Antara atom pusat dengan ligannya terhubung oleh ikatan koordinasi, hanya
salah satu pihak yaitu ligan yang menyumbangkan pasangan elektron untuk
digunakan bersama, perpindahan kerapatan elektron pun terjadi dari ligan ke
atom pusat. Namun, jika kerapatan elektron tersebar merata diantara keduanya,
maka ikatan kovalen sejatipun akan terbentuk (Chang, 2004).
Reaksi pembentukan senyawa kompleks dapat dirumuskan sebagai
berikut :
𝐌 + 𝐧𝐋 ↔ 𝐌𝐋𝐧
dimana,
M = ion logam
L = ligan yang mempunyai pasangan elektron bebas

7
PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK: KEKUATAN MEDAN LIGAN
n = bilangan koordinasi senyawa kompleks yang terbentuk (biasanya 2,
4, dan 6).
Kebanyakan ligan adalah anion atau molekul netral yang merupakan
donor elektron. Beberapa yang umum adalah F-, Cl-, Br-, CN-, NH3, H2O,
CH3OH, dan OH- (Cotton dan Wilkinson, 1989).
Berdasarkan banyaknya pasangan elektron yang didonorkan, ligan dapat
dikelompokkan menjadi,
a. Ligan Monodentat yaitu ligan yang hanya mampu memberikan satu
pasangelektron kepada satu ion logam pusat dalam senyawa koordinasi.
Misalnya : ionhalida, H2O dan NH3.
b. Ligan Bidentat yaitu ligan yang mempunyai dua atom donor sehingga
mampu memberikan dua pasang elektron. Dalam pembentukan ikatan
koordinasi, liganbidentat akan menghasilkan struktur cincin dengan ion
logamnya (sering disebutcincin kelat). Ligan bidentat dapat berupa
molekul netral (seperti diamin, difosfin,disulfit) atau anion (C2O42-, SO42-,
O22-).
c. Ligan Polidentat yaitu ligan-ligan yang memiliki lebih dari dua atom
donor. Ligan ini dapat disebut tri, tetra, penta, atau heksadentat,
bergantung pada jumlah atom donor yang ada. Ligan polidentat tidak
selalu menggunakan semua atom donornya untuk membentuk ikatan
koordinasi. Misalnya : EDTA sebagai heksadentat mungkin hanya
menggunakan 4 atau 5 atom donornya bergantung pada ukuran dan
stereokimia kompleks (Effendy, 2007).
Berdasarkan jenis ikatan koordinasi yang terbentuk, ligan
dapatdikelompokkan sebagai berikut.
a. Ligan yang tidak mempunyai elektron sesuai untuk ikatan π dan orbital
kosongsehingga ikatan yang terbentuk hanya ikatan σ, seperti H-, NH3,
SO32-, atauRNH2.
b. Ligan yang mempunyai dua atau tiga pasang elektron bebas yang
selainmembentuk ikatan σ, juga dapat membentuk ikatan π dengan ion
logam, sepertiN3-, O2-, OH-, S2-, NH2-, R2S, R2O, NH2, dan ion benzena.

8
PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK: KEKUATAN MEDAN LIGAN
c. Ligan yang memiliki orbital π-antiikatan kosong dengan tingkatan
benzen rendah yang dapat menerima elektron yang orientasinya sesuai dari
logam, seperti CO, R3P, CN-, py, dan acac.
d. Ligan yang tidak ada pasangan elektron bebasnya, tetapi memiliki elektron
ikatan-π, seperti alkena, alkuna, benzena, dan anion siklopentadienil.
e. Ligan yang membentuk dua ikatan σ dengan dua atom logam terpisah
dan kemudian membentuk jembatan. Sebagai contoh, OH-, O2-, CO.
C. Metode Spektroskopi
Spektrofotometri adalah suatu metode analisis yang berdasarkan pada
pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada
panjang gelombang yang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma
atau kisi difraksi dan detector vacum phototube atau tabung foton hampa
(Harjadi, 1990).
Spektrofotometri ini hanya terjadi bila terjadi perpindahan elektron dari
tingkat energi yang rendah ke tingkat energi yang lebih tinggi. Perpindahan
elektron tidak diikuti oleh perubahan arah spin, hal ini dikenal dengan sebutan
tereksitasi singlet (Khopkar, 1990).
Alat yang digunakan adalah spektrofotometer, yaitu sutu alat yang
digunakan untuk menentukan suatu senyawa baik secara kuantitatif maupun
kualitatif dengan mengukur transmitan ataupun absorban dari suatu cuplikan
sebagai fungsi dari konsentrasi. Spektrometer menghasilkan sinar dari
spectrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat
pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi (Harjadi,
1990).
Prinsip kerjanya berdasarkan penyerapan cahaya atau energi radiasi oleh
suatu larutan. Jumlah cahaya atau energi radiasi yang diserap memungkinkan
pengukuran jumlah zat penyerap dalam larutan secara kuantitatif (Skoog &
West : 1971).
Pada metode analisis spektrometri terdapat komplementer warna.
Warna-warna yang saling berlawanan satu sama lain pada roda warna
dikatakan sebagai warna-warna komplementer. Biru dan kuning adalah warna
komplementer; merah dan sian adalah komplementer; demikian juga hijau dan

9
PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK: KEKUATAN MEDAN LIGAN
magenta (merah muda).Warna kompleks adalah komplemen warna cahaya
yang diserap oleh sample dalam spektrometri (Day, and A. L. Underwood,
2002).
Tabel 1. Spektrum Warna (Skoog & West : 1971)
Panjang
Warna Terlihat Warna komplementer
Gelombang (nm)
<400 Ultraviolet
400-450 Violet Kuning
450-490 Biru jingga
490-550 Hijau merah
550-580 Kuning Ungu
580-650 Jingga Biru
650-700 Merah Hijau
>700 Infrared

Gambar 3. Warna komplementer


V. ALAT DAN BAHAN
a. Alat
No. Nama Alat Ukuran Spesifikasi Jumlah
1. Labu ukur 10 mL Pyrex 3 buah
2. Tabung reaksi - Pyrex 3 buah
3. Rak tabung reaksi - Kayu 1 buah
4. Pipet volume 5 mL Pyrex 3 buah
5. Pro-pipet 1 µL - 1 buah
6. Gelas kimia 100 mL Iwaki 3 buah
7. Gelas kimia 250 mL Iwaki 1 buah
8. Gelas ukur 10 mL Iwaki 1 buah
9. Pipet tetes - - 3 buah
10. Spektrofotometer UV-Vis - - 1 set

10
PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK: KEKUATAN MEDAN LIGAN
b. Bahan
No. Nama Alat Konsentrasi Jumlah
1. Larutan CuSO4 0,1 M 6 mL
2. Larutan NH4OH 1M 7,5 mL
3. Aquades - Secukupnya

VI. ALUR PERCOBAAN


1. Labu I

2 mL larutan Cu2+ 0,1 M

- Dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL


- Ditambahkan aquades sampai tanda batas

Larutan Cu2+ 0,02 M

- Diamati serapannya menggunakan


spektrofotometri UV-Vis pada λ 700-800 nm
Nilai Absorbansi

- Dilakukan pengenceran jika A > 1

Nilai Absorbansi ≤ 1

- Diamati grafiknya dan ditentukan λ pada


absorbansi maksimum

λ pada A max

Reaksi :
 Cu2+(aq) + 6H2O(l) → [Cu(H2O)6]2+(aq)

11
PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK: KEKUATAN MEDAN LIGAN
2. Labu II

2 mL larutan Cu2+ 0,1 M


- Dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL
- Ditambahkan larutan amonium 1M 5 mL
- Ditambahkan aquades sampai tanda batas
Larutan Cu2+ 0,02 M dalam amonium 1 M (50:50)
- Diamati serapannya menggunakan
spektrofotometri UV-Vis pada λ 350-700 nm
Nilai Absorbansi

- Dilakukan pengenceran jika A > 1

Nilai Absorbansi ≤ 1

- Diamati grafiknya dan ditentukan λ pada


absorbansi maksimum

λ pada A max

Reaksi :
 Cu2+(aq) + 6H2O(l) → [Cu(H2O)6]2+(aq)
 [Cu(H2O)6]2+(aq) + 3NH3(aq) → [Cu(H2O)4(NH3)2]2+ aq) + H2O(l)

12
PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK: KEKUATAN MEDAN LIGAN
3. Labu III

2 mL larutan Cu2+ 0,1 M


- Dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL
- Ditambahkan larutan amonium 1M 5 mL
- Ditambahkan aquades sampai tanda batas
Larutan Cu2+ 0,02 M dalam amonium 1 M (75:25)
- Diamati serapannya menggunakan
spektrofotometri UV-Vis pada λ 350-700 nm
Nilai Absorbansi

- Dilakukan pengenceran jika A > 1


Nilai Absorbansi ≤ 1

- Diamati grafiknya dan ditentukan λ pada


absorbansi maksimum
λ pada A max

Reaksi :
 Cu2+(aq) + 6H2O(l) → [Cu(H2O)6]2+(aq)
 [Cu(H2O)6]2+(aq) + 3NH3(aq) → [Cu(H2O)4(NH3)2]2+ aq) + H2O(l)

4. Blanko

Aquades
- Diamati serapan menggunakan UV-Vis pada λ 400-
600 nm
- Dicatat Absorbansinya
Absorbansi blanko

13
PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK: KEKUATAN MEDAN LIGAN
VII. HASIL PENGAMATAN
Hasil pengamatan
No. Prosedur Percobaan Dugaan / reaksi Kesimpulan
sebelum sesudah
2+
1. - Larutan Cu - Larutan Cu2+ + Dari percobaan ini
2+
2 mL larutan Cu 0,1 M 0,1M = Aquades (l) = diperoleh harga 10Dq
larutan larutan sebesar 35,2 kkal/mol.
- Dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL
- Ditambahkan aquades sampai tanda batas berwarna biru berwarna biru
- Aquades(l) = muda
-
Larutan Cu2+ 0,02 M tidak -  = 812,2 nm
berwarna - A = 0,152
- Diamati serapannya menggunakan
spektrofotometri UV-Vis pada λ 700-800
nm
Nilai Absorbansi

- Dilakukan pengenceran jika A > 1

Nilai Absorbansi ≤ 1

- Diamati grafiknya dan ditentukan λ pada


absorbansi maksimum

λ pada A max

14
PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK: KEKUATAN MEDAN LIGAN
2. - Larutan Cu2+ - Larutan Cu2+ + Cu2+ (aq) + 6H2O(l) Dari percobaan ini
2 mL larutan Cu2+ 0,1 M
0,1M = Ammonia (aq) → [Cu(H2O)6]2+ (aq) diperoleh harga 10Dq
- Dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL larutan = larutan sebesar 47,42 kkal/mol.
- Ditambkan larutan ammonium 5 mL berwarna biru berwarna biru [Cu(H2O)6]2+ (aq) +
- Ditambahkan aquades sampai tanda batas
- Aquades(l) = tua (+) dan 3NH3(aq) →
2+
Larutan Cu 0,02 M tidak terdapat [Cu(H2O)4(NH3)2]2+
berwarna endapan (aq) + H2O(l)
- Diamati serapannya menggunakan
spektrofotometri UV-Vis pada λ 700-800 nm - Ammonia (aq) - + Aquades (l) =
= tidak Larutan
Nilai Absorbansi berwarna berwarna biru
tua dan
- Dilakukan pengenceran jika A > 1 terdapat
endapan
Nilai Absorbansi ≤ 1
-  = 629,50 nm
- A = 0,379
- Diamati grafiknya dan ditentukan λ pada
absorbansi maksimum

λ pada A max

15
PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK: KEKUATAN MEDAN LIGAN
3. - Larutan Cu2+ - Larutan Cu2+ + Cu2+ (aq) + 6H2O(l) Dari percobaan ini
2 mL larutan Cu2+ 0,1 M 0,1M = Ammonia (aq) → [Cu(H2O)6]2+ (aq) diperoleh harga 10Dq
larutan = larutan sebesar 45,967
- Dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL berwarna biru berwarna biru [Cu(H2O)6]2+ (aq) + kkal/mol.
- Ditambkan larutan ammonium 2,5 mL
- Ditambahkan aquades sampai tanda batas - Aquades(l) = (+++)terdapat 3NH3(aq) →
tidak endapan [Cu(H2O)4(NH3)2]2+
Larutan Cu2+ 0,02 M berwarna - + Aquades (l) = (aq) + H2O(l)
- Ammonia (aq) Larutan
- Diamati serapannya menggunakan = tidak
berwarna biru
spektrofotometri UV-Vis pada λ 700-800 berwarna
nm (++) dan
terdapat
Nilai Absorbansi
endapan

- Dilakukan pengenceran jika A > 1 -  = 622,00 nm


- A = 0,409
Nilai Absorbansi ≤ 1

- Diamati grafiknya dan ditentukan λ pada


absorbansi maksimum

-
λ pada A max

16
PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK: KEKUATAN MEDAN LIGAN
4. - Aquades : - Aquades tidak
Aquades
tidak berwarna.
- Diamati serapan menggunakan UV-Vis berwarna - Absorbansi :
pada λ 400-600 nm 0,00
- Dicatat Absorbansinya

-
Absorbansi blanko

17
PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK: KEKUATAN MEDAN LIGAN
VIII. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Percobaan yang telah dilakukan berjudul “Kekuatan Medan Ligan”. Teori
medan ligan (Ligand Field Theory), disingkat LFT adalah sebuah teori yang
menjelaskan ikatan pada senyawa kompleks koordinasi, merupakan aplikasi teori
orbital molekul pada kompleks logam transisi. Ion logam transisi mempunyai
enam orbital atom terhibridisasi dengan energi yang sama untuk berikatan dengan
ligan-ligannya. Ion unsur transisi dapat mengikat molekul-molekul atau ion-ion
yang memiliki pasangan elektron tak berikatan (ligan) dengan ikatan kovalen
koordinasi yang membentuk ion kompleks. Ion kompleks adalah gabungan ion
(atom pusat) dengan ion atau molekul lain (ligan) membentuk ion baru.
Teori medan kristal tentang senyawa koordinasi menjelaskan bahwa dalam
pembentukan kompleks terjadi interaksi elektrostatik antara ion logam (atom pusat)
dengan ligan. Jika ada empat ligan yang berasal dari arah yang berbeda berinteraksi
langsung dengan atom pusat/ion logam, maka akan mendapatkan pengaruh medan
ligan lebih besar dibandingkan dengan orbital-orbital lainnya.
Bila pada ion kompleks diberikan energi dalam bentuk cahaya, maka elektron
pada orbital yang lebih rendah energinya dapat tereksitasi ke orbital yang lebih
tinggi energinya. Dengan menyerap cahaya yang energinya sama. Perbedaan
tingkat energi ini menunjukkan bahwa teori medan kristal dapat menerima
terjadinya perbedaan warna kompleks (Hala, 2010).
Suatu larutan memiliki warna tertentu karena menyerap sebagian dari
komponen cahaya tampak. Makin kecil panjang gelombang cahaya yang diserap
(makin besar energinya) maka makin besar harga absorbansinya atau makin kuat
ikatan antara ion logam dan ligan. Ditinjau dari muatan ligannya, maka ion logam
dengan muatan yang lebih besar akan menghasilkan harga absorbansi yang lebih
besar pula karena lebih mudah mempolarisasikan elektron yang terdapat dalam
ligan.
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk (1) Mempelajari perbedaan kekuatan
medan ligan antara ligan ammonium dan air; (2) Mengenal cara mencari panjang
gelombang pada absorbansi maksimum; dan (3) Mengenal variable yang
mempengaruhi panjang gelombang maksimum.

18
PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK: KEKUATAN MEDAN LIGAN
Prosedur percobaan akan dibagi menjadi 4 tahap, dimana masing-masing
percobaan dilakukan sekali tanpa pengulangan. Pada percobaan ini dilakuan 3
variasi larutan yang akan dianalisis dengan menggunakan spectronik 20 dengan
range panjang gelombang 510-700. Variasi yang dibedakan adalah kadar ammonia
(NH3) dalam larutan, untuk larutan A terdiri dari larutan Cu2+ 0,02 M dan aquades
hingga tanda batas labu ukur. Larutan B terdiri dari larutan Cu2+ dalam air dengan
larutan ammonia dengan perbandingan 50:50. Larutan C terdiri dari larutan
Cu2+ dalam aquades dengan larutan ammonia dengan perbandingan (75:50).
Larutan ammonia (NH3) dan Cu2+ digunakan sebagai bahan utama percobaan
karena akan membentuk senyawa kompleks. Ligan yang akan digunakan dalam
percobaan ini adalah H2O dan NH3. Ligan-ligan ini didapatkan dari pereaktan yang
akan ditambahkan dalam larutan.
Metode yang akan digunakan dalam percobaan ini adalah metode
spektroskopi. Keuntungan dari metode analisis spektrometri adalah peralatannya
yang mudah didapat dan biasanya cukup mudah dioperasikan. Prinsip metode
analisis spektrometri adalah larutan sampel menyerap radiasi elektromagnetik dan
jumlah intensitas radiasi yang diserap oleh larutan sampel dihubungkan dengan
konsentrasi analit (zat/unsur yang akan dianalisis) dalam larutan sampel.
Sebelum percobaan dilakukan, terlebih dahulu disiapkan alat dan bahan yang
akan digunakan. Persiapan ini dilakukan untuk mempermudah dan mempersingkat
waktu percobaan. Pastikan jika alat-alat yang akan digunakan telah dicuci terlebih
dahulu. Hal ini dilakukan agar tidak ada bahan pengotor yang ikut dalam percobaan,
yang dapat mempengaruhi hasil akhir.
1. Larutan blanko
Pada percobaan pertama yaitu pengujian larutan blanko. Larutan blanko
adalah larutan yang tidak berisi analit, larutan blanko digunakan untuk tujuan
kalibrasi sebagai larutan pembanding dalam analisis spektrofotometri. Langkah
pertama yang dilakukan adalah menyiapkan aquades yang tidak berwarna dan
dimasukkan dalam kuvet. Sebelum larutan dimasukkan dalam kuvet, terlebih
dahulu kuvet dibersihkan dengan aquades dan dikeringkan pada bagian luar
kuvet dengan tissu, hal ini bertujuan untuk membersihkan noda yang menempel
pada bagian dinding kuvet sehingga tidak menghambat jalannya sinar.

19
PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK: KEKUATAN MEDAN LIGAN
Penggunaan kuvet harus dilakukan dengan hati-hati, karena apabila kovet dalam
kondisi kotor atau tercampur dengan larutan lain akan mempengaruhi nilai
absorbansi pada larutan yang diujikan. Setelah itu aquades dalam kuvet diuji
menggunakan alat spektrofotometer UV-Vis.
Spektrofotometri (UV-Vis) adalah pengukuran energi cahaya oleh suatu
sistem kimia pada panjang gelombang tertentu.

Gambar 4. Prinsip metode spektrofotometri UV-Vis


Dalam hal ini terdapat cahaya yang diserap (diabsorbsi) dan ada pula yang
dilewatkan. Cahaya yang diserap diukur sebagai absorbansi (A) sedangkan
cahaya yang hamburkan diukur sebagai transmitansi (T).
Pada percobaan ini analisis dilakukan dengan range panjang gelombang
450-900 nm. Dipilihnya rentang panjang gelombang tersebut karena kebanyakan
ion-ion logam transisi mengabsorb radiasi di daerah spektrum ultra violet atau
cahaya tampak yaitu sekitar 400 nm-800 nm.
Setelah pengujian larutan blanko, diperoleh absorbansi nol dan
transmitansi 100% (tidak menyerap radiasi). Larutan blanko ini digunakan
sebagai standar untuk mengukur absorbansi kompleks.
2. Labu Ukur I (Kompleks A)
Pada percobaan kedua yaitu pengujian pada larutan variabel pertama.
Langkah pertama yang dilakukan adalah menambil 2 mL larutan Cu2+ (dari
larutan CuSO4) yang berwarna biru . Kemudian dimasukkan dalam labu ukur 10
mL dan diencerkan dengan aquades yang tidak berwarna hingga tanda batas.
Kemudian labu ukur dikocok secara perlahan. Tujuan dari pengocokan adalah
untuk menghomogenkan campuran larutan agar reaksi yang terjadi sempurna.
Setelah itu larutan dalam labu dipindahkan larutan dalam gelas kimia.

20
PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK: KEKUATAN MEDAN LIGAN
Dihasilkan larutan berwarna biru muda. Setelah itu larutan variabel pertama diuji
dengan alat spektrofotometer UV-Vis.
Pada pengujian dengan alat spektrofotometer UV-Vis, larutan sampel
dengan variabel pertama dimasukkan dalam kuvet. Sebelum larutan dimasukkan
dalam kuvet, terlebih dahulu kuvet dibersihkan dengan aquades dan dikeringkan
pada bagian luar kuvet dengan tissu, hal ini bertujuan untuk membersihkan noda
yang menempel pada bagian dinding kuvet sehingga tidak menghambat
jalannya sinar. Penggunaan kuvet harus dilakukan dengan hati-hati, karena
apabila kuvet dalam kondisi kotor atau tercampur dengan larutan lain akan
mempengaruhi nilai absorbansi pada larutan yang diujikan. Setelah itu larutan
dalam kuvet diuji menggunakan alat spektrofotometer UV-Vis.
Pada percobaan ini analisis dilakukan dengan range panjang gelombang
700-800 nm. Dipilihnya rentang panjang gelombang tersebut karena kebanyakan
ion-ion logam transisi mengabsorb radiasi di daerah spektrum ultra violet atau
cahaya tampak yaitu sekitar 400 nm-800 nm. Hampir semua kompleks besarnya
harga Dq sama dengan energi yang frekuensi terletak pada spectra daerah
tampak, karena ada kaitan antara warna dengan frekuensi maka warna suatu
kompleks bergantung pada frekuensi yang diserap. Warna kompleks adalah
komplemen warna cahaya yang diserap. Sehingga ketika kompleks berwarna
biru maka kompleks tersebut menyerap warna komplemennya, yakni jingga.
Data yang didapatkan sebagai berikut :
λ optimum Absorbansi
812,2 nm 0,152
reaksi yang terjadi :
Cu2+ (aq) + 6H2(l) [Cu(H2O)6]2+ (aq)
Pada larutan ini terbentuk kompleks [Cu(H2O)6]2+ heksaquotembaga(II)
dimana atom pusatnya adalah ion Cu2+ dan ligannya adalah air. Senyawa
tersebut dapat diketahui bahwa bilangan koordinasi untuk Cu2+ adalah 6 sesuai
dengan banyaknya ligan yang terikat ada atom pusatnya. Ke -6 ligan ini akan
menempati orbital kosong pada orbital d logam Cu2+. Kemudian ion Cu2+
berikatan dengan ligan H2O sehingga mengalami hibridisasi. Diperkirakan

21
PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK: KEKUATAN MEDAN LIGAN
hibridisasinya adalah sp3d2 , dari hibridisasi ini menunjukkan bahwa senyawa
tersebut memiliki geometri oktahedral.
3. Labu Ukur II (Kompleks B)
Pada percobaan ketiga yaitu pengujian pada larutan variabel kedua.
Langkah pertama yang dilakukan adalah menambil 2 mL larutan Cu2+ (dari
larutan CuSO4) yang berwarna biru . Kemudian dimasukkan dalam labu ukur 10
mL dan ditambahkan 5 mL larutan ammonia yang tidak berwarna. Dihasilkan
larutan berwarna biru tua (+) dan terdapat endapan berwarna putih. Perubahan
warna yang terjadi disebabkan karena adanya penggantian ligan dari ligan yang
lemah (H2O) digantikan oleh ligan yang kuat (NH3). Selain itu
terjadi peningkatan energi dari transisi elektron energi terendah, ligan NH3 lebih
besar dibandingkan dengan H2O sehingga kekuatan medan ligan NH3 lebih besar
dibandingkan H2O.
Setelah itu larutan diencerkan dengan aquades sampai tanda batas.
Dihasilkan larutan dengan perbandingan 50:50 (CuSO4+Aquades : ammonia).
Kemudian labu ukur dikocok secara perlahan. Tujuan dari pengocokan adalah
untuk menghomogenkan campuran larutan agar reaksi yang terjadi sempurna.
Setelah itu larutan dalam labu dipindahkan larutan dalam gelas kimia.
Dihasilkan larutan berwarna biru tua dan terdapat endapan putih. Setelah itu
larutan variabel kedua diuji dengan alat spektrofotometer UV-Vis.
Pada pengujian dengan alat spektrofotometer UV-Vis, larutan sampel
dengan variabel kedua dimasukkan dalam kuvet. Sebelum larutan dimasukkan
dalam kuvet, terlebih dahulu kuvet dibersihkan dengan aquades dan dikeringkan
pada bagian luar kuvet dengan tissu, hal ini bertujuan untuk membersihkan noda
yang menempel pada bagian dinding kuvet sehingga tidak menghambat
jalannya sinar. Penggunaan kuvet harus dilakukan dengan hati-hati, karena
apabila kuvet dalam kondisi kotor atau tercampur dengan larutan lain akan
mempengaruhi nilai absorbansi pada larutan yang diujikan. Setelah itu larutan
dalam kuvet diuji menggunakan alat spektrofotometer UV-Vis.
Pada percobaan ini analisis dilakukan dengan range panjang gelombang
700-800 nm. Dipilihnya rentang panjang gelombang tersebut karena kebanyakan
ion-ion logam transisi mengabsorb radiasi di daerah spektrum ultra violet atau

22
PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK: KEKUATAN MEDAN LIGAN
cahaya tampak yaitu sekitar 400 nm-800 nm. Hampir semua kompleks besarnya
harga Dq sama dengan energi yang frekuensi terletak pada spectra daerah
tampak, karena ada kaitan antara warna dengan frekuensi maka warna suatu
kompleks bergantung pada frekuensi yang diserap. Warna kompleks adalah
komplemen warna cahaya yang diserap. Sehingga ketika kompleks berwarna
biru maka kompleks tersebut menyerap warna komplemennya, yakni jingga.
Data yang didapatkan sebagai berikut :
λ optimum Absorbansi
629,50 nm 0,379
reaksi yang terjadi :
Cu+ (aq)+6H2O (l)→ [Cu(H2O)6]2+ (aq)+ 4 NH3 (aq)→ [Cu(H2O)3(NH3)3]2+ (aq)
Pada larutan ini terbentuk kompleks [Cu(H2O)3(NH3)3]2+ dimana atom
pusatnya adalah ion Cu2+ dan ligannya adalah air dan amonia. Senyawa tersebut
dapat diketahui bahwa bilangan koordinasi untuk Cu2+ adalah 6 sesuai dengan
banyaknya ligan yang terikat ada atom pusatnya. Ke -6 ligan ini akan menempati
orbital kosong pada orbital d logam Cu2+. Kemudian ion Cu2+ berikatan dengan
ligan H2 O dan NH3 sehingga mengalami hibridisasi. Hibridisasi
[Cu(H2O)3(NH3)3]2+ adalah sp3d2 dengan geometri oktahedral.
4. Labu Ukur III (Kompleks C)
Pada percobaan keempat yaitu pengujian pada larutan variabel ketiga.
Langkah pertama yang dilakukan adalah menambil 2 mL larutan Cu2+ (dari
larutan CuSO4) yang berwarna biru . Kemudian dimasukkan dalam labu ukur 10
mL dan ditambahkan 2,5 mL larutan ammonia yang tidak berwarna. Dihasilkan
larutan berwarna biru (+++) dan terdapat endapan berwarna putih. Perubahan
warna yang terjadi disebabkan karena adanya penggantian ligan dari ligan yang
lemah (H2O) digantikan oleh ligan yang kuat (NH3). Selain itu
terjadi peningkatan energi dari transisi elektron energi terendah, ligan NH3 lebih
besar dibandingkan dengan H2O sehingga kekuatan medan ligan NH3 lebih besar
dibandingkan H2O.
Setelah itu larutan diencerkan dengan aquades sampai tanda batas.
Dihasilkan larutan dengan perbandingan 72:25 (CuSO4+Aquades : ammonia).
Kemudian labu ukur dikocok secara perlahan. Tujuan dari pengocokan adalah

23
PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK: KEKUATAN MEDAN LIGAN
untuk menghomogenkan campuran larutan agar reaksi yang terjadi sempurna.
Setelah itu larutan dalam labu dipindahkan larutan dalam gelas kimia.
Dihasilkan larutan berwarna biru (++) dan terdapat endapan putih. Setelah itu
larutan variabel kedua diuji dengan alat spektrofotometer UV-Vis.
Pada pengujian dengan alat spektrofotometer UV-Vis, larutan sampel
dengan variabel kedua dimasukkan dalam kuvet. Sebelum larutan dimasukkan
dalam kuvet, terlebih dahulu kuvet dibersihkan dengan aquades dan dikeringkan
pada bagian luar kuvet dengan tissu, hal ini bertujuan untuk membersihkan noda
yang menempel pada bagian dinding kuvet sehingga tidak menghambat
jalannya sinar. Penggunaan kuvet harus dilakukan dengan hati-hati, karena
apabila kuvet dalam kondisi kotor atau tercampur dengan larutan lain akan
mempengaruhi nilai absorbansi pada larutan yang diujikan. Setelah itu larutan
dalam kuvet diuji menggunakan alat spektrofotometer UV-Vis.
Pada percobaan ini analisis dilakukan dengan range panjang gelombang
700-800 nm. Dipilihnya rentang panjang gelombang tersebut karena kebanyakan
ion-ion logam transisi mengabsorb radiasi di daerah spektrum ultra violet atau
cahaya tampak yaitu sekitar 400 nm-800 nm. Hampir semua kompleks besarnya
harga Dq sama dengan energi yang frekuensi terletak pada spectra daerah
tampak, karena ada kaitan antara warna dengan frekuensi maka warna suatu
kompleks bergantung pada frekuensi yang diserap. Warna kompleks adalah
komplemen warna cahaya yang diserap. Sehingga ketika kompleks berwarna
biru maka kompleks tersebut menyerap warna komplemennya, yakni jingga.
Data yang didapatkan sebagai berikut :
λ optimum Absorbansi
622,00 nm 0,409
reaksi yang terjadi :
Cu+ + 6H2O → [Cu(H2O)6]2+ + 4 NH3→ [Cu(H2O)4(NH3)2]2+
Pada larutan ini terbentuk kompleks [Cu(H2O)4(NH3)2]2+ dimana atom
pusatnya adalah ion Cu2+ dan ligannya adalah air dan amonia. Senyawa tersebut
dapat diketahui bahwa bilangan koordinasi untuk Cu2+ adalah 6 sesuai dengan
banyaknya ligan yang terikat ada atom pusatnya. Ke -6 ligan ini akan menempati
orbital kosong pada orbital d logam Cu2+. Kemudian ion Cu2+ berikatan dengan

24
PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK: KEKUATAN MEDAN LIGAN
ligan H2 O dan NH3 sehingga mengalami hibridisasi. Hibridisasi
[Cu(H2O)3(NH3)3]2+ adalah sp3d2 dengan geometri oktahedral.
Dari keempat percobaan yag telah dilakukan, dihasilkan data secara
keseluruhan sebagai berikut:
Kompleks λ optimum (nm) Absorbansi
[Cu(H2O)6]2+ (A) 812,20 0,152
[Cu(H2O)3(NH3)3]2+ (B) 629,50 0,379
[Cu(H2O)4(NH3)2]2+ (C) 622,00 0,409
Dari data diatas kemudian dicari nilai Dq masing-masing. Rumus yang
digunakan sebagai berikut :
kkal
1 1
10 Dq = x mol
𝜆 349,75 cm−1
Dari nilai 10 Dq tersebut dapat ditentukan besar kekuatan ligan air dan ammonia.
Data yang didapatkan adalah sebagai berikut :
λ optimum Kekuatan medan
Kompleks Absorbansi
(nm) ligan (kkal/mol)
[Cu(H2O)6]2+ (A) 812,20 0,152 35,203
[Cu(H2O)3(NH3)3]2+ (B) 629,50 0,379 45,42
[Cu(H2O)4(NH3)2]2+ (C) 622,00 0,409 45,96
Nilai 10 Dq pada larutan yang mengandung ligan ammonia lebih besar
dibandingkan dengan larutan yang mengandung ligan air. Hal ini dikarenakan
semakin banyak muatan ion, makin besar pula harga 10 Dq-nya dan semakin
meningkatnya kekuatan ligan maka meningkat pula harga 10 Dq-nya. Hal ini
menandakan bahwa ligan ammonia mempunyai kekuatan ligan yang lebih kuat.
Hal ini tentunya berbanding terbalik dengan harga λ optimum. Prinsipnya
sebagai berikut :
1
banyak ligan : 𝜆

banyak ligan = besar energy


Ligan H2O termasuk ligan lemah, maka tolakan yang terjadi antara energi
pada orbital t2g dengan eg tidak terlalu besar. Untuk sebuah ion logam, medan
ligan yang lebih lemah akan membentuk kompleks yang bernilai rendah,

25
PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK: KEKUATAN MEDAN LIGAN
sehingga akan menyerap cahaya dengan λ yang lebih pendek dan merendahkan
frekuensi ν. Oleh karena itu, panjang gelombang yag dihasilkan labu ukur I
lebih panjang daripada panjang gelombang labu ukur II dan III.

Sedangkan pada labu ukur II, terjadi perbedaan dengan labu ukur I, dimana
energi 10 Dq akan lebih besar dan panjang gelombang akan lebih pendek. Hal
ini dikarenakan medan ligan pada labu ukur II ini merupakan medan ligan kuat,
yaitu NH3. Semakin kuat suatu medan ligan, maka akan semakin kuat dalam
memisahkan tingkat energy sehingga energinya juga semakin besar dan akan
menyerap cahaya pada panjang gelombang yang lebih pendek.
Dari literatur nilai kekuatan medan ligan air memiliki energi
40,85 kkal/mol, sedangkan ammonia memiliki kekuatan medan ligan lebih besar
daripada air yaitu 46,87 kkal/mol.
Sedangkan pada labu ukur III, karena terdapat 4 ligan H2O dan 2 ligan NH3
hal ini menyebabkan eketron memiliki spin tinggi pada tingkat energy eg. Maka
akan ada gaya tolak menolak antara energy atas dan energy bawah, yang
menyebabkan harga 10 Dq akan lebih rendah daripada labu ukur II. Dari orbital
di atas, diketahui hibridisasi [Cu(H2O)4(NH3)2]2+ adalah sp3d2 dengan geometri
oktahedral. Akan tetapi terjadi kesalahan dalam hal ini :
Teori Hasil Percobaan

Energi B = C
Energi B > C

26
PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK: KEKUATAN MEDAN LIGAN
Perbedaan ini diakibatkan karena beberapa faktor diantaranya:
1. Saat pembuatan larutan dalam labu ukur tidak dilakukan dengan hati-hati
sehingga konsentrasi yang dibuat tidak sesuai dengan apa yang diinginkan.
2. Adanya kontaminan pada bahan-bahan yang digunakan atau ketika proses
pengenceran dilakukan.
3. Alat-alat yang digunakan dalam percobaan masih belum bersih seutuhnya
sehingga mempengaruhi hasil akhir dari percobaan.
4. Saat pembuatan larutan dihasilkan larutan yang memiliki endapan, karena
pengukuran dilakukan dengan spektrofotometer maka tidak boleh ada
endapan ditakutkan akan menganggu serapan cahaya yang dihasilkan,
sehingga larutan yang dibuat harus disaring terlebih dahulu agar terbebas dari
endapan. Hal tersebut berpengaruh besar terhadap nilai absorbansi dan
panjang gelombang pada larutan yang diujikan.
5. Kurang telitinya praktikan saat bekerja di laboratorium.

IX. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan, bahwa:
1. Kekuatan medan ligan air lebih rendah daripada kekuatan medan ligan
ammonium. Hal ini juga dapat mempengaruhi harga 10Dq dan panjang
gelombang.
2. Energi pada panjang maximum pada masing –masing tabung adalah :
λ optimum Kekuatan medan
Kompleks Absorbansi
(nm) ligan (kkal/mol)
[Cu(H2O)6]2+ (A) 812,20 0,152 35,203
[Cu(H2O)3(NH3)3]2+ (B) 629,50 0,379 45,42
[Cu(H2O)4(NH3)2]2+ (C) 622,00 0,409 45,96

X. JAWABAN PERTANYAAN
1. Jelaskan perbedaan kekuatan medan ligan antara ligan ammonium dengan air!
Jawab :
Ligan air memiliki energi 35,19430 kkal/mol yang lebih rendah daripada
amonia, yaitu 47,16570 kkal/mol. Hal ini disebabkan oleh ligan H2O yang

27
PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK: KEKUATAN MEDAN LIGAN
bersifat sebagai ligan lemah. Ligan lemah dalam kompleks menyebabkan
elektron memiliki spin tinggi (high spin) pada tingkat energi eg, karena pada ion
Cu(II) elektron diorbital d lebih mudah ditempatkan pada arah energi orbital
yang lebih tinggi sebagai elektron sunyi (tidak berpasangan) daripada
ditempatkan pada kamar orbital yang sama, namun sebagai elektron
berpasangan. Sebab pada kamar yang sama akan terjadi gaya tolak menolak
antara dua elektron jika akan berpasangan. Oleh karena energi untuk tolak
menolak (P) lebih besar daripada harga 10 Dq, justru ada interaksi tingkat energi
atas dengan energi bawah menyebabkan jarak t2g dan eg menjadi lebih pendek
sehingga energi 10Dq menjadi lebih kecil.
2. Tuliskan reaksi yang terjadi pada percoaan tersebut!
Jawab :
Cu2+ + 6H2O →[Cu(H2O)6]2+
[Cu(H2O)6]2++ 4NH3 → [Cu(H2O)3(NH3)3] 2++ H2O
[Cu(H2O)6]2++ 4NH3 → [Cu(H2O)4(NH3)2]2++ H2O
3. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi warna ion kompleks logam transisi?
Jawab :
Warna-warna yang terlihat pada kebanyakan senyawa koordinasi dapat
dijelaskan dengan teori medan kristal ini. Jika orbital-d dari sebuah kompleks
berpisah menjadi dua kelompok seperti yang dijelaskan di atas, maka ketika
molekul tersebut menyerap foton dari cahaya tampak, satu atau lebih elektron
yang berada dalam orbital tersebut akan meloncat dari orbital-d yang berenergi
lebih rendah ke orbital-d yang berenergi lebih tinggi, menghasilkan keadaan
atom yang tereksitasi. Perbedaan energi antara atom yang berada dalam keadaan
dasar dengan yang berada dalam keadaan tereksitasi sama dengan energi foton
yang diserap dan berbanding terbalik dengan gelombang cahaya. Karena hanya
gelombang-gelombang cahaya (λ) tertentu saja yang dapat diserap (gelombang
yang memiliki energi sama dengan energi eksitasi), senyawa-senyawa tersebut
akan memperlihatkan warna komplementer (gelombang cahaya yang tidak
terserap). Seperti yang dijelaskan di atas, ligan-ligan yang berbeda akan
menghasilkan medankristal yang energinya berbeda-beda pula, sehingga kita
bisa melihat warna-warna yang bervariasi. Untuk sebuah ion logam, medan ligan

28
PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK: KEKUATAN MEDAN LIGAN
yang lebih lemah akan membentuk kompleks yang bernilai rendah, sehingga
akan menyerap cahaya dengan λ yang lebih panjang dan merendahkan frekuensi
ν. Sebaliknya medan ligan yang lebih kuat akan menghasilkan yang lebih besar,
menyerap λ yang lebih pendek, dan meningkatkan ν.
4. Gambarlah grafik panjang gelombang terhadap absorbansi dari masing-masing
pengamatan anda!
Jawab:
Sampel Absorbansi 𝝀maks
A 0,152 812,20 nm
B 0,379 629,50 nm
C 0,409 622,00 nm

Grafik :

λ vs Absorbansi
0,45
0,4
0,35
0,3
Absorbansi

0,25 y = -0,0013x + 1,2084


R² = 0,9948
0,2
0,15
0,1
0,05
0
0 200 400 600 800 1000
Panjang gelombang (nm)

5. Hitunglah besar energi 10 Dq ketiga larutan tersebut!


Jawab:
Labu Ukur 1 (Larutan Cu2+ + air)
1 1 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙
10 𝐷𝑞 = 𝑥
𝜆 𝑚𝑎𝑘𝑠 349,75 /𝑐𝑚
1 1 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙
10 𝐷𝑞 = −7
𝑥
812,2 𝑥 10 𝑐𝑚 349,75 /𝑐𝑚
1
10 𝐷𝑞 = 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙
284.066,95 𝑥 10−7 𝑐𝑚

29
PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK: KEKUATAN MEDAN LIGAN
10 𝐷𝑞 = 35,2 03𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙
Labu Ukur II (Larutan Cu2+ + amonium)
1 1 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙
10 𝐷𝑞 = 𝑥
𝜆 𝑚𝑎𝑘𝑠 349,75 /𝑐𝑚
1 1 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙
10 𝐷𝑞 = −7
𝑥
629,5 𝑥 10 𝑐𝑚 349,75 /𝑐𝑚
1
10 𝐷𝑞 = 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙
220.167,625 𝑥 10−7 𝑐𝑚
10 𝐷𝑞 = 45,42 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙
Labu Ukur III (Larutan Cu2+ + amonium)
1 1 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙
10 𝐷𝑞 = 𝑥
𝜆 𝑚𝑎𝑘𝑠 349,75 /𝑐𝑚
1 1 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙
10 𝐷𝑞 = −7
𝑥
622 𝑥 10 𝑐𝑚 349,75 /𝑐𝑚
1
10 𝐷𝑞 = 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙
217.544,5 𝑥 10−7 𝑐𝑚
10 𝐷𝑞 = 45,96 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙
6. Dari hasil percobaan apa yang dapat anda simpulkan?
- Kekuatan medan ligan air lebih rendah daripada kekuatan medan ligan
ammonium. Hal ini juga dapat mempengaruhi harga 10Dq dan panjang
gelombang.
- Energi pada panjang maximum pada masing –masing tabung adalah :
λ optimum Kekuatan medan
Kompleks Absorbansi
(nm) ligan (kkal/mol)
[Cu(H2O)6]2+ (A) 812,20 0,152 35,203
[Cu(H2O)3(NH3)3]2+ (B) 629,50 0,379 45,42
[Cu(H2O)4(NH3)2]2+ (C) 622,00 0,409 45,96

XI. DAFTAR PUSTAKA


Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar. Jakarta : Erlangga.
Cotton, F.A. dan Wilkinson, G. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta : UI-Press.
Day, R. A. and A. L. Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam.
Jakarta : Erlangga.
Effendy. 2007. Kimia Koordinasi Jilid 1. Malang : UNM-Press.

30
PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK: KEKUATAN MEDAN LIGAN
Harjadi. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: PT. Gramedia.
Hala, Y. 2010. Penuntun Praktikum Kimia Anorganik. Makassar: FMIPA
Universitas Hasanuddin.
Khopkar, S. M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Universitas Indonesia.
Nuryono. 2003. Kimia Koordinasi. Yogyakarta : Jurusan Kimia FMIPA UGM.
Skoog, D.A. And D.M. West 1971. Principles of instrumental analysis. New York
: Holt, Rinehart and Winston, Inc.
Sukardjo. 1992. Kimia Koordinasi. Jakarta: Gajah Mada University Press.
Syarifuddin, N. 1994. Ikatan Kimia. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
Tim Dosen Kimia Anorganik. 2019. Panduan Praktikum Kimia Anorganik.
Surabaya: UNESA Press.

31
PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK: KEKUATAN MEDAN LIGAN
Lampiran 1. Perhitungan
a. Kekuatan Medan Ligan (kkal/ mol)
1 1 kkal/mol
Rumus : Besar Energi 10 Dq adalah : ×
λ 349,75 cm−1
Nilai λ dalam satuan cm

Labu Ukur 1 (Larutan Cu2+ + air)


1 1 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙
10 𝐷𝑞 = 𝑥
𝜆 𝑚𝑎𝑘𝑠 349,75 /𝑐𝑚
1 1 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙
10 𝐷𝑞 = −7
𝑥
812,2 𝑥 10 𝑐𝑚 349,75 /𝑐𝑚
1
10 𝐷𝑞 = 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙
284.066,95 𝑥 10−7 𝑐𝑚
10 𝐷𝑞 = 35,2 03𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙

Labu Ukur II (Larutan Cu2+ + amonium)


1 1 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙
10 𝐷𝑞 = 𝑥
𝜆 𝑚𝑎𝑘𝑠 349,75 /𝑐𝑚
1 1 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙
10 𝐷𝑞 = −7
𝑥
629,5 𝑥 10 𝑐𝑚 349,75 /𝑐𝑚
1
10 𝐷𝑞 = 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙
220.167,625 𝑥 10−7 𝑐𝑚
10 𝐷𝑞 = 45,42 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙

Labu Ukur III (Larutan Cu2+ + amonium)


1 1 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙
10 𝐷𝑞 = 𝑥
𝜆 𝑚𝑎𝑘𝑠 349,75 /𝑐𝑚
1 1 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙
10 𝐷𝑞 = −7
𝑥
622 𝑥 10 𝑐𝑚 349,75 /𝑐𝑚
1
10 𝐷𝑞 = 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙
217.544,5 𝑥 10−7 𝑐𝑚
10 𝐷𝑞 = 45,96 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙

32
PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK: KEKUATAN MEDAN LIGAN
b. Kurva :
Sampel Absorbansi 𝝀maks
A 0,152 812,2 nm
B 0,379 629,50 nm
C 0,409 622 nm

λ vs Absorbansi
0,45
0,4
0,35
0,3
Absorbansi

0,25 y = -0,0013x + 1,2084


R² = 0,9948
0,2
0,15
0,1
0,05
0
0 200 400 600 800 1000
Panjang gelombang (nm)

33
PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK: KEKUATAN MEDAN LIGAN
Lampiran 2. Gambar Kerja
No. Gambar Keterangan
1. Bahan-bahan yang digunakan pada
praktikum Kekuatan Medan Ligan
yaitu Larutan CuSO4 0,1 M dan
Larutan NH4OH 2 M.

2. Peralatan kaca yang digunakan pada


praktikum Kekuatan Medan Ligan
yaitu Pipet volume, Pro pipet, Labu
ukur 10 mL dan tabung reaksi

3. Pengambilan larutan CuSO4 dengan


menggunakan pipet volum.

4. Pengambilan larutan NH4OH


dengan menggunakan pipet volum.

34
PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK: KEKUATAN MEDAN LIGAN
5. Larutan A yaitu 2 mL larutan CuSO4
0,1 M yang diencerkan dengan
akuades hingga 10 mL menjadi
berwarna biru pudar (+)

6. Larutan B yaitu 2 mL larutan CuSO4


0,1 M + 5 mL larutan NH4OH 2 M
dan diencerkan dengan akuades
hingga 10 mL menjadi berwarna biru
pekat (+++)

7. Larutan B yaitu 2 mL larutan CuSO4


0,1 M + 2,5 mL larutan NH4OH 2 M
dan diencerkan dengan akuades
hingga 10 mL menjadi berwarna biru
pekat (++)

8. Perbandingan warna antara larutan


A, B, C dan akuades.

35
PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK: KEKUATAN MEDAN LIGAN

Anda mungkin juga menyukai